You are on page 1of 9

HLA-DRB1 pada pasien …(Sarwo dkk)

HLA-DRB1 on Malaria Patients in Central Kalimantan :


a Premilinary Study
Sarwo Handayani1*, Hadjar Siswantoro1, Tya Triastuti1, Eny Rohmawati2, Emiliana Tjitra1
1
Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, Indonesia
2
RS Doris Sylvanus Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia
email: menik25@gmail.com

Abstract

Human Leucocyte Antigen is a genetic marker in nuclear cells that facilitate the presentation of foreign
antigens to be recognized by T lymphocytes. HLA-DRB1 such as HLA-DRB1*10:01 and HLA-DRB1*13:02
are a group of HLA type 2 which related to protection, while HLA-DRB1*04:01 related to susceptibility of
severe malaria. So, it is worthy to identify HLA-DRB1 alleles on malaria patients in Indonesia. A total forty
dried blood spots samples consisted of 7 severe malaria , 22 uncomplicated malaria (11 P falciparum and 11 P
vivax) were collected from Doris Sylvanus Hospital Palangkaraya, and another 11 non malaria were collected
from malaria endemic area in Central Kalimantan. DNA samples were extracted and analyzed for HLA-DRB1
allele type using LABType® SSO DRB1 Typing Test (one Lambda). The fluorescence intensities of
phycoerythrin then were measured by Luminex and analyzed by HLA fusion2 program. The subjects samples
were 3-90 years old and the proportion of men was 62.5%. Only 87.5% samples and 15 HLA-DRB1 allele
variations were performed successfully. The dominant alleles identified on samples were HLA-DRB1*15:02
(23.8%) and HLA-DRB1*15:01(18.7%). Other alleles HLA-DRB1*01:01, HLA-DRB1*08:01 and HLA-
DRB1*12:01 were only detected in severe malaria, but the specific alleles HLA-DRB1*04:01 related to
susceptibility of severe malaria was not. Two of four homozygote allleles HLA-DRB1*07:01 and HLA-
DRB1*15:01 were not found on severe malaria. In conclusion, although using a limited sample and not
figuring a specific allele for each group sample yet, this preliminary study is usefull for further HLA
examination and analysis. More samples and deeper analysis are required for getting completed data.

Keywords: HLADRB1, malaria, Central Kalimantan

Abstrak

Human Leucocyte Antigen merupakan marker genetik yang membantu memfasilitasi presentasi antigen
sehingga dikenali oleh sel limfosit T. HLA-DRB1 seperti HLA-DRB1*10:01 dan HLA-DRB1*13:02
merupakan HLA tipe 2 yang berkaitan dengan proteksi, sedangkan HLA-DRB1*04:01 berkaitan dengan
kerentanan terhadap malaria berat. Oleh karena itu identifikasi alel HLADRB1 pada pasien malaria di Indonesia
perlu dilakukan. Sampel berupa 40 spot darah kering yang berasal dari 7 penderita malaria berat dan 22 malaria
tanpa komplikasi (11 P falciparum dan 11 P vivaks) yang diperoleh dari RS Doris Sylvanus Palangkaraya, serta
11 non malaria yang tinggal di daerah endemik malaria di Kalimantan Tengah. Setelah DNA sampel diekstraksi
kemudian diperiksa tipe alel HLA-DRB1 dengan kit LABType® SSO DRB1 Typing Test (one Lambda).
Intensitas floresens dari phycoerythrin selanjutnya diukur dengan alat Luminex dan data dianalisa dengan
program HLA fusion2. Kisaran umur penderita adalah 3-90 tahun dengan proporsi laki-laki sebesar 62.5%.
Hanya 87.5% sampel and 15 variasi alel HLA-DRB1 yang berhasil diidentifikasi. Dua alel yang paling dominan
adalah HLA-DRB1*15:02 (23.8%) and HLA-DRB1*15:01(18.7%). Alel lain yaitu HLA-DRB1*01:01, HLA-
DRB1*08:01 and HLA-DRB1*12:01 hanya ditemukan pada malaria berat, akan tetapi alel spesifik HLA-
DRB1*04:01 yang berkaitan dengan kerentanan terhadap malaria berat tidak ditemukan. Dua dari empat alel
homozigot yaitu HLA-DRB1*07:01 dan HLA-DRB1*15:01 tidak ditemukan pada malaria berat. Meskipun
dengan sampel yang terbatas dan belum menggambarkan alel spesifik pada kelompok sampel, namun studi
pendahuluan ini cukup bermanfaat untuk pemeriksaan dan anaIisis HLA lebih lanjut. Perlu sampel yang lebih
banyak dan analisis yang lebih mendalam untuk mendapatkan data HLA yang lebih lengkap.

Kata kunci: HLADRB1, malaria, Kalimantan Tengah

85
Pendahuluan diujikan. HLA-DRB1*01 berkaitan
dengan tingginya frekuensi non responder
Human Leucocyte Antigen
terhadap repetitive region PvMSP-9, dan
(HLA)merupakan marker genetik yang
HLA-DRB1*11 berkaitan dengan
berfungsi mempresentasikan antigen oleh
rendahnya frekuensi responder terhadap
Antigen Presenting Cell (APC) sehingga
Pv MSP3 full length recombinant protein
dapat dikenali oleh sistem kekebalan yaitu 14
.
limfosit T. Gen HLA terletak pada lengan
Untuk mengetahui hubungan alel
pendek kromosom 6, yang dibagi menjadi
HLADRB1 dengan jenis malaria dan
2 tipe yaitu tipe 1 terdiri dari lokus HLA-
tingkat keparahan, maka dilakukan
A, HLA-B dan HLA-C, dan tipe 2 terdiri
penelitian yang merupakan studi
dari lokus HLA-DP, HLA-DQ dan HLA-
pendahuluan untuk mengidentifikasi alel
DR. Pada manusia, kedua tipe HLA
HLADRB1 pada pasien malaria di
tersebut mempunyai tingkat keragaman
Kalimantan Tengah.
alel yang sangat tinggi pada populasi1.
Penelitian menunjukkan adanya
hubungan keragaman alel HLA type 2 Metode
dengan beberapa penyakit antara lain;
tuberkulosis 2, diabetes melitus type 13, Sampel
Subyek sampel penelitian
systemic Lupus Erithematosus/SLE 4),
merupakan bagian dari studi malaria yang
multiple sclerosis/ MS 5, hepatitis C 6,
dilakukan di RS Doris Sylvanus,
dengue 7, lepra 8) dan malaria 9-11.
Palangkaraya dan subyek Mass Blood
Meskipun demikian, mekanisme terjadinya
Survey (MBS) di daerah endemis malaria
fenomena tersebut belum diketahui dengan
yaitu di desa Tumbang Kalemei,
pasti sampai saat ini 1,12.
Kabupaten Kasongan, Kalimantan Tengah
Beberapa penelitian malaria falsiparum
yang dilaksanakan pada tahun 2010.
memperlihatkan adanya hubungan alel
Persetujuan etik penelitian tersebut telah
HLA dengan tingkat keparahan penyakit,
diperoleh dari Badan Litbangkes no no
khususnya HLADRB1. Penelitian di
LB.03.02/KE/1498/2010tanggal 9 April
Thailand menunjukkan bahwa frekuensi
2010. Spesimen berupa apus darah dan
alel HLA-DRB1*10:01 lebih tinggi secara
spot darah jari yang diteteskan pada kertas
bermakna pada subyek dengan malaria
filter (Wattman no 3). Kasus malaria di RS
ringan daripada malaria cerebral atau berat
10 ditentukan berdasarkan catatan medis
. Demikian juga dengan alel lain yaitu
pasien yang dikonfirmasi dengan
HLA-DRB1*13:02 dan HLA-
pemeriksan mikroskopis dan Polymerase
DQB1*05:01 yang ternyata berkaitan
Chain Reaction (PCR) oleh tenaga
dengan proteksi terhadap malaria berat
laboratorium Badan Litbangkes,
pada anak di Gambia 13. Namun
bersamaan dengan hasil MBS. Penelitian
sebaliknya dengan alel HLA-DRB1*04,
ini merupakan studi pendahuluan, dengan
merupakan faktor resiko malaria berat
jumlah sampel sebanyak 40 subyek, terdiri
pada anak di Gabon dan Ghana 11 .
dari 7 subyek dengan malaria berat
Kaitan alel HLADRB1 dengan malaria
(falciparum malaria), 22 subyek malaria
berat pada vivaks belum banyak
tanpa komplikasi (11 falciparum dan 11
dilakukan. Penelitian yang dilakukan di
vivaks) dan 11 subyek non malaria.
Brasilia menyatakan bahwa alel HLA-
DRB1*04 dan HLA-DRB1*03 ternyata
berkaitan dengan tingginya respon imun Pemeriksaan tipe alel HLA-DRB1
Tipe alel HL-DRB1 diperiksa
IgG terhadap lima dari 9 antigen
menggunakan teknik PCR- sequence-
permukaan Plasmodium vivax yang

86 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.5.2.2016:85-93


HLA-DRB1 pada pasien …(Sarwo dkk)

specific oligonucleotides (SSO) (one Lambda Inc), dan berdasarkan nilai


dilanjutkan dengan deteksi micro bead cutoff maka dapat diketahui variasi alel
dengan teknologi Luminex XMAP. HLA dari sampel. Data alel selanjutnya
Tahapan pemeriksaan HLA meliputi ditampilkan secara deskriptif yaitu
ektraksi DNA, amplifikasi DNA, frekuensi alel pada masing masing
netralisasi dan hibridisasi. Ekstraksi DNA kelompok sampel. Alel HLA diturunkan
dari spot darah kering menggunakan kit dari kedua orang tua, maka jumlah alel
ekstraksi komersial (Qiamp mini kit) yang dianalisis dari 40 sampel sebanyak
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. 80 alel.
Amplifikasi sampai hibridisasi
menggunakan kit LabType SSO typing test Hasil
15
. Pada tahap amplifikasi, sampel DNA Karakteristik subyek dari sampel yang
diperbanyak dengan 1 set primer HLA-DR diperiksa menunjukkan kisaran umur
dengan suhu amplifikasi sebagai berikut: antara 3 – 90 tahun, proporsi laki-laki
tahap 1 (960C-3 menit, 1 siklus); tahap 2 (62,5%) hampir dua kali lipat
(960C-20 detik, 600C-30 detik, 720C-30 dibandingkan perempuan, proporsi subyek
detik, sebanyak 5 siklus); tahap 3(960C-10 dengan malaria tanpa komplikasi
detik, 600C-25 detik, 720C-30 detik, (falsiparum atau vivaks) lebih banyak
sebanyak 30 siklus) dan tahap 4 (720C-10 (55%) daripada subyek yang tidak
menit dan 40C). Kemudian dilakukan menderita malaria (27,5%) dan malaria
elektroforesis dan visualiasi untuk melihat berat (17,5), seperti tampak pada Tabel 1.
hasil amplifikasi DNA. Tahap selanjutnya Hasil amplifikasi DNA dengan 1 set
adalah menambahkan buffer denaturasi primer HLADRB1 menunjukkan satu pita
dan buffer netralisasi, yang dilanjutkan DNA pada exon 2 dengan panjang basa
dengan hibridisasi yaitu menambahkan sekitar 300 bp, seperti tampak pada
bead/ microsphere yang telah dilapisi gambar 1. Visualisasi produk DNA ini
probe berupa biotin. Setelah pencucian digunakan untuk mengecek hasil
dengan buffer pencuci sebanyak 2 kali, amplifikasi sebelum dilanjutkan dengan
kemudian ditambahkan larutan R- tahap berikutnya yaitu hibridisasi. Semua
picoeritrin yang telah dikonjugasikan DNA sampel berhasil diamplifikasi
dengan streptavidin (SAPE). Hasil akhir dengan panjang pita yang sama yaitu
yang berupa Mean Fluorecense Intensity sekitar 300 bp, meskipun dengan
(MFI) dari phycoerythrin kemudian dibaca intensitas ketebalan pita yang berbeda.
dengan mesin luminex XMAP. Analisis
MFI mengunakan program HLA Fussion 2

Tabel 1. Karakteristik subyek dari sampel yang diperiksa

Karakteristik n %
Umur (kisaran th) 3 - 90
Laki-laki 25 62.5
Perempuan 15 37.5
Malaria tanpa komplikasi (Pf/Pv) 22 55
Malaria berat 7 17.5
Non malaria 11 27.5
Total 40 100

87
Gambar 1. Hasil amplifikasi DNA lokus HLA-DRB1
(M: marker 100 bp, sampel no: 37-42, panjang pita DNA: 300 bp)

Hasil pemeriksaan alel HLADRB1 tidak malaria, alel yang teridentifikasi


menunjukkan bahwa hanya 87,5% (70/80) hanya 82 – 86%, dengan variasi alel
alel yang terdeteksi dan dapat dianalisis, HLADRB1 terbanyak pada malaria tanpa
sedangkan 12,5% (10/80) sisanya tidak komplikasi. Berdasarkan tipe alel terdapat
dapat dianalisis karena tidak menunjukkan 15 variasi alel HLA-DRB1 yaitu HLA-
alel yang spesifik. Berdasarkan kelompok DRB1*15:02 sebanyak 23,8% (19/80),
malaria maka variasi alel HLADRB1 yang HLA-DRB1*15:01 sebanyak 18,7%
terindentifikasi dapat dilihat pada Tabel 1. (14/80) dan HLA-DRB1*12:02 sebanyak
Pada malaria berat semua alel berhasil 17,5% (14/80). Proporsi alel yang lain
teridentifikasi, sementara pada kelompok dibawah 7%, seperti tampak pada Tabel 2.
lain yaitu malaria tanpa komplikasi dan

Tabel 2.Variasi alel HLADRB1yang terdeteksi berdasarkan kelompok malaria.

Kelompok malaria Jumlah alel Alel yang Jumlah variasi


(2n=80) teridentifikasi (%) alel
Malaria tanpa komplikasi (Pf/Pv) 44 86,4 8
Malaria berat 14 100 7
Non malaria 22 81.8 7
Total 80 87.5 15*

88 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.5.2.2016:85-93


HLA-DRB1 pada pasien …(Sarwo dkk)

Tabel 2.Frekuensi alel HLA-DRB1 yang terdeteksi berdasarkan


kelompok malaria (2n = 80)

No Alel alel terdeteksi Malaria tanpa Malaria Non malaria


HLADRB1 (n,%) komplikasi (44) berat (14) (22)
1 DRB1*01:01 1 (1,3) - 1 -
2 DRB1*03:01 1 (1,3) 1 - -
3 DRB1*04:03 2 (2,5) 3 - -
4 DRB1*04:05 3 (3,7) - - 3
5 DRB1*07:01 5 (6,3) 1 1 3
6 DRB1*08:01 1(1,3) - 1 -
7 DRB1*09:01 1(1,3) 1 - -
8 DRB1*11:01 1(1,3) - - 1
9 DRB1*12:01 1(1,3) - 1 -
10 DRB1*12:02 14(17,5) 11 2 1
11 DRB1*13:02 2(2,5) 1 - 1
12 DRB1*14:04 1(1,3) 1 - -
13 DRB1*15:01 15(18,7) 6 4 5
14 DRB1*15:02 19(23,8) 11 4 4
15 DRB1*15:11 1(1,3) 1 - -
16 Tidak terdeteksi 10(12,5) 6 - 4

Alel HLA-DRB1 yang dijumpai pada HLA-DRB1*07.01, HLA-DRB1*12:02,


ketiga kelompok sampel adalah HLA- HLA-DRB1*15:01 dan HLA-
DRB1*12:02, DRB1*15:02 dan DRB1*15:02 dengan frekuensi alel
DRB1*15:01 dengan jumlah paling homozigot terbanyak pada malaria tanpa
banyak adalah alel HLA-DRB1*15.02. komplikasi sebanyak 10%. Alel HLA-
Sedangkan alel yang lain hanya ditemukan DRB1*07.01 dan HLA-DRB1*15:01 tidak
pada 1 atau 2 kelompok malaria. dijumpai pada malaria berat tetapi
Diantara alel yang teridentifikasi, dijumpai pada malaria tanpa komplikasi
sebanyak 20% (8/40) sampel merupakan atau non malaria , seperti tampak pada
alel homozigot (jenis alel sama yang Tabel 3.
diturunkan dari kedua orangtua), yaitu

89
Tabel 3. Identifikasi alel homozigot HLA-DRB1 berdasarkan kelompok malaria (n=40)

Alel Malariatanpa Malaria Non Total


homozigot komplikasi (22) berat (7) malaria (11) (40)
DRB1*07:01 - - 1 1
DRB1*12:02 1 1 - 2
DRB1*15:01 1 - 1 2
DRB1*15:02 2 1 - 3
Jumlah 4 2 2 8 (20%)

kurang, faktor pencucian yang kurang


Pembahasan sempurna atau primer yang kurang spesifik
terhadap alel yang diidentiikasi. Meskipun
HLA merupakan antigen dengan
untuk kemungkinan yang terakhir, kit
polimorfisme yang sangat tinggi dan
HLA yang digunakan pada penelitian ini
identifikasi HLA sering digunakan dalam
bersifat universal terhadap populasi di
studi antropologi, forensik, transplantasi
seluruh dunia. Polimorfisme alel yang
jaringan, transfusi platelet serta deteksi
sangat tinggi, memungkinkan munculnya
kerentanan dan resistensi suatu penyakit
1,16 alel yang tidak spesifik (possibility allele).
. Di Indonesia penelitian tentang HLA
masih terbatas. Studi yang dilakukan pada Untuk memberikan hasil yang
etnis Jawa Barat menunjukkan bahwa optimal, konsentrasi DNA yang digunakan
polimorfisme HLA pada etnis tersebut erat sebaiknya 20 ng/ul 15. Spot darah kering
hubungannya dengan populasi di Asia dapat digunakan untuk identifikasi alel
Tenggara, dan alel yang ditemukan adalah HLA, namun seringkali konsentrasi DNA
HLA-A*24:07 (21,6%), HLAB*15:02 yang diperoleh tidak sebanyak whole
(11,6%), HLA-B*15:13 (11.2%) dan blood atau limfosit. Hal tersebut telah
HLA-DRB1*12:02 (37,8%) 16. Selain erat diatasi dengan mengurangi volume pelarut
hubungannya dengan etnis tertentu, alel akhir pada saat isolasi DNA atau membuat
HLA juga berkaitan dengan beberapa pengenceran bila konsentrasi DNA cukup
10,11,14
penyakit termasuk malaria . tinggi. Pencucian, suhu dan waktu
Metode pemeriksaan tipe HLA inkubasi merupakan tahap yang penting
beragam. Pada awalnya secara serologi dalam proses hibridisasi. Pencucian yang
menggunakan antiserum dan secara tidak sempurna/ terlalu keras saat
sitologi menggunakan kultur limfosit. membuang cairan dapat menyebabkan
Selanjutnya berkembang ke arah bead yang telah dilapisi probe di dalam
pemeriksaan molekuler yang hasilnya sumuran akan terbuang sehingga tidak
lebih akurat dengan metode PCR- dapat dibaca oleh alat luminex. Kit ini
Sequence Specific Primer (SSP), PCR- sensitif terhadap cahaya sehingga harus
SSO, sekuensing dan reference strand- dihindari paparan cahaya langsung15 (Lab
based conformation analysis (RSCA) yang Type SSO-oneLambda Inc manual kit Rev
sekarang telah berkembang dan banyak 12). Metode SSO menggunakan prinsip
digunakan 17-19. Metode PCR-SSO dipilih dasar teknologi luminex yang mempunyai
karena mempunyai akurasi yang tinggi, resolusi tinggi (mampu mendeteksi
bersifat spesifik, dan dapat digunakan minimal 4 digit alel HLA), volume sampel
untuk pemeriksaan dengan banyak sampel yang digunakan sedikit dan mampu
17
. Hasil penelitian menunjuk kan mendeteksi semua alel HLA 20. Namun
tidak semua alel HLA-DRB1 (82,5%) karena variasi alel sangat banyak,maka
berhasil diidentifikasi, masih terdapat pemilihan kit HLA yang spesifik dengan
12,5% alel yang tidak teridentifikasi populasi yang diperiksa sangatlah penting .
karena beberapa sebab antara lain;
konsentrasi DNA yang kemungkinan

90 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.5.2.2016:85-93


HLA-DRB1 pada pasien …(Sarwo dkk)

Alel HLA-DRB1 dominan yang DRB1*01:01 ternyata juga menunjukkan


ditemukan adalah HLA-DRB1*15:02, hasil yang berbeda bermakna antara
HLA-DRB1*15:01 dan HLA- malaria ringan dan malaria cerebral atau
DRB1*12:02 dengan frekuensi sebanyak berat 10. Namun sebaliknya dengan alel
17-23%. Ketiga alel tersebut ditemukan HLA-DRB1*04 yang ternyata merupakan
pada semua kelompok sampel baik malaria faktor resiko malaria berat pada anak di
maupun non malaria. Alel lain yaitu HLA- Ghana dan Gabon 11,23. Meskipun pada
DRB1*01:01, HLA-DRB1*08:01 and penelitian ini ditemukan juga alel HLA-
HLA-DRB1*12:01 hanya ditemukan pada DRB1*04, namun satu alel yaitu HLA-
malaria berat, akan tetapi alel spesifik DRB1*04:03 ditemukan pada malaria
HLA-DRB1*04:01 yang berkaitan dengan tanpa komplikasi dan alel lainnya HLA-
kerentanan terhadap malaria berat tidak DRB1*04:05 ditemukan pada non malaria.
ditemukan. Penelitian terdahulu Mengingat jumlah sampel dan frekuensi
menunjukkan bahwa alel HLA- alel HLA-DRB1 yang teridentifikasi relatif
DRB1*12:02 dan DRB1*15:02 juga kecil, maka hasil penelitian belum dapat
merupakan alel dominan yang ditemukan menggambarkan alel spesifik pada
pada etnis Jawa Barat, yang erat masing- masing kelompok sampel malaria.
hubungannya dengan populasi di Asia Tingkat keparahan malaria selain
Tenggara 16. Namun penelitian tersebut ditentukan oleh faktor genetik manusia,
tidak mengkaitkan tipe HLA dengan suatu dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya
penyakit tertentu. seperti tingkat kekebalan dan pengobatan
yang adekuat serta faktor internal dari
Empat alel homozigot (alel sama
parasit yaitu jenis spesies, densitas dan
yang diturunkan oleh kedua orangtua)
sifat resistensi parasit 24-26.
telah ditemukan, tiga diantaranya sama
Hasil penelitian pendahuluan ini belum
dengan alel dominan di atas, ditambah
memberi gambaran yang spesifik alel
satu alel HLA-DRB1*07:01. Namun alel
HLADRB1 pada tiap kelompok sampel
homozigot HLA-DRB1*07:01 dan HLA-
malaria. Namun data ini bermanfaat untuk
DRB1*15:01 tidak ditemukan pada
pemeriksaan dan analisis HLA selanjutnya
malaria berat. Keuntungan dan kerugian
alel homozigot atau heterozigot terhadap
suatu penyakit masih diperdebatkan. Kesimpulan
Dua tipe alel HLA-DRB1 yang paling
Doherty dan Zinkernagel (1975)
banyak ditemukan adalah HLA-
mengemukakan hipotesisnya bahwa
DRB1*15:02 (23.8%) and HLA-
individu dengan alel HLA heterozigot
DRB1*15:01(18.7%). Alel lain yaitu
lebih resisten terhadap suatu penyakit
HLA-DRB1*01:01, HLA-DRB1*08:01
karena mampu mempresentasikan antigen
and HLA-DRB1*12:01 hanya ditemukan
lebih banyak daripada alel homozigot 21-22,
pada malaria berat, akan tetapi alel spesifik
yang selanjutnya antigen tersebut akan
HLA-DRB1*04:01 yang berkaitan dengan
dikenali oleh sistem kekebalan untuk
kerentanan terhadap malaria berat tidak
dimusnahkan.
ditemukan. Alel homozigot HLA-
Dalam penelitian ini ditemukan alel DRB1*15:02 juga hanya ditemukan pada
HLA-DRB1*13:02 pada malaria tanpa malaria berat.
komplikasi (P vivax) dan non malaria. Meskipun menggunakan sampel
Penelitian sebelumnya di Gambia yang terbatas, hasil penelitian pendahuluan
diketahui bahwa alel haplotype HLA- ini belum memberi gambaran yang
DRB1*13:02 - DQB1*05:01 ternyata spesifik alel HLADRB1 pada tiap
berkaitan dengan proteksi terhadap malaria kelompok sampel malaria, namun studi
berat 13. Penelitian serupa di Thailand pendahuluan ini cukup bermanfaat untuk
menunjukkan bahwa alel lain yaitu HLA- pemeriksaan dan anaIisis HLA lebih lanjut

91
Saran DRB1 and Serum Alanine Aminotransferase
Untuk mendapatkan gambaran alel Levels in Chronic Hepatitis C in the Chinese
Population, J GastroenterolHepatol, 2008 ,23
HLA pada pasien malaria yang lebih (9):1394-402.
lengkap di Indonesia maka perlu dilakukan 7. Lan NTP., Kikuchi M., Vu TQ., Do
penelitian dengan jumlah sampel yang QH., Tran TT., Vo DT., Ha MT., Vo
lebih besar dengan jenis alel HLA yang VT., Cao TP., Tran VD., Oyama T., Morita
lebih banyak. Pemilihan metode juga K., Yasunami M., Hirayama K., Protective
and Enhancing HLA Alleles, HLA-
perlu dipertimbangkan untuk memberikan DRB1*0901and HLA-A*24, for Severe
hasil yang lebih baik, lengkap dan cost Forms of Dengue Virus Infection, Dengue
efektif. Hemorrhagic Fever and Dengue Shock
Syndrome, Plosntds, 2008, 2 (10).
Ucapan Terima Kasih 8. Hsieha NK., Chuck CC., Leed NS., Leec HL.
Terima kasih kami ucapkan kepada and Linc M., Association of HLA-
Kepala Dinas Provinsi Kaliman Tengah DRB1*0405 with Resistance to Multibacillary
dan Direktur RS Doris Sylvanus, Leprosy in Taiwanese. Human Immunology,
Palangkaraya yang telah mengijinkan 2010, 71(7): 712-716.
pengambilan sampel di RS tersebut, 9. Seesod N., Lindqvist AK., Allen M.,
Sueblinvong T., Perlmann H., Blomberg MT.,
Kepala Dinas Kabupaten Katingan dan Thaiting S., Perlmann P. and Gyllensten,
Kepala Puskesmas Tumbang Samba HLA Class 1 Loci and Malaria Infection in
beserta staf yang telah mengijinkan dan Thailand, Hereditas, 2000,132:119- 127.
membantu pelaksanaan MBS di wilayah 10. Hananantachai H., Patarapotikul J., Ohashi J.,
desa Tumbang Kalemei, Kabupaten Naka I., Looareesuwan S. andTakunaga K.,
Polymorphism of the HLA-B and HLA-DRB1
Katingan. Genes in Thai Malaria Patients. Jpn J Infect
Daftar Rujukan Dis, 2005, 58:25-28.
1. Choo, SY., The HLA System: Genetics, 11. Osafo-Addo AD., Koram KA., Oduro AR.,
Immunology, Clinical Testing and Clinical Wilson M., Hodgson A., and Rogers WO.,
Implication. Yonsey Med J, 2007, 48 (01): *HLA-DRB1*04 Allele Is Associated with
11-23. Severe Malaria in Northern Ghana. Am. J.
2. Bothamley GH., Beck JS., Schreuder Trop. Med. Hyg, 2008, 78(2):251–255.
GM., D'Amaro J., de Vries RR., Kardjito 12. Hirayama K. Genetic Factors Associated with
T., Ivanyi J., Association of Tuberculosis and Development of Cerebral Malaria and Fibrotic
M. tuberculosis-specific Antibody Levels with Schistosomiasis. The Korean J of
HLA.J Infect Dis.1989; 159 (3): 549-555. Parasitology, 2002, 40 (4): 165-172.
3. Vehic K., Hamman RF., Lezotte D.Norris 13. Hill AVS., Allsopp CEM., Kwiatkowki D.,
JM., Klingesmith GJ., Rewers M. and Anstey NM., Twumasi P., Rowe PA., Bennett
Dabelea D., Trends in High-Risk HLA S., Brewster D., McMichael A., Greenwood
Susceptibility Genes Among Colorado Youth BM., Common West African HLA Antigens
With Type 1 Diabetes. Diabetes Care, 2008, are Associated with Protection from Severe
31:1392–1396. Malaria, Nature, 1991, 352 : 595–600.
4. Kong NC., Nasruruddin BA., Murad S., Ong 14. Lima-Junior JC., Rodrigues-da-Silva RN.,
KJ., Sukumaran KD., HLA Antigens in Malay Banic DM., Jiang J., Sing B., Fabrı´cio-Silva
Patients with Systemic Lupus Erythematosus. GM., Porto LCS., Meyer EVS., Moreno
Lupus, 1994, 3 (5):393-5. AMM., Barnwell JW., Galinski MR., de
5. Ghabaee M., Bayati A., Amri Saroukolaei S, Oliveira-Ferreira J., Influence of HLA-DRB1
Sahraian MA., Sanaati MH., Karimi P., and HLA-DQB1 Alleles on IgG Antibody
Houshmand M., Sadeghian H., Hashemi Response to the P. vivax MSP-1, MSP-3a and
Chelavi L., Analysis of HLA DR2&DQ6 MSP-9 in Individuals from Brazilian Endemic
(DRB1*1501, DQA1*0102, DQB1*0602) Area. , Plos One, 2012, 7(5).
haplotypes in Iranian patients with multiple 15. Product insert LABType® SSO Typing Tests
sclerosis. Cell Mol Neurobiol. 2009 , kit. One Lambda.
29(1):109-14. 16. Yuliwulandari R., Kashiwase K., Nakajima
6. Yu RB., Hong X., Ding WL., Tan YF., Zhang H., Uddin J., Susmiarsih TP., Sofro ASM. and
YX., Sun NX., Wu GL., Zhan SW., Ge DF., Tokunaga K. Polymorphisms of HLA Genes
The Association Between the Genetic in Western Javanese (Indonesia): Close
Polymorphism of HLA-DQA1, DQB1, and

92 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.5.2.2016:85-93


HLA-DRB1 pada pasien …(Sarwo dkk)

Affinities to Southeast Asian Populations. Allele-specific Measures. BMC Medical


Tissue Antigens, 2008, 73: 46–53. Genetics, 2003, 4. Diunduh dari
17. Ng J., Nurlay CK., Baxter-Lowe LA., Chepak http://www.biomedcentral.com/1471-
M., Cappe PA., et al., Large-scale 2350/4/2. PadaTanggal 12 Mei 2016.
Oligonucleotide Typing for HLA-DRB1/3/4 23. May J, Meyer CG., Kun JF, Lell B., Luckner
and HLA-DQB1 is Highly Accurate, Specific, D., Dippmann AK., Bienzle U., Kremsner
and Reliable. Tissue Antigens, 1993, 42: 473- PG., HLA Class II Factors Associated with
479. Plasmodium falciparum Merozoite Surface
18. Erlich HA., Opelz G. and Hansen J., HLA Antigen Allele Families, J Infect Dis, 1999,
DNA Typing Review and Transplantation. 179: 1042–1045.
Immunity, 2001, 14: 347–356. 24. WHO., Clinical, Behavioral and Economical
19. Mahdi BM., A Glow of HLA Typing in Factors Related to Severe Malaria (a
Organ Transplantation, Clinical and Multicenter Study in Africa Region). WHO
Translational Medicine, 2013, 2:6. Report. 2002.
20. Heinemann NM., HLA Genotyping and 25. Phillips A., Bassett P., Zeki S., Newman S.,
Antibody Characterization using the and Pasvol G.. Risk Factors for Severe
Luminex™ Multiplex Technology. Transfus Disease in Adults with Falciparum Malaria,
Med Hemother. 2009. 36:000–000. DOI: CID, 2009, 8: 871-878.
10.1159/ 000228834. 26. Schwartz E., Sadetzki S., Murad H. and
21. Doherty PC. and Zinkernagel RM., A Raveh D. ,Age as a Risk Factor for Severe
Biological Role for the Major Plasmodium falciparum Malaria in
Histocompatibility Antigens. Lancet, 1975, Nonimmune Patients, CID, 2001,33:1771-
1:1406-1409. 1777
22. Lipsitch M., Bergstrom CT., Antia R., Effect
of Human Leukocyte Antigen Heterozygosity
on Infectious Disease Outcome: The Need for
27. .

93

You might also like