You are on page 1of 4

Skolastika L. K.

_071411231051_PIHI_Week 5 (Kelas A)

Kepentingan Nasional dalam Hubungan Internasional

Interaksi merupakan inti dari Hubungan Internasional. Dibalik suatu interaksi tentu ada
kepentingan yang menyebabkan atau menjadi alasan interaksi tersebut. Negara sebagai aktor
utama dalam Hubungan Internasional, juga memiliki kepentingan yang menjadi alasan
mereka dalam melaksanakan hubungan internasional dengan negara lain. Tentunya, ada
beberapa kepentingan yang menjadi alasan dalam melaksanakan hubungan internasional
dengan negara lain yaitu, kepentingan nasional (National Interest) dan kekuasaan nasional
(National Power). Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas tentang kepentingan
nasional (National Interest). Seperti yang diketahui, esensi dari interaksi ada tiga, yaitu,
actors (pelaku), interest (kepentingan), power (kekuasaan). Ya, interest atau kepentingan
merupakan salah satu esensi dari hubungan internasional. Menurut Luke Glanville, isi dari
kepentingan nasional seharusnya menjadi fakta yang objektif dan pembedaan roh yang sering
dilihat sebagai tujuan awal dari kebijakan luar negeri. Upaya untuk mencapai kepentingan
nasional dipahami sebagai normatif dan keputusan kebijakan luar negeri sering dianggap bisa
membebaskan dari pemeriksaan moral jika mereka terbungkus selimut nya (Glanville 2005,
33). “Kepentingan nasional bukan kepentingan terpisah di dalam lingkungan internasional
kita yang dikejar untuk kepentingan diri sendiri, terlepas dari aspirasi dan masalah kita di
dalam negeri. Itu bukan berarti hal-hal yang kami ingin lihat terjadi di dunia luar ... Ini adalah
fungsi dari tugas kita untuk diri kita sendiri dalam masalah demokrasi kita ... untuk
memastikan bahwa kita layak diberi, sebagai masyarakat, untuk melanjutkan kemajuan
masyarakat kami menuju Amerika lebih baik di bawah kondisi yang paling menguntungkan.”
(Nincic 1999, 37). Tidak ada definisi pasti mengenai kepentingan nasional. Namun pada
intinya, konsep kepentingan nasional merujuk pada tujuan kesejahteraan pemerintah nasional
pada tingkat internasional, seperti penjagaan kemerdekaan politik dan integritas teritorial
(Oppenheim 1987, 370).

Ada dua aspek yang dapat menjelaskan tentang kepentingan nasional. Yang pertama,
"kepentingan nasional" dapat diartikan sebagai kesejahteraan umum secara keseluruhan
seluruh masyarakat. definisi kepentingan nasional yang diusulkan di sini menolak pandangan
bahwa masyarakat hanyalah sebuah kerangka untuk interaksi - Kadang bekerjasama, lebih
sering bersaing - kelompok kepentingan yang lebih kecil, yang membentuk data real politik.
Sebaliknya, melihat masyarakat nasional sebagai sebuah komunitas, dengan standar umum
etika politik, yang memiliki hubungan saling menghormati dan menghargai (tidak hanya
Skolastika L. K._071411231051_PIHI_Week 5 (Kelas A)

persamaan kepentingan) yang mengikat anggotanya bersama-sama. Yang Kedua,


"kepentingan nasional", mengacu pada prinsip regulatif umum diplomasi, yang menyatakan
kepentingan umum masyarakat, dalam hubungannya dengan unit nasional lainnya, sebagai
akhir dari tindakan diplomatik (Clinton 1986, 497-500).

Ada dua hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan untuk menjalankan kepentingan
nasional. Dua hal itu adalah rasionalitas dan moralitas. Istilah 'rasional' menunjukkan perilaku
yang sesuai dengan target yang ditetapkan dalam konteks situasi tertentu. Dengan demikian,
suatu tindakan dapat dikualifikasikan sebagai rasional atau tidak hanya dengan mengacu pada
preferensi intrinsik aktor sendiri. Preferensi yang akan ada jika ia sudah menyiapkan segala
informasi faktual yang relevan, selalu beralasan dengan perhatian besar, dan berada dalam
keadaan pikiran yang paling kondusif untuk pilihan rasional. Selagi ada pada prinsipnya satu
satu set kriteria yang digunakan untuk menilai rasionalitas suatu tindakan sehubungan dengan
beberapa tujuan tertentu, ada berbagai, dan sering bertentangan, sudut pandang moral.
Pemilihan tindakan memenuhi semua kriteria rasionalitas dapat dianggap tidak bermoral.
Seperti yang diketahui, pilihan antara tujuan intrinsik alternatif bahkan tidak subsumable
dengan kriteria rasionalitas; namun mereka tunduk pada penilaian moral (Oppenheim 1987,
371-373). Jadi dapat disimpulkan bahwa, rasionalitas membutuhkan moralitas. Jadi, dengan
adanya national interest with rationality and morality kepentingan nasional juga akan
dijalankan sesuai moral-moral yang berlaku di dalam masyarakat.

 Menurut Nuechterlein, ada empat kepentingan dasar yang memotivasi suatu negara untuk
menjalankan kepentingan nasional, yaitu yang pertama adalah kepentingan pertahanan untuk
melindungi bangsa-negara dan penduduk dari ancaman kekerasan fisik oleh negara lain.
Yang kedua yaitu, kepentingan ekonomi yaitu kepentingan untuk meningkatkan ekonomi
negaranya dengan menumbuhkan relasi atau kerjasama dengan negara lain. Yang ketiga
adalah kepentingan tatanan dunia adalah kepentingan yang bertujuan untuk mempertahankan
politik internasional dan sistem ekonomi dimana suatu bangsa-negara merasa aman dan
dimana penduduk bisa beroperasi secara damai di luar negaranya. Dan yang keempat yaitu
kepentingan ideologi kepentingan negara untuk melindungi nilai-nilai ideologi negaranya
dari ancaman ideologi negara lain (Williams 2012, 33). Karena kebutuhan-kebutuhan itulah
yang memaksa negara untuk menjalankan kepentingan nasional mereka, karena jika mereka
tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka negara tersebut tidak akan bisa
bertahan dalam ranah politik dunia internasional. Kepentingan nasional juga sangat berkaitan
Skolastika L. K._071411231051_PIHI_Week 5 (Kelas A)

erat dengan adanya kebijakan luar negeri atau foreign policy. Apa itu foreign policy? Pada
dasarnya, foreign policy atau kebijakan luar negeri merupakan hasil dari definisi progresif
pemerintah dan mengejar tujuan nasional dan kepentingan dalam lingkungan internasional.
Hal ini merupakan ekstensi di luar negeri tentang kebijakan nasional (Hyndman 1970/1971,
10).

Ada dua dimensi atau sudut pandang mengenai kepentingan nasional, yaitu, kepentingan vital
dan kepentingan sekunder. Kepentingan vital adalah kepentingan yang sangat tinggi nilainya
sehingga suatu negara bersedia untuk berperang dalam mencapainya. Contohnya,
kepentingan dalam melindungi wilayah atau daerah-daerah negara. Sedangkan, kepentingan
sekunder adalah kepentingan yang meliputi keinginan yang hendak dicapai masing-masing
negara, namun mereka tidak bersedia berperang dimana masih terdapat kemungkinan lain
untuk mencapainya. Misalnya dengan jalan perundingan (Perwita & Yani 2006, 52).

Dari semua penjelasan yang telah dipaparkan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa, ada
beberapa alasan negara melaksanakan hubungan internasional. Salah satunya yaitu, berkaitan
dengan kepentingan nasional. Tidak ada definisi pasti mengenai pengertian dari kepentingan
nasional itu sendiri. Akan tetapi, kepentingan nasional berisi tentang tujuan suatu negara agar
dapat bertahan di dalam dunia politik internasional. Dan di dalam menjalankan kepentingan
nasional dibutuhkan rasionalitas dan moralitas agar kepentingan nasional dapat dijalankan
sesuai nilai-nilai moral yang berlaku di dalam masyarakat negara itu sendiri. Kepentingan
nasional juga berkaitan erat dengan kebijakan luar negeri. Selain itu, ada 4 hal yang
memotivasi suatu negara untuk menjalankan kepentingan nasional mereka yaitu, kepentingan
pertahanan, kepentingan ekonomi, kepentingan tatanan dunia dan kepentingan ideologi.

Referensi :
Clinton, W. David. 1986. The National Interest: Normative Foundations. The Review of
Politics, Vol. 48, No. 4: pp. 495-519.
Glanville, Luke. 2005. Who Are We to Think about the ‘National Interest’?. Australian
Quarterly, Vol. 77, No. 4: pp. 33-37.
Hyndman, James E. 1970/1971. National Interest and The New Look. International Journal,
Vol. 26, No. 1: pp. 5-18.
Skolastika L. K._071411231051_PIHI_Week 5 (Kelas A)

Nincic, Miroslav. 1999. The National Interest and Its Interpretation. The Review of Politics,
Vol. 61, No. 1: pp. 29-55.
Oppenheim, Felix E. 1987. National Interest, Rationality, and Morality. Political Theory,
Vol. 15, No. 3: pp.369-389.
Perwita, Anak Agung B. & Yani, Yanyan M., 2006. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Edisi kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Williams, Simon. 2012. The Role of the National Interest in the National Security Debate.
United  Kingdom: Royal College of Defence Studies.

You might also like