Professional Documents
Culture Documents
The Existence Of Traditional Musical Instruments As A Company For The Lulo Dance In
Konawe District, Southeast Sulawesi
Abstract
Along with the development of the times, the traditional musical instruments of the Tolaki
people as the accompaniment of the lulo dance have changed. The existence of traditional
musical instruments of the Tolaki tribe is increasingly rare. This study aims to describe the
existence of traditional Tolaki musical instruments as an accompaniment to the lulo dance in
Konawe Regency, Southeast Sulawesi. The method in this study uses a descriptive qualitative
approach. The location of this research is located in Konawe Regency, Southeast Sulawesi
Province. This study uses data sources derived from observations, interviews, and
documentation. The instrument in this research is the researcher himself. The validity of the
data is done by using technical triangulation and source triangulation. The results found in this
study are the existence of traditional Tolaki musical instruments as an accompaniment to the
lulo dance in Konawe Regency, Southeast Sulawesi, which has developed so that it shifts the
values, meanings, and functions of the Tolaki ethnic community. The government and the
community are trying to maintain the existence of traditional Tolaki musical instruments as an
accompaniment to the lulo dance in Konawe Regency, Southeast Sulawesi. Because based on its
history, traditional musical instruments of the Tolaki tribe have a role in maintaining the values,
meanings, and functions of the lulo dance.
Abstrak
Seiring berkembangnya zaman Alat musik tradisional masyarakat suku tolaki sebagai iringan
tari lulo mengalami perubahan. Keberadaan alat musik tradisional masyarakat suku tolaki
semakin jarang dijumpai. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksistensi alat musik
tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Lokasi
penelitian ini terletak di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini
menggunakan sumber data yang berasal dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Instrument pada penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Keabsahan data dilakukan dengan
menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Hasil yang ditemukan dalam penelitian
ini adalah eksistensi alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo di Kabupaten
Konawe Sulawesi tenggara mengalami perkembangan sehingga menggeser nilai-nilai, makna,
dan fungsi dimasyarakat suku tolaki. Pemerintah dan masyarakat berupaya mempertahankan
eksistensi alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo di Kabupaten Konawe
Sulawesi Tenggara. Karena berdasarkan sejarahnya alat musik tradisional suku tolaki memiliki
peran dalam mempertahankan nilai-nilai, makna, serta fungsinya pada tari lulo.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
1. Pendahuluan
Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Provinsi yang terletak di Indonesia bagian
Tengah yang memiliki berbagai macam suku. Dimana suku Tolaki adalah salah satu suku
pribumi yang ada di Sulawesi Tenggara. Karakteristik seni tradisi yang dimiliki masyarakat
Sulawesi Tenggara banyak mengadopsi tradisi Melayu, Tionghoa, Arab, dan India sehingga
mempengaruhi kesenian tradisi yang ada di Sulawesi Tenggara. Salah satu tradisi kesenian yang
dimiliki masyarakat suku Tolaki yaitu memainkan alat musik tradisional dalam setiap upacara
adat atau kegiatan masyarakat lainya.
Kegunaan dan fungsi alat musik tradisional dalam suatu tradisi yang dimiliki oleh
kelompok masyarakat pada suatu daerah, Salah satunya adalah sebagai irangan tari. Musik
iringan tari merupakan bagian terpenting untuk mengiringi suatu tarian yang berfungsi
memberi irama atau membantu mengatur waktu, memberi ilusi atau gambaran suasana,
membantu mempertegas ekspresi gerak, serta membangkitkan ilham dalam diri penari
(Nurhadi, 2021:7). Selain digunakan dalam iringan tari, alat musik tradisional masyarakat tolaki
juga digunakan dalam upacara-upacara adat, menyambut pejabat publik dan sebagai hiburan
masyarakat. Dari beberapa kegunaan dan fungsi alat musik tradisional, masyarakat suku tolaki
yang hidup di zaman ini diupayakan untuk tetap mempertahankan warisan dari nenek moyang
suku tolaki.
Alat musik tradisional yang ada di Sulawesi Tenggara antara lain gong, kanda wuta
(gendang tanah), baasi, dimba nggowuna (gendang bambu), lado-lado, ore-ore nggae, ore-ore
mbondu, seruling bambu, gambus, dan kecapi. Alat musik tradisional ini menjadi warisan
masyarkat suku Tolaki. Sehingga secara turun-temurun alat musik tradisional tersebut
digunakan dan berfungsi dikehidupan sehari-hari masyarakat suku Tolaki.
Tari tradisi masyarakat suku Tolaki adalah Tari Lulo, dimana tarian ini hanya
menggunakan beberapa alat musik tradisional sebagai musik pengiringnya, yaitu kanda wuta
atau dalam Bahasa Indonesia disebut gendang tanah (Zulfhruddin, 2018:2). (Damayanti,
2018:6) mengemukakan bahwa tarian lulo diiringi oleh beberapa alat musik tradisional
masyarakat tolaki yakni gong. Tetapi zaman dulu, sebelum masyarakat mengenal alat musik
pengiring dari gong, tarian lulo diringi dari sebuah gendang dan alat musik sejenis kolintang
yang terbuat dari bambu dimodifiksi sehingga menghasilkan bunyi.
Alat musik iringan tari lulo di Kabupaten Konawe sudah banyak mengalami
transformasi atau perubahan dari puluhan tahun yang lalu hingga saat ini. Proses perubahan
musik iringan Tari lulo di Kabupaten Konawe tersebut mengalami beberapa fase yakni dari
penggunaan beberapa alat musik tradisional, tabe recorder, iringan musik band dan sampai
sekarang alat musik elekton/keyboard. Penyebab terjadinya transformasi tersebut diakibatkan
oleh alat musik tradisional yang digunakan untuk mengiringi tari lulo di Kabupaten Konawe
sudah semakin langka keberadaannya, masyarakat dan generasi muda tidak tertarik lagi
mempelajari alat musik tersebut, pengaruh dari era globalisasi dan perkembangan zaman.
Pemain yang memperagakan Tari lulo lebih bersemangat dengan bantuan alat musik
modern ini, namun di luar dari itu sebenarnya alat musik modern iringan Tari lulo ini akan
sangat berdampak buruk bagi pendengaran dan pada akhirnya akan merubah bahkan
menghilangkan nilai-nilai luhur dari Tari lulo itu sendiri (kasno, dkk. 2019:96)
Eksistensi merupakan sebuah keberadaan kehidupan yang hadir dan berpotensi untuk
dipertahankan sehingga mengalami kemajuan ataupun kemunduran, searah dengan
kemampuan suatu kelompok atau individu untuk mempertahankan atau bahkan bisa
menghilang keberadaan tersebut (Majid, 2020:14-15).
Kabupaten Konawe dewasa ini mengalami beberapa kemajuan dalam aktivitas
berkesenian khususnya pada penggunaan alat musik tradisional sebagai iringan tari lulo.
Berkembangnya beberapa alat musik modern yang memiliki kecanggihan-kecanggihan untuk
mempermudah pemainnya dalam menggunakannya, sehingga masyarakat memamfaatkan
keberadaan alat musik modern tersebut. Dengan segala kemudahan dan kelengkapan yang
dimiliki alat musik modern tersebut, mengakibatkan keberadaan alat musik tradisional suku
2
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
tolaki yang ada di Kabupaten Konawe sudah jarang kita jumpai setiap pada pertunjukkan tari
lulo.
Penelitian yang bertopik Eksistensi alat musik tradisional pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya oleh Sianturi, (2018) dalam skripsinya yang berjudul “Eksistensi Alat Musik
Arbab Di Huta Manik Saribu Nagori Sait Buttu Saribu Sidamanik Simalungun”. dimana penelitian
ini membahas alasan masyarakat tentang alat musik arbab yang kurang diminati, serta fungsi
dan maknanya di masyarakat.
Trihasnanto, (2016) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Eksistensi Gamolan Di
Masyrakat Kota Bandar Lampung Melalui Internalisasi Dan Sosialisasi”. Dalam penelitian ini
meneliti tentang sejarah, bentuk, serta perkembangan alat musik gamolan melalui proses
internalisasi dan sosialisasi.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti
adalah pembahasannya yang berbeda, dimana peneliti akan membahas tentang eksistensi alat
musik tradisional sebagai iringan tari lulo. Pada penelitian ini peneliti yang menitik beratkan
keberadaan alat musik tradisional yang mengalami transformasi sebagai alat musik iringan tari
yang pada akhirnya perannya tergantikan oleh keberadaan alat musik modern dan faktor yang
terjadi dimasyarakat akibat perubahan yang terjadi pada alat musik tradisional sebagai iringan
tari lulo. serta peran masyarakat dan pemerintah dalam mempertahankan keberadaan alat
musik tradisional suku Tolaki sebagai iringan tari lulo di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan eksistensi alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo di
Kabupaten Konawe.
2. Metode
Eksistensi alat musik tradisional sebagai iringan Tari Lulo di Kabupaten Konawe
Sulawesi Tenggara dirancang dengan menggunkan pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif. Lokasi penelitian beralamatkan di Kecamatan Unaaha, Kabupaten Konawe, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan sumber data kata-kata dan tindakan
narasumber yang telah diamati melalui kegiatan observasi dan hasil wawancara sebagai sumber
data utama (primer). Selain itu, sumber data pendukung (sekunder) dalam penelitian ini
menggunakan sumber data tertulis berupa jurnal ilmiah Hal. P.H.P. (2019), Sejarah Tari Lulo
Pada Masyarakat Suku Tolaki Kelurahan Alangga Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe.
Berikut tabel ruang lingkup yang akan menentukan luasan dari penelitian ini.
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, dengan menggunakan
pedoman wawancara terstruktur, wawancara tidak terstruktur. Data yang ditemukan
dilapangan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. kemudian
data tersebut direduksi. Setelah direduksi, selanjutnya adalah mendisplay data untuk dilakukan
penarikan kesimpulan atau verifikasi hasil temuan. Kesimpulan awal yang masih bersifat
sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal
didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang ditemukan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
Keabsahan data yang didapatkan melalui pengecekan menggunakan triagulasi teknik
dengan memakai lebih dari satu strategi penelitian. Dengan menggabungkan hasil observasi dan
wawancara dari sumber data yang sama untuk menemukan jawaban dalam masaalah yang
diteliti. kemudian hasil observasi dan wawancara digabungkan dengan hasil dokumentasi untuk
mendapatkan jawaban yang kredibel atau dapat dipercaya. Dengan kata lain triagulasi teknik
ini bertujuan untuk menyelaraskan kebenaran yang ditemukan. Dalam penelitian ini, validasi
dan reabilitas data yang akan digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik
triagulasi sumber dan triagulasi teknik.
Penerapan teknik triagulasi sumber pada peneliti ini dengan wawancara kepada H.
Darma S. Sos, M.Si, Ade Rahmatullah, dan Iga Virgia yang memberikan informasi. Setelah itu
3
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
informasi yang didapatkan disimpulkan menjadi satu melalui kesepakatan para narasumber.
Contoh penerapan teknik triagulasi sumber dapat digambarkan sebagai berikut.
Keabsahan data yang didapatkan melalui pengecekan menggunakan triagulasi teknik
dengan memakai lebih dari satu strategi penelitian. Dengan menggabungkan hasil observasi dan
wawancara dari sumber data yang sama untuk menemukan jawaban dalam masaalah yang
diteliti kemudian hasil observasi dan wawancara digabungkan dengan hasil dokumentasi untuk
mendapatkan jawaban yang kredibel atau dapat dipercaya. Dengan kata lain triagulasi teknik
ini bertujuan untuk menyelaraskan kebenaran yang ditemukan yang kemudian dilakukan
penarikan kesimpulan. Gambaran pengecekan keabsahan data menggunakan triagulasi teknik
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
4
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
Iringan tari lulo awalanya hanya merupakan sebuah nyanyian biasa disebut moanggo
yang di barengi dengan menginjak-injak padi bersama-sama yang di ditumpuk dalam satu
wadah. Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Darma S.Sos, M.Si menyatakan bahwa, ada dua
jenis tari lulo berdasarkan iringan musiknnya yaitu Lulo Anggo dan Lulo Ngganda. Lulo anggo
yaitu tarian lulo yang mana penarinya bernayanyi sendiri tanpa iringan alat musik dan lulo
ngganda adalah tarian lulo yang menggunakan iringan alat musik kanda wuta.
Zaman ini masyarakat suku Tolaki mengenal tarian lulo merupakan tari pergaulan khas
Sulawesi Tenggara yang populer diberbagai daerah tanpa terkecuali di Kabupaten Konawe.
Tarian ini biasanya dilakukan oleh kawula muda sebagai ajang perkenalan. Saat ini tari lulo
biasanya disuguhkan saat ada tamu kehormatan sebagai tanda persahabatan antara warga
Konawe dengan pendatang, dalam hal ini wisatawan. tarian lulo dengan menggunakan iringan
dari alat musik modern mempengaruhi terjadinya pergeseran nilai,makna, dan fungainya dalam
kehidupan masyarakat suku Tolaki di era serba modern ini. Sehingga makna, nilai, dan fungsi
keberadaan alat musik tradisional masyarakat suku Tolaki sebagai iringan tari Lulo di
Kabupaten Konawe hanya menjadi sebuah cerita di masyarakat suku Tolaki.
5
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
Kanda-kanda wuta memiliki bentuk seperti perahu terbalik, hal tersebut menandakan
bahwa masyarakat suku Tolaki dulunya adalah masyarakat maritim yang tinggal dipinggir
perairan sungai dan laut. Artinya berdasarkan yang diketahui oleh peneliti dan sebagai
masyarakat suku tolaki dalam memaknai alat musik tradisional kanda-kanda wuta ini sebagai
bentuk apresiasi dan bentuk ekspresi ucapan terimaksih terhadap alam semesta, dalam
penelitian yang dilakukan oleh Zhulfahruddin (2018: 46-53), pada saat proses pembuatan
kanda-kanda wuta, terlebih dahulu melakukan kegiatan mosehe atau dalam Bahasa Tolaki yang
berarti ritual. Ritual ini bertujuan untuk meminta kepada roh leluhur agar tidak ada gangguan
gaib yang terjadi pada saat proses pembuatannya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, setelah mengamati dan menganalisa alat
musik kanda-kanda wuta ini terbuat dari kayu, tanah liat, rotan dan pelepah sagu. Berdasarkan
bentuk organologinya kanda-kanda wuta ini meyerupai sebuah tiang dan tali jemuran. Tali rotan
yang dipukul dihantarkan ke tiang penopang (bambu betung) dan terhubung dengan pelepah
sagu yang menutupi tanah hasil galian yang menjadi ruang resonansi sehingga menghasilkan
bunyi. Berdasarkan sumber bunyinya kanda-kanda wuta tergolong dalam alat musik idiophone,
akan tetapi berdasarkan cara memainkannya alat musik ini termasuk dalam alat musik
chordophone (Zhulfahruddin, 2018: 67-68).
Berdasarkan hasil wawancara oleh musisi tradisional suku tolaki Ade Rahmatullah
menyatakan bahwa, kanda-kanda wuta sudah tidak efisien sebagai alat musik iringan tari lulo
karena dari proses pembuatannya membutuhkan waktu lama, Begitupun juga dikatakan oleh H.
Darma S. Sos, M.Si dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, beliau mengatakan bahwa
kanda-kanda wuta sudah sangat jarang dijumpai bahkan anak muda Tolaki sendiri sebagaian
besar tidak tahu apa itu kanda-kanda wuta. Didukung dengan kurangnya sumber daya manusia
(SDM) yang bisa membuat alat musik kanda-kanda wuta ini.
Keberadaan kanda-kanda wuta bisa dikatakan hampir punah karena berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan peneliti untuk mencari informasi tentang kanda-kanda wuta sangat
sulit pada zaman ini didukung dengan perkembangan teknologi yang notabenenya segala
kemudahan bisa dijumpai, tetapi kenyataannya tidak seperti apa yang diharapkan. sehingga
ketidak tahuan dan kurangnya kepedulian terhadap tradisi yang sebenarnya lahir dari tangan
dan kreativitas nenek moyang masyarakat suku Tolaki itu sendiri. Sehingga keberadaan alat
musik kanda-kanda wuta hanya sebagai pajangan dan tidak digunakanlagi sebagai alat musik
yang berfungsi sebagai iringan tari lulo. Harapan peneliti dengan berkembangnya teknologi,
6
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
keberadaan alat musik kanda-kanda wuta dapat dideklarasikan keberadaannya sehingga tetap
eksis dalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku Tolaki dan fungsinya dapat dimamfaatkan
lebih baik.
3.2.2 Gong
Gong merupakan alat musik tradisional yang cukup populer di Indonesia. Tanpa
terkecuali pada masyarakat suku tolaki yang memiliki alat musik tradsional gong yang sama
seperti gong pada umumnya. Pada masyarakat suku tolaki biasa disebut karandu atau tawa-
tawa Gong atau karandu adalah alat musik yang memiliki kesamaan bentuk yang dipopulerkan
oleh Sunan Bonang di pulau Jawa kemudian menjadi media dalam menyebarkan islam di pulau
jawa (Aldin & hak, 2019: 26). Sehingga Tidak menutup kemungkinan karandu yang dikenal
masyarakat suku tolaki sebagai alat musik iringan tari lulo ada pengaruh dari agama islam yang
dibawa oleh Sunan Bonang dari Jawa ke Sulawesi Tenggara. Alat musik gong dimainkan oleh
sang-Maistro atau joki gong menggunakan tiga gong dengan ukuran yang berbeda dan cara
memainkannya dengan cara ditabuh atau dipukul menggunakan dua pemukul dengan ukuran
yang cukup besar.
Gong sendiri lazimnya terbuat dari logam, bentuk bundar besar, dengan pancu atau
benjolan bulat di tengah, biasanaya digantung dengan tali dan penopang berbentuk bingkai yang
terbuat dari kayu besar. Berdasarkan sumber bunyinya karandu tergolong dalam alat musik
idiophone karena dimainkan dengan cara dipukul dan sumber bunyinya berasal dari badan alat
musik itu sendiri. Di Indonesia, gong tersebar diberbagai daerah dengan nama yang berbeda-
beda. Umumnya karandu atau gong yang dimiliki masyarakat suku Tolaki terbuat dari kuningan,
fungsi dasarnya adalah sebagai iringan tari tradisi masyarakat suku tolaki, salah satunya adalah
tari lulo. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ade Rahmatullah mengatakan bahwa iringan
musik tari lulo dapat menggunakan alat musik apa saja selama kebutuhan penata musik iringan
tari itu sendiri.
Masyarakat suku Tolaki memiliki gong dengan nama dan ukuran yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Darma S.Sos, M.Si mengatakan bahwa, karandu itu
yang berukuran besar. sedangkan tawa-tawa memiliki tiga ukuran yaitu besar, sedang, dan kecil
tiap ukuran memiliki nada yang berbeda yang digunakan untuk mengiringi tari lulo. Dan gong
yang paling kecil namanya ndengu-ndengu yang biasa digunakan pada iringan tari mondotambe.
Begitupun yang disampaikan oleh Ade Rahmatullah dalam wawancara menyatakan bahwa Gong
memiliki berbagai macam ukuran dan menghasilkan suara yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil observasi penggunaan gong dimasyarakat suku Tolaki saat
mengiringi tari lulo sangat beraneka ragam. Ada ensambel sejenis yang hanya menggunakan
beberapa gong, tanpa alatlain. Namun ada juga ensambel campuran yang menggunakan satu
gong ditambah dengan beberapa alat musik lain, seperti gendang, dan alat musik modern seperti
keyboard atau organ tunggal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Darma S.Sos, M.Si mengatakan bahwa gong
yang dimiliki suku Tolaki dulunya diproduksi sendiri oleh seniman suku Tolaki itu sendiri.
Namun dizaman ini sudah jarang bahkan tidak ada lagi seniman yang mampu memproduksi
gong atau karandu yang dimiliki masyarakat suku Tolaki. Dikarenakan kurangnya sosialisasi
kepada masyarakat, seniman, atau pengrajin suku tolaki terhadap karandu dan H. Darma S. Sos,
M.Si menambahkan bahwa sanggar yang dimilikinya sebagian besar berasal dari jawa. Beliau
biasanya memesan gong dijawa karena segala kebutuhan dalam menunjang kegiatan
berkesenian pada masyarakat suku Tolaki khusunya pada alat musik tradisional yang ada di
Konawe bahkan di Sulawesi tenggara semuanya dibuat dipulau jawa.
Keberadaan karandu ini menjadi potensi untuk menunjukan salah satu identitas pada
masyarakat suku tolaki itu sendiri. Selain itu mengembangkan pelestarian budaya dan
memberikan ruang terhadap para seniman dan pengrajin untuk tetap berkarya menunjang dan
mengapresiasi alat musik tradisional suku tolaki agar tetap dipertahankan keberadaannya.
Tetapi kenyataannya karandu yang dimiliki masyarakat suku tolaki pada zaman ini tidak di
produksi secara langsung oleh masyarakat suku tolaki itu sendiri karena berdasarkan hasil
wawancara dengan H. Darma S.Sos, M.Si mengatakan bahwa kurangnya bahkan tidak ada lagi
7
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
sumberdaya manusia (SDM) yang bisa/mampu memproduksi sendiri karandu khas masyarakat
suku tolaki.
Gambar 8 Tari lulo dengan iringan alat musik gong/karandu pada acara pernikahan
(Sumber: https://www.instagram.com/p/BNPgpDEDCNu/?utm_source=ig_web_copy_link)
8
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
Konawe, awalnya menggunakan musik tradisional dan sekarang sudah mengalami perubahan
menjadi musik modern. Dimana perubahan tersebut mengalami fase mulai dari penggunaan
beberapa alat musik tradisional, tape recorder, musik band dan sampai sekarang keyboard atau
elekton. Berubahnya alat musik iringan tari lulo dari alat musik tradisional ke musik modern
bukan hanya sebagai media penghibur tetapi adanya rasa gensi yang tinggi agar dipandang
mampu dari segi materil (Kasno, dkk. 2019: 94).
Menurut Ade Rahmatullah dalam wawancara menyatakan bahwa penggunaan alat
musik modern seperti elekton sangat membantu dalam mengiringi tari lulo. efisiensi waktu,
tempat dan berbagai macam suara yang ada didalamnya memberikan warna dalam tiap musik
yang disajikan. berdasarkan hasil observasi alat musik elekton menyesuaikan kebutuhan dan
situasi dimana tari lulo yang ditampilkan dari berbagai kalangan baik dari para remaja, dewasa,
bahkan orang tuapun ikut serta dalam memeriahkan kegiatan tari lulo sebagai sarana hiburan
setelah prosesi adat perkawinan selesai.
Penggunaan elekton/keyboard sebagai media dalam iringan musik tari lulo
mendapatkan respon baik terhadap masyarakat suku Tolaki. Berdasarkan hasil observasi
Keberadaan alat musik modern ini yang masyarakat suku tolaki sebut dengan nama elekton
lantas menuai pandangan negativ oleh beberapa kalangan. Walaupun keberadaannya
membantu seniman dan menjadi sumber mata pencaharian tetapi kehadiran penyanyi yang
biasanya menuai kontrofersi karena pakaian yang digunakan lebih terbuka dengan mengikuti
perkembangan zaman yang semakin kesini menggeser nilai-nilai yang ada dalam iringan musik
tari lulo (Kasno, dkk. 2019: 96). Dimana nilai-nilai yang terdapat pada tari lulo yang
menggunakan alat musik tradisional sebagai iringan musiknya antara lain Nilai Etika, Nilai
Solidaritas, dan Nilai historis.
berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu penari tradsional suku tolaki Iga Virgia
mengatakan bahwa dalam memperagakan tari lulo tradisi maupun kreasi dengan menggunakan
alat musik tradisional penari lebih menjiwai dan penampilan jauh lebih menarik. Berdasarkan
hasil wawancara tersebut pernyataan yang diberikan narasumber berdasarkan maknanya
iringan tari lulo yang menggunakan alat musik tradisional memberikan rasa persatuan atau
kerja sama antara pemusik dan penari. Dimana pemusik berpatokan pada gerakan para penari.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, iringan tari lulo yang
menggunakan musik modern biasanya pada kegiatan acara pernikahan yang ditampilkan
diakhir acara. Dan musik yang ditampilkan adalah lagu dangut, pop, ataupun musik modern
lainnya yang telah diarangsemen dengan tempo yang cepat sekitar 166-176 bpm (beat per
minute). Selain beat yang cepat ada penyanyi wanita yang biasa menemani pemain organ
tunggal itu sendiri. Biasanya penyanyi elekton memperagakan gaya-gaya erotis dan
menggunakan pakaian yang mini dan ketat untuk menarik perhatian para pengunjung dan tamu
undangan.
Umumnya penggunaan alat musik tradisional sebagai iringan tari lulo di Kabupaten
Konawe masih bisa dijumpai, tetapi pada kegiatan tertentu saja seperti pada lomba peringatan
hari kemerdekaan yang merupakan kegiatan rutin tahunan, dimana diadakan lomba tari lulo
kreasi dan sebagian besar selalu menggunakan alat musik tradisional.
Gambar 9 Tari lulo kreasi dengan iringan ansambel campuran alat musik tradisional
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=szCIF2D5J7M)
9
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, bahwa terjadinya perubahan pada iringan
tari lulo didasari pada fungsinya yang bermacam-macam terhadap kehidupan dimasyarakat
suku Tolaki. Jika dimasa lampu sebagai suatu ritual dan media untuk mengapresiasi dan ucapan
terimakasih terhadap dewa padi atau masyarakat suku Tolaki menyebutnya dengan sebutan
sanggoleo mbae (Kasno, dkk. 2019: 25). Tetapi dizaman sekarang ritual atau sebagai media
ekspresi kepada dewa padi yang dipercayai masyarakat suku tolaki sudah tidak pernah kita
jumpai sehingga fungsinya sekarang digunakan sebagai media penghibur. Oleh karena itu, alat
musik tradisional sebagai iringan tari lulo mengikuti fenomena perkembangan yang terjadi pada
iringan musik tari lulo. Begitupun keberadaan kanda-kanda wuta dan karandu/gong fungsinya
mulai tergantikan sebagai iringan tari lulo.
Pada masyarakat suku Tolaki sendiri khususnya dalam menanggapi transformasi yang
terjadi pada alat musik tradisional iringan musik tari lulo di Kabupaten Konawe memiliki
berbagai macam pandangan. sebagian besar alat musik modern yang digunakan dalam iringan
tari lulo adalah elekton/keyboard. Perkembangan yang terjadi pada alat musik tradisional
sebagai iringan tari lulo memiliki pengaruh besar untuk masyarakat suku Tolaki sendiri ataupun
masyarakat pendatang yang ada di Kabupaten Konawe baik dari segi positif maupun negatif.
Terlepas dari dampak positif ataupun negatif penggunaan dari alat musik tradisional ke alat
musik modern juga mengalami perkembangan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
tarian lulo. dimana pada dasarnya nilai yang terkandung pada alat musik tradisional suku tolaki
sebagai iringan tari lulo adalah media untuk mengekspresikan rasa terimakasih kepada dewa
padi dan sekarang menjadi ajang perkenalan muda-mudi atau wisatawan yang berkunjung di
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara
Lazimnya pada acara resepsi pernikahan sebagian besar masyarakat di Kabupaten
Konawe menggunakan alat musik elekton sebagai iringan tari lulo. Berdasarkan hasil
wawancara dengan H. Darma S.Sos, M.Si mengatakan bahwa, adanya alat musik modern tidak
begitu saja menghilangkan keberadaan alat musik tradisional suku Tolaki. Tetapi dengan
adanya alat musik modern menjadikan peran seniman untuk terus berinovasi dan
mengkolaborasikan alat musik modern dan alat musik tradisional. Sehingga masyarakat suku
Tolaki bisa dikatakan sebagai kelompok masyarakat yang aktif dalam menyikapi perkembangan
zaman dan dapat beradaptasi tanpa melupakan tradisi sebagai identitas.
10
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
Kelompok manusia yang disebut masyarakat memiliki suatu perasaan bersatu, bahkan
sepenuhnya mencintai, menjaga dan peduli dengan sesuatu. Hidup dan bekerja dalam suatu
kerangka yang sama untuk waktu yang lama. Dalam hidupnya menyelenggarakan suatu
kerangka organisatoris yang tumbu dari kebiasaan atau kesepakatan diam-daim. Juga terdiri
dari kelompok-kelompok yang lebih kecil baik kelompok dalam alur genealogis maupun dalam
alur organisator (Wulandari, dkk 2018: 5).
Mempertahankan keberadaan sebuah tradisi dalam hal ini alat musik tradisional suku
Tolaki sebagai iringan tari lulo di Kabupaten Konawe merupakan tugas bersama masyarakat
suku Tolaki. Karena, adanya alat musik tradisional tersebut yang digunakan untuk mengiringi
tari lulo merupakan kebiasaan oleh masyarakat suku Tolaki dizaman dulu. Menurut peneliti
manusia pada dasarnya sebagai pencipta tradisi itu sendiri. Adanya alat musik tradisional
sebagai iringan tari tradisional masyarakat suku Tolaki lahir karena adanya suatu interaksi
antar manusia atau kelompok masyarakat. Sehingga keberadaan alat musik tradisional suku
Tolaki sebagai iringan tari lulo agar tetap dihargai bahkan terus di lestarikan sebagaimana
kegunaanya dalam kehidupan masyarakat suku Tolaki. Bahkan tanpa pamrih dengan rasa tulus
masyarakat suku Tolaki terus berupaya melestarikan alat musik tradisional sebagai iringan tari
lulo.
Adapun peran masyarakat yang sangat berperan dalam mempertahankan keberadaan
alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo tanpa dukungan pemerintah
Kabupaten Konawe sebagai pihak yang berwenang dalam mengatur segala yang ada di daerah
tersebut masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa. pemerintah yang umumnya berperan sebagai
fasiliator, komunikator, katalisator (Ulandari, 2020: 47). Fasiliator merupakan pihak yang
memberikan bantuan dalam memperlancar proses komunikasi kelompok masyarakat.
Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan. Dan katalisator adalah pihak
yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat
suatu peristiwa.
Pemerintah merupakan sebuah Lembaga dan badan tertinggi yang berkuasa untuk
memerintah, mengelola, mengatur suatu daerah yang didiami oleh kelompok masyarakat agar
tetap terorganisir (Deta, 2019: 17). Sehingga Pemerintah yang memiliki wewenang paling tinggi
dalam upaya melestarikan keberadaan alat musik tradisional agar tetap eksis serta mendukung
keberlangsungan hidupan masyarakat suku tolaki di Kabupaten Konawe tanpa melupakan
keberadaan alat musik tradisional suku tolaki sebagai tradisi baik penggunaannya dalam iringan
tari lulo atapun tari lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Darma S.Sos, M.si mengatakan bahwa
masayarakat dan pemerintah memiliki peran penting dalam melestarikan keberadaan alat
musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo. adapun peran yang dilakukan sudah
cukup baik, tetapi berdasarkan hasil observasi dalam kurun waktu 10 tahun terakhhir upaya
masyarakat dan seniman tradisional untuk membuat sebuah pentas seni seringkali di abaikan
dan tidak ada dukungan dari permerintah secari materil ataupun non-materil. Begitupun yang
dikatakan Ade Rahmatullah dalam wawancara beliau mengatakan bahwa kami sebagai seniman
tradisi maupun teman-teman seniman lainnya ada keinginan untuk membuat semacam pentas
seni tetapi hanya aspirasi kami sebagai masyarakat tolaki dan seniman yang diterima tetapi
tindak lanjut untuk mengagendakannya tidak ada.
Upaya yang dilakukan untuk melestarikan keberadaan kanda-kanda wuta perna
dilakukan oleh H. Darma dalam wawancara beliau mengatakan semasa saya masih aktif di
pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara saya pernah mengajukan hasil modifikasi alat musik
kanda-kanda wuta dengan penggunaan bahan yang mudah didapatkan dan lebih gampang
dibawah kemana-mana.
11
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
4. Simpulan
Keberadaan alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo di Kabupaten
Konawe sudah jarang dijumpai dizaman ini. Transformasi alat musik iringan tari lulo menggeser
nilai-nilai, makna dan fungsinya sebagai media ritual sakral untuk mengekspresikan ucapan
terimakasih kepada dewa padi yang telah memberikan sumber kehidupan. Dimana nilai yang
terdapat pada Alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo antara lain: Nilai etika,
Nilai solidaritas. Masyarakat dan pemerintah masih tetap berupaya dalam melestarikan
keberadaan alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo dizaman modern ini
dengan mengkolaborasikan alat musik modern dan alat musik tradisional sebagai iringan tari
lulo.
Eksistensi alat musik kanda-kanda wuta sebagai iringan tari lulo di kabupaten konawe
sudah tidak pernah dijumpai karena kanda-kanda wuta sendiri bukan lagi sebagai alat musik
iringan tari lulo tetapi hanya sebagai pajangan yang memiliki sejarah. Sedangkan alat musik
gong atau yang biasa disebut karandu masih sering dijumpai sebagai iringan tari lulo yang
dikolaborasikan dengan alat musik modern. walaupun alat musik gong/karandu bukan lagi
berasal dari suku tolaki, melainkan hasil produksi dari jawa.
Saran untuk masyarakat suku tolaki agar tetap melestarikan keberadaan alat musik
tradisional sebagai iringan tari lulo agar keberadaan alat musik tradisional masih tetap eksis
dengan berkembangnya zaman. Serta mengajak muda-mudi ikut serta dalam pelestarian alat
musik tradisional dengan terus belajar mengenai sejarah, teknik, fungsi, makna dan nilai-nilai
yang terkandung dalam kehidupan masyarakat suku tolaki.
Saran untuk pemerintah, supaya terus mendukung kegiatan kesenian masyarakat baik
sekala kecil maupun sekala besar. Dukungan berupa materiil maupun nonmaterial sangat
diperlukan bagi masyarakat untuk terus melestarikan alat musik tradisional suku tolaki. Selain
itu, alat musik tradisional juga dapat dimasukan dalam materi pembelajaran dari Pendidikan TK
sampai SMA.
Daftar Rujukan
Abddullah, N. (2009). Silsilah Tolaki “Kukuaha”, Cetakan 1. Malang: Universitas Negeri Malang
(UM PRESS).
12
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
Aso, L. (2019). Tari Lulo Ngganda pada Suku Tolaki di Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal
Pembelajaran Seni dan Budaya, 3(1).
Hak, P. H. P. (2019). Sejarah Tari Lulo Pada Masyarakat Suku Tolaki Kelurahan Alangga
Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan (1800-1996). Jurnal Penelitian
Pendidikan Sejarah Uho, 4(1).
Jaya, A. (2016). Makna Komunikasi Pada Simbol Budaya Dalam Tarian Lulo Di Konawe
Selatan. ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial Dan Budaya, 5(2), 129-136.
Kasno, N. R., Hapsah, W. S., & Jalil, A. (2019). Elekton Sebagai Media Dalam Tarian Lulo Pada
Masyarakat Kelurahan Lalolara Kecamatan Kambu Kota Kendari. Kabanti: Jurnal
Kerabat Antropologi, 3(2), 92-97.
Majid, A. (2020). Eksistensi, Bentuk Penyajian Dan Fungsi Kesenian Tradisional Orek-Orek.
Darmawan Aji.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-
metode Penelitian Baru. Terjemahan. UI-Press: Jakarta.
Nurhadi, R. (2021). Musik Iringan Tari Pepe-Pepeka Ri Makka Pada Pertunjukan Di Makassar
Magic Dance (Doctoral Dissertation, Universitas Negeri Makassar).
Rahmawati, M. (2019). Identifikasi Nilai Pedagogis Tarian Lulo untuk Integrasi Bangsa (Study
Ethnography Masyarakat di Sulawesi Tenggara). Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 3(2),
162-178.
Rut Sani Deta, S. A. N. I. (2019). Peran Pemerintah Dalam Melestarikan Budaya Lokal (Suatu
penelitian Deskriptif Kualitatif Tentang Kesehatan Tradisional Desa Dadapayu,
Kecamatan Semanu, Kabupaten GunungKidul, Daerah istimewa Yogyakarta).
Sianturi, I. J. (2018). Eksistensi Alat Musik Arbab Di Huta Manik Saribu Nagori Sait Buttu Saribu
Sidamanik Simalungun (Doctoral Dissertation, UNIMED).
Siagian, A. (2019). Peran Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Menjalankan Demokrasi
(Studi Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang) (Doctoral
Dissertation, Universitas Dharmawangsa).
Siagian, E, L. (2006). Gong (Buku Pelajaran Kesenian Nusantara Untuk Kelas VII), Edisi ketiga,
Revisi Kedua. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.
Sugiono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Ulandari, D., Mursalin, A., & Noveri, I. (2020). Peran Pemerintah Daerah Dalam Melestarikan
Tradisi Keagamaan Di Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Doctoral
dissertation, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi).
13
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
Wulandari, D. A., Falihin, D., & Zulfadli, M. (2018). Peran Masyarakat Dalam Melestarikan
Budaya Mattojang Di Desa Katteong Kecamatan Mattirosompe Kabupaten
Pinrang (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Makassar).
Zulfahruddin, Z. (2018). Proses Pembuatan Kanda–Kanda Wuta Pada Suku Tolaki Di Konawe
Sulawesi Tenggara (Doctoral Dissertation, Universitas Negeri Makassar).
14
LAMPIRAN
PROPOSAL
OLEH
BUYUNG FEBRIAN M
NIM 170252610018
FAKULTAS SASTRA
APRIL 2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Draf proposal ini telah disetujui oleh dosen pembina mata kuliah untuk diajukan
Menyetujui,
Menyetujui,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan
KABUPATEN KONAWE” tepat waktu untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada
2. Dr. Wida Rahayuningtyas, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Seni dan Desain dan
3. Drs. Soerjo Wido Minarto, M.Pd selaku dosen matakuliah Proposal Penelitian yang
4. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik yang telah
5. Bapak Drs. H. Masyur Masie Abunawas, M.Si selaku Ketua Lembaga Adat Tolaki
Sulawesi Tenggara.
7. Kedua orang tua penulis beserta seluruh keluarga dan kerabat yang senantiasa
memberikan dukungan dan motivasi dalam berbagai bentuk sera doa restu sehingga
8. Vina Desi Yuditasari sebagai orang terdekat yang selalu membantu selama di
Malang.
3
9. Teman-teman dari IPPMA-SULTRA (Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Malang-
10. Teman-teman prodi PSTM khususnya kelas M1 yang sudah membantu dan support
11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan doa
Saya menyadari dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari hasil yang sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi
kesempurnaan penulisan proposal ini, dan semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Buyung Febrian M
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3
BAB I ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
1.3 Manfaat Penelitian......................................................................................................... 5
1.4 Definisi Operasional ......................................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................ 8
KAJIAN TEORI ................................................................................................................ 8
2.1 Peneliti Terdahulu ............................................................................................................. 8
2.2 Eksistesi............................................................................................................................. 9
2.3 Musik Tradisional ........................................................................................................... 10
2.4 Alat Musik Tradisional.................................................................................................... 11
2.5 Iringan Tari Lulo ............................................................................................................. 12
BAB III ............................................................................................................................ 14
METODE PENELITIAN ................................................................................................. 14
3.1 Pendektan Dan Jenis Penelitian....................................................................................... 14
3.2 Kehadiran Peneliti ........................................................................................................... 14
3.3 Lokasi Peneliti ................................................................................................................. 15
3.4 Sumber Data .................................................................................................................... 15
3.6 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................................... 17
3.6 Analisis Data Penelitian .................................................................................................. 21
3.7 Pengecekan Keabsahan Data .......................................................................................... 23
3.8 Tahap-Tahap Penelitian................................................................................................... 25
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................................... 27
5
BAB I
PENDAHULUAN
1
tionghoa, arab, dan india sehingga mempengaruhi kesenian tradisi yang ada di
Sulawesi Tenggara.
Alat musik tradisional yang ada di Sulawesi Tenggara antara lain gong,
kanda wuta (gendang tanah), baasi, dimba nggowuna (gendang bambu), lado-lado,
ore-ore nggae, ore-ore mbondu, seruling bambu, gambus, dan kecapi. Alat musik
tradisional ini menjadi warisan masyarkat suku tolaki. Sehingga secara turun-
temurun alat musik tradisional tersebut digunakan dan berfungsi dikehidupan
sehari-hari masyarakat suku tolaki.
Kegunaan dan fungsi alat musik tradisional dalam suatu tradisi yang
dimiliki oleh kelompok masyarakat pada suatu daerah, Salah satunya adalah
sebagai irangan tari. Musik iringan tari merupakan bagian terpenting untuk
mengiringi suatu tarian yang berfungsi memberi irama atau membantu mengatur
waktu, memberi ilusi atau gambaran suasana, membantu mempertegas ekspresi
gerak, serta membangkitkan ilham dalam diri penari (Nurhadi, 2021:7). Selain
digunakan dalam iringan tari, alat musik tradisional masyarakat tolaki juga
digunakan dalam upacara-upacara adat, menyambut pejabat publik, dan sebagai
hiburan masyarakat. Dari beberapa kegunaan dan fungsi alat musik tradisional,
masyarakat suku tolaki yang hidup di zaman ini diupayakan untuk tetap
mempertahankan warisan dari nenek moyang suku tolaki
Tari tradisi masyarakat suku tolaki adalah Tari Lulo, dimana tari lulo ini
hanya menggunakan beberapa alat musik tradisional sebagai musik pengiringnya,
yaitu kanda wuta atau dalam Bahasa Indonesia disebut gendang tanah (Zulfhruddin,
2018:2). Menurut penelitian (Damayanti, 2018:6) mengemukakan bahwa tarian
lulo diiringi oleh beberapa alat musik tradisional masyarakat tolaki yakni gong.
tetapi zaman dulu, sebelum masyarakat mengenal alat musik pengiring dari gong,
tarian lulo diringi dari sebuah gendang dan alat musik sejenis kolintang yang terbuat
dari bambu dimodifiksi sehingga menghasilkan bunyi.
Tari Lulo adalah salah satu seni tari tradisi yang dimiliki masyarakat suku
tolaki, sekarang sudah menyebar diseluruh daratan Sulawesi Tenggara. Tari lulo
pada awalnya merupakan ritual untuk memuja dewa padi yang disebut Sanggoleo
Mbae dalam istilah Tolaki, karena itu, gerakan dasar tarian ini menggambarkan
orang menginjak-injak padi (Damayanti, 2018:2). Tari Lulo yang notabenenya
2
merupakan hasil dari kesenian tradisi dari masyarakat Suku Tolaki, Sekarang
mudah kita jumpai di mana saja di daerah Sulawesi Tenggara khususnya di setiap
acara pernikahan, atau pesta-pesta besar lainnya. hal ini di sebabkan karena Tari
Lulo dapat dengan mudah di pelajari bahkan masyarakat pendatang dari luar daerah
sudah terbiasa memperagakan tarian-tarian lulo.
Tari Lulo adalah hasil dari kebiasan masyarakat pada zaman dulu yang
lahir dari nenek moyang masyarakat suku tolaki, dimana munculnya tidak jauh dari
sistem mata pencaharian masyarakat suku tolaki kuno. Suku tolaki kuno merupakan
suku yang menempati sebagian besar wilayah dataran dan pegunungan yang ada di
Sulawesi Tenggra. Salah satu daerah yang memiliki luas dataran dan pegunungan
yakni Kabupaten Konawe, Dengan luas wilayah kurang lebih 4435,28km2 dari total
luas wilayah provinsi Sulawesi tenggara yaitu 38067,70 km2 (Permendagri No. 56
Tahun 2015). Dari kebiasaan pada jaman dulu dan letak geografisnya,
ditemukanlah sebuah gerakan menginjak-injakkan kaki pada tumpukan padi hasil
panen untuk membuka bulir-bulir padi tersebut. Kemudian berkembang menjadi
sebuah tradisi sampai sekarang dan bahkan menjadi pilihan utama perayaan pesta-
pesta besar dalam meramaikan acara tersebut, seperti acara pernikahan.
Perkembangan yang terjadi saat ini banyak memberikan pengaruh
terhadap kehidupan dimasyarakat. Bukan hanya perilaku tapi tradisi yang ada
dimasyarakat juga ikut mengalami kemunduran. Beberapa perkembangan yang
terjadi, masyarakat sangat memamfaatkan perkembangan di era globalisasi ini,
Karna kemudahan-kemudahan yang di rasakan sangat membatu dalam melakukan
aktifitas sehari-hari. Contoh pengetahuan dan informasi yang lebih cepat dan lebih
mudah ditemukan. Kemajuan teknologi bukan hanya menguntukan dalam segala
aspek kehidupan, tetapi seluruh lapisan masyarakat seperti anak-anak, remaja,
dewasa dan orang tua mengalami dampak dimana tradisi yang di wariskan sejak
dulu, saat ini sangat langka karna kecanggihan-kecanggihan yang ditawarkan lebih
mendominasi dari pada tradisi yang lahir dari kebiasaan nenek moyang kita
(Setiawan, 2018:63).
Kecanggihan-kecanggihan teknologi saat ini dapat meracuni nilai-nilai
luhur dari masyarakat, tanpa terkecuali Tari Lulo itu sendiri. Awalnya tarian ini
diiringi dengan alat musik gong, gendang, dan alat sejenis kolintang yang terbuat
3
dari bambu. Sedangkan pada zaman sekarang telah berubah dan beralih dengan
bantuan alat musik modern seperti elektone, midi/iringan musik melalui pengeras
suara. Alat musik elektone sejenis dengan keyboard berdasarkan bentuk, tampilan,
serta kumpulan suara yang menyerupai alat musik lainnya. Dengan berbagai macam
tiruan suara yang menyatu dalam alat musik elektone, tentunya lebih
mempermudah seseorang dalam memainkannya dan tidak perlu menggunakan
pemain musik lainnya cukup satu orang dengan didampingi seorang penyanyi
(Kasno, dkk. 2019:95). Saat ini alat musik iringan tari lulo telah digantikan dengan
iringan lagu serta musik baik melalui pengeras suara (speaker), iringan band
maupun elektone atau organ tunggal (Damayanti, 2018:7).
Pemain yang memperagakan Tari Lulo lebih bersemangat dengan bantuan
alat musik modern ini, namun di luar dari itu sebenarnya alat musik modern
pengiring Tari Lulo ini akan sangat berdampak buruk bagi pendengaran dan pada
akhirnya akan merubah bahkan menghilangkan nilai-nilai luhur dari Tari Lulo itu
sendiri (kasno, dkk. 2019:96).
Alat musik iringan tari lulo di Kabupaten Konawe sudah banyak
mengalami transformasi atau perubahan dari belasan tahun yang lalu sampai
sekarang. Proses perubahan musik iringan Tari Lulo di Kabupaten Konawe tersebut
mengalami beberapa fase yakni dari penggunaan beberapa alat musik tradisional,
tabe recorder, iringan musik band dan sampai sekarang alat musik
elekton/keyboard. Penyebab terjadinya transformasi tersebut diakibatkan oleh alat
musik tradisional yang digunakan untuk mengiringi tari lulo di Kabupaten Konawe
sudah semakin langka keberadaannya, masyarakat dan generasi muda tidak tertarik
lagi mempelajari alat musik tersebut, pengaruh dari era globalisasi dan
perkembangan zaman.
Eksistensi merupakan sebuah keberadaan kehidupan yang hadir dan
berpotensi untuk dipertahankan sehingga mengalami kemajuan ataupun
kemunduran, searah dengan kemampuan suatu kelompok atau individu untuk
mempertahankan atau bahkan bisa menghilang keberadaan tersebut (Majid,
2020:14-15).
Kabupaten Konawe dewasa ini mengalami beberapa kemajuan dalam
aktivitas berkesenian khususnya pada penggunaan alat musik sebagai iringan tari
4
lulo. Berkembangnya beberapa alat musik modern yang memiliki kecanggihan-
kecanggihan untuk mempermudah pemainnya dalam menggunakannya, sehingga
masyarakat memamfaatkan keberadaan alat musik modern tersebut. Dengan segala
kemudahan dan kelengkapan yang dimiliki alat musik modern tersebut,
mengakibatkan keberadaan alat musik tradisional suku tolaki yang ada di
Kabupaten Konawe sudah jarang kita jumpai setiap pertunjukkan tari lulo.
Fenomena diatas, mengarahkan penulis untuk melalukan penelitian
mengenai Eksistensi Alat Musik Tradisional Sebagai Iringan Tari Lulo Di
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan
yang terjadi serta dampak yang dirasakan dari perubahan tersebut.
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini ditujukan kepada antara lain:
5
a. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman secara langsung yang menjadi sarana
untuk menambah pengetahuan tentang eksistensi alat musik tradisional sebagai
iringan tari tulo di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
b. Bagi Masyarakat
Adanya penelitian ini, diharpakan masyarakat dapat ikut andil dalam
melestarikan tradisi masyarakat suku tolaki baik alat musik tradisional ataupun tari
tradisi.
c. Bagi Pemerintah
Adanya penelitian ini, peneliti mengharapkan pemerintah menjadi garda
terdepat dalam melestarikan seni tradisi yang ada di Kabupten Konawe
1.4.1 Eksistensi
Eksistensi adalalah suatu proses yang mengikuti perkembangan dan yang
mampu bertahan
6
1.4.3 Tradisional
Tradisional adalah aksi dan tingkah laku dari nenek moyang pada zaman
dulu
Suku tolaki adalah Salah satu suku asli yang ada disulawesi tenggara
7
BAB II
KAJIAN TEORI
8
dari eksistensinya bahwa musik ini masih sangat diminati oleh kalangan masyarakat
etnis Makassar. Kehadiran musik tanjidor dalam prosesi upacara perkawinan adat
Makassar merupakan bukti nyata yang menandakan minst masyarakat terhadap
pertunjukan musik ini”.
Sianturi, (2018) dalam skripsinya yang berjudul “Eksistensi Alat Musik
Arbab Di Huta Manik Saribu Nagori Sait Buttu Saribu Sidamanik Simalungun”.
dimana penelitian ini membahas alasan masyarakat tentang alat musik arbab yang
kurang diminati, serta fungsi dan maknanya di masyarakat.
Trihasnanto, (2016) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Eksistensi
Gamolan Di Masyrakat Kota Bandar Lampung Melalui Internalisasi Dan
Sosialisasi”. Dalam penelitian ini meneliti tentang sejarah, bentuk, serta
perkembangan alat musik gamolan melalui proses internalisasi dan sosialisasi.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan di lakukan
oleh peneliti adalah pembahasannya yang berbeda, dimana peneliti akan membahas
tentang eksistensi alat musik tradisional sebagai iringan tari lulo. Pada penelitian
ini peneliti yang menitik beratkan keberadaan alat musik tradisional yang
mengalami transformasi sebagai alat musik iringan tari yang pada akhirnya
perannya tergantikan oleh keberadaan alat musik modern dan faktor yang terjadi
dimasyarakat akibat perubahan yang terjadi pada alat musik tradisional sebagai
iringan tari lulo. serta peran masyarakat dan pemerintah dalam mempertahankan
keberadaan alat musik tradisional suku Tolaki sebagai iringan tari lulo di Kabupaten
Konawe Sulawesi Tenggara.
2.2 Eksistesi
Eksistensi merupakan keberadaan kehidupan, kehadiran yang berpotensi
untuk dipertahankan atau mengalami peningkatan dan penurunan hal-hal tertentu
(Arifin, 1997: 128). Eksistensi hadir karna perkembangan yang selalu terjadi dalam
kehidupan dan fenomena-fenomena yang terjadi selalu di ingat baik di sengaja
maupun tidak di sengaja. Hal ini disebabkan oleh pengaruh globalisasi yang
mempercepat segala aspek proses kehidupan yang ada (Suneki, 2012:307).
9
Eksistensi adalah suatu proses yang mengikuti perkembangan. Bersifat
tidak kaku, lentur dan mengalami perkembangan atau sebaliknya, bergantung pada
kemampuan dalam memaksimalkan potensinya.
Definisi eksistensi dari beberapa teori diatas menunjukan bahwa sebuah
keberadaan dalam hal ini alat musik tradisional sebagai iringan tari lulo mengalami
perkembangan. Sehingga teori ini dapat memberikan pemahaman dan kesadaran
kepada masyarakat suku tolaki tentang keberadaan alat musik tradisional sebagai
iringan tari lulo yang mengalami perubahan dalam segala aspek, baik dari nilai-
nilainya maupun dampak terhadap kehidupan di masyarakat suku tolaki. Oleh karna
itu, dalam mempertahankan eksistensi alat musik tradisional suku tolaki sebagai
iringan tari lulo diharapkan masyarakat dan pemerintah ikut andil dalam upaya
tersebut.
10
diciptakan masyrakat dizaman dulu dalam musik tradisional membarikan suara
yang bervasiasi sehingga menghasilkan karkteristik musik iringan tari lulo. Oleh
karena itu keberadaan alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo
memberikan warna dan ciri khas dalam musik yang dihasilkan dari penabuh-
penabuh alat-alat musik tradisional suku tolaki.
11
yang diperagakan mengandung nilai kepedulian, kerja keras, kebersamaan, dan
keseimbangan.
Suku tolaki adalah suku terbesar yang mendiamin sebagian besar daratan
di Sulawesi Tenggara. Suku tolaki memiliki banyak tradisi yang ada sejak dulu
kerena memiliki keunikan yang bermacam-macam. Sejarah suku tolaki sangat
panjang mulai dari era kerajaan, penjajahan, kemerdekaan sampai saat ini (Asniatin
& Brlian, 2020:11).
12
Masyarakat suku Tolaki merupakan masyarakat tradisional feodalisme
menuju masyarakat maju berpendidikan dan berpengetahuan agama pada awal abat
ke dua puluh dan tidak menemukan patung sebagai alat pemuja terhadap
kepercayaan/agama orang tolaki terdahulu (Abdullah, 2006:1).
Suku tolaki merupakan salah satu suku terbesar yang ada di Sulawesi
Tenggara. Nenek moyang suku tolaki banyak menghasilkan karya dizaman dulu,
Berangkat dari kebiasaan yang kemudian menjadi tradisi masyarakat suku tolaki
sampai sekarang. Salah satu warisan tradisi yang ada saat ini salah satunya adalah
alat musik tradisional. Tetapi keberadaan alat musik tradisional saat ini kurang
diperhatikan oleh masyarakat suku tolaki dizaman sekarang dalam hal ini perannya
sebagai iringan tari lulo. Adanya masyarakat suku tolaki memberikan kontribusi
dalam melahirkan ragam tradisi yang ada di Indonesia. Sehingga kekayaan tradisi
menjadi warisan yang sampai kapanpun akan tetap terjaga dan terus dilestarikan.
Keberadaan alat musik tradisional sebagai iringan tari lulo memberikan dampak
kepada masyarakat suku tolaki yakni merupakan kepercayaan diri melalui tradisi
yang mereka miliki dan dijadikan sebagai identitas.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
14
yakni observasi, wawancara dan diharapkan informasi-informasi yang didapatkan
secara detail, jelas, kemudian didokumentasikan.
Sumber data utama (primer) dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
Sedangkan sumber data lainnya bisa berupa sumber tertulis (sekunder), dan
dokumentasi seperti foto (Moleong, 2016:157). Sumber data yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah subyek dari mana data diperoleh dan informasi yang
didapatkan memiliki kejelasan bagaimana proses dan mendapatkan data tersebut.
Penelitian ini menggunakan sumber data melalui kata-kata dan tindakan, sumber
tertulis, dan foto.
15
Kata-kata dan tindaka merupakan hasil observasi dan wawancara. Dimana
dalam kegiatan tersebut didalamnya ada proses melihat, mendengan, dan bertanya
untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan tentang eksistensi alat musik
tradisional sebagai iringan tari lulo di Kabupaten Konawe. Oleh karena itu peneliti
di tuntut untuk cermat dan tajam dalam proses menggali informasi yang ditemukan.
3.4.3 Foto
Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering
digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara
induktif. Ada dua kategori dalam memamfaatkan sumber data melalui foto, yaitu
foto yang dihasilkan peneliti sendiri dan foto yang dihasilkn oleh orang lain
(Moleong, 2016:160). Penggunaan foto dalam penelitian ini melengkapi sumber
data utama (primer), karena untuk memperjelas dan memperkuat argumen peneliti
dalam memperoleh sumber data yang didapatkan.
Hasil foto tersebut berupa hasil dokumentasi sebelum penelitian
berlangsung dan selama penelitian dilapangan. Artinya data-data arsip atau
dokumen tentang eksistensi alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari
lulo di Kabupaten Konawe. Serta peneliti mencari hasil dokumentasi berupa data
foto yang dilakukan oleh seorang pendokumentasi atau fotografer selama adanya
kegiatan pertunjukan tari lulo yang diiringi alat musik tradsional ataupun alat musik
modern di Kabupaten Konawe. Selain itu, peneliti menggunakan kamera
handphone untuk mendapatkan data berupa foto.
16
3.5 Ruang Lingkup Penelitian
17
Pengumpulan data pada penelitian menggunakan teknik pengumpulan
data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
3.6.1 Observasi
Menurut Sugiyono (2017:226) menyatakan bahwa
18
3.6.2 Wawancara
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktu merupakan kegiatan tanya jawab yang disusun
secara sistematis dan terstruktur dengan menggunakan instrument atau pedoman
wawancara. Peneliti menyiapkan pertanyaan terhadap narasumber tentang alat
musik tradisional yang digunakan sebagai iringan tari lulo, jenis alat musik yang
dimainkan dalam mengiring tarian lulo, dan sejarah dan eksistensi alat musik
tradisional hingga dapat bertahan sampai sekarang dengan berkembangnya alat
musik modern yang dapat mempermudah penggunanya. Wawancara ini dilakukan
untuk mendapatkan jawaban dari masaalah tentang eksistensi alat musik tradisional
sebagai iringan tari lulo sebagai iringan tari lulo. Adapun narasumber dalam
19
wawancara terstuktur pada penilitian ini antara lain: H. Darma S.Sos, M.Si Ade
Rahmatullah, Iga Virgia.
3. pimpinan
korsik pemda
Kab. Konawe
20
mendapatkan informasi dari narasumber peneliti memiliki inisiatif dalam
mengembangkan pertanyaan selama tidak keluar dari ruang lingkup pembahasan.
Data diperoleh dari wawancara tidak terstruktur digunakan untuk melengkapi data
peneliti dan digunakan untuk membantu mendiskripsikan eksistensi alat musik
tradisional sebagai iringan tari lulo.
3.6.3 Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi, Sugiyono (2013:82)
menyatakan bahwa.
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumentasi
dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. dokumen yang berupa tulisan seperti catatan harian, sejarah
kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokemen yang
berupa gambar seperti, foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen
yang berbentuk karya contohnya karya seni, yang dapat berupa gambar,
patung, film, dan lain-lain.
Dokumentasi yang diperoleh pada penelitian ini adalah berupa tulisan
dalam hal ini catatan harian/sejarah kehidupan, dan biografi. Selain itu dokumen
dalam bertuk karya seni berupa gambar. Pengumpulan data dengan dokumen untuk
mendukung kebenaran setelah penelitian dari observasi dan wawancara.
21
tersebut dianalisis menggunakan tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan
penarikan kesimpulan untuk mendapatkan jawaban dari masaalah penelitian
mengenai eksistensi alat musik tradisional suku tolaki di Kabupaten Konawe
Sulawesi Tenggara. Adapun tiga komponen yang digunakan antara lain sebagai
berikut:
22
akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada
tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Pengumpulan
data
kesimpulan
Gambar 1.1 Model Analisis Interaktif (Miles dan Huberman, 1992: 20)
23
(Moleong, 2016: 330-331). Penerapan teknik triagulasi sumber pada peneliti ini
dengan wawancara kepada H. Darma S.Sos, M.Si, Ade Rahmatullah, dan Iga Virgia
memberikan informasi. Setelah itu informasi yang didapatkan disimpulkan menjadi
satu melalui kesepakatan para narasumber. Contoh penerapan teknik triagulasi
sumber dapat digambarkan sebagai berikut.
H. Dharma
S.sos M.Si
24
Observasi
Tahap penelitian kualitatif salah satu ciri pokoknya adalah peneliti sebagai
alat penelitian (Moleong, 2016:126). Tahap penelitian ini terdiri dari sebagai
berikut:
25
b. Memasuki Lapangan
Peneliti menjalin hubungan dengan subjek dan melebur dengan situasi
yang ada dilapangan seolah-olah tidak ada batasan antara peneliti dan subjek,
sehingga sebjek dengan sukarela memberi informasi yang diperlukan peneliti.
a. Tahap Analisis
Peneliti mengumpulkan data kemudian menyeleksi atau mereduksi data
yang sudah ada. Kemudian data yang diseleksi selanjutnya disajikan untuk
dilakukan penarikan kesimpulan. Dimana kesimpulan ini menafsirkan dan
mengevaluasi hasil penelitian dari bahan-bahan yang sudah ada dan dapat
menemukan jawaban dari rumusan masaalah pada penelitian tentang eksistensi alat
musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo di Kabupaten Konawe,
Sulawesi Tenggara.
b. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan merupakan tahap akhir pada penelitian. Setelah
peneliti mecari sumber data, pengumpulan data, kemudian data dianalisis peneliti
konsultasi dengan dosen pembibing untuk memperbaiki data-ada yang dirasa perlu
diperbaiki. Setelah dirasa cukup, peneliti menyusun hasil data dalam bentuk laporan
penelitian sesuai dengan pedoman yang berlaku di Universitas Negeri Malang.
26
DAFTAR RUJUKAN
Aso, L. 2019. Tari Lulo Ngganda pada Suku Tolaki di Kabupaten Konawe
Selatan. Jurnal Pembelajaran Seni dan Budaya, 3(1).
Hak, P. H. P. 2019. Sejarah Tari Lulo Pada Masyarakat Suku Tolaki Kelurahan
Alangga Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan (1800-
1996). Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah Uho, 4(1).
Kasno, N. R., Hapsah, W. S., & Jalil, A. 2019. Elekton Sebagai Media Dalam
Tarian Lulo Pada Masyarakat Kelurahan Lalolara Kecamatan Kambu
Kota Kendari. Kabanti: Jurnal Kerabat Antropologi, 3(2), 92-97.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. 1992. Analisis data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-metode Penelitian Baru. Terjemahan. UI-Press: Jakarta.
27
Nurhayati, S. 2012. Eksistensi Orkes Toriolo (Bontona Buloe) Di Desa Pattongko
Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai (Doctoral Dissertation, Fak.
Seni Dan Desain).
Tim Penyusun. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
28
Lampiran II. Instrument pengumpulan data
29
Pedoman Wawancara
A Identitas Narasumber
Nama :
Alamat :
Hari/ tanggal :
Waktu :
B Daftar pertanyaan
1 Bagaimana sejarah alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari
lulo?
2 Alat musik tradisional apa saja yang digunakan pada iringan tari lulo?
3 Terbuat dari apa alat musik tradisional tersebut?
4 Apa makna dan nilai yang terkandung pada penggunaan alat musik
tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo?
5 Bagaimana keberadaan alat musik tradisional iringan tari lulo di
Kabupaten Konawe dizaman serba modern ini?
6 Apa kah terjadi perubahan atau perkembangan pada iringan tari lulo?
7 Bagaimana cara beradaptasi dengan adanya alat musik modern yang
digunakan sebagai iringan tari lulo?
8 Apa saja faktor yang terjadi pada alat musik tradisional dengan adanya alat
musik modern yang digunakan sebagai iringan tari lulo?
9 Bagaiamana peran masyarakat dalam mempertahankan keberadaan alat
musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo di Kabupaten
Konawe?
10 Apa yang dilakukan pemerintah dalam melestarikan alat musik tradisional
suku tolaki sebagai iringan tari lulo dizaman modern ini?
30
Table 2 Lembar Dokumentasi
No Daftar dokumentasi
2. Foto alat musik tradisional yang digunakan sebagai iringan tari lulo
3. Foto kegiatan tari lulo dengan menggunakan iringan dari alat musik
tradisional suku tolaki
31
Lampiran III. Data penelitian
32
Data observasi
33
yang kompeten di bidangnya antara lain:
H. Darma S,Sos, M.Si, Ade rahmatullah,
Iga Virgia, Rostini S.Pd, dan Ohink
Saputra
34
Data Wawancara
Waktu : 12.15
Daftar pertanyaan
1 Bagaimana sejarah alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari
lulo?
Jawab: alat musik tradisional suku tolaki digunakan sebagai iringan tari
lulo pada awalnya menggunakan kanda-kanda wuta (gendang-gendang
tanah) sebagai alat pengiringnya. Kemudian berkembang dan diubah
menjadi tawa-tawa yang arti dalam Bahasa Tolaki umumnya disebut
sebagai karandu atau Gong
2 Alat musik tradisional apa saja yang digunakan pada iringan tari lulo?
Jawab: Umumnya semua alat musik tradisional suku tolaki dapat
digunakan untuk mengiringi tari lulo. Kalau untuk yang paling sering
digunakan dulu itu ada gong dan kanda-kanda wuta.
35
4 Apa makna dan nilai yang terkandung pada penggunaan alat musik
tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo?
Jawab: untuk mengekspresikan ucapan terimakasih kepada dewa padi yang
telah memberikan sumber kehidupan.
6 Apa kah terjadi perubahan atau perkembangan pada iringan tari lulo?
Jawab: ada, sebagai contoh awalnya menggunakan alat musik kanda-kanda
wuta, tetapi pada abad ke-19 sudah tergantikan oleh gong, karena sudah
jarang digunakan.
8 Apa saja faktor yang terjadi pada alat musik tradisional dengan adanya alat
musik modern yang digunakan sebagai iringan tari lulo?
Jawab: menggeser keeksistensian dari alat musik tradisional itu sendiri
36
Identitas Narasumber 2
Waktu : 09.15
Daftar pertanyaan
1 Bagaimana sejarah alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari
lulo?
Jawab: sepengetahuan saya tari lulo dulunya diiringi oleh alat musik
kanda-kanda wuta
2 Alat musik tradisional apa saja yang digunakan pada iringan tari lulo?
Jawab: semua jenis alat musik tradisional bisa digunakan untuk mengiringi
tari lulo
4 Apa makna dan nilai yang terkandung pada penggunaan alat musik
tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo?
Jawab: setahu saya makna alat musik tradisional yang digunakan untuk
mengiringi tari lulo adalah memberikan irama sehingga penari
memperagakan tarian tersebut dengan penuh perasaan sehingga tercipta
keindahan
37
Jawab: kanda-kanda wuta sudah tidak efisien sebagai alat musik iringan
tari lulo karena dari proses pembuatannya membutuhkan waktu lama
6 Apa kah terjadi perubahan atau perkembangan pada iringan tari lulo?
Jawab: iya sudah pasti terjadi, karena kendala pembuatan alat musik yang
membutuhkan waktu yang cukup lama
8 Apa saja faktor yang terjadi pada alat musik tradisional dengan adanya alat
musik modern yang digunakan sebagai iringan tari lulo?
Jawab: penggunaan alat musik modern seperti elekton sangat membantu
dalam mengiringi tari lulo. efisiensi waktu, tempat dan berbagai macam
suara yang ada didalamnya memberikan warna dalam tiap musik yang
disajikan
38
Identitas Narasumber 3
Waktu : 10.15
Daftar pertanyaan
2 Alat musik tradisional apa saja yang digunakan pada iringan tari lulo?
Jawaban: Yaitu alat musik Gong yang digunakan biasanya terdiri dari
2 macam yang berbeda ukuran yaitu gong yang berukuran besar dan
gong yang berukuran kecil dan jenis suara
39
4 Apa makna dan nilai yang terkandung pada penggunaan alat musik
tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo?
Jawab: tari lulo dengan menggunakan alat musik tradisonal
memberikan nuansa tradisional sehingga penari memberikan
6 Apa kah terjadi perubahan atau perkembangan pada iringan tari lulo?
Jawab: Ya, seperti perkembangan pada alat musiknya. Saat sekarang
utamanya di daerah perkotaan, gong sebagai alat musik pengiring
tarian lulo telah digantikan dengan alat musik modern yaitu
“Elektone”.
8 Apa saja faktor yang terjadi pada alat musik tradisional dengan adanya
alat musik modern yang digunakan sebagai iringan tari lulo?
Jawab: dengan menggunakan full alat musik tradisional secara live
penari lebih menjiwai dan penampilan jauh lebih menarik, sedangkan
dengan menggunakan musik modern penari kurang menjiwai gerakan
karena tidak sesuai dengan gerakan tarian atau tidak sesuai ketukan
tarian
40
Lembar dokumentasi
2. Foto alat musik tradisional yang digunakan sebagai iringan tari lulo
41
3. Foto kegiatan tari lulo dengan menggunakan iringan dari alat musik tradisional
suku tolaki
42
Lampiran IV. Hasil analisis
Reduksi Data
43
Penyajian Data
Penelitian mengenai eksistensi alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan
tari lulo di kabupaten konawe Sulawesi tenggara disajikan dalam bentuk
deskriptif.
a) Kanda-kanda wuta
Kanda-kanda wuta dalam Bahasa tolaki secara harafiah berarti gendang tanah.
Dizaman dulu kanda-kanda wuta berfungsi sebagia sarana hiburan bagi orang-
orang yang sedang molulowi kemudian berkembang sebagai alat musik dalam
iringan tari lulo. Selain itu kanda-kanda wuta digunakan oleh masyarakat suku
Tolaki sebagai iringan tari lulo yang dilaksanakan pra panen dan pasca panen
yang merupakan ritual masyarakat suku Tolaki dalam bercocok tanam
Zulfahrudin (2018: 02). Alat musik ini dimainkan selama tiga malam berturut-
turut. Malam pertama terbit empat bulan di langit (melamba), malam ke dua terbit
lima belas bulan di langit (mata omehe), dan malam ke tiga terbit enam belas
bulan di langit (tombara omehe).
Berdasarkan hasil wawancara oleh musisi tradisional suku tolaki Ade
Rahmatullah menyatakan bahwa, kanda-kanda wuta sudah tidak efisien sebagai
alat musik iringan tari lulo karena dari proses pembuatannya membutuhkan
waktu lama.
H. Darma S. Sos, M.Si dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, beliau
mengatakan bahwa kanda-kanda wuta sudah sangat jarang dijumpai bahkan anak
muda Tolaki sendiri sebagaian besar tidak tahu apa itu kanda-kanda wuta.
Didukung dengan kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang bisa membuat
alat musik kanda wuta ini.
44
Keberadaan kanda-kanda wuta bisa dikatakan hampir punah karena
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti untuk mencari informasi
tentang kanda-kanda wuta sangat sulit pada zaman ini didukung dengan
perkembangan teknologi yang notabenenya segala kemudahan bisa dijumpai,
tetapi kenyataannya tidak seperti apa yang diharapkan. sehingga ketidak tahuan
dan kurangnya kepedulian terhadap tradisi yang sebenarnya lahir dari tangan dan
kreativitas nenek moyang masyarakat suku Tolaki itu sendiri. Sehingga
keberadaan alat musik kanda-kanda wuta hanya sebagai pajangan dan tidak
digunakanlagi sebagai alat musik yang berfungsi sebagai iringan tari lulo.
b) gong/karandu
Gong merupakan alat musik tradisional yang cukup populer di Indonesia. Tanpa
terkecuali pada masyarakat suku tolaki yang memiliki alat musik tradsional gong
yang sama seperti gong pada umumnya. Pada masyarakat suku tolaki biasa disebut
karandu atau tawa-tawa Gong atau karandu adalah alat musik yang memiliki
kesamaan bentuk yang dipopulerkan oleh Sunan Bonang di pulau Jawa kemudian
menjadi media dalam menyebarkan islam di pulau jawa (Aldin & hak, 2019: 26).
Sehingga Tidak menutup kemungkinan karandu yang dikenal masyarakat suku
tolaki sebagai alat musik iringan tari lulo ada pengaruh dari agama islam yang
dibawa oleh Sunan Bonang dari Jawa ke Sulawesi Tenggara. Alat musik gong
dimainkan oleh sang-Maistro atau joki gong menggunakan tiga gong dengan
ukuran yang berbeda dan cara memainkannya dengan cara ditabuh atau dipukul
menggunakan dua pemukul dengan ukuran yang cukup besar.
Gong sendiri lazimnya terbuat dari logam, bentuk bundar besar, dengan pancu
atau benjolan bulat di tengah, biasanaya digantung dengan tali dan penopang
berbentuk bingkai yang terbuat dari kayu besar. Berdasarkan sumber bunyinya
karandu tergolong dalam alat musik idiophone karena dimainkan dengan cara
dipukul dan sumber bunyinya berasal dari badan alat musik itu sendiri. Di
Indonesia, gong tersebar diberbagai daerah dengan nama yang berbeda-beda.
Umumnya karandu atau gong yang dimiliki masyarakat suku Tolaki terbuat dari
kuningan, fungsi dasarnya adalah sebagai iringan tari tradisi masyarakat suku
tolaki, salah satunya adalah tari lulo. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ade
Rahmatullah mengatakan bahwa iringan musik tari lulo dapat menggunakan alat
musik apa saja selama kebutuhan penata musik iringan tari itu sendiri.
H. Darma S.Sos, M.Si mengatakan bahwa, karandu itu yang berukuran besar.
sedangkan tawa-tawa memiliki tiga ukuran yaitu besar, sedang, dan kecil tiap
ukuran memiliki nada yang berbeda yang digunakan untuk mengiringi tari lulo. Dan
gong yang paling kecil namanya ndengu-ndengu yang biasa digunakan pada iringan
tari mondotambe. Begitupun yang disampaikan oleh Ade Rahmatullah dalam
45
wawancara menyatakan bahwa Gong memiliki berbagai macam ukuran dan
menghasilkan suara yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil observasi penggunaan gong dimasyarakat suku Tolaki saat
mengiringi tari lulo sangat beraneka ragam. Ada ensambel sejenis yang hanya
menggunakan beberapa gong, tanpa alatlain. Namun ada juga ensambel campuran
yang menggunakan satu gong ditambah dengan beberapa alat musik lain, seperti
gendang, dan alat musik modern seperti keyboard atau organ tunggal.
46
remaja, dewasa, bahkan orang tuapun ikut serta dalam memeriahkan kegiatan tari
lulo sebagai sarana hiburan setelah prosesi adat perkawinan selesai.
Penggunaan elekton/keyboard sebagai media dalam iringan musik tari lulo
mendapatkan respon baik terhadap masyarakat suku Tolaki. Berdasarkan hasil
observasi Keberadaan alat musik modern ini yang masyarakat suku tolaki sebut
dengan nama elekton lantas menuai pandangan negativ oleh beberapa kalangan.
Walaupun keberadaannya membantu seniman dan menjadi sumber mata
pencaharian tetapi kehadiran penyanyi yang biasanya menuai kontrofersi karena
pakaian yang digunakan lebih terbuka dengan mengikuti perkembangan zaman
yang semakin kesini menggeser nilai-nilai yang ada dalam iringan musik tari lulo
(Kasno, dkk. 2019: 96). Dimana nilai-nilai yang terdapat pada tari lulo yang
menggunakan alat musik tradisional sebagai iringan musiknya antara lain Nilai
Etika, Nilai Solidaritas, dan Nilai historis.
berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu penari tradsional suku tolaki
Iga Virgia mengatakan bahwa dalam memperagakan tari lulo tradisi maupun kreasi
dengan menggunakan alat musik tradisional penari lebih menjiwai dan penampilan
jauh lebih menarik. Berdasarkan hasil wawancara tersebut pernyataan yang
diberikan narasumber berdasarkan maknanya iringan tari lulo yang menggunakan
alat musik tradisional memberikan rasa persatuan atau kerja sama antara pemusik
dan penari. Dimana pemusik berpatokan pada gerakan para penari.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, iringan tari lulo yang
menggunakan musik modern biasanya pada kegiatan acara pernikahan yang
ditampilkan diakhir acara. Dan musik yang ditampilkan adalah lagu dangut, pop,
ataupun musik modern lainnya yang telah diarangsemen dengan tempo yang cepat
sekitar 166-176 bpm (beat per minute). Selain beat yang cepat ada penyanyi wanita
yang biasa menemani pemain organ tunggal itu sendiri. Biasanya penyanyi elekton
memperagakan gaya-gaya erotis dan menggunakan pakaian yang mini dan ketat
untuk menarik perhatian para pengunjung dan tamu undangan.
Umumnya penggunaan alat musik tradisional sebagai iringan tari lulo di
Kabupaten Konawe masih bisa dijumpai, tetapi pada kegiatan tertentu saja seperti
pada lomba peringatan hari kemerdekaan yang merupakan kegiatan rutin tahunan,
dimana diadakan lomba tari lulo kreasi dan sebagian besar selalu menggunakan alat
musik tradisional.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, bahwa terjadinya perubahan pada
iringan tari lulo didasari pada fungsinya yang bermacam-macam terhadap
kehidupan dimasyarakat suku Tolaki. Jika dimasa lampu sebagai suatu ritual dan
media untuk mengapresiasi dan ucapan terimakasih terhadap dewa padi atau
masyarakat suku Tolaki menyebutnya dengan sebutan sanggoleo mbae (Kasno,
dkk. 2019: 25). Tetapi dizaman sekarang ritual atau sebagai media ekspresi kepada
dewa padi yang dipercayai masyarakat suku tolaki sudah tidak pernah kita jumpai
sehingga fungsinya sekarang digunakan sebagai media penghibur. Oleh karena itu,
alat musik tradisional sebagai iringan tari lulo mengikuti fenomena perkembangan
yang terjadi pada iringan musik tari lulo. Begitupun keberadaan kanda-kanda wuta
dan karandu/gong fungsinya mulai tergantikan sebagai iringan tari lulo.
47
3. Peran masyarakat dan pemerintah
Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu/orang-orang yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan manusia yang hidup berdampingan karena sistem
tertentu, tradisi tertentu, konfensi, hukum tertentu dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama (Prasetyo, 2020: 164).
Pemerintah merupakan sebuah Lembaga dan badan tertinggi yang berkuasa
untuk memerintah, mengelola, mengatur suatu daerah yang didiami oleh kelompok
masyarakat agar tetap terorganisir (Deta, 2019: 17).
Peran yaitu perpaduan sebuah teori, orientasi maupun disiplin ilmu yang
digunakan dalam dunia sosiologi, peran sendiri memiliki istilah dalam dunia teater,
dimana seorang aktor bermain sebagai tokoh dan membawakan sebuah perilaku
tertentu (Sarlito, 2015: 215).
Adapun peran masyarakat yang sangat berperan dalam mempertahankan
keberadaan alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo tanpa
dukungan pemerintah Kabupaten Konawe sebagai pihak yang berwenang dalam
mengatur segala yang ada di daerah tersebut masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa.
pemerintah yang umumnya berperan sebagai fasiliator, komunikator, katalisator
(Ulandari, 2020: 47).
Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Darma S.Sos, M.si mengatakan
bahwa masayarakat dan pemerintah memiliki peran penting dalam melestarikan
keberadaan alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo. adapun peran
yang dilakukan sudah cukup baik, tetapi berdasarkan hasil observasi dalam kurun
waktu 10 tahun terakhhir upaya masyarakat dan seniman tradisional untuk
membuat sebuah pentas seni seringkali di abaikan dan tidak ada dukungan dari
permerintah secari materil ataupun non-materil.
Ade Rahmatullah dalam wawancara mengatakan bahwa sebagai seniman
tradisi maupun teman-teman seniman lainnya ada keinginan untuk membuat
semacam pentas seni tetapi hanya aspirasi kami sebagai masyarakat tolaki dan
seniman yang diterima tetapi tindak lanjut untuk mengagendakannya tidak ada.
Upaya yang dilakukan untuk melestarikan keberadaan kanda-kanda wuta perna
dilakukan oleh H. Darma dalam wawancara beliau mengatakan semasa saya masih
aktif di pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara saya pernah mengajukan hasil
modifikasi alat musik kanda-kanda wuta dengan penggunaan bahan yang mudah
didapatkan dan lebih gampang dibawah kemana-mana.
48
49
Penarikan kesimpulan
Eksistensi alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo di
kabupaten konawe Sulawesi tenggara mengalami perkembangan di zaman modern
ini. Berdasarkan sejarahnya tari lulo awalnya menggunakan alat musik kanda-
kanda wuta. Kanda-kanda wuta digunakan oleh masyarakat suku Tolaki sebagai
iringan tari lulo yang dilaksanakan pra panen dan pasca panen yang merupakan
ritual sakral masyarakat suku Tolaki dalam bercocok tanam sebagai media dalam
memberikan ucapat terimakasih terhadap dewa padi yang telah memberikan
sumber kehidupan. Seiring berjalannya waktu, pada abad ke 19 iringan tari lulo
kemudian menggunakan alat musik gong atau masyarakat suku tolaki kenal
dengan sebutan karandu. Karandu yang digunakan sebagai iringan tari lulo
dulunya merupakan hasil buatan masyarakat suku tolaki itu sendiri. tetapi
keberadaan karandu yang dimiliki masyarakat suku tolaki sudah jarang dijumpai,
berdasarkan bentuk dan cara memainkannya karandu yang dimiliki masyarakat
suku tolaki umumnya menyerupai alat musik gong pada umumnya yang tersebar
di Indonesia. sehingga gong yang digunakan untuk mengiringi tari lulo ataupun
tari tradisional masyarakat suku tolaki lainnya sebagian besar berasal dari jawa.
Berkembangnya zaman mempengaruhi eksistensi alat musik tradisional
suku tolaki sebagai iringan tari lulo. Adanya alat mudik modern yang
mempermudah seniman dalam mengiringi tari lulo. Sehingga makna, nilai, dan
fungsi yang dimiliki alat musik tradisional mulai bergeser. Di zaman modern ini
fungsi alat musik modern hanya sebagai media hiburan begitupun pada tari lulo
bukan lagi sebagai ritual sakral tapi hanya sebagai media hiburan, dan ajang
perkenalan muda-mudi baik masyarakat tolaki sendiri ataupun masyarakat
pendatang dalam hal ini wisatawan. Alat musik tradisional suku tolaki yaitu
gong/karandu masih sering dijumpai sebagai iringan tari lulo dikolaborasikan
dengan alat musik modern. tetapi perannya sebagai bukan lagi sebagai alat musik
pengiring utama. Dengan kata lain hanya sebagai pelengkap alat musik modern
dalam iringan tari lulo.
Eksistensi alat musik tradisional suku tolaki sebagai iringan tari lulo di
kabupaten konawe harus tetap dilestarika. Sehingga masyarakat dan pemerintah
memiliki peran penting dalam mempertahankan eksistensi alat musik tradisional
suku tolaki sebagai iringan tari lulo. Walaupun kenyataannya seniman
masyarakat suku tolaki yang memiliki inisiatif untuk membuat pentas seni masih
kurang dukungan oleh pemerintah baik secara materil maupun non-materil.
Selain itu ada upaya yang dilakukan oleh seniman tolaki untuk melestarikan alat
musik tradisional suku tolaki yaitu dengan memodifikasi kanda-kanda wuta yang
berdasarkan bentuknya bisa dibawa kemana-mana dan bahan yang digunakanpun
lebih muda didapatkan. Eksistensi alat musik kanda-kanda wuta sebagai iringan
tari lulo di kabupaten konawe sudah tidak pernah dijumpai karena kanda-kanda
wuta sendiri bukan lagi sebagai alat musik iringan tari lulo tetapi hanya sebagai
pajangan yang memiliki sejarah. Sedangkan alat musik gong atau yang biasa
disebut karandu masih sering dijumpai sebagai iringan tari lulo yang
dikolaborasikan dengan alat musik modern. walaupun alat musik gong/karandu
bukan lagi berasal dari suku tolaki, melainkan hasil produksi dari jawa.
50
Triangulasi
1 Sejarah alat musik alat musik tradisional suku sepengetahuan saya tari Menurut sejarah, Tari Berdasarkan hasil Pelaksanaan tari
tradisional tolaki digunakan sebagai lulo dulunya diiringi oleh Molulo ini berasal dari observasi alat musik khas lulo pada awalnya
iringan tari lulo pada alat musik kanda-kanda tradisi lama masyarakat masyarakat suku tolaki menggunakan kanda-
awalnya menggunakan wuta Suku Tolaki di Sulawesi ada beberapa jenis antara kanda wuta (gendang-
kanda-kanda wuta Tenggara. Tarian ini lain adalah ore-ore gendang tanah) sebagai
(gendang-gendang tanah) sering ditampilkan mbondu, kanda wuta, alat pengiringnya.
sebagai alat pengiringnya. sebagai bagian dari Gong dan Ndengu- Kemudian berkembang
Kemudian berkembang upacara-upacara adat ndengu. Tetapi dalam dan diubah menjadi tawa-
dan diubah menjadi tawa- masyarakat di Silawesi iringan tarian lulo alat tawa yang arti dalam
tawa yang arti dalam Tenggara. Biasanya Tari musik yang digunakan Bahasa Tolaki umumnya
Bahasa Tolaki umumnya Molulo ini ditampilkan pada awalnya adalah disebut sebagai karandu
disebut sebagai karandu di akhir acara dan kanda-kanda wuta yang atau Gong (Aldin & hak,
atau Gong dilakukan oleh semua kemudian menggunakan 2019: 26)
hadirin atau warga gong.
masyarakat yang datang,
baik tua maupun muda,
pria maupun wanita.
51
gong yang berukuran
kecil dan jenis suara
2 Transformasi iringan keberadaan alat musik kanda-kanda wuta sudah perkembangan pada alat Terjadinya Berdasarkan tesis
tari lulo tradisional suku tolaki tidak efisien sebagai alat musiknya. Saat sekarang transformasi iringan tari yang berjudul
seringkali dikolaborasikan
musik iringan tari lulo utamanya di daerah lulo, yang awalnya transformasi musik
dengan alat musik modern karena dari proses perkotaan, gong sebagai menggunakan alat musik iringan tari lulo di
untuk mengiringi tari lulo
pembuatannya alat musik pengiring tradisional kemudian Kabupaten Konawe
membutuhkan waktu tarian lulo telah menggunakan alat musik Herman Masse, (2018:
sebagai contoh awalnya lama. digantikan dengan alat modern didasari karena 01). Menyimpulkan
menggunakan alat musik musik modern yaitu alat musik tradisional bahwa musik iringan tari
kanda-kanda wuta, tetapi iya sudah pasti terjadi, “Elektone”. yang sudah jarang di lulo di Kabupaten
pada abad ke-19 sudah karena kendala jumpai karena Konawe, awalnya
tergantikan oleh gong, pembuatan alat musik pembuatannya menggunakan musik
karena sudah jarang yang membutuhkan membutuhkan waktu tradisional dan sekarang
digunakan. waktu yang cukup lama. yang lama dan bahannya sudah mengalami
adaptasinya ya dengan biasanya seteiap ada sulit di temukan perubahan menjadi musik
mengkolaborasikan alat lomba kemerdekaan gong khususnya pada alat modern. Dimana
musik tradisional dengan masih sering digunakan musik kanda-kanda wuta perubahan tersebut
alat musik modern untuk mengiringi tari lulo sedangkan gong masih mengalami fase mulai
kreasi dengan bantuan digunakan sampai dari penggunaan
alat musik tradisional sekarang. beberapa alat musik
lainnya tradisional, tape recorder,
musik band dan sampai
sekarang keyboard atau
elekton
3 Peran masyarakat dan semasa masih aktif dengan peran masyarakat selama berdasarkan hasil Pemerintah
dilakukan pemerintah di pemerintahan Provinsi mengapresiasi dan ini mendukung tiap ada observasi dalam kurun merupakan sebuah
52
Sulawesi Tenggara saya mendukung penggunaan pertunjukan dengan waktu 10 tahun terakhhir Lembaga dan badan
pernah mengajukan hasil alat musik tradisional menonton sudah menjadi upaya masyarakat dan tertinggi yang berkuasa
modifikasi alat musik sebagai iringan tari lulo peran masyarakat dalam seniman tradisional untuk untuk memerintah,
kanda-kanda wuta dengan yang biasanya mendukung budaya membuat sebuah pentas mengelola, mengatur
penggunaan bahan yang ditampilkan pada tradisi. seni seringkali di abaikan suatu daerah yang
mudah didapatkan dan kegiatan lomba tari lulo dan tidak ada dukungan didiami oleh kelompok
lebih gampang dibawah kreasi. menurut saya peran dari permerintah secari masyarakat agar tetap
kemana-mana. pemerintah untuk materil ataupun non- terorganisir (Deta, 2019:
kami sebagai mendukung tradisi materil. 17).
masayarakat dan seniman tradisi maupun masyarakat suku tolaki
pemerintah memiliki peran teman-teman seniman sudah cukup bagus Masyarakat
penting dalam lainnya ada keinginan dengan mengadakan adalah sekumpulan
melestarikan keberadaan untuk membuat semacam pentas atau pertunjukan individu-individu/orang-
alat musik tradisional suku pentas seni tetapi hanya seni. Tapi kalau alat orang yang hidup
tolaki sebagai iringan tari aspirasi kami sebagai musik tradisional suku bersama sebagai satu
lulo. adapun peran yang masyarakat tolaki dan tolaki saya masih kurang kesatuan manusia yang
dilakukan pemerintah seniman yang diterima paham. hidup berdampingan
sudah cukup baik, tetapi tetapi tindak lanjut untuk karena sistem tertentu,
semenjak saya pindah mengagendakannya tidak tradisi tertentu, konfensi,
tugas di provinsi kegiatan ada. hukum tertentu dan
kesenian tradisi di terikat oleh suatu rasa
Kabupatn Konawe Sudah identitas bersama
jarang dijumpai. (Prasetyo, 2020: 164).
53
54
1