You are on page 1of 12

A.

PENDAHULUAN
LAHIRNYA GEOMETRI ELIPTIK (NON EUCLID)
Geometri Non Euclid lahir setelah terpecahkannya permasalahan
postulat kesejajaran Euclid oleh Bolya dan Lobachevsky. Geometri non
euclid diantaranya geometri Lobachevsky dan geometri Riemann. Geometri
Lobachevsky disebut geometri Hiperbolik, mengingat bahwa melalui 1 titik
di luar suatu garis dapat dibuat 2 garis yang sejajar garis tersebut. Geometri
Riemann disebut geometri Eliptik, mengingat tidak ada garis yang dapat
dibuat sejajar garis tersebut. Sedangkan geometri Euclid disebut geometri
Parabolik, mengingat bahwa hanya ada 1 garis yang sejajar garis tersebut.
Geometri Riemann kontradiksi dengan postulat kesejajaran Euclid dengan
mengasumsikan prinsip-prinsip berikut ini:
Postulat kesejajaran Reimann: Tidak ada garis-garis yang sejajar dengan
garis lain, jadidua garis selalu berpotongan dan tidak ada dua garis sejajar.
Untuk mencari letak perbedaan utama teori Riemann dengan teori Euclid,
maka kita ingatkan bahwa garis tidak berhingga biasanya dipakai untuk
membuktikan adanya dua garis sejajar, yaitu suatu teorema dalam geometri
Euclid sebagai berikut :
Teorema 9.13
Dua garis yang tegak lurus dengan garis yang sama akan sejajar

m
l m

C’
(a) (b)

Diketahui: dua garis yang berbeda l, m yang tegak lurus dengan n (gambar
(a).

1
Akan dibuktikan l sejajar dengan m
Bukti
Andaikan l tidak sejajar dengan m maka l akan berpotongan dengan m di titik
C (gambar (b)). Misalkan l, m berpotongan dengan n di A, B.
Langkah Alasan
1. Perluas CA melalui panjangnya sendiri 1. Segmen dapat
digandakan
Melalui A ke C’
2. Gambar C’B 2. Dua titik menentukan
suatu garis
3. ΔABC kongruen dengan ΔABC’ 3. Sis sudut sisi
4. ABC = ABC’ 4. Bagian yang sehadap
Jadi ABC’ merupakan sudut siku-siku
Karena ABC merupakan sudut siku-siku
BC dan BC’ tegak lurus AB
5. BC dan BC’ serupa 5. Hanya ada satu garis
Yang tegak lurus dengan
garis yang diketahui
pada titik pada garis
yang diketahui pula.
Jadi, AC dan BC, atau l dan m memiliki titik C dan C’ secara bersama-
sama.
6. Jadi l dan m serupa 6. Dua titik menentukan
garis
Hal ini kontradiksi dengan hipotesis kita bahwa l dan m adalah garis yang
berbeda.
Jadi pengandaian kita salah dan teorema berlaku.
Analisis pembuktian Riemann
1. Pandangan penting adalah Langkah 6, bahwa “l dan m serupa” karena
garis tersebut memiliki titik C dan C’ secara bersama-sama. Langkah ini
akan gagal jika C dan C’ tidak berbeda

2
2. Euclid mengasumsikan bahwa setiap garis “memisahkan bidang menjadi
dua sisi yang berhadapan (Separation Principle)
3. Dalam pandangan sifat pemisahan, konstruksi dalam Langkah 1
pembuktian di atas (untuk memperluas CA melalui panjangnya C’)
menjamin bahwa C dan C’ berada pada sisi sehadap dari n dan merupakan
titik yang berbeda.
4. Tanpa sifat pemisah, keberadaan C dan C’ tidak memiliki justifikasi
formal dan bukti tersebut akan gagal.
Menurut Riemann
1. Jika prinsip pemisahan tersebut diterima, C dan C’ haruslah merupakan
titik yang berbeda,
2. Jika mengabaikan prinsip yang menyatakan bahwa “ dua titik menentukan
suatu garis”, artinya memperbolehkan dua garis untuk berpotongan dalam
dua titik.
Kesimpulan
Ada dua teori geometris yang mengasumsikan postulat kesejajaran Riemann.
Pertama, teori geometri eliptik tunggal,
Sebarang dua garis yang berpotongan dalam tepat satu titik, tetapi tidak ada
garis yang memisahkan bidang tersebut, dua titik yang dimetral dianggap
sebagai 1 titik.
Kedua, teori geometri eliptik rangkap dua,
Dua garis berpotongan dalam tepat dua titik dan setiap garis memisahkan
bidang menjadi 2 setengah bidang.

3
REPRESENTASI BOLA PEJAL EUCLID
Untuk memudahkan pemahaman, maka geometri eliptik ini
direpresentasikan dalam bentuk bola pejal euclid. Geometri Eliptik rangkap
dua (double elliptic) dalam bentuk bola/bumi dan geometri eliptik tunggal
(single elliptic) dalam bentuk setengah bola.
Perhatikan representasi berikut ini :
a. Double Elliptic

A1 B1

B A

S
Dua garis berpotongan pada titik, setiap garis memisahkan bidang menjadi 2
setengah bidang.

b. Single Elliptic

A1

O
A
A

4
Dua garis berpotongan pada 1 titik, garis tidak memisahkan bidang menjadi 2
setengah bidang. Dua titik yang diametral dianggap sebagai satu titik.
Geometri Eliptik Ganda Representasi Euclid
Titik Titik pada bola pejal
Garis Lingkaran besar
Bidang Bola pejal
Segmen Busur lingkaran
Jarak antara dua titik panjang busur terbendek dari
lingkaran
besar yang menghubungkan 2
titik
sudut (yang dibentuk oleh 2 garis) sudut bola pejal (yang
dibentuk oleh dua lingkaran
besar.
Ukuran sudut Ukuran sudut bola pejal.
Perhatikan bahwa postulat kesejajaran Riemann akan terpenuhi dalam
representasi ini:
1. Setiap dua garis (lingaran besar) bertemu, dan kenyataannya tepat pada
dua titik.
2. Selanjutnya postulat pemisahan akan terpenuhi, karena tiap lingkaran
besar akan memisahkan bola pejal tersebut menjadi dua belahan.

B. SIFAT DAN AKSIOMA DALAM GEOMETRI ELIPTIK


Dapat dipahami bahwa urutan tidak berlaku pada geometri rangkap
dua, artinya [ABC] dapat sama dengan [BCA].
Dalam geometri eliptik tetap berlaku, bahwa melalui satu titik pada suatu
garis hanya dapat dibuat satu garis yang tegak lurus garis tersebut. Tetapi
hal ini tidak berlaku, jika titiknya di luar garis tersebut.

Sifat kutub. Misalkan l suatu garis. Maka ada suatu titik k, yang disebut
kutub dari l sedemikian sehingga :

5
a. Setiap segmen yang menghubungkan K dengan suatu titik pada l tegak
lurus pada l.
b. K berjarak sama dari setiap titik pada l.

Jarak K sampai sebarang titik pada l disebut jarak polar. Jarak polar suatu
kutub sampai dengan garisnya adalah konstan, demikian juga panjang
suatu garis.
Teorema- Teorema dasar yang berlaku untuk geometri eliptik :
Teorema 9.14
Dua garis yang tegaklurus pada suatu garis bertemu pada suatu titik
Teorema 9.15
Semua garis tegaklurus pada suatu garis berpotongan pada titik yang
disebut kutub dari garis itu dan sebaliknya setiap garis melalui kutub suatu
garis tegaklurus pada garis itu.

Teorema 9.16
Dalam sebarang segitiga ABC dengan sudut C = 90 o, sudut A kurang dari,
sama dengan atau lebih besar dari 90o tergantung dari segmen BC kurang
dari, sama den gan atau lebih besar dari jarak polar q.
Teorema 9.17
Jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga lebih besar dari 180o.
Teorema 9.18
Jumlah besar sudut-sudut suatu segiempat lebih besar dari 360o.
Teorema 9.19
Sudut-sudut puncak dari segiempat Saccheri sama dan tumpul.
Teorema 9.20
Dalam segiempat Lambert ABCD dengan sudut A=sudut B=sudut C=90 o,
maka sudut keempat D tumpul.
Teorema 9.21

6
Tidak ada persegi dalam geometri eliptik.
Teorema 9.22
Dua segitiga yang sebangun adalah kongruen

C. PERBANDINGAN DENGAN GEOMETRI YANG LAIN


Lobachevski Riemann
Euclid
(hiperbolik) (eliptik)
Dua garis Paling Paling banyak Satu (eliptik Titik
yang berbeda banyak satu satu tunggal)
saling Dua (eliptik Titik
berpotongan ganda)
pada
Garis L yang Satu dan Setidaknya dua Tidak ada Yang
diketahui dan hanya satu garis melalaui P
P tidak pada yang sejajar
L,a akan ada dengan L
Suatu garis Akan akan Tidak akan Terpisah
menjadi dua
oleh suatu
titik
Garis sejajar Dimana- Dimana-mana tidak
mana berjarak tidak
berjarak sama
sama
Jika suatu haruslah Kemungkinan - Akan
garis atau tidak memotong
berpotongan mungkin garis tersebut
dengan satu
dari dua garis
yang

7
sejajar,maka
garis tersebut
Hipotesis Hipotesis Hipotesis sudut Hipotesis
Saccheri yang sudut siku- lancip sudut tumpul
valid adalah siku
Dua garis Akan sejajar Akan sejajar Akan
yang berbeda berpotongan
akan tegak
lurus dengan
garis yang
sama maka
Jumlah sudut Akan sama Akan kurang Akan lebih 1800
suatu segitiga dengan dari dari
Luas segitiga Akan bebas Sebanding Sebanding Jumlah
dengan dengan sudutnya
kekurangan kelebihan
Dua segitiga Sama besar kongruen kongruen
yang
mempunya
sudut sehadap
sama besar
akan

8
DAFTAR PUSTAKA

Moeharti HW. 1986. Materi Pokok Sistem-Sistem Geometri. Jakarta: Kanika


Jakarta, Universitas Terbuka.

Rich, Barnett. 2005. Geometri. (Terjemah Irzam Harmein, S.T.): Jakarta:


Erlangga

Budiarto, Mega Teguh dan Masriyah. 2001. Sistem Geometri. Surabaya:


University Press

Palembang. Makalah, dosen pengampu Prof. DR. Zulkardi, M.I. Komp, M.Sc
dkk.

9
MAKALAH
Geometri Non Euclid : Geometri Eliptik

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Geometri

Dosen Pengampu:
Heri Santoso, M.Pd.

Disusun Oleh:
Anggun Budi Santoso (12311552)
Rendra Yulia Cahyanti (12311512)
Titis Nur Islami (12311547)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
2016

10
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya yang telah di limpahkan kepada kami, sehingga kami dapat
meyelesaikan penulisan makalah tentang Distribusi Poisson. Penulisan makalah
ini merupakan pengalaman yang sangat berharga, untuk itu patutlah penulis
mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang membantu penulis dalam
penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Heri Santoso, M.Pd selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Sistem Geometri.
2. Teman-teman seperjuangan yang selalu menghibur diwaktu patah semangat,
yang selalu memberikan ide-ide emasnya dan selalu memperhatikan penulis.
Sebagai manusia yang tidak luput dari salah, penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan, tetapi penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan semua kalangan yang
membacanya. Akhirnya kesempurnaan dan kebenaran hanyalah milik Allah SWT
semata.

Lamongan, Februari 2016

Penulis

11
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

A. Pendahuluan................................................................................................. 1

B. Sifat dan aksioma dalam geometri eliptik ................................................... 5

C. Model dalam geometri eliptik .................................................................... 6

D. Perbandingan dengan geometri yang lain ................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 9

12
iii

You might also like