You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR INTEGRITAS KULIT

NUR RAHMIYANI

PO7120422012

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PROFESI NERS

2022
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR

INTEGRITAS KULIT

A. Konsep Kebutuhan Dasar

1. Pengertian Kulit

Kulit adalah ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan

rangsangan luar. Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi,

dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak

(Tranggono, 2007). Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu epidermis

(kulit ari) sebagai lapisan yang paling luar dan Dermis (korium, kutis, kulit

jangat). Sedangkan subkutis atau jaringan lemak terletak dibawah dermis.

Kerusakan integritas kulit disebabkan terjadinya kondisi klinis seperti

Diabetes Melitus, Imobilisasi, gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan

imunodefisiensi (mis. AIDS). Kerusakan kulit (dermis atau epidermis)

atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,

kartilago, kapsul sendi, dan ligamen). (SDKI, 2016)

Kerusakan integritas kulit adalah kerusakan epidermis dan dermis,

yang dapat mengganggu kesehatan (Nanda, 2015). Kerusakan integritas

kulit akan mengalami penurunan fungsi kulit sebagai pelindung sehingga

mikroorganisme mudah masuk melalui luka sebagai port the entry.

Mekanisme pertahanan tubuh yang mengalami luka akan melakukan

perlawanan terhadap mikroorganisme yang masuk seperti


polimorfonuklear (PMN) atau leukosit dan makrofag. Jika kondisi

individu mengalami masalah seperti adanya penyakit diabetes melitus,

gangguan perfusi jaringan atau gangguan lainnya, maka respon tubuh

untuk melawan mikroorganisme akan menurun (Wijaya, 2018)

Peran perawat dalam penatalaksanaan luka menggunakan pendekatan

multidisiplin. Kesembuhan luka tidak tergantung pada perawat yang

melakukan perawatan atau dari balutan saja. Perawatan luka membutuhkan

kolaborasi dengan multidisiplin lainnya untuk mengatasi masalah

kompleks yang dialami oleh luka secara individual (Wijaya, 2018).

2. Anatomi Kulit

Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang

paling tebal berukuran 6 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak

tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,5 milimeter terdapat pada

kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Karena ukurannya yang tipis, jika kita

terluka biasanya mengenai bagian setelah epidermis yaitu dermis. Dermis

terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut

kolagen dapat mencapai 72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia

bebas lemak (Tranggono, 2007).

Pada bagian dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit. Adneksa

kulit merupakan struktur yang berasal dari epidermis tetapi berubah

bentuk dan fungsinya, terdiri dari folikel rambut, papila rambut, kelenjar

keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung

pembuluh darah dan serabut saraf, juga sebagian serabut lemak yang
terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis). Bagian-

bagian kulit dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:

Struktur kimia dari sel-sel epidermis manusia memiliki komposisi

berikut : protein sebesar 27%, Lemak sebesar 2%, Garam mineral sebesar

0,5%, serta air dan bahan-bahan larut air sebesar 70,5%.

3. Fisiologi Kulit

Sama halnya dengan jaringan pada bagian tubuh lainnya, kulit juga

melakukan respirasi (bernapas), menyerap oksigen dan mengeluarkan

karbondioksida. Namun, respirasi kulit sangat lemah. Kulit lebih banyak

menyerap oksigen yang diambil dari aliran darah, dan hanya sebagian

kecil yang diambil langsung dari lingkungan luar (udara). Begitu pula

dengan karbondioksida yang dikeluarkan, lebih banyak melalui aliran

darah dibandingkan dengan yang diembuskan langsung ke udara

(Tranggono, 2007)
Kulit bertindak sebagai lapisan pelindung kulit melindungi tubuh dari

suhu dan infeksi. Kulit juga menjaga suhu tubuh agar tetap sesuai dengan

kebutuhan. Kulit adalah reseptor yang terluas yang merespon panas,

sentuhan, tekanan, dan dingin. Vitamin D dibuat oleh kulit untuk tubuh

dari paparan sinar matahari. (Eleanor dkk. 2018)

4. Perubahan fungsi

Perubahan fungsi kulit dipegaruhi karena adanya penyebab, seperti :

1. Perubahan sirkulasi

2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)

3. Kekurangan atau kelebihan volume cairan

4. Penurunan mobilisasi

5. Bahan kimia iritatif

6. Suhu lingkungan yang ekstrem

7. Faktor mekanisme (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan)

atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan

tinggi)

8. Efek samping terapi radiasi

9. Kelembaban

10. Neuropati perifer

11. Perubahan pigmentasi

12. Perubahan hormonal

13. Proses penuaan (SDKI. 2016)


5. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Denesvasi kulit menyebabkan produksivitas keringat menurun,

sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki/jari (-), kalus, claw toe

ulkus tergantung saat ditemukan (0-5) 2).

b. Palpasi

- Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal

- Klusi arteri dingin, pulsasi (-)

- Ulkus: kalus tebal dan keras

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Wijaya & Putri (2013), Pemeriksaaan diagnostik pada ulkus

diabetikum adalah:

a. Pemeriksaan vaskuler

Tes vaskuler noninvasive: pengukuran oksigen transkutaneus, ankle

brachial index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan

sistolik betis dengan tengan tekanan sistolik lengan.

1) Pemeriksaan radiologis : gas subkutan benda asing, osteomeilitis

2) Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:

b. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi: GDS > 200 mb/dl, gula darah puasa >

120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

c. Urin

Pemeriksaan di dapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan


dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melaluli

perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan

merah bata (++++).

7. Tindakan Penanganan

a. Pengobatan

b. Perawatan luka

Perawatan luka dilakukan untuk merawat luka serta dengan pemberian

antiseptik dapat menjaga kontaminasi luka terhadap infeksi (Mubarak,

Chayatin, Susanto, 2015).

- Mencuci luka

- Debridement

c. Pemberian insulin

Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan transport glukosa ke

dalam sel dan menghambat konversi glikogen dan asam amino menjadi

glukosa (Tarwoto dkk, 2016)

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahapan dasar yang pasling utama, serta menjadi

bagian awal dari sebuah proses keperawatan. Dalam pengkajian

dibutuhkan ketelitian dalam bertanya dan mencatat datanya, sebab dengan

mengumpulkan data yang akurat, serta sistematis, akan sangat membantu

untuk menentukan status kesehatan. (Dwi, 2019) Menurut Dwi (2019),

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses


keperawatan,yaitu:

a. Keluhan Utama

1) Luka sukar sembuh

2) Intensitas BAK malam hari tinggi

3) Berat badan meningkat

4) Haus meski cukup cairan

5) Lelah meski cukup istirahat

b. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

2) Kepala dan leher

3) Sistem integumen

Pada pasien dapat ditemukan adanya kulit kurang sehat atau kurang

kuat dalam pertahanannya, sehingga mudah terkena infeksi dan

penyakit jamur. Pada pasein dapat ditemukan adanya turgor kulit

menurun, adanya luka atau warna kehitaman pada luka, kelembaban

dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus, kemerahan pada kulit sekitar

luka, adanya pus pada ulkus (Wijaya & Putri, 2013)

4) Sistem karidovaskuler

5) Sistem gastriointestinal

Pada pasien dapat ditemukan adanya mual dan muntah, peningkatan

nafsu makan, banyak minum dan rasa haus meningkat (Wijaya &

Putri, 2013).
6) Sistem urinarius

Pada pasien dapat di temukan adanya poliuri (kencing

terusmenserus), retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau

sakit saat berkemih dan diare (Wijaya & Putri, 2013)

7) Sistem muskuloskeletal

Pada pasien dapat ditemukan adanya, kelemahan otot, nyeri tulang,

adanya kesemutan, kram ekstremitas, osteomelitis( Tarwoto dkk,

2016).

8) Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parathesia, anastesia, letargi, mengantuk,

reflek lambat, kacau mental, disorientasi (Wijaya & Putri, 2013).

c. Pemeriksaan diagnostik

1) Glukosa darah meningkat 200-100 mg/dl

2) Asam lemak bebas, kadar lipid dan kolesterol meningkat

3) Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis,

hemokonsentrasi, merupakan resppon atau infeksi

4) Ureum/kreatinin: bisa menjadi meningkat atau mungkin dalam

kondisi normal. Ada kondisi dehidrasi atau penurunan fungsi ginjal

(Dwi, 2019).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d polifagi dan polidipsi (c :

00002 h: 177)
b. Gangguan integritas kulit dan jaringan b.d perubahan sirkulasi d.d

kerusakan jaringan /lapisan kulit, kemerahan (c: D.0129 h: 282)

c. Resiko infeksi b.d penyakit kronis (diabetes melitus) (c: 0142 h: 304)

d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran

arteri/vena d.d warna kulit pucat dan penyembuhan luka lambat (c:

D.0009 h: 37)

e. Hambatan mobilitas fisik b.d adanya ulkus pada kaki (c: D.0054 h: 124)

3. Perencanaan Keperawatan

N Dignosa Kriteria Hasil Intervensi

1 Ketidakseimbangan Status nutrisi Manajemen

nutrisi kurang dari - Porsi makan yang nutrisi

kebutuhan tubuh b.d dihabiskan 1.Identifikasi status

ketidakmampuan Meningkat nutrisi

mengabsorbsi nutrien - Berat badan 2.Monitor berat

d.d polifagi dan Membaik badan

polidipsi - Indeks masa 3.Berikan makanan

tubuh Membaik tinggi serat

- Keinginan makan mencegah

Membaik konstipasi

- Asupan makanan 4.Ajarkan diet yang

Membaik diprogramkan

5.Kolaborasi
dengan ahli gizi.

2 Gangguan integritas Integritas kulit dan Perawatan

kulit dan jaringan b.d jaringan integritas kulit

perubahan sirkulasi d.d - Kerusakan dan perawatan

kerusakan jaringan jaringan luka

/lapisan kulit, Menurun 1. Identifikasi

kemerahan - Kerusakan penyebab

lapisan kulit gangguan

Menurun integritas kulit

- Perfusi jaringan 2. Monitor

Meningkat karakterisik luka

- Kemerahan 3. Monitor tanda-

Menurun tanda infeksi

4. Bersihkan dengan

cairan NaCl atau

pembersih

nontoksik, sesuai

kebutuhan

5. Jelaskan tanda

dan gejala infeksi

6. Kolaborasi

pemberian

antibiotik
3 Resiko infeksi b.d Tingkat infeksi Pencegahan

penyakit kronis - Demam infeksi

(diabetes melitus) Menurun 1. Monitor tanda

- Kemerahan dan gejala

Menurun infeksi lokal dan

- Nyeri Menurun sistemik

- Bengkak 2. Berikan

Menurun perawatan kulit

- Kadar sel darah pada area edema

putih membaik 3. Cuci tangan

- sebelum dan

sesudah kontak

dengan pasien

4. Jelaskan tanda

dan gejala

infeksi

5. Kolaborasi

pemberian

imunisasi, jika

perlu

4 Ketidakefektifan perfusi Perfusi perifer Manajemen

jaringan perifer b.d - Denyut nadi sensasi perifer

penurunan aliran perifer 1. Identifikasi


arteri/vena d.d warna meningkat penyebab dan

kulit pucat dan - Warna kulit perubahan

penyembuhan luka pucat menurun sensasi

lambat - Pengisian 2. Monitor

kapiler perubahan kulit

membaik 3. Hindari

- Akral membaik pemakaian

- Tugor kulit benda-benda

membaik yang berlebihan

suhunya (terlalu

panas atau

dingin)

4. Anjurkan

penggunaan

termometer

untuk menguji

suhu air

5. Kolaborasi

pemberian

analgetik

5 Gangguan mobilitas Mobilitas fisik Dukungan

fisik b.d adanya ulkus - Pergerakan mobilisasi

pada kaki ekstremitas 1. Identifikasi


meningkat adanya nyeri

- Kekuatan otot atau keluhan

meningkat fisik lainnya

- Kaku sendi 2. Identifikasi

menurun toleransi fisik

- Gerakan terbatas melakukan

menurun pergerakan

3. Fasilitasi

aktivitas

mobilisasi

dengan alat

bantu

4. Jelaskan tujuan

dan prosedur

mobilisasi

5. Ajarkan

mobilisasi

sederhana yang

harus dilakukan
Daftar Pustaka

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2018). Keperawatan Medikal bedah Keperawatan

Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2016). Keperawatan Medikal bedah Keperawatan

Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Tranggono RI dan Latifah F, 2017, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik,

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; Hal. 11, 90-93, 167

Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan

Dasar Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto, N. S. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.

Jakarta: CV.Trans Info Media.

Dwi, R. H. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Endokrin. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

You might also like