You are on page 1of 12

Pendidikan Seni Rupa

BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK RUMAH ADAT LANGKANAE LUWU DI KOTA


PALOPO
Indri Angraeni, Moh. Thamrin
Mappalahere, Hasnawati
Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Seni dan Desain
Universitas Negeri Makassar
email: indriangraeni11@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the form of the Langkanae Luwu traditional house and the
symbolic meanings found in the Langkanae Luwu traditional house in the city of Palopo. The type of
research used is a survey conducted in a qualitative descriptive way, which provides an objective
picture in accordance with the reality in the field about the symbolic form and meaning of the
Langkanae Luwu traditional house in Palopo City. As for the speakers in this study were Andi
Syaifuddin Kaddiraja (Maddika Bua) as cultural figure and Andi Abdullah Sanad Kaddiraja (Djemma
Tongang) as community leaders in Luwu Regency. The target in this study is the Langkanae Luwu
traditional house in the city of Palopo. The techniques used in data collection in this study include
observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that the shape of the
traditional house of Langkanae has its own meaning and in the parts of the house the Langkanae house
has an important meaning in human life. The shape of a rectangular house called Sulappa'Eppa is a
rhombus which is also in the Suji reinforcement, and also in the structure of the house which is a three-
tiered stage house. The division is in the upper world / boting langi called rakkeang, the middle world /
ale ball and the underworld / kawa ale is called kolong. Some important meanings on the part of the
house, such as on the laja's override, are the symbols of the stratum / caste in the homeowner. At the
establishment of a stilt house or Bugis house can not be separated from posi bola
/ pim posi 'or commonly referred to as the main pillar of the house and the number eight which is
highly sacred by the people of Luwu then the shape of the pillar is eighth.

Keywords: Langkanae traditional house, symbolic meaning

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pada rumah adat Langkanae Luwu dan makna-
makna simbolik yang terdapat pada rumah adat Langkanae Luwu di kota Palopo. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu survey yang dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, yakni memberikan gambaran
objektif sesuai dengan kenyataan dilapangan mengenai bentuk dan makna simbolik rumah adat
Langkanae Luwu di Kota Palopo. Adapun yang menjadi narasumber dalam penelitian ini yaitu Andi
Syaifuddin Kaddiraja (Maddika Bua) selaku tokoh budaya dan Andi Abdullah Sanad Kaddiraja
(Djemma Tongang) selaku tokoh masyarakat Kabupaten Luwu. Sasaran dalam penelitian ini yaitu
rumah adat Langkanae Luwu di kota Palopo. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa bentuk rumah adat

1
Pendidikan Seni Rupa

Langkane ini memiliki makna tersendiri dan pada bagian-bagian dalam bangunan rumah Langkanae
memiliki makna penting dalam kehidupan manusia. Bentuk rumah persegi empat yang disebut
Sulappa’Eppa belah ketupat yang juga pada bala suji’ dan juga pada susunan rumah yaitu berumah
panggung bersusun tiga. Pembagian itu ada pada dunia atas/boting langi disebut rakkeang, dunia
tengah/ale bola dan dunia bawah/ale kawa disebut kolong. Beberapa makna penting pada bagian rumah
yaitu seperti pada timpa laja’ yang merupakan simbol strata/kasta pada sang pemilik rumah.
Pada pendirian rumah panggung atau rumah Bugis tidak lepas dari posi bola/pim posi’ atau biasa disebut
sebagai tiang utama rumah dan angka delapan yang sangat disakralkan oleh masyarakat Luwu maka
bentuk tiangnya persegi delapan.

Kata kunci: rumah adat Langkanae, makna simbolik

PENDAHULUAN Komponen suatu kebudayaan adalah apa yang


disebut juga sebagai unsur kebudayaan, seperti
Budaya atau kebudayaan berasal dari sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, sistem
bahasa Sansekerta adalah buddhi yang artinya perekonomian, sistem kesenian, sistem
akal. Budaya merupakan aspek elemen yang komunikasi, sistem organisasi sosial, dan
berkenaan bersama budi dan akal manusia. seterusnya. Suatu gambaran sejarah kebudayaan
Indonesia yakni salah satu negeri yang yang menyeluruh akan memberikan paparan
mempunyai kebudayaan yang amat bermacam- mengenai perkembangan budaya dengan segala
macam. Karena keanekaragaman budaya dan unsurnya itu (Edi Sedyawati, 2012).
keunikan yang dipunyai, Indonesia jadi daya Di Indonesia terdapat lima agama
tarik bangsa lain dari belahan dunia, mereka berlainan yang dianut oleh bangsa Indonesia
pula ikut mempelajari keanekaragaman budaya seperti yang diketahui pada tahun pada tahun
tersebut (Kawasan Seputar Indonesia, diakses 2010, dikutip dalam artikel Kawasan Seputar
pada Januari 2017). Indonesia, Diakses pada Januari 2017 tertulis
Indonesia yaitu negeri yang mempunyai jumlah penganut agama kira-kira 85,1% dari
bahasa daerah terbanyak di dunia. Berdasarkan 240.271.522 warga penganut agama Islam, 9.2%
laporan penelitian The Summer Institute of Protestan, 3.5% Katolik, 1,8% Hindu dan 0.4%
Linguistic, seperti yang dikutip dalam buku Budha. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai
Pesona Indonesia (2006) terdapat 726 bahasa suku bangsa.
daerah di seluruh wilayah nusantara. Namun Di Indonesia terdapat lebih dari 300 suku
bahasa yang dominan digunakan adalah bahasa bangsa. Di Sulawesi Selatan sendiri terdapat
nasional. Dengan keanekaragaman tersebut berbagai suku. Suku-suku bangsa yang dimaksud
sehingga dibutuhkan adanya tolenrasi ialah Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja.
masyarakat. Disamping keempat suku terbesar itu, terdapat
Suatu kajian sejarah kebudayaan dapat juga suku Duri (Dori) yang merasa juga sebagai
menyeroti keseluruhan perkembangan suatu suku tersendiri. Mereka yang bersuku
kebudayaan di suatu daerah atau negara, namun bugis mempunyai daerah-daerah Bone, Wajo,
dapat juga secara khusus memberikan sorotan Sawitto, Suppa, Soppeng, Luwu, dan banyak
terhadap salah satu aspek sejarah kebudayaan.
lagi daerah

2
Pendidikan Seni Rupa
kecil lainnya. Orang Makassar mempunyai Dan kemudian setelah masa
daerah Gowa, Takalar, Jeneponto, Maros. Suku kemerdekaan RI oleh pihak pemerintah
Mandar mempunyai pula daerah-daerah seperti Indonesia dibangun sebuah rumah panggung
Balannipa, Cenrana, Majene, dan lain-lain. disamping museum tersebut, yang disebut
Demikian pula orang-orang Toraja dan Dori sebagai Prototype Istana Luwu jaman Luwu.
(Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Bangunan ini disebut juga sebagai “Langkanae”
Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia IV, (sebutan untuk istana Pajung Ri Luwu). Jika di
hal. perhatikan bangunan tersebut berkarakter
41). arsitektur suku Bugis, Makassar, dan Mandar.
Di Sulawesi Selatan khususnya kota Bentuk arsitekturnya juga lebih mirip dengan
Palopo mempunyai beberapa bangunan gambar yang terdapat pada lembaran kitab
bersejarah, salah satunya adalah rumah adat Lagaligo.
Luwu. Rumah adat Luwu berdampingan dengan Di Istana Luwu terdapat dua bangungan,
Museum Batara Guru berlokasi di tengah yaitu Langkanae dan Salassae. Langkanae
Kota Palopo, Pusat Kerajaan Luwu (sekarang adalah sebutan kata lain dari istana. Langkanae
salah satu kota kelas menengah di ini dijadikan cagar budaya buatan Belanda untuk
Provinsi Sulawesi Selatan). Dibangun oleh menggantikan Langkanae yang dulu. Belanda
Pemerintah Kolonial Belanda sekitar membangunnya untuk kedatuan ketika
tahun 1920-an di atas tanah bekas "Saoraja" Langkanae terbakar. Sedangkan Salassae adalah
(Istana sebelumnya terbuat dari kayu, konon tempat pertemuan atau perjamuan para tamu-
bertiang 88 buah) yang diratakan dengan tanah tamu istana.
oleh Pemerintah Belanda. Sampai saat ini rumah adat Luwu masih
Di Luwu mempunyai beberapa suku sering digunakan pada acara-acara ritual
yang terbentang luas dari pegunungan sampai kerajaan. Maka dari itu penulis tergugah untuk
ke lautan yaitu Bugis, Toraja dan Makassar mengetahui lebih jauh mengenai rumah adat
tetapi mayoritas penduduknya bersuku Bugis Langkanae ini karena adat dan budaya yang
dan Toraja, masing-masing memiliki karakter masih mereka percayai pada rumah adat
yang berbeda-beda, mulai dari bentuk corak, tersebut. Oleh karena itu, penulis akan
bahasa, kesenian tradisional sampai kepada melakukan penelitian dengan judul “Bentuk dan
bentuk bangunannya. Pusat kerajaan Luwu yang Makna Simbolik Rumah Adat Langkanae Luwu
sudah pindah beberapa kali, dari yang awalnya di Kota Palopo”.
di wilayah Ussu’ (sekarang telah masuk Berdasarkan uraian dari latar belakang
wilayah kabupaten Luwu Timur), kemudian masalah yang dikemukakan, maka penulis
ke Malangke’ (Kabupaten Luwu Utara) dan menyimpulkan rumusan masalah yang akan
terakhir pusat kerajaan Luwu terletak di Palopo dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian
sampai sekarang. Namun sayangnya setelah yaitu; (1) Bagaimana bentuk rumah adat
berpindah ke Palopolah istana itu kemudian Langkanae Luwu di Kota Palopo? (2) Apa saja
dibumi hanguskan oleh Belanda yang dulunya
makna simbolik pada rumah adat Langkanae
menduduki wilayah Nusantara ini. Kerajaan
Luwu di Kota Palopo?
Luwu sangat dirugikan dalam hal ini, oleh
Mengacu pada rumusan permasalahan
karena Belanda pada masa itu dibangun kembali
yang dikemukakan ini, maka tujuan penulis ini
sebuah bangunan dengan arsitektur Eropa yang
dapat dijabarkan sebagai berikut; (1) Untuk
sekarang menjadi Museum Batara Guru.

3
Pendidikan Seni Rupa
mengetahui bentuk rumah adat Langkanae Langkanae secara mistik diturunkan
Luwu di Kota Palopo. (2) Untuk mengetahui dari boting langi (dunia langit) setelah baginda
makna simbolik pada rumah adat Langkanae Batara Guru selama empat puluh hari empat
Luwu di Kota Palopo. puluh malam berada di bukit Pensemoni di
tepi sungai Cerekang. Ibunya yang bernama
METODE Palinge’e sedih melihat anaknya diterpa angin,
terkena matahari pada siang hari dan
Jenis penelitian yang digunakan yaitu
kedinginkan pada malam hari. Palinge’e
survey yang dilakukan dengan cara deskriptif
mengusulkan kepada suaminya membuat
kualitatif, yakni memberikan gambaran
sebuah istana yang bernama Langkanae yang
objektif sesuai dengan kenyataan di lapangan
disebut langakana lakko manurunge yang
mengenai rumah adat Langkanae Luwu dalam
diturukan bersama dua istri beserta dayang-
kajian bentuk dan makna simbolik rumah adat
dayang, kemudian dari bumi atau buru liu
Luwu di kota Palopo, penelitian ini tidak
bawah muncul seorang putri bernama We
membicarakan korelasi antara variabelnya,
Linyitimo yang menjadi permaisuri. We
melainkan hanya mendeskripsikan keadaan
Linyitimo yang berarti tatapan dari timur
variabelnya saja.
sedangkan Tompoe Ri Busaempong artinya
Variable penelitian adalah segala
muncul di busa-busa ombak. Maka dari itu
sesuatu yang menjadi objek dan sasaran
Batara Guru dari atas dan We Linyitimo dari
pengamatan atau sesuatu yang akan diteliti
bawah maka bertemu dan hidup di tengah.
yakni; (1) Bentuk rumah adat Langkanae
Luwu di kota Palopo. (2) Makna simbolik
rumah adat Langkanae Luwu di kota
Palopo.
Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini meliputi
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun yang menjadi narasumber dalam
penelitian ini yaitu Andi Syaifuddin Kaddiraja
(Maddika Bua) selaku tokoh budaya dan Andi Rumah adat Langkanae Luwu
Abdullah Sanad Kaddiraja (Djemma Tongang)
selaku tokoh masyarakat Kabupaten Luwu. 2. Bentuk dan makna simbolik rumah adat
Analisis data dalam penelitian ini Langkanae
menggunakan analisis deskriptif kualitatif,
dari data yang diperoleh dari lapangan yang Rumah adat Langkanae terdiri atas tiga
selanjutnya dimasukkan suatu catatan yang bagian, ada kolong (sullu), ale bola, dan
lebih lengkap dengan menggambarkan palandoang/rakkeang (loteng). Bentuk rumah
keadaan yang sebenarnya. adat tradisional pada umumnya adalah rumah
panggung yang merupakan simbol budaya
HASIL masyarakat karena dianggap bahwa rumah
1. Sejarah terbentunya panggung itu harus mempunyai tiang-tiang
Langkanae

4
Pendidikan Seni Rupa
utama yang disebut pim posi’ atau (posi bola) ada ditengahnya singkerru mulajaji. Singkerru
yang merupakan kebudayaan Luwu dan setiap mulajaji yaitu ikrar yang diucapkan oleh bayi
perbuatan yang kita lakukan harus sebelum di keluarkan dari rahim ibunya, dia
mappisabbi’ (minta izin) pada pim posi’. berjanji kepada Tuhan-Nya jika dia sanggup
Rumah adat Langkanae berbentuk persegi maka dia akan hidup sampai hari tuanya dan
empat yang mempunyai empat unsur yaitu jika tidak dia akan mati pada saat itu.
tanah, api, air dan angin yang dari keempat Singkerru mulajaji adalah simbol yang
unsur ini harus seimbang tidak boleh saling tertinggi di Luwu. Makna singkerru mulajaji
terputus. Yang membuat Langkanae atau bermakna perjanjian antara Tuhan.
replika dari rumah Langkanae sekarang yang
berada di Palopo adalah ahli khusus dari Wotu
yang bernama Pua Uragi (ilmuan dari Wotu)
Pua Uragi ini bisa berbicara dengan kayu.
Sebelum masuk ke Langkanae akan
dilewati gerbang yang bernama tabu-tabuang.
Tabu-tabuang adalah pintu gerbang bersusun Ukiran kanji pada lesplan Langkanae
tiga tipe (timpa laja) ini bermakna jika Jepang mengklaim bahwa huruf kanji
bersusun tiga semua masyarakat yang berada milik mereka, tetap nyatanya sebelum
di bumi ini boleh berkunjung di tempat itu. datangnya penjajahan Jepang, peti-peti orang
Jika raja membuat acara dan hanya membuat tua kita dahulu tempat penyimpanan emas
satu tabu-tabuang berarti hanya keluarga sudah terukir oleh huruf kanji. Perlu kita
terdekat saja yang bisa menghadirinya dan ketahui Jepang sering mengambil simbol yang
jika dua yang bisa di hadiri oleh masyarakat terbaik diwilayah yang dijajah termasuk huruf
luwu saja. Orang yang bisa naik ke Langkanae kanji, pada waktu Jepang menjajah. Biasanya
hanya bangsawan pada jawan lalu. simbol singkerru mulajaji di ukir dipusaka,
pintu dan lesplan. Pada simbol singkerru
mulajaji ini tidak diukir pada rumah
Langkanae disebabkan karena sukar dibuat,
singkerru mulajaji dapat dilihat pada logo
Kedatuan Luwu.

Timpa laja pada rumah adat langkanae


Ketika berada di daerah atau halaman
rumah adat Langkanae kita akan melihat
ukiran kanji berada pada lesplan/pinggiran
dari rumah. Ukiran kanji sama maknanya
dengan simbol Luwu yang berada di logo
Kedatuan Luwu. Heroklib dari Aksara Bala suji pada gerbang Langkanae
Bugis, biasanya

5
Pendidikan Seni Rupa
Bala suji merupakan simbol Luwu, orang jika tidak ada duanya bukan lagi ciptaan jika
menyebutnya Sulapa’Eppa atau jasat dari sempurna dan yang sempurna itu hanya milik
keempat unsur (tanah, api, air, dan angin). Dan Allah.
jika dibawa keaksara Lontara ini adalah huruf Setiap angka mempunyai makna
sa dan dalam aksara arab dia alif. Alif itu tidak masing-masing mulai angka 1-9. Dalam diri
ada yang membunuh, tidak ada yang manusia ada delapan sisi yaitu depan,
membunuh huruf alif, menurut pemahaman belakang, samping kanan, samping kiri, bawah
orang Arab mengapa huruf alif tidak ada yang dan atas, dimanakah kedua sisi lainnya?
membunuh, Tuhan dalam bahasa Arab dimulai Didalam diri manusia yang paling
dari huruf alif, cuman jika kita salah menonjol adalah sisi depan dan belakang, Jika
memahami maka bisa saja huruf yang kita kita menguasai dari enam sisi maka akan
sembah bukan dzat-Nya. Itu hanya muncullah sisi ketujuh dan kedelapan. Makna
disimbolkan karena Allah sang pencipta tidak dari sisi depan bahwa setiap manusia harus
ada yang membunuh, karena Tuhan dalam maju dan mempunyai harapan sedangkan sisi
bahasa Arab dimulai dari huruf alif maka alif belakang adalah sejarah karena jika kita buntu
tidak ada yang membunuh. Sedangkan aksara dalan satu ilmu maka kita harus melihat
Lontara yang kita mensakralkan huruf sa, kembali pada sejarahnya. Pada sisi kanan dan
mengapa kita mensakralkan huruf sa ini kiri dalam agama diartikan sebagai amalan
sehingga kita membuat bala suji? karena itu yang baik dan buruk yang yang selalu harus
merupakan simbol, karena bala suji diartikan kita pertimbangkan untuk mencapai sisi depan.
sebagai pagar yang suci. Jika tuhan dalam Sedangkan sisi bawah merupakan kita sebagai
bahasa Arab dimulai dari huruf alif, maka hamba dan sisi atas ada yang kita sembah jadi
tuhan dalam aksara Lontara dimulai dari huruf jangan lupa beribadah dan berdoa kepada-Nya.
sa (sheuwa) atau orang biasanya menyebutkan Dan jika kita menguasai keenam itu dan
Dewata SeuwaE. Dari empat kibat yaitu ditarik kedalam sisi diri dan jika sudah dijiwai
Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran penyebutan maka muncullah dalam tingkah laku dalam
tuhan berbeda-beda. Al-Quran dan injil kehidupan sehari-hari. Orang yang sudah
mengatakan Allah, taurat dan zabur tidak memiliki sisi tersebut maka dia tidak akan
mengatakan Allah tetap Zahwe. sombong dan selalu tenang dalam jiwanya.
Tangga (sapana) merupakan simbol Pada pemasangan posi bola/pim posi
rumah adat, tangga tidak boleh genap harus tidak sembarangan yang bisa mendirikannya.
ganjil yang bermakna hidup karena yang akan Tiang utama atau pim posi/sokoguru berada di
tinggal di rumah adalah mahluk hidup. Kita ruangan depan. Setiap sesuatu harus
sekarang adalah ganjil karena yang genap itu mempunyai pusat, dalam diri manusia juga
adalah sempurna, manusia sempurna hanya mempunya pusat dan disitulah semangatnya.
jika mati/meninggal oleh sebab itu karena kita Seperti negara harus memiliki pusat, pusatnya
dalam kehidupan semua dibuat dalam keadaan itu ada disemangat hidup yang lain hanya
ganjil karena kematian itu adalah genap mendukung, itulah yang dimaksud pusat
artinya sempurna. Seperti halnya jika ada kosmos. Tiang yang berdiri dianggap sebagai
siang itu tidak sempuran jika tidak ada simbol laki-laki yang berarti perkasa. Yang
malam karena

6
Pendidikan Seni Rupa
dipaloppo masuk adalah wanita yang arajangnya sudah tempatkan di istana dan
merupakan simbol kesuburan. tidak dapat diambil gambarnya (difoto).

Tiang utama (Pim posi’/Posi bola)


Di rakkeang atau biasa disebut loteng Ruang Arajang pada Langkanae
yang pada zaman dulu biasanya berisi padi, Arajang sesuatu yang disimbolkan
anak gadis dan kucing. dengan yang tidak nyata, tetapi nyatanya
Padi dianggap manurung (mulia) dan arajang itu jika ada raja, seperti halnya, apa
anak gadis dianggap manurung karena yang membuktikan bahwa Allah itu ada, Jika
merupakan embro kehidupan, orang dulu kita menggunakan akal, tidak akan mungkin
menyimbolkan bahwa perempuan bagaikan akal menemukannya. Dan Allah nyata karena
telur di ujung tanduk yang merupakan harapan ada manusia, karena jika tidak ada manusia
masa depan dan dijaga dengan baik maka dari tidak ada yang bisa membuktikan karena tidak
itu anak gadis disimpan di rakkeang/malige. ada yang menyembah maka nyatalah Dia
Tetapi pada zaman sekarang jika dia tidak karena ada sesuatu yang disembah. Inilah ada
memiliki sekolah dan ilmu pengetahuan tidak Arajang karena ada Raja.
ada harapan, baik dia laki-laki ataupun Arajang merupakan benda kebesaran
perempuan berbeda dengan dulu anak gadis istana, di luwu ada beberapa arajang misalnya
merupakan harapan masa depan. Sedangkan
dokipokka merupakan arajang yang sumber
Kucing adalah hewan yang dianggap
kebesaran orang luwu yang setiap perbuatan
manurung karena filosofnya orang bilang
manusia harus sembang antara baik dan tidak
setelah menyeberang ke Sumatera dan Jawa,
harimaunya itu kucingnya Sawerigading tetapi sehingga mencapai kemuliaan pada pola pikir.
di Luwu kucing tidak boleh besar karena Labungawaru adalah atribut raja berupa besi
kucing tidak boleh memakan manusia karena kalewang yang ditemukan di pohon
kepunyaan Sawerigading. waru,sewaktu baginda batara guru berada
Ruangan arajang pada rumah adat dibukit pensemoni kemudan ada besi yang di
langkanae yang berada d Palopo saat ini temukan di pohon beringan. Laulabalu yaitu
hanyalah replika saja, ruang arajang ini sebuah senjata berupa jelmaan ular hitam.
berdekatan dengan kamar Raja sedangkan Lakarurung jelmaan dari pohon kelapa yang
jadi besi kemudian ada lamajekko dan

7
Pendidikan Seni Rupa
subangnge yang semua tu merupakan benda 2. Makna simbolik yang terdapat pada rumah
kebesaran kerajaan tapi semua itu sudah tidak tradisional Langkanae Luwu
ada di istana. Dalam diri manusia terdapat empat
Sonrong berfungsi sebagai tempat anak unsur yang dimilik yaitu tanah, api, air, dan
gadis dan tempat bermain, anak gadis angin. Tanah diartikan dengan kesabaran, api
disimbolkan bagaikan bunga yang tidak diartikan sebagai amarah, air diartikan sebagai
sembarang kumbang yang memetiknya. Baik kekuatan sedangkan angin diartikan sebagai
agama maupun adat sangat mendahulukan serakah. Dalam keempat unsur ini harus dapat
anak gadis. diseimbangkan, karena dari keempat unsur ini
PEMBAHASAN saling berlomba-lomba agar untuk menjadi
unggul makanya dalam diri manusia harus
1. Bentuk rumah tradisional dapat menyeimbangkan dari keempat unsur
Langkanae ini.
Luwu Sedangkan rumah panggung dibagi
Konsep arsitektur rumah adat Luwu atas tiga bagian yaitu, kolong/bawah rumah,
yang disebut dengan Langkanae ini serupa ale bola’, dan rakkeang. Pada kolong/bawah
dengan konsep rumah Bugis pada umunya. rumah, digunakan untuk tempat beristrahat.
Antara lain, yaitu: konsep bangunannya serta Ale bola’ tempat disimbolkan dengan
struktur dan sistem konstruksinya. Namun dunia tengah. Ruangan ini digunakan untuk
terdapat beberapa perbedaaan antara ragam tempat tinggal yang terdiri dari beberapa
hias dan ornamennya. Berdasarkan kosmologi petak. Yang di dalam ruangna ini ada ruangan
bentuk rumah adat Langkanae Luwu tersusun raja dan permasuri, ruangan tempat
dari tiga tingkatan yang berbentuk “segi penyimpanan benda pusaka dan ruangan
empat”. Pandangan kosmologi orang Bugis ini pejabat. Kemudian pada rakkeang yang
dengan apa yang disebut konsep Sulappa’ disimbolkan dengan dunia atas (boting
Eppa’ Wala Suji’ (segi empat belah ketupat). langi’). Pada zaman lalu digunakan untuk
Konsep ini merupakan filsafat tertinggi orang tempat penyimpanan padi, anak gadis dan
Bugis yang menjadi seluruh wujud kucing.
kebudayaan dan sosialnnya. Wujud konsep ini Ukiran kanji merupakan ornamen yang
dapat dilihat dalam bentuk manusia. Dibentuk sangat mempunyai makna yang tinggi. Ukiran
dan dibangun mengikuti model kosmos kanji sama maknanya dengan singkerru
menurut pandangan hidup mereka, mulajaji’ yang melambangkan rahasia takdir
anggapannya bahwa alam raya yang diemban manurungnge atas amanah
(makrokosmos) ini tersusun atas tiga Tuhan Yang Maha Kuasa, bermakna
tingkatan, yaitu alam atas, alam tengah dan pengenalan (pappejeppu) terhadap sifat
alam bawah. keabadian Tuhan Yang Maha Kuasa yakin “bil
Ketiga tingkatan tersebut yaitu awwalina wal akhiriin” (Dia yang awal dan
alam/dunia atas (boting langi) disebut Dia yang akhir) beserta dengan rahasia takdir
rakkeang (loteng). Alam/dunia tengah (ale yang ditentukan-Nya sendiri dengan tiada
bola) yaitu badan rumah, dan alam/dunia sekutu bagi-Nya.
bawah (awa bola) yaitu kolong rumah yang Bala suji’ merupakan simbol Luwu,
biasanya digunakan untuk tempat peternakan. orang menyebutnya sulapa’ eppa’ atau jasat

8
Pendidikan Seni Rupa
dari keempat unsur (tanah, api, air, dan angin). digunakan tempat istirahat dan tempat kerja
Bala suji diartikan sebagai pagar yang suci. bawahan Datu’.
Bala suji’ berbentuk belah ketupat yang Arajang atau regalia merupakan benda
dihubungkan dengan huruf sa pada aksara pusaka Kerajaan Luwu yang sangat
Lontara, karena huruf sa pada aksara Lontara bermakna, sebab raja Luwu memerintah atas
sangat disakralkan maka bentuk baja suji’ nama arajang atau regalia. Hampir semua
seperti huruf sa. orang Luwu mengenal adanya arajang,
Tangga biasa disebut sapana, jumlah walaupun pemahaman setiap orang terhadap
tangga pada Langkanae adalah 25. Tangga objek (arajang) tersebut berbeda-beda. Selain
(sapana) merupakan simbol rumah adat, itu arajang merupakan benda keramat atau
tangga tidak boleh genap harus ganjil yang simbol kekuasaan Kerajaan Luwu pada masa
bermakna hidup karena yang akan tinggal di lampau yang biasanya berupa benda-benda
rumah adalah mahluk hidup. Setelah kita berupa parang dan semacamnya. Benda-benda
melewati tangga kita akan berada di lego-lego kerajaan tersebut dikenal dengan beberapa
yang merupakan teras. Ketika pada zaman nama, yakni ada yang dikenal dengan
dulu Raja membuat acara untuk umum, orang Labungawaru, Labarana, Lakarurung, dan
yang berada di lego-lego hanya rakyat biasa. Lamajekkoe. Pada saat ini benda tersebut
Jumlah tiang pada Langkanae disimpan dengan rapi di dalam istana
menghampiri 100, karena pada jaman dulu Kerajaan Luwu. Bahkan disimpan dalam
orang berusaha membuat rumah sebesar kamar khusus dan sebagai benda keramat
mungkin, karena tiang menjadi sumber yang harus dihormati.
kekuasaan, jika tiangnya besar, maka besar Arajang bagi masyarakat Luwu
juga kekuasaaannya/kekuatan. Sedangkan dimaknai sebagai benda yang mempunyai
pada pim posi’/posi bola’ atau disebut dengan kekuatan sakti. Pemahaman masyarakat
tiang utama/sokoguru. Luwu harus tentang arajang sangat terkait dengan adanya
mempunyai pim posi yang menghubungkan mitos tentang Tomanurung, atau dewa yang
antara tanah karena kita bersumber dari tanah turun dari langit beserta perangkatnya yaitu
yang menghubungkan dengan orang yang ada arajang. Arajang dianggap sebagai benda
di atas. Pada pemasangan posi bola’ tidak yang sangat sakral, sehingga menjadi simbol
sembarangan yang bisa mendirikannya harus kekuasaan Kerajaan Luwu pada masa dahulu
orang ahli dalam pendirian posi bola’. sampai saat ini. Arajang masih dihargai
Sonrong adalah tempat para gadis sebagai warisan Kerajaan Luwu yang tidak
bangsawan untuk luluran. Anak gadis dapat berubah atau hilang begitu saja identitas
disimbolkan dengan bunga, yang diartikan kebangsawanannya dibandingkan darah
sebagai bunga di taman yang tidak sembarang kebangsawanan.
kumbang yang mendekatnya. Disamping Untuk menjaga agar arajang tetap
sonrong ada kamar pejabat yang pada zaman menjadi simbol kekuasaan datu Luwu pada
dulu kamar ini digunakan para pejabat masa dahulu dan sebagai identitas orang Luwu
kerajaan atau Opu Cenning(wakil Datu’) pada masa sekarang, maka arajang tetap dijaga dan
Langkanae sekarang kamar ini biasanya dipelihara, bahkan di tempatkan di tempat

9
Pendidikan Seni Rupa
terhormat di dalam istana yang disebut dengan Ponrang-ponrang pada langkanae
palakka artinya ditinggikan, bahkan sebagai hiasan saja, ponrang-ponrang ini
dikeramatkan. Selain itu diberi kelambu diletakkan dipinggiran-pinggiran/ujung pada
berwarna kuning dan tidak dapat diambil atap rumah. Hiasan ini diukir seperti ponrang
gambarnya oleh siapapun. Apabila arajang atau nanas.
berserta tempatnya diambil gambarnya
(difoto), maka akan ada bencana yang KESIMPULAN
menimpa bagi si pengambil gambar atau bagi Berdasarkan hasil pengolahan data
si penjaga arajang. Hal tersebut dipercaya dalam penelitian survei dalam penelitian ini
oleh si penjaga arajang. dengan menggunakan deskriptif kualitatif,
Begitu tingginya nilai arajang bagi maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
masyarakat Luwu, sehingga tidak dibolehkan 1. Bentuk rumah adat Langkanae Luwu
untuk mengambil gambarnya atau tersusun dari tiga tingkatan yang
didokumentasikan. Padahal arajang hanya berbentuk “segi empat”, atau disebut
sebuah pedang yang lengkap dengan Sulapa’ eppa’ yang berbentuk belah
tempatnya dengan panjang sekitar 75 cm. ketupat. Pada tiga tingkatan ini,
Pada rumah adat Langkanae Luwu dihubungkan dengan kehidupan dunia
memilik tingkatan kasta atau derajat manusia yaitu dunia atas (boting langi’),
berdasarkan timpa laja’ yaitu: dunia tengah (ale bola) dan dunia bawah
1) Timpa laja bersusun satuu berarti (awa bola). Pada dunia atas disebut
rumah untuk rakyat biasa dengan rakkeang, rakkeang adalah tempat
2) Timpa laja bersusun dua berarti rumah untuk pemyimpanan padi, anak gadis dan
untuk bangsawan dan sejajarnya kucing, dari ketiga isi dari
3) Timpa laja bersusun tiga dan empat rakkeang/loteng ini dianggap
berarti rumah untuk bekas raja manurung/malebbi’ artinya mulia. Lalu
4) Timpa laja bersusun lima berarti rumah dunia tengah atau ale bola adalah
untuk raja yang berkuasa tempat untuk melaksanakan kehidupan
Timpa laja’ pada Langkane Luwu yang sehari-hari. Pada zaman dulu tidak
berada di Palopo bersusun lima berbeda sembarang yang bisa masuk ke
dengan rumah Langkanae yang berada di Langkanae, hanya orang bangsawan saja.
Benteng Somba Opu yang timpa lajanya Tetapi sekarang siapa saja boleh
hanya tiga. Timpa laja’ juga berada pada berkunjung ke Langkanae. Sedangkan
tabu- tabuang yaitu pintu gerbang Langkanae kolong atau awa bola digunakan untuk
digunakan untuk menjemput tamu. Di tabu- tempat istrahat.
tabuang kita dapat melihat kolong rumah yang Persegi empat diartikan dari empat
disimbolkan sebagai dunia bawah atau biasa komponen bumi yaitu tanah, api, air dan
disebut awa bola’. Pada umumnya digunakan angin. Empat komponen ini juga diartikan
untuk tempat peternakan, tempat penyimpanan sebagai karakter pada diri manusia, yaitu
peralatan berkebun dan tempat istirahat. tanah sebagai kesabaran, api sebagai
amarah, air sebagai kekuatan dan angin
sebagai keserakahan. Dan dari keempat

10
Pendidikan Seni Rupa
unsur ini harus disembangkan dalam ketika melakukan penelitan berjalan
kehidupan. dengan lancar, dan ketika mencari data
2. Pada Langkanae ada beberapa bagian dari narasumber hendaknya mencari
yang mempunyai makna yang sangat narasumber yang benar-benar paham dan
penting dari bentuk rumahnya yang sudah mengetahui tentang Langkanae. Bila perlu
dijelaskan sebelumnya yaitu terdiri atas mencari narasumber yang
tiga bagian (rakkeang/palandoang, ale mendirikan/membangun replika dari
bola dan awa bola/kolong). Tangga Langkanae yaitu Opu Anton dan Pua
(sapana) merupakan simbol rumah adat, Uragi.
tangga tidak boleh genap, harus ganjil
yang bermakna hidup karena yang akan DAFTAR PUSTAKA
tinggal di rumah adalah mahluk hidup.
Anwar, Idwar. 2005. Ensiklopedi Sejarah
Pada ukiran kanji diartikan perjanjian
Luwu. Palopo: Pustaka Sawerigading.
antara Tuhan yang mempunya arti yang
sama dengan singkerru mulajaji yang Budaya, Aljannah. banua layuk rumah adat
tidak ada awal dan akhirnya. Pim posi’ mamasa diakses Oktober 2014.
sangat penting karena dianggap sebagai
tiang utama rumah yang merupakan Depdiknas. 2006. Pesona Indonesia. Jakarta:
kebudayaan kita pada pendirian rumah Depdiknas.
panggung. Iriani. Fungsi arajang pada masyarakat
Luwu,diakses Mei 2015.
SARAN
Ismail, Yakub. Makna Bentuk Simbol Rumah
Berdasarkan dari hasil kesimpulan Bugis diakses Maret 2014.
yang dipaparkan maka sarannya:
1. Diharapkan kepada penjaga istana agar Jelajah hidup. rumah tradisional adat bugis
Langkanae dirawat dengan baik apalagi diakses Juni 2016.
pada bagian-bagian yang sering kotor dan Kawasan seputar indonesia. Artikel
sarang laba-laba yang banyak di bagan Kebudayaan Indonesia-
atas/plafon rumah dan juga pada sudah Beragam Kebudayaan
banyak tiang yang dimakan rayap. Indonesia diakses Januari 2017.
2. Kepada pengunjung istana hendaknya
ketika memasuki Langkanae hendaknya Lembaga seni budaya tana luwu. Rahasia
mengucapkan permisi atau salam dan Dibalik Istana Kedatuan Luwu
menjaga tingkah laku apalagi ucapan. diakses Mei 2016
Lebih baik jika berkunjung ke dalam Mahmud, M. Irfan. 2003. Kota Kuno Palopo:
rumah Langkanae ditemani atau Dimensi Fisik, Sosial, dan
dudampingi oleh penjaga istana. Kosmologi. Makassar:
3. Kepada mahasiswa/(i) yang akan meneliti Masagena Press.
tentang Langkanae hendaknya melakukan
survei awal dulu ke istana Langkanae,
agar

11
Pendidikan Seni Rupa

Morris, D. F. Van Braam. 2007. Kerajaan


Luwu Catatan Gubernur
Celebes 1888 D. F. Van Braam
Morris. Edisi ke 2.
Diterjemahkan oleh: H. A. M.
Mappasanda. Makassar:
toACCAe Publising.
Sedyawati, Edi. 2012. Budaya Indonesia
Kajian Arkeologi, Seni, dan
Sejarah. Jakarta: Rajawali Pers.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho
Notosusanto. 1993. Sejarah
Nasional Indonesia IV. Jakarta:
Balai Pustaka.
Wikipedia.pengertian simbol diakses 2015.
Onlin
http://www.pengertianahli.com
/2014/04/pengertian-simbol-
apa-itu-simbol.html.
Online.
https://www.makassarguide.co
m/2015/03/menenali rumah
adat bugis makassar.html.
Online.
https://id.wikipedia.org/wiki/Be
rkas:Peta_kota_palopo.jpg.
Online.
https://petatematikindo.
wordpress.com/2014/09/09/ad
ministrasi-kecamatan-wara/.
Online.
http:66melayuonline.co
m6ind6culture6dig628<76rum
ah-panggung-kayudiakses
tanggal 27602620 8!

12

You might also like