You are on page 1of 12

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini berbasis AHP sebagai metodenya. Dalam AHP, proses

perolehan data pada kriteria dan sub-kriterianya menggunakan proses

kualitatif dan juga kuantitatif. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan jenis

penelitian yang kualitatif dan juga kuantitatif.

Istilah penelitian manajemen kualitatif pengertiannya adalah perangkat

konseptual yang digunakan orang secara teratur untuk memahami dunia

mereka dengan menandai bentuk-bentuk tertentu dari penelitian manajemen:

sebuah abstraksi yang memungkinkan kita untuk mengatur kesan kita dengan

mengaktifkan kategorisasi aspek-aspek tertentu dari pengalaman hidup

(Johnson, 2007). Metode AHP sendiri menggunakan referensi para ahli dalam

penentuan kriterianya, sehingga dapat disebut juga penelitian kualitatif dalam

prosesnya. Namun, setelah kriteria dari para ahli ditentukan, maka akan

dibuat pembobotan dari hasil kriteria tersebut, lalu angka-angka tersebut

dihitung sehingga dari penghitungan tersebut didapatkan hasil alternatif. Dari

proses perhitungan data-data tersebut dapat dikatakan hasil yang didapat

adalah hasil dari proses kuantitatif.

22
23

2. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah penyulang prioritas yang ditentukan

berdasarkan kriteria-kriteria serta sub-kriteria yang didapat dari keterangan

para ahli dalam menentukan kebutuhan dalam implementasi FDIR yang

merupakan indikator-indikator yang menjadi faktor penentuan alternatif

penyulang prioritas.

3. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini merupakan narasumber yang memberikan

informasi untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian yang

menggunakan metode AHP ini dibutuhkan alasan logis mengenai indikator-

indikator yang digunakan dalam pengukuran. Sehingga dalam hal ini subjek

dari penelitian ini adalah beberapa pegawai dan/atau pejabat yang telah

menjadi pakar dalam bidangnya atau yang terkait dengan objek penelitian

yaitu mengenai jaringan distribusi 20kV Jawa Tengah & DIY.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ranah kerja PT PLN Distribusi Jawa Tengah

dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian ini yaitu pada Gardu

Induk 150kV Kalibakal yang merupakan gardu induk listrik yang menyuplai

listrik di area Kota Purwokerto (Kabupaten Banyumas), dan juga di Gardu

Induk 150kV Lomanis yang merupakan gardu induk listrik yang menyuplai

listrik di area Kota Cilacap (Kabupaten Cilacap). Kedua gardu induk tersebut

masuk ke dalam lingkup kerja PT PLN Unit Pelaksana dan Pengatur

Distribusi Jateng-DIY.
24

5. Sumber Data

Data yang diperoleh penulis dalam penelitian ini dikelompokkan

menjadi 2 jenis data, yaitu data primer dan sekunder. Berikut ini dijelaskan

definisi dan penjelasan dari 2 macam perolehan data tersebut.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti

langsung dari sumber pertama (Suliyanto, 2018). Data dalam penelitian

ini ada yang penulis dapatkan langsung dari narasumbernya yaitu para

ahli dalam perencanaan jaringan listrik 20kV Distribusi Jateng dan

DIY. Di sini penulis melakukan wawancara masing-masing secara

intensif dengan para ahli pada bagian perencanaan, SCADA, dan bagian

operasi distribusi jaringan 20kV Jateng-DIY. Hasil dari wawancara

tersebut digunakan penulis sebagai acuan dalam penentuan kriteria dan

juga alternatif yang akan digunakan sebagai olahan data pada penelitian

dengan metode AHP ini.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh langsung dari

subjek penelitian (Suliyanto, 2018). Data pada penelitian ini ada yang

berupa hasil penelitian terdahulu, artikel, jurnal, ataupun buku yang

membantu penulis dalam membuat daftar kriteria, alternatif, dan juga

sub-kriteria dalam pemilihan penyulang prioritas untuk FDIR. Data

yang diperoleh dari sumber sekunder ini akan diperlihatkan sumbernya

yang terlampir pada daftar pustaka.


25

B. Model Penelitian

Model penelitian ini menggunakan metode Proses Hirarki Analitik, yaitu

metode bantuan keputusan yang menguraikan masalah multi-faktor yang kompleks

menjadi hierarki. Setiap tingkat/hirarki terdiri dari elemen-elemen tertentu. Tujuan

akhir yaitu hasil/tujuan/goal berada di puncak hierarki. Kriteria, subkriteria dan

alternatif keputusan ada di setiap tingkat menurun dari hierarki ini. Dengan

demikian, hierarki dapat dibagi menjadi sub-sub hierarki yang hanya berbagi

elemen paling atas yang umum. (Partovi, 1990)

Dari data yang didapatkan penulis, yang mendasari operasi model AHP ini,

maka diperoleh 2 tingkat level (hierarki) dalam penelitian ini. Elemen-elemen untuk

setiap hirarki diuraikan dibawah ini:

1. Hasil atau Tujuan Utama (Goal)

Hasil dari penelitian dengan metode AHP ini adalah mencari penyulang

pilihan yang menjadi prioritas untuk diimplemetasikan FDIR pada gardu

induk distribusi listrik di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Gardu induk

tersebut yang terpilih adalah:

(1) Gardu Induk Kalibakal (Area Purwokerto)

(2) Gardu Induk Lomanis (Area Cilacap)

Dari kedua gardu induk tersebut akan dipilih beberapa penyulang yang

menjadi alternatif/kandidat untuk diimplementasikan FDIR pada jaringannya.

Selanjutnya akan terpilih penyulang prioritas atau alternatif terbaik bagi

masing-masing gardu induk yang merupakan hasil atau tujuan utama dari

penelitian ini.
26

2. Kriteria Penentuan Penyulang Prioritas

Kriteria bagi penyulang yang paling membutuhkan implementasi FDIR

akan disajikan pada level hirarki ini. (LEVEL 1)

Kriteria yang akan menjadi penentu hasil ditentukan berdasarkan

wawancara dengan para ahli. Kriteria yang ditentukan ada pada bagan gardu

induk Kalibakal dan gardu induk Lomanis. Untuk kriteria yang ada pada

bagan gardu induk Kalibakal yaitu:

(1) Feeder (penyulang) yang sering mengalami gangguan.

(2) Feeder (penyulang) dengan keypoint jarang mengalami gangguan

(error).

Sedangkan untuk beberapa kriteria yang ada pada bagan gardu induk

Lomanis adalah sebagai berikut.

(1) Feeder (penyulang) yang telah dipilih oleh kantor UP3 Cilacap.

(2) Feeder (penyulang) dengan jenis VIP atau penyulang penting.

3. Sub-kriteria Penentuan Penyulang Prioritas

Pada level ini disajikan beberapa sub-kriteria yang menjadi faktor

penting bagi kriteria penentuan penyulang prioritas bagi FDIR tersebut

dipilih. (LEVEL 2)

Sub-kriteria merupakan hasil rekomendasi dari para ahli yang

didapatkan dari hasil wawancara. Sejumlah sub-kriteria LEVEL 2 tersebut

hanya ada pada bagan gardu induk Kalibakal, sedangkan untuk bagan gardu

induk Lomanis tidak ada sub-kriteria. Untuk gardu induk Lomanis tidak

menggunakan sub-kriteria dikarenakan kriterianya tidak bisa diakarkan lagi,


27

sehingga cukup hanya kriteria saja dalam menentukan penyulang prioritas

untuk FDIR. Untuk sub-kriteria yang menjadi penentu kriteria pada pemilihan

penyulang FDIR untuk GI Kalibakal adalah:

(1) Keypoint (LBS dan Recloser) normal remote (komunikasi normal).

(2) Keypoint (LBS dan Recloser) fit (peralatan kondisi baik).

(3) Keypoint (LBS dan Recloser) pemasangan baru.

4. Alternatif untuk Penentuan Penyulang Prioritas

Untuk level paling dasar ini disajikan beberapa alternatif yaitu antara 4

penyulang di GI Kalibakal dan GI Lomanis yang siap diimplementasikan

FDIR (ALTERNATIVES). Selanjutnya, akan diperjelas dengan gambar,

yaitu model penelitian AHP ini.


Penyulang Prioritas untuk FDIR di
Kalibakal & Lomanis

Tujuan (goal)
Gardu Induk Gardu Induk
Kalibakal Lomanis

Feeder Feeder Feeder


sering dgn KP
pilihan Feeder
ganggu minim VIP
error
UP3
an
2

Keypoint Keypoint
Keypoint fit
normal baru
Alternative

Penyulang Penyulang Penyulang Penyulang


KBL10 KBL05 LMS10 LMS02

Gambar 3.1 Model Penelitian AHP


28

Gambar 3.1 merupakan pemodelan penelitian ini dengan 2 level AHP

dan alternatifnya yaitu antara 4 penyulang di GI Kalibakal dan Lomanis. Ke-

empat penyulang tersebut dipilih penulis dikarenakan penyulang tersebutlah

yang paling mempunyai syarat-syarat yang terpenuhi untuk sebuah penyulang

mengimplementasikan FDIR pada jaringannya.

C. Analisis Data

Pada bagian ini disajikan beberapa tahapan analisis data yang dilakukan

penulis dalam melakukan penelitiannya. Analisis data merupakan kegiatan yang

dilakukan setelah kegiatan pengumpulan data dilakukan. Analisis data ini

merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,

wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus

yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan (Muhadjir, 1998).

Analisis data dilakukan agar hasil dari penelitian ini dapat terjamin validitas,

reliabilitas, dan konsistensinya. Oleh karena itu penulis di sini membagi dalam

beberapa tahapan analisis data sebagai berikut:

1. Menentukan Kriteria dan Sub-kriteria

Kriteria dan sub-kriteria pada metode AHP di penelitian ini

menggunakan sumber data primer dari hasil wawancara dan observasi yang

penulis lakukan di unit kerjanya. Penulis beserta subjek penelitian lainnya

merupakan pekerja dan praktisi di bidang distribusi listrik. Sehingga dari

penentuan kriteria dan sub-kriteria tersebut diharapkan hasil penelitian


29

merupakan hasil yang diharapkan perusahaan yaitu kinerja FDIR yang efektif

dan maksimal terhadap keandalan.

2. Menentukan Alternatif

Setelah menentukan kriteria dan sub-kriteria yang diharapkan, tahap

selanjutnya adalah memilih alternatif penyulang yang tepat sebagai prioritas

yang akan diimplementasikan FDIR. Proses wawancara dengan user FDIR

dan juga observasi di lapangan menjadi proses penentuan alternatif ini.

3. Menentukan Bobot Kriteria dan Alternatif Melalui Kuesioner

Pertanyaan kuesioner dibuat untuk menghitung bobot dari kriteria, sub-

kriteria, dan alternatif yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan metode

perbandingan berpasangan AHP dari Saaty, dapat digunakan tabel

perbandingan kepentingan relatif untuk mengetahui tingkat bobot dari setiap

kriteria, sub-kriteria, dan alternatif. Nilai bobot akan dibuat mulai dari angka

1 hingga 9, dan hasilnya akan ditentukan sesuai jawaban dari para responden

yang merupakan para ahli dan praktisi.

Penulis merasa perlu untuk memberi informasi kepada responden

mengenai karakteristik-karakteristik kriteria dan sub-kriteria dan juga

pengertian-pengertiannya. Oleh karena itu berikut disajikan definisi

operasional kriteria dan sub-kriterianya dan juga karakteristik alternatif

sehubungan dengan kriteria dan sub-kriteria yang terkait.

a. Definisi Operasional Kriteria dan Sub-Kriteria

Tahap pertama dalam melakukan analisis data diperlukan

penjabaran secara rinci mengenai definisi konsep variabel dan juga


30

menurut operasionalisasinya. Hal itu untuk memperjelas pengertian

variabel-variabelnya. Untuk itu penulis di sini sebelumnya menjabarkan

beberapa hubungan antar variabel dan juga selanjutnya dijelaskan

masing-masing definisi konseptual dan juga definisi operasionalnya.

Berikut merupakan tabel mengenai definisi operasional dari masing-

masing variabel.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Kriteria dan Sub-Kriteria

Kriteria Sub-kriteria Definisi operasional


Feeder/Penyulang Feeder atau Penyulang dengan gangguan
sakit/sering — lebih dari satu kali dalam sebulan.
gangguan
Peralatan pada jaringan (Recloser atau LBS)
Keypoint normal yang beroperasi normal apabila dikontrol
remote oleh SCADA.
Feeder/Penyulang Peralatan pada jaringan (Recloser atau LBS)
dengan Keypoint Keypoint fit yang beroperasi normal secara mekanikal dan
(KP) minim error elektronikal apabila dioperasikan.
Peralatan pada jaringan (Recloser atau LBS)
Keypoint baru yang baru dipasang dengan komponennya
baru.
Penyulang dengan pilihan/rekomendasi dari
Feeder/Penyulang UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan)

pilihan user Purwokerto dan UP3 Cilacap untuk
implementasi FDIR.
Penyulang dengan pelanggan premium, VIP,
Feeder/Penyulang
— atau penyulang dengan pelanggan yang
VIP
sangat krusial apabila padam.

b. Karakteristik Alternatif Terkait Kriteria dan Sub-Kriteria

Berikut ini merupakan tabel karakteristik penyulang sehubungan

dengan kriteria dan sub-kriterianya.


31

Tabel 3.2 Karakteristik Penyulang pada Masing-Masing Kriteria dan Sub-kriteria

Sub- Alternatif Penyulang


Kriteria Keterangan
Kriteria KBL 05 KBL 10 LMS 07 LMS 10
Dilihat di FGTM
Gangguan Gangguan
Feeder (Form
Penyulang 2 Penyulang 2
sering — — — Gangguan
kali dalam kali dalam
gangguan Tegangan
setahun setahun
Menengah)
Beroperasi Beroperasi
normal normal
tanpa tanpa Dilihat di
Keypoint
Keypoint Keypoint — — Laporan
normal
TSO (Tidak TSO (Tidak Pengoperasian
Feeder Siap Siap Keypoint UP2D
dengan Operasi) Operasi) JATENG & DIY
Keypoint Recloser Recloser Dilihat di FGTM
minim beroperasi beroperasi (Form
Keypoint
error sukses 10x sukses 5x — — Gangguan
fit
dalam dalam Tegangan
setahun setahun Menengah)
Pemasangan Pemasangan Dilihat di data
Keypoint
terakhir terakhir — — bongkar pasang
baru
tahun 2018 tahun 2017 Keypoint 2018
Terpilih Terpilih Berdasarkan
Feeder sebagai sebagai rapat koordinasi
pilihan — — — penyulang penyulang dengan UP3
user untuk untuk (dengan waktu
FDIR FDIR insidental)
Penyulang
Berdasarkan tipe
Penyulang VIP
pelanggan yang
VIP karena
Feeder dapat dilihat di
— — — karena menyuplai
VIP data pelanggan
menyuplai Obvitnas
TM
Pertamina (Nusakam
-bangan)

4. Olah Data Hasil Kuesioner

Hasil kuesioner yang telah diperoleh dari para ahli lalu dimasukkan ke

dalam perangkat lunak bernama Expert Choice V11.0 untuk diproses

sehingga menjadi bahan perhitungan selanjutnya bagi AHP. Perhitungan yang

dilakukan saat responden mengisi kuesioner, merupakan perhitungan matriks


32

berpasangan yang telah diketahui penulis dari metode yang dilakukan

Thomas L. Saaty sendiri, yang juga dilakukan oleh Patil & Kumar (2022).

Representasi diagram skala Saaty disajikan pada Gambar 3.2,

sedangkan Tabel 3.3 merangkum representasi skala Saaty dalam bentuk tabel.

Gambar 3.2 Representasi Skala Kepentingan Relatif Saaty

Tabel 3.3 Skala Kepentingan Relatif Saaty


Nilai skala Definisi Penjelasan
kepentingan
relatif
Sama Kedua parameter berkontribusi sama terhadap tujuan.
1
pentingnya
Cukup Satu dari dua parameter sedikit lebih penting daripada
3
Penting parameter lainnya.
Sangat Satu dari dua parameter sangat lebih penting daripada
5
penting parameter lainnya
Sangat Satu dari dua parameter sangat kuat lebih penting daripada
7 sangat parameter lainnya
penting
Mutlak Satu dari dua parameter sangat penting daripada parameter
9
penting lainnya
Nilai-nilai Nilai-nilai ini digunakan untuk mewakili kompromi antara
2, 4, 6, 8
sedang nilai-nilai di atas
Resiprokal Jika salah satu parameter memiliki angka bukan nol yang
𝟏 𝟏 ditetapkan saat dibandingkan dengan parameter lain, maka
𝒔𝒂𝒎𝒑𝒂𝒊 parameter lainnya akan memiliki nilai timbal balik jika
𝟐 𝟗
dibandingkan dengan yang pertama.
33

5. Pengujian Konsistensi

Tahap selanjutnya setelah hasil kuesioner didapatkan adalah dilakukan

perhitungan nilai konsistensi kepada bobot setiap kriteria, sub-kriteria, dan

alternatif. Tujuannya untuk mengetahui apakah data perolehan dari responden

melalui kuesioner layak dan validitasnya dapat diterima. Jika hasil uji

konsistensi didapatkan inkonsistensi atau rasio konsistensi (CR) > 10%, maka

pendapat dianggap tidak dapat diterima (Saaty, 1980). Selanjutnya apabila

data terdapat inkonsistensi maka kuesioner akan dilakukan ulang.

6. Perhitungan AHP untuk Penentuan Hasil

Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan program Expert

Choice versi 11.0 dengan melakukan perhitungan pembobotan pada kriteria,

sub-kriteria, dan alternatif pada tiap tingkat hierarki. Hasil inilah yang akan

menjadi tujuan dari penelitian ini dengan penyulang prioritas untuk FDIR

sebagai goal-nya.

7. Penarikan Simpulan

Penarikan simpulan dilakukan dengan mencari nilai terbesar dari hasil

perhitungan melalui AHP. Penentuan hasil yang terbesar tersebut ditentukan

melalui proses olah data dan perhitungan AHP menggunakan program

“Expert Choice V11”. Dengan ketentuan nilai yang konsisten, atau

Consistency Ratio (CR) < 10%, maka nilai hasil perhitungan dapat dinyatakan

valid.

You might also like