You are on page 1of 14

Tugas Kelompok

MAKALAH
SISTEM INFORMASI METODE SBAR

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Nurul Novia

Siti Nurul Hafiizha Eppe


Sulfiani Anwar
Zakia
Nur Rahmiyani
Novrianti Yusuf
Hendra Husain

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHTAN PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2022
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat sehat

wal’afiat kepada kita semua baik sehat jasmani maupun rohani, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah yang bertemakan SISTEM INFORMASI METODE SBAR.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan dan

masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan

kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan di masa depan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berjalan sesuai dengan apa yang

diharapkan. Demikian makalah ini kami buat, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan

terimakasih.

Palu, 20 Agustus 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................3
C. TUJUAN .....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. HASIL TELAAH JURNAL.........................................................................4
B. PEMBAHASAN JURNAL..........................................................................5
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................8
B. SARAN........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
LAMPIRAN

4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Komunikasi SBAR merupakan cara untuk mengatasi Faktor penyebab IKP


(Insiden keselamatan pasien) menurut (Cahyono dalam Fatimah & rosa. 2014).
Kegagalan komunikasi, berdampak terhadap komunikasi tidak efektif yang dilakukan
perawat sehingga 80% menyebabkan kejadian malpraktek, meningkatkan biaya
operasional, biaya perawatan penyembuhan dan menghambat proses pemberian
asuhan keperawatan.

Komunikasi efektif dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur


utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil
yang optimal. Salah satu kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif
adalah saat serah terima tugas (handover) dan komunikasi lewat telepon (Hilda,
Noorhidayah & Arsyawina, 2017).

Kolaborasi interprofesional merupakan suatu kerja sama dalam pelayanan


kesehatan antara profesional kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan
berbeda. Kolaborasi interprofesional mendukung pelayanan kesehatan dalam
mencapai keselamatan dan kesehatan pasien. Dalam kolaborasi interprofesional,
dibutuhkan kerja sama, komunikasi, dan kepastian agar perawatan yang diberikan
dalam kondisi optimal. Kelompok profesional bekerja sama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan, melakukan tindakan kolektif terhadap kebutuhan
perawatan pasien, dan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik (WHO, 2010).

Hal penting dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu proses pengambilan


keputusan, rasa saling percaya dan menghargai, dan komunikasi yang efektif (Kozier
et al., 2010). Dalam pelayanan kesehatan, salah satu hal terpenting dari praktik
kolaborasi yaitu komunikasi antara tenaga kesehatan. Kurangnya komunikasi dapat
menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam melayani pasien dan kesalahan dalam

5
menangani pasien. Komunikasi yang kurang efektif juga dapat menggambarkan
koordinasi tenaga kesehatan yang kurang baik. Komunikasi terkadang hanya berupa
perintah dan konfirmasi saja tanpa diskusi dan transfer pengetahuan. Komunikasi
yang kurang sistematis dapat menjadi hambatan untuk berinteraksi secara profesional
(Mardiana, Kristina and Sulisno, 2019).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Achrekar, Murthy, Kanan, Shetty, Nair
& Khatty. 2016), menunjukkan bahwa pelatihan individu dan tim di berbagai aspek
dengan tehnik SBAR perlu diinisiasi sebuah dampak dengan penggunaan bentuk
tehnik SBAR penting dan relevan menangkap informasi terkait alergi, komorbiditas,
penilaian rasa sakit, pemantauan neurologis, dan aspek untuk di dokumentasikan
berdasarkan rencana perawatan yang perlu dilakukan tergabung sebagai bagian
reguler pendidikan berkelanjutan program. untuk mencari pengurangan jumlah
insiden terkait dengan kegagalan komunikasi dan sangat penting untuk jangka
panjang evaluasi hasil pasien dengan demikian, memberikan keamanan dan
perawatan berkualitas untuk pasien.

Komunikasi berhubungan dengan teori King yang dimana teori king


membahasa hubungan komunikasi antar interpersonal atau disiplin antar kerja, tujuan
yang ingin dicapai dari teori Imogene King (1971, 1981, 1987) berfokus pada
interaksi tiga sistem: sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem sosial. Ketiga
nya membentuk hubungan personal antara perawat dan klien. Hubungan perawat dan
klien merupakan sarana dalam pemberian asuhan keperawatan, di mana proses
interpersonal dinamis yang ditampilkan oleh perawat dan klien dipengaruhi oleh
perilaku satu dengan yang lain (Potter & Perry. 2005).

Komunikasi yang buruk merupakan penyebab yang paling sering


menimbulkan efek samping di semua aspek pelayanan kesehatan, sehingga
menimbulkan permasalahan dalam pengidentifikasian pasien, kesalahan pengobatan
dan transfuse serta alergi diabaikan, salah prosedur operasi, salah sisi bagian yang

6
dioperasi,semua hal tersebut berpotensi terhadap terjadinya insiden keselamatan
pasien dan dapat dicegah dengan meningkatkan komunikasi. Menurut (Hilda,
Noorhidayah & Arsyawina, 2017).

Keselamatan pasien bisa di tingkatkan dengan model tehnik SBAR karena


dapat mengurangi risiko dari KTD, KNC, KPC, KTC dan Sentinel. Dalam hal
berkomunikasi, perawat mengalami beberapa kekurangan dalam penyampaian pesan
atau informasi sehingga dapat membahayakan keselamatan pasien dan antara
profesional kesehatan terutama ketika perawat melapor ke dokter atau tenaga
kesehatan lain, sehingga keselamatan pasien bisa ditingkatkan (Blom, Petersson,
Hagell & Westergren. 2015).

Tehnik SBAR merupakan bagian dari keselamatan di rumah sakit dalam


meningkatkann keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di RS (Rumah Sakit) yang berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan, dan keselamatan (KKP-RS, Darliana 2016).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana penggunaan metode


SBAR untuk komunikasi efektif antara tenaga kesehatan ?” berdasarkan telaah jurnal.

C. Tujuan Masalah

Tujuan dari telaah jurnal ini adalah untuk mengetahui prnggunaan metode
SBAR untuk komunikasi efektif anatara tenaga kesehatan.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hasil Telaah Jurnal


No Peneliti (Tahun) dan Tujuan Hasil Penelitian
Judul penelitian
1. Christina. L.V & Untuk Metode komunikasi SBAR
Susilo. A.V (2021). menjelaskan yang terdiri dari Situation,
Penggunaan metode tentang Background, Assessment, dan
SBAR untuk komunikasi Recommendation membantu
Komunikasi Efektif SBAR beserta tenaga kesehatan untuk
Antara Tenaga contoh berkomunikasi secara efektif.
Kesehatan dalam penggunaannya, Manfaat metode SBAR yaitu
Konteks Klinis manfaat metode untuk meningkatkan
SBAR, dan komunikasi tim secara umum,
faktor yang mengembangkan kemampuan
memengaruhi antara perawat atau
komunikasi interprofesional pada operan
SBAR. pasien, dan meningkatkan
keterampilan komunikasi saat
situasi tertentu. Beberapa
faktor yang dapat
memengaruhi komunikasi
SBAR yaitu sikap, motivasi,
kepuasan kerja, dan
pengetahuan.
2. Hariyanto, R et al Menganalisis Penelitian ini didapatkan hasil
(2019). Analisis komunikasi tiga tema yaitu pengetahuan
Penerapan efektif dengan perawat memahami
Komunikasi Efektif tehnik SBAR komunikasi efektif dengan
Dengan Tehnik Sbar terhadap risiko tehnik SBAR, kemampuan
(Situation Background insiden berkomunikasi perawat
Assessment keselamatan menggunakan komunikasi
Recommendation) pasien di Rumah efektif dengan tehnik SBAR
Terhadap Risiko Sakit Anton dan dampak yang dirasakan
Insiden Keselamatan Soedjarwo perawat setelah tehnik
Pasien Di Rumah Pontiana komunikasi efektif dengan
Sakit Anton tehnik SBAR diterapkan di
Soedjarwo Pontianak. Rumah Sakit Anton
Soedjarwo

8
3. Ahda M.H (2021). untuk Pelatihan Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif memberikan dengan Teknik SBAR yang
dengan Menggunakan pelatihan dengan dilaksanakan di Rumah
Teknik S.B.A.R tema“komunikasi Sakit Mata Pekanbaru Eye
pada Staf dan efektif dengan Center telah mampu
Karyawan RS Mata Teknik SBAR” meningkatkan pengetahuan,
Pekanbaru Eye Center dan keterampilan dan kepercayaan
menghasilkan diri tenaga kesehatan di RS
perubahan sikap untuk menggunakan
peserta pelatihan struktur komunikasi SBAR
dalam proses yang ditunjukkan oleh
komunikasi. peningkatan nilai postes
dibandingkan pretes, hasil
evaluasi diri peserta mengenai
kemampuannya
menggunakan SBAR dan
hasil evaluasi terhadap
pelatihan. Namun demikian
agar SBAR
diterapkan dalam tugas
pelayanan pasien, pelatihan
ini perlu ditindak lanjuti oleh
pihak RS dengan menetapkan
kebijakan yang mendukung
penerapan SBAR oleh
dokter dan tenaga kesehatan
Rumah Sakit Mata Pekanbaru
Eye Center.

B. Pembahasan Jurnal

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cristina dan Susilo (2021)


Metode SBAR terdiri dari situation, background, assessment, recommendation.
Situation menggambarkan keadaan situasi yang terjadi seperti yang dialami pasien
saat ini, keluhan utama pasien, dan mengapa perawat menghubungi dokter.
Background membahas tentang apa yang melatarbelakangi kondisi pasien, tanda-
tanda vital dan riwayat penyakit, kondisi yang akan datang, dan keadaan yang
mengarah pada kondisi tersebut. Assessment merupakan hasil pengkajian pasien dan

9
kemungkinan masalah yang akan dihadapi pasien. Recommendation yaitu
mengusulkan tindakan yang harus dilakukan terkait kondisi pasien saat ini (Pope,
Rodzen, & Spross, 2008).

Dengan menggunakan SBAR, komunikasi menjadi lebih efektif dan ringkas.


Dokter pembimbing dapat mengurangi jumlah pertanyaan yang diajukan karena
mahasiswa telah melaporkan dengan lengkap dan terstruktur. Kata ‘situation’,
‘background’, ‘assessment’, dan ‘recommendation’ dituliskan dalam ilustrasi di atas
sebagai contoh dan tidak harus diucapkan pada diskusi nyata.

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Astuti, Ilmi, dan Wati (2019)
menyebutkan bahwa komunikasi SBAR bermanfaat bagi perawat dan pasien serta
dalam hal keselamatan pasien. Manfaat bagi perawat yaitu meningkatkan kualitas
operan pasien, mengetahui tentang kondisi pasien dengan mudah, dan meningkatkan
komunikasi yang efektif. Bagi pasien, SBAR bermanfaat karena pasien merasa
senang sebab kondisi pasien dapat tercatat lebih detail. Manfaat SBAR untuk
keselamatan pasien yaitu memudahkan pemantauan pasien, meningkatkan kualitas
perawatan pasien, dan mengurangi risiko kejadian tidak diharapkan(Astuti, Ilmi, &
Wati, 2019).

Beberapa faktor yang memengaruhi komunikasi SBAR yaitu sikap, motivasi,


kepuasan kerja, dan pengetahuan (Cahyono, 2008). Rut et al. (2018) melakukan
penelitian di rumah sakit swasta bagian Indonesia Barat. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi SBAR dengan sikap
perawat ketika menyerahkan pasien ke perawat UGD (Rut et al., 2018). Berdasarkan
hasil penelitian Bawelle et al. (2013), sikap berkaitan erat dengan perilaku perawat
dalam upaya pelaksanaan keselamatan pasien. Jika semakin baik sikap perawat, maka
perilaku perawat semakin baik dalam upaya pelaksanaan keselamatan pasien. Peneliti
berasumsi bahwa sikap kerja perawat juga berhubungan dengan pelaksanaan
komunikasi SBAR ketika operan dinas. Perawat yang menunjukkan respon sikap

10
yang positif cenderung akan melakukan semua aspek komunikasi SBAR pada saat
operan dinas. Aspek komunikasi SBAR yang diterapkan dapat berupa memberikan
rekomendasi tindakan dan pengecekan ulang informasi oleh perawat pada dinas
berikutnya (Rezkiki & Utami, 2017).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode komunikasi SBAR yang terdiri dari Situation, Background,
Assessment, dan Recommendation membantu tenaga kesehatan untuk berkomunikasi
secara efektif. Manfaat metode SBAR yaitu untuk meningkatkan komunikasi tim
secara umum, mengembangkan kemampuan antara perawat atau interprofesional
pada operan pasien, dan meningkatkan keterampilan komunikasi saat situasi tertentu.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi komunikasi SBAR yaitu sikap, motivasi,
kepuasan kerja, dan pengetahuan.

Pengetahuan perawat dalam memahami komunikasi efektif dengan tehnik


SBAR terbagi menjadi dua katagori yaitu memiliki pengetahuan berkomunikasi
efektif dengan tehnik SBAR nya baik arti nya perawat menjelaskan sesuai dengan
tehnik SBAR secara menyeluruh dan pengetahuan komunikasi efektif dengan tehnik
SBAR perawat yang berkomunikasi SBAR nya cukup baik artinya perawat
menjelaskan belum sesuai dengan tehnik SBAR secara menyeluruh.

Kemampuan berkomunikasi perawat menggunakan komunikasi efektif


dengan tehnik SBAR tingkat berkomunikasi partisipan di Rumah Sakit Anton
Soedjarwo Pontianak terhadap Kemampuan berkomunikasi perawat menggunakan
komunikasi efektif dengan tehnik SBAR baik di karenakan ada beberapa partisipan
selalu melakukan komunikasi SBAR di setiap pelaporan via-telpon dan perawat
sudah terbiasa menggunakan komunikasi efektif dengan tehnik SBAR di setiap unit
rumah sakit, akan tetapi meskipun dikatakan baik ada beberapa perawat yang
memiliki kemampuan berkomunikasi efektif dengan SBAR masih terkendala yang
disebabkan oleh pengetahuan perawat, perawat yang lupa apa itu SBAR dan perawat
yang masih bingung membedakan Situation Background Assessment
Recommendation.

12
B. Saran

Setelah mengetahui pentingnya SBAR, diharapkan metode SBAR dapat


diperkenalkan kepada mahasiswa profesi kesehatan sejak masih menjalankan
pendidikan. Dengan begitu, mahasiswa akan memiliki pengetahuan yang dalam
tentang metode SBAR. Mahasiswa juga akan terbiasa menggunakan metode ini
sehingga dapat berkomunikasi secara lebih efektif saat bekerja dengan sesama tenaga
kesehatan dalam praktik layanan kesehatan.

13
DAFTAR PUATAKA

Ahda Hanifa M., dkk. 2021. Komunikasi Efektif dengan Menggunakan Teknik
S.B.A.R pada Staf dan Karyawan RS Mata Pekanbaru Eye Center. Menara
Riau. 15 (1).
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Menara/article/view/13555 .
Diakses 20 Agustus 2022. Pukul 07.00 PM.

Christina Victoria L., Susilo Pratidina A. 2021. Penggunaan Metode SBAR untuk
Komunikasi Efektif antara Tenaga Kesehatan dalam Konteks Klinis.
KELUWIH: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran. 3 (1).
https://journal.ubaya.ac.id/index.php/kesdok/article/download/4584/3529.
Diakses 20 Agustus 2022. Pukul 07.15 PM.

Hariyanto Rangga., dkk. 2019. Analisis Penerapan Komunikasi Efektif Dengan


Tehnik Sbar (Situation Background Assessment Recommendation)
Terhadap Risiko Insiden Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Anton
Soedjarwo Pontianak. Jurnal ProNers. 4 (1).
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/34577.
Diakses 20 Agustus 2022. Pukul 07. 20 PM.

14

You might also like