Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Bird White-Rumped Shama (Copsychus malabaricus) is one of the many singing birds with many
lovers. Like other animals, both free-living and chage, white-rumped shama can be attacked by diseases
caused by bacteria, viruses, and endoparasites. This study aims to identify the types of endoparasites in
white-rumped shama kept by bird lovers in City of Pariaman, totaling 50 white-rumped shama from bird
lovers in City of Pariaman. This research was conducted at the Parasitology Laboratory of the Faculty of
Veterinary Medicine Universitas Syiah Kuala. Samples were examined using the floating method, the
Borray sedimentation method, the formol-ether sedimentation method, and the Ziehl-Neelsen fast acid
modification. From the examination results using the floating method, eggs were obtained from two types
of endoparasitic worms, namely Heterakis sp. and Capillaria sp. In examining the modified Borray
sedimentation method, the formol-ether sedimentation method and the modified Ziehl-Neelsen fast acid
method, no eggs of nematodes, trematodes and cestodes were found. This study showed that 5 out of white
rumped shama feces samples were infected with endoparasites. The types of endoparasites found from the
white-rumped shama kept by bird lovers in Pariaman are nematodes of the genus Heterakis sp. and
Capillaria sp. Based on the research results, it can be concluded that the white-rumped shama kept by
bird lovers in City of Pariaman is infected with endoparasites.
95
Jurnal Medika Veterinaria Lian Varis Riandi, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600
96
Jurnal Medika Veterinaria Lian Varis Riandi, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600
97
Jurnal Medika Veterinaria Lian Varis Riandi, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600
murai batu dan Capilaria sp. pada satu burung yang terinfeksi disajikan pada Tabel
sampel murai baru. Jenis telur dan jumlah 1.
Tabel 1. Jenis endoparasit yang ditemukan pada burung murai batu di Kota Pariaman
98
Jurnal Medika Veterinaria Lian Varis Riandi, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600
melalui lumen usus dimana akan biasa dianggap tidak patogen walaupun
berkembang menjadi cacing dewasa. Masa dalam infeksi berat dapat memicu penebalan
prepaten cacing Heterakis sp. berkisar antara mukosa sekum. Telur Heterakis sp. mirip
24–30 hari (Permin dan Hansen, 1998). dalam bentuk dan penampilan, tetapi dapat
Taylor et al. (2007), melaporkan bahwa dibedakan dari telur Ascaridia sp. yang lebih
cacing Heterakis sp. adalah nematoda kecil dan paralel.
parasit yang paling umum pada unggas,
Gambar 1. Morfologi telur cacing Heterakis sp. yang di temukan pada burung murai batu
dengan pembesaran 100 kali
Gambar 2. Morfologi telur cacing Capillaria sp. yang di temukan pada burung murai batu
dengan pembesaran 100 kali
Pada Gambar 2 ditemukan telur cacing kutubnya dan memiliki dinding sel yang
Capillaria sp. Menurut Zajac and Comboy tebal. Berdasarkan hasil penelitian yang
(2012), ciri-ciri telur Capillaria berbentuk telah dilakukan di temukan Capillaria sp.
lonjong, memiliki sumbatan di kedua ujung pada burung murai batu dengan rataan
99
Jurnal Medika Veterinaria Lian Varis Riandi, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600
ukuran 52,31-57 µm x 23,12-25,83 µm. dua hari sekali, tergantung dari masing-
Berdasarkan penelitian Smith et al. (2007), masing pemelihara burung tersebut.
menyatakan ukuran Capillaria berkisar Pola pemeliharaan burung murai batu
antara panajang 52-73,5 µm dan lebar 29-36 di Kota Pariaman, yaitu burung dikeluarkan
µm. Menurut Yabsley (2008) telur dari pada jam 6 sampai jam 7 pagi untuk
Capillaria mudah dikenali oleh karakteristik diembunkan kemudian diberi makan
bipolar plug. jangkrik. Banyaknya pemberian jangkrik
Siklus hidup dari beberapa spesies tergantung dari pemilik burung. Setelah
Capillaria ada secara langsung (C. diberi makan jangkrik, burung murai batu
obsignata, C. anatis dan C. contorta) dan dijemur selama kurang lebih 1 jam dan
maupun tidak langsung (C. caudinflata, C. kemudian diteduhkan selama 30 menit untuk
bursata, dan C. annulata). Telur yang tidak kemudian dikerodong. Pada sore harinya,
berembrio keluar bersama feses dan burung murai batu dimandikan, dibersihkan
berkembang menjadi larva tahap pertama kandangnya, diberi makan jangkrik
dalam 9–14 hari. Pada siklus langsung, telur kemudian dikerodong. Kerodong adalah
yang tertelan menetas dalam usus dan kain yang digunakan untuk menutupi
berkembang menjadi cacing dewasa tanpa sangkar.
migrasi dalam inang. Adapun siklus tidak Tempat pakan yang terbuat dari plastik
langsung, telur ditelan oleh cacing tanah dan juga sering dibersihkan sebelum pemberian
berkembang menjadi tahapan infektif dalam pakan. Burung tersebut diberikan pakan
14–21 hari dan burung terinfeksi jika sehari sekali setelah pembersihan kandang.
menelan cacing tanah tersebut. Masa Jenis pakan yang diberikan berbeda-beda
prepaten cacing Capillaria sp. sekitar 3 setiap pencinta burungnya dan diberi
minggu (Permin and Hansen, 1998). Smith tambahan jangkrik setiap harinya.
(1993, 1996) melaporkan bahwa infeksi Beberapa pencinta burung juga ada
Capillaria sp. biasanya tanpa gejala, tapi yang memberi pakan tambahan yang
dengan infeksi berat burung dapat diberikan seminggu sekali atau dua minggu
menunjukkan tanda-tanda klinis yaitu diare, sekali yaitu ulat hongkong (Tenebrio
anoreksia, kekurusan dan kelesuan. molitor), ulat bambu dan kroto. Untuk
Faktor manajemen yang menjadi pemberian kroto dilakukan seminggu dua
penyebab terjadinya infeksi Capillaria sp. kali sebanyak satu sendok makan.
antara lain penempatan kandang yang sering Pemberian ulat hongkong dan ulat bambu
berdekatan satu sama lain serta penempatan hanya diberikan ketika akan mengikuti
kandang yang sama dengan burung lain kontes sebanyak 3-5 ekor cacing. Bahan
(Kurniawan et al., 2010). Hal ini juga terjadi pokok pakan dari burung murai batu oleh
karena lingkungan yang cukup lembab dan pencinta burung banyak diberi voer dan
sanitasi kandang kurang baik, seperti ditambah jangkrik. Pada umumnya diberi
pemberian pakan tambahan di litter kandang minum air mineral yang diberikan pada saat
yang kurang bersih dan kotoran kandang pemberian pakan. Voer merupakan pakan
yang tidak dibersihkan setiap hari. buatan yang mengandung vitamin, mineral
Pada umumnya kondisi kandang dan dan protein yang dibutuhkan oleh burung
lingkungan burung murai batu yang (Dewanto dan Sitanggang, 2009).
dipelihara oleh pencinta burung di Kota Rendahnya endoparasit yang
Pariaman cukup bersih. Kandang ditemukan pada burung murai batu di Kota
dibersihkan setiap hari. Burung dimandikan Pariaman kemungkinan dipengaruhi oleh
sehari sekali dan ada juga yang memandikan pemberian pakan yang baik seperti yang
100
Jurnal Medika Veterinaria Lian Varis Riandi, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600
101
Jurnal Medika Veterinaria Lian Varis Riandi, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600
pencernaan pada elang jawa (Spizaetus bartelsi in Birds of Prey. Editors: Patrick T. Redig, John
stressman, 1924) dan elang brontok (Spizaetus E. Cooper, J. David Remple, and D. Bruce
cirrhatus gmelin, 1788) di habitat eks-situ. Hunter. Raptor Biomedicine. University of
Jurnal Media Konservasi, 15(3): 120-125. Minnesota Press, Minnneapoliss.
Lefevre PC., Blancou J., Chermette R. dan Uilenberg G. Smith, S. A. (1996). Parasites of birds of prey: their
(2010). Infectious and Parasitic Diseases of diagnosis and treatment. Seminars in Avian and
Livestock. Paris (FR): Lavoisier. 2000 hal Exotic Pet Medicine, 5(2): 97-105.
Margono, S. (2008). Nematoda Usus Buku Ajar Sucipta dan Hatta. (2009). Wawasan Peternak Unggas.
Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Jakarta : www.wartaekonomi.co.id. 22 Juni 2021.
Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Susanty, E. (2018). Teknik konsentrasi Formol Eter untuk
Permin, A. dan Hansen, J. W. (1998). Epidemiology, mendiagnosa parasit usus. JKM, 1(2): 125-129.
Diagnosis and Control of Poultry Parasites. Yabsley, M. J. (2008). Capillaria Nematode. Editor: Carter
Food and Agricultural Organization of the T. Atkinson, Naney J. Thomas, D. Bruce
United Nations, Rome. Hunter. Parasitic Diseases of Wild Birds.
Rahmi, E., Hanafiah, M., Sutriana, A., Hambal, M. dan Wiley-Blackwell, USA.
Wijidi, F. (2010). Insidensi nematoda Taylor, M. A., Coop, R. L. and Wall, R. L. (2007).
gastrointestinasl dan protozoa pada monyet Veterinary Parasitology. Blackwll publishing,
ekor panjang (Macaca fascicularis) liar USA.
ditaman wisata alam (TWA) pulau Weh Turut, R. (2010). Murai Batu. Penerbit Penebar Swadaya,
Sabang. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan, Depok.
13(6): 286-291. Zajac, A. M. dan Conboy, G. A. (2012). Veterinary
Sahara, A., Prastowo, J., Widodo, D. P., Rohayati, E. S., Clinical Parasitology. Edisi 8. West Sussex ,
dan Widyarini, S. (2013). Identifikasi cacing USA.
trematoda dan gambaran patologi ginjal burung Zulmi, M. D., Ferasyi, T. R., Farida, Windaruddin.,
merpati yang terinfeksi. Jurnal Veteriner, Ellawardani. dan Zuhrawaty. (2020).
14(4): 402-407. Identification and prevalence of endoparasites
Sardjono, T. W. (2020). Helmintologi. Penerbit UB Press, in lovebird (Agapornis fischeri) sold in Banda
Malang. Aceh. Jurnal Medika Veterinaria, 14(1): 19-26.
Smith, S. A. (1993). Diagnosis and Treatment of Helminths
102