You are on page 1of 18

GEOMETRI AFFINE

A. Pendahuluan

Euclides telah mengumpulkan materinya dari beberapa sumber, maka tidak


mengherankan bahwa geometri Euclides dapat diambil sarinya berupa dua geometri yang
berlainan dalam dasar logikanya, pengertian pangkalnya dan aksiomanya. Kedua geometri
itu adalah Geometri Affine dan Geometri Absolut atau Geometri Netral.
Pada geometri euclides didasarkan pada 5 kelompok aksioma yaitu:
I. Kelompok aksioma insindesi
II. Kelompok aksioma urutan
III. Kelompok aksioma kongruensi
IV. Kelompok aksioma kesejajaran euclides
V. Kelompok aksioma kekontunuan
Yang pertama memperkenalkan Geometri Affine adalah Leonhard Euler dari
Jerman (1707 – 1793). Dalam geometri ini, garis paralel tunggal, sesuai Postulat Playfair,
“ Melalui satu titik yang diketahui, tidak pada suatu garis yang diketahui, hanya dapat
dibuat satu garis yang paralel dengan garis itu”, memegang peranan yang penting sekali.
Karena dalam geometri ini lingkaran tidak disebut-sebut dan sudut-sudut tidak pernah
diukur, maka dapat dikatakan, bahwa geometri ini mempunyai dasar aksioma I dan II, dari
aksioma Euclides. Aksioma III dan IV tidak berarti sama sekali.
Geometri Absolut pertama kali dikenalkan oleh J. Bolyai dari Hongaria (1802 –
1860). Geometri ini didasarkan pada 4 aksioma pertama dari Euclides dan melepaskan
aksioma V. Dengan demikian, geometri Affine dan geometri Absolut mempunyai dasar
persekutuan yaitu pada Aksioma I dan Aksioma II. Ada pula suatu inti dari dalil-dalil
yang berlaku untuk keduanya, yaitu pengertian Keantaraan ( Intermediacy ). Pengertian
itu terkandung dalam definisi keempat dari Eulides.
Geometri yang menjadi dasar dari geometri Affine dan geometri Absolut ini disebut
Geometi Ordered ( Geometri Terurut ), karena dalam hal ini urutan memegang peranan
penting. Geometri Terurut ini berdasarkan dua aksioma pertama dari Euclides, tetapi
penyajiannya lebih teliti. Jadi Geometi Affine dan geometri absolut termuat dalam

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
Geometri terurut, sedangkan Geometri Euclides termuat dalam Geometri Affine dan
Geometri absolut.

Geometri Terurut/ Ordered

Geometri Affine Geometri Absolut

Geometri Euclides

Sejarah Singkat Tentang Tokoh dan Sistem Geometri Affine

Pada 1748 Euler memperkenalkan istilah Affine pada bukunya Introductio in


Analysin Infinitorum  (bab XVII), yang berarti terkait. Pada 1827 Möbius menuliskan
geometri affine pada bukunya, Der Barycentrische Calculnya (bab III). Setelah program
Erlangen, Klein Felix diperkenalkan, maka geometri Affine merupakan perluasan dari
geometri Euclidean.
Nama geometri Affine berasal dari program Erlangen dari Felix Klein. Geometri
Affine merupakan bentuk geometri yang menampilkan sifat garis paralel tunggal di mana
dugaan dari sudut tidak terdefinisi dan panjang tidak dapat dibandingkan dalam arah yang
berbeda dengan mengabaikan Euclid ketiga dan dalil ke-empat.
Geometri affine dapat dikembangkan atas dasar aljabar linear. Seseorang dapat
mendefinisikan ruang affine sebagai suatu himpunan titik yang dilengkapi dengan suatu
himpunan transformasi, yang membentuk sebuah ruang vektor. Dalam istilah yang lebih
konkrit, jumlah ini untuk menjalankan operasi yang menghubungkan ke dua titik vektor
lain yang memungkinkan translasi titik dengan vektor asli.

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
B. Definisi Geometri Affine

Dasar dari geometri affine adalah geometri Terurut. Bidang affine dipandang sebagai
keadaan khusus dari bidang terurut. Pengertian pangkalnya juga sama yaitu titik dan
keantaraan (Intermediacy).

C. Aksioma Geometri Affine

Aksioma-aksioma dari geometri terurut yang berlaku adalah aksioma 3.1, 3.7, 3.8,
3.9:
Aksioma 4.1
Ada paling sedikit dua titik.
Aksioma 4.2
Jika ABC suatu segitiga, dan , maka pada garis DE, ada suatu titik F yang
memenuhi .

E ▪

A B
F

Aksioma 4.3 (Dalam ruang dimensi dua)


Semua titik ada dalam satu bidang.
Aksioma 4.4
Untuk setiap partisi dari semua titik pada suatu garis dalam dua himpunan yang tidak
kosong, sedemikian hingga tidak ada titik dari masing-masing himpunan yang terletak
antara dua titik dari himpunan lainnya, maka ada satu titik dari satu himpunan yang
terletak antara setiap titik dari himpunan itu dan setiap titik dari himpunan lainnya
(Aksioma Dedekind).

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
Aksioma 4.3 menyatakan bahwa geometri affine merupakan geometri bidang, dan
aksioma 4.4 menyatakan bahwa suatu garis itu kontinu.
Selain itu, geometri affine ini juga didapat dari geometri terurut dengan menambahkan 2
aksioma lagi, yaitu :
Aksioma 4.5
Untuk sebarang titik A dan sebarang garis r yang tidak melalui A, ada paling banyak satu
garis yang melalui A dalam bidang Ar, yang tidak memotong r.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebarang titik A dan sebarang garis r ada tepat satu garis
yang melalui A dalam bidang Ar yang tidak memotong r. Keadaan ini hampir sama
dengan keadaan pada geometri Euclides.

Aksioma 4.6
Jika A, A’, B, B’, C, C’, O adalah 7 buah titik berlainan sedemikian hingga AA’, BB’,
CC’ adalah 3 buah garis berlainan melalui O dan jika garis AB // A’B’ dan BC // B’C’,
maka CA // C’A’.

Kesejajaran dalam Geometri Affine ini adalah suatu relasi ekuivalensi, jadi memenuhi
sifat-sifat :
a) Refleksi, yaitu setiap garis g sejajar dengan g sendiri
b) Simetrik, yaitu jika g sejajar h, maka h sejajar g

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
c) Transitif, yaitu jika g sejajar h dan h sejajar k, maka g sejajar
k
D. Teorema Geometri Affine
Teorema 4.1:
Jika ABC dan A’B’C’ adalah 2 segitiga dengan titik-titik sudut yang berlainan, diletakkan
sedemikian, hingga BC // B’C’, CA // C’A’, dan AB // A’B’, maka ketiga garis AA’,
BB’, dan CC’ adalah berpotongan pada satu titik (konkruen) atau sejajar.
Diketahui : BC // B’C’, CA // C’A’, dan AB // A’B’.
Dibuktikan : AA’, BB’, CC’ berpotongan pada satu titik atau sejajar.

Bukti:
Jika AA’, BB’, dan CC’ ketiganya tidak berpotongan, maka berarti dua dari tiga garis
tersebut berpotongan.
Misalkan AA’ dan BB’ berpotongan di titik O, dan OC memotong B’C’ dititik C”.
Menurut Aksioma 4.6
Karena AB // A’B’ dan BC // B’C”, maka CA // C”A’.
Karena CA // C’A’ dan CA // C”A’, maka C’A’ // C”A’ berarti C” pada C’A’.
Karena C” pada C’A’ dan C” juga pada B’C’, padahal A’B’C’ suatu segitiga, maka
haruslah C’ dan C” berimpit.
Jadi AA’, BB’, dan CC’ berpotongan di titik O jika ketiganya tidak semuanya sejajar.

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
Teorema 4.2
Jika A, A’, B, B’, C, C’ adalah 6 buah titik yang berlainan pada 3 garis yang berbeda AA’,
BB’, dan CC’ diletakkan sedemikian, hingga garis AB // A’B’, BC // B’C’, maka CA //
C’A’.
Diketahui : AA’ // BB’ // CC’
AB // A’B’ dan BC // B’C’
Dibuktikan : CA // C’A’

Bukti :
Melalui A’ dilukis A’C”, sejajar AC, sehingga C” terletak pada B’C’. Maka AB //
A’B’, dan BC // B’C” dan AC // A’C”.
Jadi menurut Teorema 4.1
AA’ // BB’ // CC”. Karena diketahui, bahwa AA’ // BB’ // CC”, maka C” terletak pada
CC’, C” juga terletak B’C’. Karena garis-garis BB’ dan CC’ berlainan, maka tidak
mungkin B’ terletak pada CC’. Jadi dari C” pada CC’ dan C” pada B’C’ dapat
disimpulkan bahwa C” berimpit dengan C’ dengan demikian CA sejajar dengan C’A’.

C
B

A’

C”
B’

Transformasi dalam Geometri Affine


Dalam geometri Affine, kita juga mengenal beberapa transformasi. Untuk
membicarakan ini, perlu didefinisikan dulu tentang Jajaran Genjang.
Geometri Affine (Kelompok 4)
13
Definisi 4.1
Empat titik A, B, C, dan D yang tidak segaris dikatakan membentuk suatu jajaran
genjang ABCD jika AB // DC dan BC // AD.

A, B, C, dan D adalah titik-titik sudutnya Segmen-segmen AB, BC, CD, dan DA adalah
sisi-sisinya dan segmen-segmen AC dan BD diagonal-diagonalnya. Karena B dan D pada
pihak yang berlainan dari segmen AC, maka diagonal-diagonal berpotongan di suatu titik
yang disebut pusat jajargenjang.

D C

A B

1. Dilatasi
Definisi 4.2
Suatu dilatasi (suatu perbanyakan) ialah suatu transformasi yang mentransformir setiap
garis ke garis yang sejajar.

Teorema 4.3:
Dua segmen yang diketahui AB dan A’B’ pada garis-garis yang sejajar menentukan
dengan tunggal suatu dilatasi AB  A’B’.

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
Bukti

Misalkan P sebarang titik pada bidang. Untuk melukis bayangan P’ di buat garis melalui
A’ yang sejajar AP dan garis melalui B’ yang sejajar BP. Titik potong kedua garis ini
ialah P’, bayangan dari P. Garis-garis melalui A’ dan B’ tidak mungkin sejajar, sebab AP
dan BP tidak sejajar. Dengan jalan serupa, jika C diketahui, maka dapat dilukis C’.
Menurut Teorema 4.1, maka AA’//BB’//PP’. Jadi jika garis-garis sejajar AB dan A’B’
tidak berimpit, maka garis-garis AA’ dan BB’, CC’ dan PP’ adalah konkuren atau
sejajar, sehingga C’P’ sejajar dengan CP. Jadi transformasi itu betul suatu dilatasi dan
tunggal.
Jika garis-garis AB dan A’B’ berimpit, maka transformasi dapat dipandang sebagai
AC → A’C’. Sehingga dua segmen sejajar menentukan dengan tunggal suatu dilatasi.
 Dilatasi mempertahankan urutan, tetapi tidak mempertahankan ukuran.

Definisi 4.3
Invers dari dilatasi AB  A’B’ adalah A’B’ AB .

Definisi 4.4
Yang dimaksud dengan hasil kali dua dilatasi ialah suatu dilatasi yang dilanjutkan dengan
dilatasi yang lain.
Maka, hasil kali dua dilatasi AB  A’B’ dan A’B’  A”B” adalah dilatasi AB  A”B”.

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
 Jadi hasil kali dilatasi dengan inversnya adalah identitas AB  AB.
 Garis-garis yang menghubungkan suatu titik dan bayangannya disebut garis-garis
invariant. Garis-garis itu berpotongan pada satu titik atau sejajar (Aksioma 2).

 Jika garis-garis yang menghubungkan titik dan banyangannya (yaitu yang


menghubungkan dua titik berkorespondensi), berpotongan pada satu titik, maka
dilatasi disebut dilatasi sentral. Titik potong garis-garis itu disebut titik pusat dilatasi
O dan titik pusat tersebut tunggal.
 Jika garis-garis yang menghubungkan dua titik berkorespondensi sejajar, maka dilatasi
itu suatu translasi.

Dilatasi Sentral Translasi

A’ A A’
A C’
C
Geometri Affine (Kelompok 4)
O C
13
C’

B B B’
B’

2. Translasi
Definisi :
Jika garis-garis yang menghubungkan dua titik berkorespondensi sejajar, maka dilatasi itu
suatu translasi. Jadi suatu dilatasi adalah suatu translasi bila dan hanya bila tidak memiliki
titik invarian (tapi garis invarian).
 Jika pada translasi AB  A’B’, AA’B’B tidak berupa jajaran genjang, maka dapat
ditunjukkan jajaran genjang lainnya . Misalkan AC  A’C’, AA’C’C dapat berupa
jajaran genjang.

AB → A’B’ sama dengan AC → A’C’ dengan AA’C’C suatu jajar genjang atau
AD → A’D’ suatu jajar genjang.
Jika A, A’ dan B diketahui, maka letak B’ tidak tergantung dari pemilihan C atau D,
sehingga terdapat Teorema berikut:

Teorema 4.4:
Sebarang dua titik A dan A’ menentukan dengan tunggal translasi A  A’.
Bukti:
Jadi suatu dilatasi adalah suatu translasi bila dan hanya bila tidak mempunyai titik
invarian. Translasi A → A’ sama dengan translasi B → B’. Jika AA’B’B suatu jajar
genjang.

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
Suatu dilatasi adalah suatu transformasi terurut, hal ini dapat dibuktikan dengan teorema-
teorema berikut:

Teorema 4.5:
Dilatasi AB  A’B’ mentransformasikan setiap titik.
Bukti:
A → A’ atau B → B’

● A ● A’

●C ● C’

●B ●B’

Dalam Geometri Terurut, ada Teorema yang mengatakan, bahwa jika ABC dan A’B’C’
merupakan dua pasangan 3 titik yang segaris sedemikian, hingga garis-garis AA’, BB’,
dan CC’ tidak mempunyai titik potong dan jika [ACB] maka [A’C’B’]. Jika kita misalkan
garis AA’ ialah garis a, garis BB’ ialah garis b dan garis CC’ ialah garis c maka kita dapat
[ACB].
Maka untuk setiap titik C, titik potong C dengan suatu segmen AB dengan A pada a dan B
pada b, berlaku [ACB]. Maka Teorema diatas terbukti.

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
Teorema 4.6:
Hasil kali 2 translasi A  B dan B  C adalah tanslasi A  C.
Bukti:
Hasil kali 2 dilatasi adalah suatu dilatasi.
 Andaikan hasil kali 2 translasi ini bukan suatu translasi, maka tentu ada titik
invariannya O, oleh translasi pertama A → B, titik O dibawa ke O’.
 Karena titik O titik invarian oleh B → C maka titik O’ dibawa ke O
 O’ → O adalah invers dari O → O’
 Jadi hasil kali dua translasi mempunyai titik invarian jika yang satu invers dari
yang lain, dan hasil kali ini berupa identitas.
 Jadi hasil kali dua translasi adalah suatu translasi, yaitu dilatasi yang tidak ada titik
invariannya.

Hasil kali dua translasi ini memenuhi sifat komutatif. Hal ini mudah dibuktikan,

Misalkan kedua translasi itu tidak menurut dua garis sejajar. Dengan melukis jajargenjang
ABCD, tampak bahwa A → B sama dengan D → C dan B → C sama dengan A → D,
A → C = (A → B) (B → C) = (A → D) (D → C) = (B → C) (A → B) (terbukti)

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
Jika kedua translasi menurut garis yang sama, mislakan kedua translasi T dan X, misalkan
translasi Y suatu translasi yang tidak menurut garis yang sejajar dengan translasi-translasi
di atas, maka X dan Y komutatif, demikian pula X dan TY.
 T(XY) = T (YX) = (T Y)X = X (TY)
(TX)Y = (XT)Y, sehingga TX = XT (terbukti)

3. Setengah Putaran
Definisi 4.5
Jika 2 titik berlainan, misalkan A dan B ditukar oleh suatu dilatasi tunggal AB  BA atau
A  B, maka transformasi itu disebut setengah putaran (half turn).

Jika C sebarang titik diluar garis AB, maka untuk mencari bayangannya, kita hubungkan
C dengan A dan B, maka titik potong garis yang melaui B sejajar AC dan yang melalui A
sejajar BC adalah titik D, dan D bayangan dari C.

C B
O
T
T

A D

Jika ACBD adalah suatu jajargenjang. Setengah putaran itu dapat dinyatakan dengan
C D. Garis-garis invarian AB dan CD, karena diagonal-diagonal suatu jajargenjang,

berpotongan di titik O, yang menjadi titik invarian dari setengah putaran. Titik O adalah
titik pusat jajargenjang. Pada setengah putaran A B, titik O adalah titik tengah segmen

AB.
Untuk melukis bayangan titik T pada garis AB, dihubungkan T dengan C (atau D) dan
kemudian dilukis garis melalui D (atau C) yang sejajar dengan TC (atau TD) dan terdapat
T’ pada garis AB.
Hasil kali dua setengah putaran dapat dinyatakan sebagai (A B) atau (B C).

Andaikan hasil kali ini mempunyai suatu titik invarian O, maka oleh setengah putaran A

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
B, O dibawa ke-O’, jadi A B sama dengan O O’. Oleh setengah putaran B C

maka O’ dibawa ke O, jadi B C sama dengan O’ O. Jadi ada titik invarian jika

A B=B C. Dalam hal ini yang lain tidak ada titik invarian.

Teorema 4.7:
Hasil kali 2 setengah putaran A  B dan B  C adalah translasi A ↔ C.

Bukti :
Jika A  B tidak sama dengan B  C, maka (A  B) (B  C) tidak mempunyai titik
invarian, jadi berupa translasi. Jika ADBC suatu jajaran genjang, maka A  B sama
dengan C  D dan A ↔ D sama dengan C ↔ B.

Hubungan ini tetap berlaku jika jajaran genjang berubah menjadi segmen garis dengan 4
titik letaknya teratur simetrik.

A C D B

Teorema 4.8 :
Setengah putaran A B dan C D sama, bila dan hanya bila translasi A D dan

C B sama.

Diketahui A B=C D

Dibuktikan : A D=C B

Bukti : A D = (A B) (B D)

= (C D) (B D)

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
= (C D) (D B)

=C B

Diketahui A D=C B

Dibuktikan : A B= C D

Bukti: A B = (A D) (D B)

= (C B) (D B)

= (C B)( B D)

= (C D)

Jika C dan D berimpit, yang dapat disebut C’, maka C’ adalah titik tengah AB bila dan
hanya bila translasi A C’ dan C B sama.

C
C

B’ A’

A C’ B

Kemudian dapat dibuat jajargenjang AC’ A’ B’ dan BC’ C’ A’ dan terdapat ∆ ABC
dengan A’, B’ dan C’ sebagai titik-titik tengah sisi-sisinya. Kemudian diperoleh Teorema
berikut.
.
Teorema 4.9:
 Garis yang menghubungkan titik-titik tengah dua sisi suatu segitiga adalah sejajar
dengan sisi ketiga dan
 Suatu garis yang melalui titik tengah suatu sisi dan sejajar sisi yang lain akan melalui
titik tengah sisi yang ketiga.

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
E. Perbedaan Geometri Affine dengan Geometri Euclide

Geometri Affine Geometri Euclide


1. Leonhard Euler dari Jerman (1707 – 1. Penemu Euclid ( 325-265 SM) dari
1793)
Alexandria.
2. Dalam geometri ini lingkaran tidak
2. Melalui sebarang titik dan sebarang
disebut-sebut dan sudut-sudut tidak
jarak dapat dilukis lingkaran (Postulat
pernah diukur.
Ke-3)
3. Geometri Affine mempunyai dasar
3. Mempunyai 5 aksioma/postulat.
aksioma I dan II dari aksioma
4. Euclid tidak mempertahankan
Euclides. Aksioma III dan IV tidak
kesegarisan, kesejajaran, dan
berarti sama sekali.
perbandingan.
4. Transformasi affine mempertahankan
kesegarisan, kesejajaran, dan
perbandingan.

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
PENUTUP

A. Simpulan
Dasar dari geometri Affine adalah geometri Terurut, sehingga aksioma-aksioma
dan dalil-dalil utama dari geometri terurut berlaku dalam geometri Affine. Kemudian
ditambah dua aksioma lagi.
Seperti halnya geometri Euclides, dalam geometri Affine pun terdapat
transformasi, diantaranya dilatasi, translasi, dan setengah putaran. Karena dalam geometri
Affine sudut-sudut tidak pernah diukur, maka transformasinya diterangkan tanpa
menggunakan ukuran sudut.
Transformasi affin tidak mempertahankan jarak dan sudut. Luas dan volum tidak
dipertahankan juga. Namun transformasi affine mempertahankan kesegarisan, kesejajaran,
dan perbandingan.

Geometri Affine (Kelompok 4)


13
DAFTAR PUSTAKA

Moeharti, Prof. Dra. 1986. Sistem – sistem Geometri. Jakarta : Karunika Univeristas Terbuka
Ismaliani.
Rangkuman Geometri .http://ismalianibaru.wordpress.com di download. Kamis, 18 Februari
2016 pukul 11.00. Kata kunci : Gometri Affine
Affine Geometry. http://www.gap-system.org/̴ john/geometry/Lecture/L13.html didownload.
Kamis, 18 Februari 2016 pukul 11.00. Kata kunci : Affine Geometry

Geometri Affine (Kelompok 4)


13

You might also like