You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS

NUR RAHMIYANI

PO7120422012

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PROFESI NERS

2022
A. Definisi

Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan

bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan

hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang

melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan

aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan

musculoskeletal.

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,

mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.

Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses

penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak,

2008). Sedangkan Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatit, dimana

individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga

mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).

Kata istirahat mempunyai arti sangat luas meliputi bersantai,

menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta

melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan atau

menjengkelkan. Istirahat mengacu pada kondisi dimana badan mengalami

relaksasi dan menjadikan nyaman.diantara mental dan fisik. Secara umum,

istirarahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, santai tanpa tekanan

emosional dan bebas dari perasaan gelisah (Rokhmah, et al., 2016).

B. Tanda dan gejala

Menurut (Potter & Perry, 2006) tanda dan gejala pada gangguan
aktivitas yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau peru bantuan

alatorang lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiiki hambatan

dalam berjalan.

C. Etiologi

Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut:

1. Kelainan Postur

2. Gangguan Perkembangan Otot

3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat

4. Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular

5. Kekakuan Otot

D. Patofisiologi

Menurut (Hidayat, 2014) proses teradinya gangguan aktivitas

tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat

menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah:

1. Kerusakan Otot

Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot.

Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan.

Jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika

otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung

oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau

ligament, radang dan lainnya.

2. Gangguan pada skelet

Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat


terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau

mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun

fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang sendi,

kekakuan sendi dan lain sebagainya.

3. Gangguan pada sistem persyarafan

Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak.

Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan

anggota gerak. Jadi, jika syaraf te rganggu maka akan terjadi gangguan

penyampaian impuls dari dank e organ target. Dengan tidak sampainya

impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.


E. Pathway

Penyakit yang mendasari stroke (alkohol, hiperkolesterol, merokok, stress,


depresi, kegemukan)

Pembentukan thrombus

Aterosklerosis Kepekatan darah


(elastisitas pembuluh meningkat
darah menurun)

Obstruksi thrombus di
otak

F. Penatalaksanaan

1. Pencegahan primer Perubahan perfusi


Penurunan aliran darah jaringan serebral
Pencegahan primer merupakankeproses
otak yang berlangsung sepanjang

Hipoksia cerebri
kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung

sepanjang kehidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung pada system

musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic

pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang

dapat timbul akibat imobilitas atau ketidakaktfan (Tarwoto & Wartonah,

2006).

a. Hambatan terhadap latihan

b. Pengembangan program latihan

c. Keanmanan

2. Pencegahan sekunder

Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas

dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasian

ntervensi berasal dari suatu pengertian tentang berbagai factor yang

menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan.

Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi dan

pencegahan komplikasi (Tarwoto & Wartonah, 2006).

G. Pengkajian keperawatan yang diperlukan

1. Identitas klien

a. Nama :

b. Umur :

c. Jenis kelamin :

d. Agama :

e. Pendidikan :
f. Pekerjaan :

g. Suku bangsa :

h. Alamat :

i. Diagnosa medis :

j. Tanggal & jam masuk :

k. Sumber informasi :

l. Keluarga terdekat yang dapat dihubungi:

2. Status kesehatan saat ini

Alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam

mobilisasi dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot,

kelelahan, tingkat mobilitas dan imoblitias, daerah terganggunya

mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

3. Status kesehatan lalu

a. Penyakit yang pernah dialami berhubungan dengan sistem neurologis

(trauma kepala, kecelakaan cerebrovaskular dl). peningkatan TIK,

miasternia gravis, SGB, cedera medulla spninalis dll.

b. Riwayat penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard, PJK dll)

c. Riwayat penyakit sistem pernafasan (PPOM, pneumonia, dll)

d. Riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur,

arhtritis dll)

e. Riwayat pemakaian obat seperti sedative, hipnotik, depresan sistem

syaraf pusat, dll

4. Riwayat kesehatan
a. Susunan keluarga (genogram 3 generasi)

b. Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga (dx. Medis, hub dg

klien)

c. Penyakit yang sedang diderita keluarga (dx medis, hub dgn klien)

5. Pemeriksaan penunjang

a. Fungsi Jantung: EKG, exercise stress test, echocardiography,

kateterisasi jantung, angiografi.

b. Ventilası & okSIgenası: spirometri, OKSimetri, pemeriksaan darah

lengkap.

c. Struktur sistem pernatfasan: X-ray thorax, bronkhoskopi, CT Scan

paru

d. Infeksi Sistem pernafasan: kultur apus tenggorok, sitologi, BTA.

6. Kemampuan mobilitas

Menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan

berpindah tanpa bantuan, aktiifitas sehari-hari meliputi makan, mandi,

berpakaian, penggunaan toilet, mobilitas ditempat tidur, berpindah,

berbelanja, berjalan, memasak dl.

Kategori tingkat kemampuan aktifitas sbb:

Kode tingkat fungsi:

0 : perawatan diri secara penuh

1 : memerlukan penggunaan alat atau peralatan

2 : memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain

3 : memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain dan peralatan


4 : tergantung dan tidak dapat berpartisipasi

7. Kemampuan rentak gerak (ROM)

Dilakukan pada daerah bahu, siku, lengan, panggul dan kaki, gerakan

ROM terdiri darii fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, hiperekstensi.

8. Perubahan intoleransi aktivitas

a. Berhubungan dengan perubahan pada sistem pernafasan, antara lain:

suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mucus,

batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi.

b. Berhubungan dengan perubahan sistem kardiovaskular, antara lain:

nadi, tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus,

serta perubahan TTV setelah aktivitas atau perubahan posisi.

9. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi

Kekuatan otot dapat ditentukan secara bilateral atau tidak. Kekuatan otot

dapat ditentukan dengan:

Presentase

Skala kekuatan Karakterisitik

normal

0 0 Paralisis sempurna

Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat


1 10
dipalpasi atau dilihat

Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan


2 25
topangan

3 50 Gerakan normal melawan gravitasi


Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi
4 75
dan melawan tahanan minimal

Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal


5 100
melawan gravitasi dan tahanan penuh

10. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas

dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,

perubahan dalam mekanisme koping dll.

11. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran: Composmentis, somnolen, apatis, stupor, soporo koma,

koma.

b. Penampilan/keadaan umum: lemah, pucat, dll

c. Vital sign: tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan.

d. Kepala: bentuk, rambut, warna, kebersihan, rontok, ketombe, dll

e. Kulit: kelainan, warna, turgor, lesi, kelembaban, pruritus, ruam,

benjolan, tekstur, kebersihan, suhu kulit (palpasi) dl

f. Mata: bentuk, konjungtiva, tanda-tanda radang, pemeriksaan mata

terakhir, operasi mata, fungsi penglihatan: baik/kabut/tidak jelas/nyeri,

dl.

g. Hidung: reaksi alergi dan cara mengatasinya, perdarahan, pernah

mengalami flu/frekuensi dalam setahun, sinus dll

h. Telinga: bentuk, hlang pendengaran, alat bantu dengar, serumen,

infeksi, tinnitus, dll


i. Mulut dan tenggorokan: kesulitan/gangguan bicara, pemeriksaan gigi,

warna, bau, nyeri, kesulitan mengunyah/menelan.

j. Dada

1) Jantung: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi

2) Paru-paru: inspeksi, palplasi, perkusi, auskultasi

k. Abdomen: inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi

l. Ekstremitas atas dan bawah

1) Inspeksi dan palpasi (tulang, otot dan sendi)

2) Keadaan kuku: capllary refill

m. Genetalia: discharge, bau

12. Pemeriksaan penunjang

a. Data laboratorium

b. Hasil pemeriksaan diagnostik lainnya

13. Terapi

H. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik

2. Gangguan integritas kulit

I. Intervensi keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Inte
Keperawatan

1. Gangguan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan mobilisasi

mobilitas fisik maka mobilitas fisik meningkat dengan Observasi

kriteria hasil:  Identifikasi adanya


a. Pergerakan ekstermitas meningkat  Identifikasi tolerans

b. Kekuatan otot meningkat  Monitor frekuensi j

c. Rentang gerak (ROM) meningkat mobilisasi

 Monitor kondisi um

Terapeutik

 Fasilitasi aktivitas m

 Fasilitasi melakuka

 Libatkan keluarga u

pergerakan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan

 Anjurkan melakuka

 Ajarkan mobilisasi

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberi

2. Gangguan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Perawatan integritas k

integritas kulit maka mobilitas fisik meningkat dengan Observasi

kriteria hasil:  Identifikasi penyeb

Terapeutik
a. Pergerakan ekstermitas meningkat
 Ubah posisi tiap 2 j
b. Kekuatan otot meningkat
 Lakukan pemijatan
c. Rentang gerak (ROM) meningkat
 Berikan dukungan e

Edukasi
 Anjurkan segera me

 Jelaskan tindakan y

 Ajarkan teknik men

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberi

 Kolaborasi pemerik

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2004. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi

Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Mubarak, W.I. Indrawati, Lilis Susanto, J. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan

Dasar. Jakarta : Salemba Medika.

Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental

Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI


Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(Definisi dan Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI Tarwoto &

Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika

You might also like