Professional Documents
Culture Documents
Affine
Affine
A. Pendahuluan
Geometri Euclides
Dasar dari geometri affine adalah geometri Terurut. Bidang affine dipandang sebagai
keadaan khusus dari bidang terurut. Pengertian pangkalnya juga sama yaitu titik dan
keantaraan (Intermediacy).
Aksioma-aksioma dari geometri terurut yang berlaku adalah aksioma 3.1, 3.7, 3.8,
3.9:
Aksioma 4.1
Ada paling sedikit dua titik.
Aksioma 4.2
Jika ABC suatu segitiga, dan , maka pada garis DE, ada suatu titik F yang
memenuhi .
E ▪
A B
F
Aksioma 4.6
Jika A, A’, B, B’, C, C’, O adalah 7 buah titik berlainan sedemikian hingga AA’, BB’,
CC’ adalah 3 buah garis berlainan melalui O dan jika garis AB // A’B’ dan BC // B’C’,
maka CA // C’A’.
Kesejajaran dalam Geometri Affine ini adalah suatu relasi ekuivalensi, jadi memenuhi
sifat-sifat :
a) Refleksi, yaitu setiap garis g sejajar dengan g sendiri
b) Simetrik, yaitu jika g sejajar h, maka h sejajar g
Bukti:
Jika AA’, BB’, dan CC’ ketiganya tidak berpotongan, maka berarti dua dari tiga garis
tersebut berpotongan.
Misalkan AA’ dan BB’ berpotongan di titik O, dan OC memotong B’C’ dititik C”.
Menurut Aksioma 4.6
Karena AB // A’B’ dan BC // B’C”, maka CA // C”A’.
Karena CA // C’A’ dan CA // C”A’, maka C’A’ // C”A’ berarti C” pada C’A’.
Karena C” pada C’A’ dan C” juga pada B’C’, padahal A’B’C’ suatu segitiga, maka
haruslah C’ dan C” berimpit.
Jadi AA’, BB’, dan CC’ berpotongan di titik O jika ketiganya tidak semuanya sejajar.
Bukti :
Melalui A’ dilukis A’C”, sejajar AC, sehingga C” terletak pada B’C’. Maka AB //
A’B’, dan BC // B’C” dan AC // A’C”.
Jadi menurut Teorema 4.1
AA’ // BB’ // CC”. Karena diketahui, bahwa AA’ // BB’ // CC”, maka C” terletak pada
CC’, C” juga terletak B’C’. Karena garis-garis BB’ dan CC’ berlainan, maka tidak
mungkin B’ terletak pada CC’. Jadi dari C” pada CC’ dan C” pada B’C’ dapat
disimpulkan bahwa C” berimpit dengan C’ dengan demikian CA sejajar dengan C’A’.
C
B
A’
C”
B’
A, B, C, dan D adalah titik-titik sudutnya Segmen-segmen AB, BC, CD, dan DA adalah
sisi-sisinya dan segmen-segmen AC dan BD diagonal-diagonalnya. Karena B dan D pada
pihak yang berlainan dari segmen AC, maka diagonal-diagonal berpotongan di suatu titik
yang disebut pusat jajargenjang.
D C
A B
1. Dilatasi
Definisi 4.2
Suatu dilatasi (suatu perbanyakan) ialah suatu transformasi yang mentransformir setiap
garis ke garis yang sejajar.
Teorema 4.3:
Dua segmen yang diketahui AB dan A’B’ pada garis-garis yang sejajar menentukan
dengan tunggal suatu dilatasi AB A’B’.
Misalkan P sebarang titik pada bidang. Untuk melukis bayangan P’ di buat garis melalui
A’ yang sejajar AP dan garis melalui B’ yang sejajar BP. Titik potong kedua garis ini
ialah P’, bayangan dari P. Garis-garis melalui A’ dan B’ tidak mungkin sejajar, sebab AP
dan BP tidak sejajar. Dengan jalan serupa, jika C diketahui, maka dapat dilukis C’.
Menurut Teorema 4.1, maka AA’//BB’//PP’. Jadi jika garis-garis sejajar AB dan A’B’
tidak berimpit, maka garis-garis AA’ dan BB’, CC’ dan PP’ adalah konkuren atau
sejajar, sehingga C’P’ sejajar dengan CP. Jadi transformasi itu betul suatu dilatasi dan
tunggal.
Jika garis-garis AB dan A’B’ berimpit, maka transformasi dapat dipandang sebagai
AC → A’C’. Sehingga dua segmen sejajar menentukan dengan tunggal suatu dilatasi.
Dilatasi mempertahankan urutan, tetapi tidak mempertahankan ukuran.
Definisi 4.3
Invers dari dilatasi AB A’B’ adalah A’B’ AB .
Definisi 4.4
Yang dimaksud dengan hasil kali dua dilatasi ialah suatu dilatasi yang dilanjutkan dengan
dilatasi yang lain.
Maka, hasil kali dua dilatasi AB A’B’ dan A’B’ A”B” adalah dilatasi AB A”B”.
A’ A A’
A C’
C
Geometri Affine (Kelompok 4)
O C
13
C’
B B B’
B’
2. Translasi
Definisi :
Jika garis-garis yang menghubungkan dua titik berkorespondensi sejajar, maka dilatasi itu
suatu translasi. Jadi suatu dilatasi adalah suatu translasi bila dan hanya bila tidak memiliki
titik invarian (tapi garis invarian).
Jika pada translasi AB A’B’, AA’B’B tidak berupa jajaran genjang, maka dapat
ditunjukkan jajaran genjang lainnya . Misalkan AC A’C’, AA’C’C dapat berupa
jajaran genjang.
AB → A’B’ sama dengan AC → A’C’ dengan AA’C’C suatu jajar genjang atau
AD → A’D’ suatu jajar genjang.
Jika A, A’ dan B diketahui, maka letak B’ tidak tergantung dari pemilihan C atau D,
sehingga terdapat Teorema berikut:
Teorema 4.4:
Sebarang dua titik A dan A’ menentukan dengan tunggal translasi A A’.
Bukti:
Jadi suatu dilatasi adalah suatu translasi bila dan hanya bila tidak mempunyai titik
invarian. Translasi A → A’ sama dengan translasi B → B’. Jika AA’B’B suatu jajar
genjang.
Teorema 4.5:
Dilatasi AB A’B’ mentransformasikan setiap titik.
Bukti:
A → A’ atau B → B’
● A ● A’
●C ● C’
●B ●B’
Dalam Geometri Terurut, ada Teorema yang mengatakan, bahwa jika ABC dan A’B’C’
merupakan dua pasangan 3 titik yang segaris sedemikian, hingga garis-garis AA’, BB’,
dan CC’ tidak mempunyai titik potong dan jika [ACB] maka [A’C’B’]. Jika kita misalkan
garis AA’ ialah garis a, garis BB’ ialah garis b dan garis CC’ ialah garis c maka kita dapat
[ACB].
Maka untuk setiap titik C, titik potong C dengan suatu segmen AB dengan A pada a dan B
pada b, berlaku [ACB]. Maka Teorema diatas terbukti.
Hasil kali dua translasi ini memenuhi sifat komutatif. Hal ini mudah dibuktikan,
Misalkan kedua translasi itu tidak menurut dua garis sejajar. Dengan melukis jajargenjang
ABCD, tampak bahwa A → B sama dengan D → C dan B → C sama dengan A → D,
A → C = (A → B) (B → C) = (A → D) (D → C) = (B → C) (A → B) (terbukti)
3. Setengah Putaran
Definisi 4.5
Jika 2 titik berlainan, misalkan A dan B ditukar oleh suatu dilatasi tunggal AB BA atau
A B, maka transformasi itu disebut setengah putaran (half turn).
Jika C sebarang titik diluar garis AB, maka untuk mencari bayangannya, kita hubungkan
C dengan A dan B, maka titik potong garis yang melaui B sejajar AC dan yang melalui A
sejajar BC adalah titik D, dan D bayangan dari C.
C B
O
T
T
A D
Jika ACBD adalah suatu jajargenjang. Setengah putaran itu dapat dinyatakan dengan
C D. Garis-garis invarian AB dan CD, karena diagonal-diagonal suatu jajargenjang,
berpotongan di titik O, yang menjadi titik invarian dari setengah putaran. Titik O adalah
titik pusat jajargenjang. Pada setengah putaran A B, titik O adalah titik tengah segmen
AB.
Untuk melukis bayangan titik T pada garis AB, dihubungkan T dengan C (atau D) dan
kemudian dilukis garis melalui D (atau C) yang sejajar dengan TC (atau TD) dan terdapat
T’ pada garis AB.
Hasil kali dua setengah putaran dapat dinyatakan sebagai (A B) atau (B C).
Andaikan hasil kali ini mempunyai suatu titik invarian O, maka oleh setengah putaran A
maka O’ dibawa ke O, jadi B C sama dengan O’ O. Jadi ada titik invarian jika
A B=B C. Dalam hal ini yang lain tidak ada titik invarian.
Teorema 4.7:
Hasil kali 2 setengah putaran A B dan B C adalah translasi A ↔ C.
Bukti :
Jika A B tidak sama dengan B C, maka (A B) (B C) tidak mempunyai titik
invarian, jadi berupa translasi. Jika ADBC suatu jajaran genjang, maka A B sama
dengan C D dan A ↔ D sama dengan C ↔ B.
Hubungan ini tetap berlaku jika jajaran genjang berubah menjadi segmen garis dengan 4
titik letaknya teratur simetrik.
A C D B
Teorema 4.8 :
Setengah putaran A B dan C D sama, bila dan hanya bila translasi A D dan
C B sama.
Diketahui A B=C D
Dibuktikan : A D=C B
Bukti : A D = (A B) (B D)
= (C D) (B D)
=C B
Diketahui A D=C B
Dibuktikan : A B= C D
Bukti: A B = (A D) (D B)
= (C B) (D B)
= (C B)( B D)
= (C D)
Jika C dan D berimpit, yang dapat disebut C’, maka C’ adalah titik tengah AB bila dan
hanya bila translasi A C’ dan C B sama.
C
C
B’ A’
A C’ B
Kemudian dapat dibuat jajargenjang AC’ A’ B’ dan BC’ C’ A’ dan terdapat ∆ ABC
dengan A’, B’ dan C’ sebagai titik-titik tengah sisi-sisinya. Kemudian diperoleh Teorema
berikut.
.
Teorema 4.9:
Garis yang menghubungkan titik-titik tengah dua sisi suatu segitiga adalah sejajar
dengan sisi ketiga dan
Suatu garis yang melalui titik tengah suatu sisi dan sejajar sisi yang lain akan melalui
titik tengah sisi yang ketiga.
A. Simpulan
Dasar dari geometri Affine adalah geometri Terurut, sehingga aksioma-aksioma
dan dalil-dalil utama dari geometri terurut berlaku dalam geometri Affine. Kemudian
ditambah dua aksioma lagi.
Seperti halnya geometri Euclides, dalam geometri Affine pun terdapat
transformasi, diantaranya dilatasi, translasi, dan setengah putaran. Karena dalam geometri
Affine sudut-sudut tidak pernah diukur, maka transformasinya diterangkan tanpa
menggunakan ukuran sudut.
Transformasi affin tidak mempertahankan jarak dan sudut. Luas dan volum tidak
dipertahankan juga. Namun transformasi affine mempertahankan kesegarisan, kesejajaran,
dan perbandingan.
Moeharti, Prof. Dra. 1986. Sistem – sistem Geometri. Jakarta : Karunika Univeristas Terbuka
Ismaliani.
Rangkuman Geometri .http://ismalianibaru.wordpress.com di download. Kamis, 18 Februari
2016 pukul 11.00. Kata kunci : Gometri Affine
Affine Geometry. http://www.gap-system.org/̴ john/geometry/Lecture/L13.html didownload.
Kamis, 18 Februari 2016 pukul 11.00. Kata kunci : Affine Geometry