You are on page 1of 8

NAMA : ANIQOTUL WASIQOH

EMAIL : aniqotulw@gmail.com
Prodgram Studi Ekonomi Syariah (3A)
Tujuan Hukum Islam

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memang tiak dapat dipungkiri lagi bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur paling
mayorita. Dalam tatanan dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat
disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas teritorial
kenegaraan.
Oleh karena itu, menjadi sangat menarik untuk memahami hukum Islam di tengah-
tengah komunitas Islam terbesar di dunia itu. Pernyataan-pernyataan seperti seberapa jauh
pengaruh kemayoritasan kaum muslimin Indonesia itu terhadap penerapan hukum Islam di
Tanah Air ? maka dapat dijawab dengan hukum Islam di Indonesia.
Hukum yang menajdi tuntutan masyarakat merupakan cita-cita sosial yang tidak pernah
berhenti dikejar sampai akhir hayat, baik hukum dari norma berkehidupan sosial maupun
hukum dal;am ajaran agama yang dianut, dalam konteks kali ini lebih mengarah kepada
hukum Islam sebagai agama yang kita anut dan kita yakini eksistensinya.
Tuhan Mensyari’atkan hukum-Nya bagi manusia tentunya bukan tanpa tujuan,
melainkan demi kesejahteraan, kemaslahatan manusia itu sendiri. Perwujudan perintah tuhan
dapat dilihat lewat Al-qu’ran dan penjabaran dapat tergambar dari hadis Nabi Muhammad
SAW. Manusia luar biasa yang memiliki hak khusus untuk menerangkan kembali maksud
Tuhan dalam Al-Qur’an. Tidak satu pun kalam Tuhan yang berakhir sia-sia tanpa dimengerti
oleh hamba-Nya bahkan mungkin berakibat rusaknya tatanan hidup manusia. Kalam Tuhan
tidak diinterpretasikan secara kaku (rigid) sehingga berakibat tidak terejawantahkan /
terwujudnya nilai-nilai kemaslahatan universal bagi umat manusia.
Dalam pandangan aksiologi, ilmu pengetahuan dijadikan sebagai alat untuk
meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi manusia secara keseluruhan di dunia ini,
dalam konsep Al-Qur’an tujuannya mencakup dunia dan kehidupan setelah di dunia ini yang
dalam bahasa Al-Syatibi disebutkan kebaikan dan kesejateraan ummat manusia.
Menguraikan lebih lanjut tentang keberadaan hukum dan tujuannya, maka dalam
makalah kali ini kami selaku penulis akan menjabarkan bagaimana tujuan hukum Islam yang

1
berkaitan langsung dengan pelaku hukum atau subjek hukum itu sendiri yang selanjutnya
akan disajikan di dalam makalah ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tujuan Hukum Islam
Tujuan hukum Islam sejatinya adalah tujuan pencipta hukum Islam itu sendiri. Tujuan
hukum Islam adalah arah setiap perilaku dan tindakan manusianya dalam rangka mencapai
kebahagiaan hidup dengan mentaati serta menghindari apa yang telah menjadi hukumnya.
Dalam firman Allah tegas memberikan segala ciptaannya pada manusia itu tidaklah sia-sia
dalam QS. Al-Mu’min ayat 115.
Allah menurunkan syari’at hukum Islam untuk mengatur kehidupan manusia, baik
selaku pribadi maupun selaku anggota masyarakat. Hukum Islam melarang perbuatan yang
pada dasarnya merusak kehidupan manusia, sekalipun perbuatan itu disenangi oleh manusia
atau sekalipun perbuatan itu dilakukan hanya oleh seseorang tanpa merugikan orang lain,
seperti seorang yang minum-minuman memabukkan (khamr). Dalam pandangan Islam
perbuatan orang itu tetap dilarang, karena dapat merusak akalnya yang seharusnya ia
pelihara, walaupun mereka membeli minuman tersebut dengan uangnya sendiri dan minum
dirumahnya tanpa paksaan dan tidak merugikan orang lain.
Hal yang sama umpamanya melakukan bunuh diri, membuang jam tangannya ke laut,
atau membakar harta miliknya. Sekalipun perbuatan itu tidak merugikan orang lain, namun
tetap perbuatan tersebut terlarang.
Perbuatan di atas, menurut hukum di luar Islam, bukan suatu yang terlarang, selama tidak
merugikan orang lain, atau merugikan masyarakat. Dengan demikian Islam adalah agama
yang memberi pedoman hidup kepada manusia secara menyeluruh, meliputi segala aspek
kehidupannya menuju tercapainya individunya maupun dalam kehidupan masyarakatnya.

2.2. Tujuan Hukum Islam


Hukum yang menjadi panutan masyarakat merupakan cita-cita sosial yang tidak pernah
berhenti dikejar sampai akhir hayat. Cita-cita sosial berdasarkan pada hukum. Setiap
keberadaan hukum tidak dapat terlepas dari tujuan dan harapan subjek hukum. Harapan
manusia terhadap hukum pada umunya meliputi harapan keamanan dan ketentraman hidup
tanpa batas waktu.
Manusia berharap pada beberapa hal-hal berikut :
 Kemaslahatan hidup bagi diri orang lain
 Menegakkan keadilan

3
 Persamaan hak dan kewajiban dalam hukum
 Persamaan hak dan kewajiban dalam hukum
 Saling kontrol dalam masyarakat
 Kebebasan berekspresi, berpendapat, bertindak dengan tidak melebihi batasan hukum
 Regenerasi sosial yang positif dan bertanggung jawab
Apabila satu minat sahaja kehidupan sosial tidak terjamin oleh hukum yang kuat,
masyarakat dengan semua komponennya akan rusak, karena semenit tanpa adanya jaminan
hukum bagaikan adanya bencana yang melanda dalam sesuatu masyarakat tersebut.
Asas legalitas sebagai pokok dari hidup dan berlakunya hukum yang berbahaya lagi adalah
memendam hukum tidak berguna lagi karena keberkahan hukum kepada keadilan dan
persamaan hak sehingga masyarakat kurang percaya kepada hukum.
Cita-cita hukum adalah menegakkan keadilan, tetapi yang menegakkan keadilan bukan teks-
teks hukum, melainkan manusia yang menerima sebutan hakin, pengacara penguasa hukum,
penegak hukum, polisi, dan sebagainya.
Identitas hukum Islam adalah adil, memberi rahmat dan mengandungi hikmah yang banyak
bagi kehidupan. Dengan yang demikian setiap hal yang merupakan kezaliman, tidak memberi
rasa keadilan, jauh dari ramhat, menciptakan kemafsadatan bukan merupakantujuan hukum
Islam.
Asy Syatibi mengatakan bahwa tujuan Syariat Islam adalah mencapai kemaslahatan hamba
baik di dunia maupun di akhirat. Antara kemaslahatan tersebut adalah sebagai berikut :
A. Memelihara agama (Hifz Ad-Din)
Mejaga atau memeihara agama berdasarkan kepentingannya.
dengan tiga peringkat ini:
1. Dharuriyyah: Memelihara dan melaksanakan kewajipan agama yang masuk peringkat
primer .
2. Contoh : sholat 5 waktu, jika sholat itu diabaikan akan terancamlah eksistenti agama.
Hijiyyat: Melaksanakan ketentuan Agama
Contoh : Solat Jamak dan Solat Kasarbagi orang yang sedangbepergian.
3. Jika tidak dilaksanakan solat tersebut, maka tidak akan mengancam eksestensi
agamanya, melainkan hanya mempersulitkan bagi orang yang melakukannya.
4. Tahsiniyyat : Mengikuti petunjuk agama.
Contoh : Menutup aurat, baik di dalam maupon diluar solat, membersihkan badan,

4
pakaian dan tempat. Kegiatan ini tidak sama sekali mengancan eksestensi agama dan
tidak pua mempersulitkan bagi orang yang melakukannya.

B. Memelihara jiwa (Hifz An-Nafs)


Memelihara jiwa berdasarkan tingkat kepentinganya,kita dapat bedakan dengan tiga
peringkat yaitu:
1. Dharuriyyat : Memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan
hidup. Jika diabaikan maka akan berakibat terancamnya eksestansi jiwa manusia.
2. Hijiyyat : sepertinya diperbolehkan berburu binatang untuk menukmati makanan yang
halal dan lazat.Jika diabaikan maka tidak akan mengancam eksestensi
manusia,melainkan hanya untuk mempersulitkan hidupnya.
3. Tahsiniyyat : Sepertinya ditetapkannya tatacara makan dan minum. Kegiatan ini
hanya berhubung dengan kesopanan dan etika. Sama sekali tidak mengancam
eksestensi jiwa manusia ataupun mempersulitkan kehidupan seseorang.

C. Memelihara akal (Hifz Al-‘Aql)


Memelihara akal,dilihat dari segi kepentingannya,dapat dibedakan menjadi tiga peringkat
yaitu:
1. Dharuriyyat: Diharamkan meminum minuman keras.Jika tidak diindahkan maka akan
mengakibatkan terancamnya eksestensinya akal.
2. Hijiyyat : Sepertinya menuntu ilmu pengetahuan. Jika hat tersebut diindahkan maka
tidak akan mengakibatkan terancamnya eksestensinya akal.
3. Tahsiniyyat : Menghindarkan diri dari menghayal atau mendengarkan sesuatu yang
tidak berfaedah. Hal ini jika diindahkan maka tidak akan ancamnya eksestensi akal
secara langsung.

D. Memelihara keturunan (Hifz An-Nasl)


Dharuriyyat: Sepertinya disyari’atkan nikah dan dilarang berzina.Jika di abaikan maka
eksestensi keturunannya akan terancam.
Hijiyyat : Sepertinya ditetapkan menyebut mahar bagi suami pada waktu akad nikah dan
diberi hak talaq padanya. Jika mahar itu tidak disebut pada waktu akad maka si suami akan
mengalami kesulitan,kerana suami harus membayar mahar misalnya.
Tahsiniyyat : Disyariatkan Khitbah atau Walimat dalam perkahwinan.hal ini jika diabaikan
maka tidak akan mengancam eksestensi keturunan.

5
E. Memelihara kekayaan (Hifz Al-Mal)
1. Dharuriyat : Tata cara pemilikan dan larangan mengambil harta orang lain.Jika
Diabaikan maka akan mengakibatkan eksestensi harta.
2. Hijiyyat : Sepertinya tentang jual beli dengan salam.Jika tidak dipakai salam, maka
tidak akan mengancam eksestensi harta.
3. Tahsiniyyat: Menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan.Hal ini erat
kaitannya dengan etika bermu’amalah atau etika bisnis.

Lima unsur diatas dibedakan menjadi tiga peringkat yaitu :


1. Dharuriyyat (memelihara segala kebutuhan-kebutuhan yang bersifat esensial bagi
kehidupan manusia).
2. Hijiyyat (tidak termasuk dlam kebutuhan-kebutuhan yang esensial,melainkan
kebutuhan yangdapat menghindarkan manusia dari kesulitan hidup mereka).
3. Tahsiniyyat (kebutuhan yang menunjang peningkatan mertanat seseorang dalam
masyarakat dan dihadapan Tuhannya,sesuai dengan kepatutan).
4. Peringkat Dharuriyyat menepati urutan yang pertama, disusuli dengan peringkat yang
ke dua yaitu Hijiyyat dan dilengkapi dengan yang terakhir sekali yaitu Tahsiniyyah.
5. Kesimpulannya disini ketiga-tiga peringkat yang disebut Dharuriyyat,hijiyyat serta
Tahsiniyyat,mampu mewujudkan serta memelihara kelima-lima pokok tersebut.

6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tujuan hukum Islam sejatinya adalah tujuan pencipta hukum Islam itu sendiri. Tujuan
hukum Islam adalah arah setiap perilaku dan tindakan manusianya dalam rangka mencapai
kebahagiaan hidup dengan mentaati serta menghindari apa yang telah menjadi hukumnya.
Dalam firman Allah tegas memberikan segala ciptaannya pada manusia itu tidaklah sia-sia
dalam QS. Al-Mu’min ayat 115.
Hukum yang menjadi panutan masyarakat merupakan cita-cita sosial yang tidak pernah
berhenti dikejar sampai akhir hayat. Cita-cita sosial berdasarkan pada hukum. Setiap
keberadaan hukum tidak dapat terlepas dari tujuan dan harapan subjek hukum. Harapan
manusia terhadap hukum pada umunya meliputi harapan keamanan dan ketentraman hidup
tanpa batas waktu.
Manusia berharap pada beberapa hal-hal berikut :
 Kemaslahatan hidup bagi diri orang lain
 Menegakkan keadilan
 Persamaan hak dan kewajiban dalam hukum
 Persamaan hak dan kewajiban dalam hukum
 Saling kontrol dalam masyarakat
 Kebebasan berekspresi, berpendapat, bertindak dengan tidak melebihi batasan hukum
 Regenerasi sosial yang positif dan bertanggung jawab

7
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1998.

Arifin, Miftahul & Faishal Haq, Ushul Fiqh, Surabaya: Citra Media, 1997.

Muslehuddin, Muhammad, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis, Yogyakarta,: PT.


Tiara Wacana Yogya, 1997.

Praja, Juhaya S., Filsafat Hukum Islam, Bandung : LPPM Universitas Islam, 1998.

Rasjidi, M., Hukum Islam dan Pelaksanaanya dalam Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

Saebani, Beni Ahmad, Filasafat Hukum Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Usman, suparman, Prof. Dr. M.A, S.H, 2002,  Hukum Islam, Jakarta selatan: gaya media
pratama Jakarta

Syah, Ismail Muhammad. 1992. Filsafat Hukum Islam. Jakarta :Bumi Aksara.

Muslehuddin, Muhammad. 1997. Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran


Orientalis. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Arifin, Miftahul. Haq, Faishal. 1997. Ushul Fiqh. Surabaya: Citra Media.

Usman, Suparman. 2001. Hukum Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Asmuni, Yusran. 1996. Dirasah Islamiyah. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Wahyudi, Yudian. Akh., Minhaji. DKK. 1998. The Dynamics of Islamic


Civilization. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.

You might also like