You are on page 1of 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/343691719

TEKNIK PEMBERIAN PUPUK HIJAU (GREEN MANURE PROVISION TECHNIQUES)

Presentation · August 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.11403.72486

CITATIONS READS
0 2,418

1 author:

Basuki Wasis
IPB University. Bogor. Repuplic of Indonesia
509 PUBLICATIONS   3,062 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Researcher's Achievements View project

Open Access to Scientific Information View project

All content following this page was uploaded by Basuki Wasis on 17 August 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1

TEKNIK PEMBERIAN PUPUK HIJAU 1

GREEN MANURE PROVISION TECHNIQUES

Edisi 17 Agustus 2020 3

Basuki Wasis 2

1) Makalah pengayaan materi mata kuliah Pengelolaan Nutrisi Hutan tahun 2020
2) Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor, Jawa Barat
3) Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia ( Independence Day of the Republic of
Indonesia)

ABSTRACT

The problem that arises in plant cultivation activities is the possibility of a


decrease in plant growth which will result in decreased yields of cultivated plants.
Research shows that the availability of nutrients is the most important for plant growth,
so fertilization is the best way to provide nutrients for plants. The technique of applying
green manure is carried out by giving a circular hole parallel to the outer canopy of the
tree (disc method). The soil is dug 2-5 cm deep with a hoe to form a circle according to
the projection of the outermost tree canopy. In terms of the efficiency of applying green
manure, it is necessary to modify the hole making which is carried out by means of
cutting 5 holes around the tree canopy projection, where the distance between the holes is
made relatively the same. In the hole, green manure is given as much as 20% of the
fertilizer dose that will be given to the tree. After the green manure is given into the hole
then covered with soil by stepping on the foot on the edge of the hole punch. Giving
green manure can be done by mixing it with the soil and spreading it on the soil surface.

Key words: fertilization technique, green manure, piringan method, plant growth, tugal
method, yield.

ABSTRAK

Permasalahan yang muncul pada kegiatan budidaya tanaman adalah kemungkinan


terjadinya penurunan pertumbuhan tanaman yang akan berakibat menurunnya hasil
panen tanaman yang dibudidayakan. Penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan unsur
hara merupakan yang terpenting bagi pertumbuhan tanaman, sehingga pemupukan
merupakan cara yang terbaik untuk penyediaan hara bagi tanaman. Teknik pemberian
pupuk hijau dilakukan memberikan pada lubang yang melingkar sejajar dengan tajuk
2

terluar pohon (metode piringan). Tanah digali sedalam 2-5 cm dengan cangkul
membentuk lingkaran sesuai proyeksi tajuk pohon terluar. Dalam efisiensi pemberian
pupuk hijau maka diperlukan modifikasi pembuatan lubang yang dilakukan yaitu dengan
cara ditugal sebanyak 5 lubang pada sekitar proyeksi tajuk pohon, dimana jarak antar
lubang dibuat relatif sama. Pada lubang tugal diberikan pupuk hijau sebanyak 20 % dari
dosis pupuk yang akan diberikan pada pohon tersebut. Setelah kompos diberikan
kedalam lubang kemudian ditutup dengan tanah dengan diinjak kaki pada tepi lubang
tugal. Pemberian pupuk hijau dapat dilakukan dengan cara dicampur dengan tanah dan
cara disebar pada permukaan tanah.

Kata kunci : cara ditugal, cara disebar, hasil panen, metode piringan, pertumbuhan
tanaman, pupuk hijau, teknik pemupukan

I. PENDAHULUAN

Permaalahan yang muncul pada kegiatan budidaya tanaman adalah kemungkinan


terjadinya penurunan pertumbuhan tanaman yang akan berakibat menurunnya hasil
panen tanaman yang dibudidayakan. Penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan unsur
hara merupakan yang terpenting bagi pertumbuhan tanaman, sehingga pemupukan
merupakan cara yang terbaik untuk penyediaan hara bagi tanaman. Terlebih lagi tanah
pasca tambang yang secara umum miskin hara sehingga pemupukan harus dilakukan
(Wasis 2014; Wasis et al 2016 ; Wasis dan Andika 2017; Wasis et al 2018; Wasis et al
2019; Wasis dan Alkautsar 2019; Wasis dan Sandra 2020).

Pupuk adalah bahan untuk diberikan kepada tanaman baik langsung maupun tidak
langsung guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau
memperbaiki kualitasnya, sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Sedangkan
pemupukan artinya pemberian pupuk kepada tanaman ataupun kepada tanah dan substrat
lainnya (Leiwakabessy dan Sutandi 1998) Menurut Hardjowigeno (1986) pupuk adalah
semua bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat
fisika, kimia dan biologi tanah.

Ketersediaan unsur hara sangat diperlukan tanaman atau tumbuhan. Ketersediaan


hara dapat terjadi melalui dekomposisi bahan organik, pelapukan batuan, kebakaran hutan
dan lahan, pemupukan, pengapuran, air hujan, air irigasi dan lainnya. Pemupukan yang
sering juga digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah pemupukan
kedalam bedia tumbuh atau tanah. Tujuan pemupukan adalah untuk memperoleh
produksi yang tinggi dan bernilai dengan penyediaan hara sambil mempertahankan atau
memperbaiki kesuburan tanah tanpa merusak (Setyamidjaja 1986 ; Wasis 1990; Wasis et
al 1996; Leiwakabessy dan Sutandi 1998; Wasis 2002; Wasis 2003; Wasis 2004; Wasis
2005; Wasis 2006; Wasis 2009; Wasis 2011; Wasis 2012; Wasis 2013).
3

Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian-bagian tanaman yang muda (dan
karenanya berwarna hijau) yang dibenamkan ke dalam tanah dengan maksud untuk
menambah bahan organik (husebagai mus) dan unsur unsur tanaman, terutama nitrogen.
Tanaman yang sering digunakan sebagai pupuk hijau adalah jenis jenis tanaman kacangan
(Leguminosae), karena jenis tanaman ini mempunyai bahan organik yang tinggi dan
mudah melapuk, sehingga memenuhi syarat untuk keperluan pemupukan. Yang terutama
digunakan sebagai pupuk hijau adalah jenis tanaman kacangan , tetapi dapat juga jenis
tanaman lainnya. Kebaikan tanaman kacangan sebagai pupuk hijau adalah karena
kandungan N nya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya (Leiwakabessy
dan Sutandi 1998; Setyamidjaja 1986).

Jenis pupuk hijau yang baik adalah tanaman atau tumbuhan dimana bagian
tanaman yang digunakan memiliki kandungan N nya tinggi dan perbandingan C/N nya
kecil (< 20) sehingga dalam penguraiannya oleh mikroorganisme tidak mengakibatkan
terjadinya kekurangan N dalam tanah.

Pupuk hijau merupakan pupuk alami yang baik untuk digunakan pada kegiatan
budidaya atau pemeliharaan tanaman. Adapun fungsi pupuk hijau adalah :
1. Memperkaya Nitrogen dalam tanah
2. Menambah kandungan bahan organik atau humus
3. Mengurangi sampah organik di kota
4. Memperbaiki sifat fisik tanah yaitu tanah menjadi gembur
5. Meningkatkan kesuburan tanah secara lengkap
6. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme
7. Melindungi tanah dari erosi
8. Konsentrasi hara rendah dan diperlukan pemupukan yang lebih sering atau
berulang
9. Pupuk yang ramah lingkungan
10. Meningkatkan hasil kualitas panen (tanaman buah-buahan)
11. Memperbaiki ekoistem binatang tanah dan siklus nutrisi pada tanah
12. Dapat mengembalikan unsur hara yang tercuci
13. Menekan pertumbuhan gulma

Penggunaan pupuk hijau untuk memperbaiki kesuburan tanah telah digunakan


sejak 900- 2500 SM di Mesopotamia (Irak). Dimana Herodutus, Homer dan Xenophon
menyatakan bahwa lahan atau kebun dapat diperbaiki keuburan tanahnya dengan
pemberian pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau. Tanaman buah-buahan dan
sayuran akan tumbuh secara baik dan hasil panen yang makimal jika dilakukan pemberian
pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau yang cukup.

Pemberian pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau tidak berdampak terhadap
pencemaran dan atau kerusakan tanah, sehingga sangat dianjurkan diberikan sesering
mungkin pada tanah. Praktek budidaya tanaman menunjukkan pemberian pupuk
4

kandang, kompos dan pupuk hijau dapat meningkatkan hasil panen yang sangat
memuaskan dan produknya ramah lingkungan. Permintaan kompos, pupuk kandang dan
pupuk hijau kedepan akan semakin meningkat karena pihak konsumen menginginkan
produk kehutanan (kayu, rayon/pakaian, kertas, getah, air mineral dan lainnya), produk
perkebunan (minyak sawit, biodisel, karet, kopi, coklat dan lainnya) dan produk pertanian
(beras, jagung, kedelai, bawang dan lainnya) yang ramah lingkungan.

Gambar 1. Tanaman legum untuk pupuk hijau (Sumber : alamtani.com)

Gambar 2. Azolla untuk pupuk hijau (Sumber : kompasiana.com)


5

Gambar 3. Penggunaan pupuk hijau (Sumber : jurnalasia.com)

Gambar 4. Pemberian pupuk pada pohon (Sumber : 8villages.com)


6

Gambar 5. Pemupukan pohon cara tabur dalam piringan


(Sumber : bibitbunga.com)

Gambar 6. Penanaman hutan tanaman industri secara intensif (pemupukan dan


Pemeliharaan) memperpendek daur panen 3-4 tahun
(Sumber : bio-hutanea.com)
7

Gambar 7. Pohon durian tumbuh baik karena tercukupi hara


(Sumber ciriciripohon.com)

Gambar 8. Mangga berbuah karena kecukupan hara


(Sumber : agrpbibittanaman.com)
8

Gambar 9. Tanaman pisang berbuah karena kecukupan hara


(Sumber : kintamani.id)

II. TEKNIK PEMBERIAN PUPUK HIJAU

A. Bahan dan Alat

1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a. pupuk hijau, b.


Tanaman semusim seperti padi, jagung, kedelai, sayuran, obat-obatan dan lainnya
c. Tanaman keras atau atau pohon sperti Karet, Akasia, Jati, Mangga, Duku,
Sengon, Jambu, Sirsak, Durian, Eucalyptus, Kelapa Hibrida, Kelapa Sawit,
Coklat, Nangka dan lainnya dan c. Air
2. Alat alat penelitian meliputi : a.Sendok takar pupuk, b. Gelas ukur c. Sendok
semen, d. Cangkul e. Timbangan, f. tongkat tugal diameter 5-7 cm dan g. Alat
tulis menulis.

B. Pelaksanaan Penanaman dan Pemberian Pupuk Hijau

1. Media Pertumbuhan tanaman

Media pertumbuhan tanaman dapat berupa lahan (tanah) yang telah tumbuh
tanaman atau pohon. Tanaman atau pohon sebelum diberikan pupuk hijau
sebaiknya telah diberikan air pada kondisi kapasitas lapang (disiram air
secukupnya atau curah hujan yang turun).
9

Pupuk hijau diberikan pada kondisi tanah lembab, sehingga sebaiknya dilakukan
pada awal dan akhir musim hujan, yaitu pada saat berbagai kegiatan fisiologi
tanaman berlangsung dengan giat dan perubahan dalam tanah dapat berlangsung
dengan baik karena persediaan air dalam jumlah yang optimal (tanah dalam
keadaan lembab, sehingga kandungan air dan udara seimbang). Jika pupuk hijau
diberikan pada musim kemarau dapat dilakukan penyiraman terlebih dahulu
sehingga tanah menjadi lembab, biasanya dilakukan pada pohon yang hidup
diareal taman kota, tanaman hias atau hutan kota,

2. Persiapan pupuk hijau

Pupuk hijau yang akan digunakan sebaiknya yang berasal dari tumbuhan legum
atau kandungan N nya tinggi. Sehingga pupuk hijau yang diberikan tidak
berdampak negatif terhadap tanaman dan hara dan nutrisi telah teredia.

Pupuk hijau merupakan salah satu pupuk alam (organik) akan merupakan bahan
substitusi yang penting terhadap pupuk kandang dan kompos. Disamping itu
bahan organik untuk pembuatan kompos cukup tersedia, baik di daerah produksi
pertanian maupun di kota kota besar. Pupuk hijau akan dapat menjadi bahan
penyubur yang dapat dihandalkan (potensial) untuk masa kini dan juga masa akan
datang.

Pupuk hijau yang akan digunakan berasal dari daun atau bagian tanaman atau
tumbuhan yang masih segar. Pupuk hijau kemudian ditimbang sesuai dosis yang
diinginkan sesuai kebutuhan pohon atau tanaman. Takaran pupuk hijau dapat
menggunakan timbangan atau mengunakan sendok ukur atau wadah ukur.

Pemberian hiijau pada pohon dapat dilakukan dengan cara disebar namun cara ini
dapat menyebabkan hilangnya unsur hara dari dalam pupuk hijau karena
penguapan. Berdasarkan praktek pemberian pupuk hijau yang baik adalah cara
dibenamkan pupuk hijau kedalam tanah (lubang dengan kedalamanan 2 -5 cm).

3. Teknik Pemberian Pupuk Hijau

Sebelum melakukan pemupukan gunakan perlengkapan perlindungan diri seperti


masker, sarung tangan, kaca mata, pakaian kerja (lapangan). Karena pupuk hijau
yang tersentuh tangan atau anggota tubuh dapat terserap atau terhirup melalui
pernapasan atau kulit, hal ini tentunya dapat membahayakan kesehatan

a. Tanaman keras (pohon)

Teknik pemberian kompos dapat dilakukan pada lubang yang melingkar sejajar
dengan tajuk terluar pohon (metode piringan). Tanah digali sedalam 2-5 cm
dengan cangkul membentuk lingkaran sesuai proyeksi tajuk pohon terluar. Pupuk
10

hijau yang telah dipersiapkan sesuai dosisnya kemudian disebar kedalam lubang
secara merata. Kemudian lubang ditutup atau ditimbun dari bahan tanah yang
ada pada bagian pinggirnya (hasil galian tanah) dengan cangkul (Setyamidjaja
1986 ; Wasis et al 1996).

Permasalahan pembuatan lubang pada piringin (sekeliling proyeksi tajuk pohon)


memerlukan biaya yang mahal (biaya pembuatan lubang) dan memerlukan waktu
yang relatif lama. Dalam efisiensi pemupukan dengan pupuk hijau maka
diperlukan modifikasi pembuatan lubang yang dilakukan yaitu dengan cara ditugal
sebanyak 5 lubang pada sekitar proyeksi tajuk pohon, dimana jarak antar lubang
dibuat relatif sama. Pada lubang tugal diberikan kompos sebanyak 20 % dari
dosis pupuk hiuau yang akan diberikan pada pohon tersebut. Setelah pupuk hijau
diberikan kedalam lubang kemudian ditutup dengan tanah dengan diinjak kaki
pada tepi lubang tugal.

b. Tanaman sayuran atau persemaian

Pupuk hijau dicampur dengan tanah yang telah diolah bersama sama dengan
menghaluskan/ meratakan tanah yang akan ditanami. Pengolahan tanah dilakukan
sampai terbentuk tanah yang gembur dan merata, sehingga meningkatkan aerasi
tanah. Campuran tanah dan pupuk hijau akan merperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi. Sehingga pemberian pupuk hijau akan memperbaiki kesuburan dan
produktivitas tanah jangka panjang.

c. Tanaman timun, kacang panjang, kentang, buncis, wortel dan lainnya

Pupuk hijau diberikan ke dalam lubang yang akan ditanami benih tanaman.
Setelah benih diberikan dalam lubang tersebut kemudian ditutup kembali dengan
tanah. Pupuk hijau akan meningkatkan pertumbuhan tanaman sayuran dan hasil
panen yang diambil akar atau umbinya seperti kentang, wortel, lobak dan lannya.

d. Tanaman bunga –bungaan dan padi

Pupuk hijau diberikan dengan cara disebar pada sekitar tanaman bunga. Tanaman
bunga yang diberikan pupuk hijau dapat dalam pot, kantong plastik dan pada
tanah langsung. Pada tanaman padi pemberian pupuk hijau dapat dilakukan
dengan disebar pada lahan sawah.
11

Gambar 10. Pemberian pupuk hijau (Sumber : pdfslide.com)

Gambar 11. Pemupukan pohon metoda tabur pada piringan


(Sumber : bibitbunga.com)
12

Gambar 12. Pembuatan lubang dengan ditugal (Sumber : cendananews.com)

Gambar 13. Pembuatan lubang dengan ditugal (Sumber : indonesiabertanam.com)


13

Gambar 14. Pemberian pupuk kandang atau kompos (Sumber :facebook.com)

Gambar 15. Pemupukan kandang, kompos dan pupuk hijau akan memperbaiki
lingkungan (sumber : kompas.com)
14

4. Tahap Akhir

Peralatan pemupukan yang digunakan kemudian dibersihkan dan pupuk hijau


yang masih disimpan pada tempatnya. Demikian perlengkapan pakain, masker
dan pelindung diri lainnya dibersihkan atau dicuci.

Pada dewasa ini (pandemi Corona 19) terutama di kota kota besar telah
berkembang pula sistem bertanam dengan medium larutan yang mengandung
unsur hara dengan komposisi yang lengkap. Cara bertanam itu disebut dengan
sistem hidroponik. Disamping penanaman dengan menggunakan pot atau polibag
dengan media kompos atau bahan organik juga sudah banyak dilakukan untuk
menanam sayur dan tanaman obat-obatan.

Gambar 16. Pemberian pupuk organik dengan cara disemprot (Sumber


:antaranews.com)
15

Gambar 17. Pemberian pupuk dengan cara disebar pada lahan sawah (Sumber :j-rice.id)

Gambar 18. Pupuk hijau meningkatkan pertumbuhan tanaman


(Sumber : balittanah.litbang.pertanian.go.id)
16

Gambar 19. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit (Sumber : blogspot.com)

Gambar 20. Pohon tabebuya berbunga (Sakura Indonesia) karena kecukupan hara
17

Gambar 21 Pohon flamboyan berbunga karena kecukupan hara (Sumber : suarantb.com)

Gambar 22. Hutan tanaman untuk produksi bahan rayon/pakaian (Sumbe :


sumatrazone.co.id dan cleanipedia.com)
18

Gambar 23. Bunga mawar dan bendera merah putih Republik Indonesia

III. PENUTUP

Permasalahan yang muncul pada kegiatan budidaya tanaman adalah kemungkinan


terjadinya penurunan pertumbuhan tanaman yang akan berakibat menurunnya hasil
panen tanaman yang dibudidayakan. Penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan unsur
hara merupakan yang terpenting bagi pertumbuhan tanaman, sehingga pemupukan
merupakan cara yang terbaik untuk penyediaan hara bagi tanaman. Teknik pemberian
pupuk hijau dilakukan memberikan pada lubang yang melingkar sejajar dengan tajuk
terluar pohon (metode piringan). Tanah digali sedalam 2-5 cm dengan cangkul
membentuk lingkaran sesuai proyeksi tajuk pohon terluar. Dalam efisiensi pemberian
pupuk hijau maka diperlukan modifikasi pembuatan lubang yang dilakukan yaitu dengan
cara ditugal sebanyak 5 lubang pada sekitar proyeksi tajuk pohon, dimana jarak antar
lubang dibuat relatif sama. Pada lubang tugal diberikan pupuk hijau sebanyak 20 % dari
dosis pupuk yang akan diberikan pada pohon tersebut. Setelah kompos diberikan
kedalam lubang kemudian ditutup dengan tanah dengan diinjak kaki pada tepi lubang
tugal. Pemberian pupuk hijau dapat dilakukan dengan cara dicampur dengan tanah dan
cara disebar pada permukaan tanah.

DAFTAR PUSTAKA
19

Hamzah Z. 1983. Diktat Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Hardjowigeno, S. 1986. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta

Lutz HJ and Chandler RF. 1965. Forest Soils. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Leiwakabessy FM dan Sutandi A. 1998. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah


Fakultas Pertanian IPB Bogor.

Sarief ES. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana. Bandung

Setyamidjaja D. 1986. Pupuk dan Pemupukan . CV Simplex Jakarta

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian IPB Bogor

Wasis B., Djamhuri E dan Fakuara MYT. 1990. Pensentase stek hidup dan persentase
stek berakar tanaman sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.) pada media tanah
Latosol Darmaga. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
DOI : 10.13140/RG.2.2.17384.29444.

Wasis B., Anas I., Manan S., dan Saraswati. 1996. Pertumbuhan semai sengon
(Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) melalui pemberian kapur, pupuk TSP dan
inokulasi Rhizobium pada tanah masam. Program Pascasarjana IPB Bogor. DOI :
10.13140/RG.2.2.36534.65608.

Wasis B. 1999. Pengaruh kebakaran hutan terhadap sifat tanah d hutan tanaman pinus
(Pinu merkusii) (Studi kasus di KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa
Barat. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor. ResearchGate
DOI : 10.13140/RG.2.2.13064.57604.

Wasis B. 2002. Dampak perusakan Suaka Margasatwa Cikepuh terhadap kerusakan sifat
kimia tanah. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
DOI : 10.13140/RG.2.2.32441.52320.

Wasis B. 2003a. Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan terhadap Kerusakan Tanah.
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Volume IX Nomor 2 Halaman 79 – 86. Bogor

Wasis B. 2003b. Dampak kebakaran hutan pada Taman Hutan Raya R . Soerjo Pacet
terhadap kerusakan tanah. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan
IPB. ResearchGate DOI : 10.13140/RG.2.2.25861.70881.

Wasis B. 2004a. Dampak Kebakaran Gambut Terhadap ketersediaan unsur mikro dan
keracunan tanah Di Kawasan Pertanian, Lokasi PU I, Desa Sungai Sagu,
20

Kecamatan Lirik Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Departemen


Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI :
10.13140/RG.2.2.17550.59202.

Wasis B. 2004b. Dampak tambang pasir terhadap sifat tanah di Kawasan Hutan (Hutan
Tanaman) Desa Setia Negara Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Provinsi
Jawa Barat. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
ResearchGate DOI : 10.13140/RG.2.2.12432.97288.

Wasis B. 2005. Dampak kebakaran gambut terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan
Pertanian, Desa Sungai Korang, Kecamatan Hutaraja, Kabupaten Tapanuli
Selatan Provinsi Sumatera Utara. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan
IPB. ResearchGate DOI : 10.13140/RG.2.2.24231.09122.

Wasis B., Kusmana C., Suhendang E., dan Sudarsono. 2005. Kondisi sifat tanah hutan
dan korelasi hubungannya dengan peninggi tegakan hutan tanaman Acacia
mangium Willd pada rotasi pertama dan rotasi kedua. Makalah Sekolah
Pascasarjana IPB Bogor. DOI : 10.13140/RG.2.2.32025.03687.

Wasis B. 2006a. Dampak kebakaran tanah mineral terhadap vegetasi dan sifat tanah di
Kawasan Pertanian Dusun Sei Arang, Kelurahan Pangkalan Kasai, Kecamatan
Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Departemen Silvikultur
Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI : 10.13140/RG.2.2.13745.33127.

Wasis B. 2006b . Dampak kebakaran tanah mineral terhadap vegetasi dan sifat tanah di
Kawasan hutan, Desa Peranap, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu
Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate
DOI : 10.13140/RG.2.2.21504.79369.

Wasis B. 2006c . Dampak kebakaran gambut terhadap vegetasi dan sifat tanah di
Kawasan hutan, Desa Rotan Semelur, Kecamatan Pelangeran, Kabupaten
Indragiri Hilir Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.
ResearchGate DOI : 10.13140/RG.2.2.27014.21442.

Wasis B., Kusmana C., Suhendang E., dan Sudarsono. 2006. Analisis jenis tanah pada
hutan tanaman akaia (Acacia mangium Willd) di Blok Subanjeriji. Makalah
Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. DOI : 10.13140/RG.2.2.24358.06729.

Wasis B. 2009. Dampak kebakaran tanah mineral terhadap ketersediaan unsur mikro dan
keracunan tanah di Kawasan pertanian, Lokasi PU I Desa Tumbang Jelemu,
Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah.
Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI :
10.13140/RG.2.2.22383.87201.
21

Wasis B. 2010 . Dampak kebakaran gambut terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan
pertanian, Desa Pangkalan Panduk, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.
ResearchGate DOI : 10.13140/RG.2.2.10091.77605.

Wasis B. 2011 . Dampak tambang pasir terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan
Kebun Campuran dan Pertanian, Desa Gandoang, Kecamatan Cileungsi,
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Departemen Silvikultur Fakultas
Kehutanan IPB. ResearchGate DOI : 10.13140/RG.2.2.15500.05767.

Wasis B. 2012. Soil Properties in Natural Forest Destruction and Conversion to


Agricultural Land in Gunung Leuser National Park, North Sumatera Province.
JMHT XVIII(3) : 206-212.

Wasis B. 2013. Dampak Kebakaran Gambut Terhadap ketersediaan unsur hara dan
keracunan unsur hara mikro Di Kawasan Pertanian, Lokasi PU I Desa Bukit Batu,
Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Departemen
Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Bogor. ResearchGate DOI :
10.13140/RG.2.2.19970.09920.

Wasis B. 2014. Dampak reklamasi pantai terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan
Hutan Mangrove KDA Kampung Panglong Kelurahan Batu Besar Kecamatan
Nongsa Kota Batam Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan
IPB Bogor. ResearchGate DOI : 10.13140/RG.2.2.29518.20801.

Wasis B, Mulyana B, dan Winata B. 2015. Pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus


cadamba). Jurnal Silvikultur Tropika 6(2): 93–100.

Wasis B. 2016. Dampak reklamasi pantai terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan
Hutan Mangrove Kelurahan Batu Legong Kecamatan Bulang Kota Batam Provinsi
Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Bogor. ResearchGate.

Wasis B, Andika A. 2017. Growth response of mahagony seedling (Swietenia


macrophylla King.) to addition of coconut shell charcoal and compost on ex-sand
mining site of West Java Province in Indonesia. Agriculture and Environmental
Science 2(3): 238–243.

Wasis, B., Arifin and Winata, B. (2018). Impact of bauxite mine to natural forest biomass
and soil properties in Kas Island, Riau Island Province in Indonesia. Archives of
Agriculture and Environmental Science, 3(3): 264-269.

Wasis B., Saharjo B.H., Putra M.H. W. And Winata. B . 2019. Analysis of
environmental damage and environmental economic valuation ontropical rain
22

forest destruction in Simalungun Regency, North Sumatera Province, Indonesia.


Archives of Agriculture and Environmental Science 4(3): 313-318.

Wasis B dan Alkautsar I. 2019. Respon pertumbuhan bibit sengon buto (Enterolobium
cyclocarpum Griseb) pada media tailing PT Antam Pongkor dengan penambahan
arang batok kelapa dan bokashi pupuk kandang. Jurnal Silvikultur Tropika Vol.
10 No. 03, Hal 184-191

Wasis B. dan Sandra E. 2020. Kajian ekologis pohon kina (Cinchona spp.) dan
manfaatnya dalam mengatasi penyebaran penyakit malaria. Departemen
Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI :
10.13140/RG.2.2.31150.87362.

View publication stats

You might also like