You are on page 1of 16

Pembuatan Visum et Repertum …… | 1316

PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM OLEH DOKTER SEBAGAI UPAYA


MENGUNGKAP PERKARA DI DALAM PROSES PERADILAN
Oleh:
1
HANGSI PRIYANTO

Abstract

The making of Visum et Repertum gives full duty to doctors as implementers in the
field to assist prosecutors in determining the direction of the charges that will be charged
against the defendant, as well as assisting the judge in finding material truth in deciding
criminal cases. This research is aimed at knowing and analyzing the technique of making
Visum et Repertum by doctors as an effort to uncover cases in the judicial process. In
addition, it is also intended to find out the authority to make Visum et Repertum by
forensic experts and analyze the role of Visum et Repertum for judges in disclosing cases
in the judicial process. The study uses a normative juridical approach, with secondary
data sources.
The results showed that the technique of making Visum et Repertum by doctors as
an effort to uncover cases in the judicial process was divided into techniques which were
examination of wounded victims, techniques for examining sexual crime victims, child
victim examination techniques, extermination examination techniques and autopsies and
psychiatric examination techniques. Visum et Repertum (VeR) was made at the request
of the National Police investigator through an official letter signed at least by the Sector
Police Chief. Visum et Repertum does not have to be made by a forensic specialist. The
subjects making visum et repertum in the judicial process are also distinguished on the
division of abilities, namely by the specialization stipulated in the legislation and the
subject of general visum et repertum makers. The role of Visum et Repertum for judges in
disclosing cases in the judicial process is the completeness of evidence in pro-judicial
cases with examinations in court proceedings, assisting in efforts to increase the judge's
confidence in decision making.
Keywoeds: visum et repertum, court, doctors

Abstrak

Pembuatan Visum et Repertum memberikan tugas sepenuhnya kepada dokter


sebagai pelaksana di lapangan untuk membantu jaksa dalam menentukan arah dakwaan
yang akan didakwakan terhadap terdakwa, serta membantu hakim dalam menemukan
kebenaran materil dalam memutuskan perkara pidana. Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui dan menganalisis teknik pembuatan Visum et Repertum oleh dokter sebagai
upaya mengungkap perkara di dalam proses peradilan. Selain itu juga ditujukan untuk
mengetahui kewenangan pembuatan Visum et Repertum oleh dokter ahli forensik dan
menganalisis peranan Visum et Repertum bagi hakim dalam mengungkap perkara di
dalam proses peradilan. Penelitian menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,
dengan sumber data sekunder.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, teknik pembuatan Visum et Repertum oleh
dokter sebagai upaya mengungkap perkara di dalam proses peradilan terbagi atas yaitu
teknik pemeriksaan korban luka, teknik pemeriksaan korban kejahatan seksual teknik
pemeriksaan korban anak, teknik pemeriksaan luar jenazah dan autopsi serta teknik
pemeriksaan kejiwaan. Visum et Repertum (VeR) dibuat atas permintaan dari penyidik
Polri melalui surat resmi yang ditandatangani minimal oleh Kepala Kepolisian Sektor.
Visum et Repertum tidak harus dibuat oleh dokter ahli forensik. Subjek pembuat visum et
repertum di dalam proses peradilan juga dibedakan atas pembagian kemampuan yaitu
dengan pengkhususan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan subjek
pembuat visum et repertum pada umumnya. Peranan Visum et Repertum bagi hakim

1
Pengacara Komite Advokat Indonesia, Hangsi_priyanto@gmail.com
1317 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 5 No. 1 Maret 2019
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

dalam mengungkap perkara di dalam proses peradilan adalah sebagai kelengkapan alat
bukti dalam berkas perkara pro yustisial dengan pemeriksaan dalam sidang pengadilan,
membantu dalam usaha untuk menambah keyakinan hakim dalam hal pengambilan
keputusan.
Kata kunci: visum et repertum, peradilan dan para dokter

bukti. Visum et Repertum juga memuat


A. Latar Belakang Masalah
keterangan atau pendapat dokter
Visum et Repertum adalah suatu
mengenai hasil pemeriksaan medik
keterangan dokter tentang apa yang
tersebut yang tertuang di bagian
dilihat dan ditemukan di dalam
Kesimpulan. Dengan demikian Visum et
melakukan pemeriksaan tentang orang
Repertum secara utuh telah
yang luka atau terhadap mayat yang
menjembatani ilmu kedokteran dengan
2
merupakan keterangan tertulis. Visum
ilmu hukum sehingga dengan
et Repertum adalah keterangan yang
membaca Visum et Repertum dapat
dibuat dokter atas permintaan penyidik
diketahui dengan jelas apa yang telah
yang berwenang mengenai hasil
terjadi pada seseorang dan para praktisi
pemeriksaan medis terhadap manusia,
hukum dapat menerapkan norma-norma
hidup maupun mati, ataupun
hukum pada perkara pidana yang
bagian/diduga bagian tubuh manusia,
menyangkut tubuh/jiwa manusia.
berdasarkan keilmuannya dan di bawah
Pemeriksaan suatu perkara
sumpah untuk kepentingan peradilan.
pidana di dalam suatu proses peradilan
Penegak hukum mengartikan Visum et
pada hakekatnya adalah bertujuan
Repertum sebagai laporan tertulis yang
untuk mencari kebenaran materiil
dibuat dokter berdasarkan sumpah atas
terhadap perkara tersebut. Hal ini dapat
permintaan yang berwajib untuk
dilihat dari adanya berbagai usaha yang
kepentingan peradilan tentang segala
dilakukan oleh aparat penegak hukum
hal yang dilihat dan ditemukan menurut
dalam memperoleh bukti-bukti yang
pengetahuan yang sebaik-baiknya.
dibutuhkan untuk mengungkap suatu
Visum et Repertum turut berperan
perkara baik pada tahap pemeriksaan
dalam proses pembuktian suatu perkara
pendahuluan seperti penyidikan dan
pidana terhadap kesehatan dan jiwa
penuntutan maupun pada tahap
manusia. Visum et Repertum
persidangan perkara tersebut.
menguraikan segala sesuatu tentang
hasil pemeriksaan medik yang tertuang
B. Rumusan Masalah
di dalam Pemberitaan, yang karenanya
Berdasarkan latar belakang
dapat dianggap sebagai benda
tersebut di atas maka dapat dirumuskan
2 perumusan masalah sebagai berikut :
R. Atang Ranoemihardja, 2003,
Ilmu Kedokteran Kehakiman, Tarsito,
Bandung, hal. 18
Pembuatan Visum et Repertum …… | 1318

1. Bagaimanakah teknik petugas pengantar tersebut


pembuatan Visum et sebenarnya dimaksudkan untuk
Repertum oleh dokter memastikan kesesuaian antara
sebagai upaya identitas orang yang akan
mengungkap perkara di diperiksa dengan identitas korban
dalam proses peradilan ? yang dimintakan Visum et
2. Apakah Visum et Repertum Repertumnya seperti yang tertulis
harus dibuat oleh dokter di dalam surat permintaan Visum
ahli forensik ? et Repertum. Situasi tersebut
3. Bagaimanakah peranan membawa dokter turut
Visum et Repertum bagi bertanggung jawab atas
hakim dalam mengungkap pemastian kesesuaian antara
perkara di dalam proses identitas yang tertera di dalam
peradilan ? surat permintaan Visum et
Repertum dengan identitas korban
E. Metode Penelitian
yang diperiksa.
1. Metode : Yuridis Normatif
Tahapan-tahapan dalam
Pendekatan
2. Spesifikasi : Preskriptif pembuatan Visum et Repertum
Penelitian antara lain dapat dijabarkan
3. Jenis data : Data primer dan sebagai berikut:
data sekunder
4. Metode : Studi kepustakaan a. Penerimaan korban yang
Pengambilan atau studi dikirim oleh Penyidik.
Data dokumen. Yang berperan dalam kegiatan
5. Teknik : Teks naratif.
ini adalah dokter, mulai dokter
Penyajian
Data umum sampai dokter spesialis
6. Analisa Data : Kualitatif. yang pengaturannya mengacu
pada Standar Prosedur
F. Hasil dan Pembahasan Operasional (SPO). Yang
1. Teknik Pembuatan Visum et diutamakan pada kegiatan ini
Repertum Oleh Dokter adalah penanganan
Sebagai Upaya kesehatannya dulu, bila
Mengungkap Perkara di kondisi telah memungkinkan
Dalam Proses Peradilan barulah ditangani aspek
KUHAP tidak mengatur medikolegalnya. Tidak tertutup
prosedur rinci apakah korban kemungkinan bahwa terhadap
harus diantar oleh petugas korban dalam penanganan
kepolisian atau tidak. Padahal
1319 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 5 No. 1 Maret 2019
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

medis melibatkan berbagai sebagainya. Benda bukti


disiplin spesialis. berupa pakaian atau lainnya
b. Penerimaan surat permintaan hanya diserahkan pada pihak
keterangan ahli/visum et penyidik. Dalam hal pihak
revertum penyidik belum mengambilnya
Adanya surat permintaan maka pihak petugas sarana
keterangan ahli/Visum et kesehatan harus me-
Repertum merupakan hal yang nyimpannya sebaik mungkin
penting untuk dibuatnya Visum agar tidak banyak terjadi
et Repertum tersebut. Dokter perubahan. Status benda bukti
sebagai penanggung jawab itu adalah milik negara, dan
pemeriksaan medikolegal secara yuridis tidak boleh
harus meneliti adanya surat diserahkan pada pihak
permintaan tersebut sesuai keluarga/ahli warisnya tanpa
ketentuan yang berlaku. Hal ini melalui penyidik.
merupakan aspek yuridis yang d. Pengetikan surat keterangan
sering menimbulkan masalah, ahli/Visum et Repertum
yaitu pada saat korban akan Pengetikan berkas keterangan
diperiksa surat permintaan dari ahli/Visum et Repertum oleh
penyidik belum ada atau petugas administrasi
korban (hidup) datang sendiri memerlukan perhatian dalam
dengan membawa surat bentuk/formatnya karena
permintaan Visum et ditujukan untuk kepentingan
Repertum. peradilan. Misalnya penutupan
c. Pemeriksaan korban secara setiap akhir alinea dengan
medis garis, untuk mencegah
Tahap ini dikerjakan oleh penambahan kata-kata
dokter dengan menggunakan tertentu oleh pihak yang tidak
ilmu forensik yang telah bertanggung jawab. Contoh :
dipelajarinya. Namun tidak “Pada pipi kanan ditemukan
tertutup kemungkinan dihadapi luka terbuka, tapi tidak rata
kesulitan yang mengakibatkan sepanjang lima senti meter -----
beberapa data terlewat dari ---“
pemeriksaan. Ada e. Penandatanganan surat
kemungkinan didapati benda keterangan ahli/Visum et
bukti dari tubuh korban Repertum
misalnya anak peluru, dan
Pembuatan Visum et Repertum …… | 1320

Undang-undang menentukan tidak diberi kewenangan untuk


bahwa yang berhak meminta Visum et Repertum
menandatanganinya adalah kepada dokter, demikian pula
dokter. Setiap lembar berkas tidak boleh meminta salinan
keterangan ahli harus diberi Visum et Repertum langsung
paraf oleh dokter. Sering terjadi dari dokter. Penasehat hukum
bahwa surat permintaan visum tersangka dapat meminta
dari pihak penyidik datang salinan Visum et Repertum
terlambat, sedangkan dokter dari penyidik atau dari
yang menangani telah tidak pengadilan pada masa
bertugas di sarana kesehatan menjelang persidangan.
itu lagi. Dalam hal ini sering Pembuatan Visum et Repertum
timbul keraguan tentang siapa memiliki teknik yang berbeda beda
yang harus menandatangani tergantung objek yang akan diperiksa.
visum et repertun korban hidup Teknik Pemeriksaan Korban/
tersebut. Hal yang sama juga pembuatan Visum et Repertum dapat
terjadi bila korban ditangani dibedakan menjadi sebagai berikut:
beberapa dokter sekaligus 1. Teknik Pemeriksaan
sesuai dengan kondisi Korban Luka
penyakitnya yang kompleks. Teknik pemeriksaan pada
f. Penyerahan benda bukti yang kasus korban hidup baik luka,
telah selesai diperiksa maupun kejahatan
Benda bukti yang telah selesai seksual/perkosaan, pada
diperiksa hanya boleh prinsipnya sama dengan
diserahkan pada penyidik saja pemeriksaan prosedur klinis
dengan menggunakan berita lainnya. Pemeriksaan tersebut
acara. secara umum mencakup
g. Penyerahan surat keterangan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
ahli/Visum et Repertum. pemeriksaan penunjang bila
Surat keterangan ahli/Visum et diperlukan. Terdapat perbedaan
Repertum juga hanya boleh yang mendasar antara
diserahkan pada pihak pemeriksaan medikolegal dengan
penyidik yang memintanya pemeriksaan klinis untuk
saja. Dapat terjadi dua instansi kepentingan pengobatan, yaitu
penyidikan sekaligus meminta pemeriksaan medikolegal
surat Visum et Repertum. bertujuan untuk menegakkan
Penasehat hukum tersangka hukum pada suatu peristiwa
1321 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 5 No. 1 Maret 2019
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

pidana yang dialami korban kemaluan wanita,


dan
melalui penyusunan Visum et
d. Mengeluarkan air
3
Repertum yang baik. Oleh karena mani.
itu penting diperhatikan ada
Pendapat itu menunjukkan
tidaknya tanda-tanda kekerasan
pada suatu perkosaan yang
yang merupakan hasil suatu
terjadi secara tuntas, artinya
tindak pidana.
pihak pelaku (laki-laki pemerkosa)
2. Teknik Pemeriksaan
telah menyelesaikan
Korban Kejahatan Seksual
perbuatannya hingga selesai
Salah satu kejahatan yang
(mengeluarkan air mani). Jika hal
terdapat dalam Kitab Undang-
ini tidak sampai terjadi, maka
Undang Hukum Pidana ialah
secara eksplisit, apa yang
Tindak pidana perkosaan diatur
dilakukan laki-laki itu belum patut
dalam Pasal 285 KUHP, Bab XIV
dikategorikan sebagai perkosaan.
tentang Kejahatan Terhadap
Dua aspek yang penting
Kesusilaan. Namun demikian ada
diperhatikan pada kasus
Pasal-Pasal lain yang dapat
kejahatan seksual / perkosaan
digunakan untuk menjaring
adalah :
pelaku perkosaan, yaitu Pasal
a. mengumpulkan bukti-bukti
286 dan 287 KUHP. Pasal 285
persetubuhan, seperti
KUHP sifatnya adalah Pasal
robekan selaput dara,
pokok untuk kasus perkosaan.
adanya cairan mani dan
Ketiga Pasal tersebut
atau sel sperma.
mengandung unsur yang sama
b. mencari tanda-tanda
yaitu adanya persetubuhan diluar
kekerasan, seperti riwayat
perkawinan.
kehilangan kesadaran dan
Adapun unsur-unsur
luka-luka.
selengkapnya tentang perkosaan
3. Teknik Pemeriksaan
menurut R.Sugandhi adalah :
Korban Kekerasan
a. Pemaksaan
terhadap Anak
bersetubuh oleh laki-
laki kepada wanita Kekerasan terhadap anak
yang bukan menjadi
merupakan tindak pidana yang
istrinya.
b. Pemaksaan melanggar hak asasi manusia
bersetubuh itu diikuti
yang bila dibiarkan akan
dengan tindakan
atau ancaman memberikan dampak negatif
kekerasan.
c. Kemaluan pria harus
masuk pada lubang 3
Ibid., hal. 41
Pembuatan Visum et Repertum …… | 1322

terhadap kesehatan dan tumbuh- e. memastikan


kembang anak serta mengancam keselamatan anak;
kualitas hidup dan masa f. melakukan
depannya, sehingga memerlukan pencatatan lengkap
penanganan. Penanganan anak di dalam rekam
korban kekerasan perlu dilakukan medis serta siap
secara kompherensif dengan untuk membuat
pendekatan multidispliner baik Visum et Repertum
hukum, medis, maupun apabila diminta
psikologis. secara resmi; dan
Pada kasus di mana g. memberikan
korbannya adalah anak-anak, informasi kepada
sesuai dengan Peraturan Menteri kepolisian.
Kesehatan Nomor 63 Tahun 2013 Peraturan Menteri
tentang Kewajiban Pemberi Kesehatan Nomor 63 Tahun 2013
Layanan Kesehatan Untuk tentang Kewajiban Pemberi
Memberikan Informasi Atas Layanan Kesehatan Untuk
Adanya Dugaan Kekerasan Memberikan Informasi Atas
Terhadap Anak, maka pemberi Adanya Dugaan Kekerasan
layanan kesehatan meliputi Terhadap Anak mewajibkan
fasilitas pelayanan kesehatan dan pemberi layanan memberikan
tenaga kesehatan mempunyai informasi kepada pihak yang
kewajiban: berwenang. Pasal 7 Peraturan
a. memberikan Menteri Kesehatan Nomor 63
pertolongan pertama; Tahun 2013 tentang Kewajiban
b. memberikan Pemberi Layanan Kesehatan
konseling awal; Untuk Memberikan Informasi Atas
c. menjelaskan kepada Adanya Dugaan Kekerasan
orang tua anak Terhadap Anak menyatakan
tentang keadaan bahwa, pemberi layanan
anak dan dugaan kesehatan yang dalam melakukan
penyebabnya, serta pelayanan kesehatan
mendiskusikan menemukan adanya dugaan
langkah-langkah ke kekerasan terhadap anak wajib
depan; memberitahukan kepada orang
d. melakukan rujukan tua dan/atau pendamping anak
apabila diperlukan; tersebut. Pemberitahuan tersebut
1323 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 5 No. 1 Maret 2019
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

disertai anjuran untuk melaporkan dibuat oleh ahli yang


dugaan kekerasan terhadap anak bersangkutan, mengingat sumpah
tersebut kepada kepolisian. diwaktu ahli menerima
Anjuran paling sedikit berisi: jabatan/pekerjaan.
a. dampak yang Mayat apabila dibiarkan
merugikan bukan hanya membusuk, akan
kesehatan anak; tetapi sudah merupakan
b. dampak sosial keharusan bahwa mayat harus
terhadap anak; dan selekasnya dikubur. Seseorang
c. tindakan sanksi yang mati karena menjadi korban
hukum yang kejahatan atau setidak-tidaknya
memberi efek jera patut diduga sebagai akibat
bagi pelaku. kejahatan, maka keberadaan
d. Teknik Pemeriksaan mayat yang menjadi barang bukti
Luar Jenazah dan yang akan dijakikan dasar
autopsi diperolehnya alat bukti. Peristiwa
Demi untuk kepentingan pidana yang menyebabkan
pengadilan, penyidik meminta matinya orang sementara alat
keterangan ahli. Permuntaan bukti yang lain yaitu seseorang
tersebut dilakukan oleh penyidik yang melihat sendiri, mendengar
harus secara tertulis dengan sendiri atau dialami sendiri maka
menyebut secara tegas untuk hal saksi diam (physical evidence)
apa pemeriksaan ahli itu diharapkan mampu
dilakukan, misalnya apakah untuk mengungkapkan semua misteri
5
pemeriksaan luka (pemeriksaan yang ada di dalamnya.
luar) atau pemeriksaan mayat 4. Teknik Pemeriksaan
(pemeriksaan dalam) dengan Kejiwaan
pemeriksaan bedah mayat Van Hamel menyebutkan,
4
(autopsy). Atas permintaan bahwa hukum pidana adalah
penyidik, ahli yang bersangkutan keseluruhan dasar dan aturan
membuat laporan yang bentuknya yang dianut oleh negara dalam
dapat berupa keterangan yang kewajibannya untuk menegakkan
lazim disebut Visum et Repertum. hukum, yakni dengan melarang
Laporan atau Visum et Repertum apa yang bertentangan dengan

4 5
Abdul Mun’im Idries, 2003, Koesparmono Irsan, 2016, Panduan
Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik Memahami Hukum Pembuktian dalam
bagi Praktisi Hukum, Sagung Seto, Jakarta, Hukum Perdata dan Hukum Pidana,
hal. 9 Gramata Publishing, Bekasi, hal. 245
Pembuatan Visum et Repertum …… | 1324

hukum (onrecht) dan Pasal 44 ayat (1) Kitab


mengenakan suatu nestapa Undang-Undang Hukum
(penderitaan) kepada yang Pidana (KUHP) menetapkan
melanggar larangan tersebut. bahwa “Barang siapa
Bertitik tolak pada definisi ini, melakukan perbuatan yang
dapat ditarik tiga masalah pokok tidak dapat dipertanggungkan
dalam hukum pidana, yakni (1) kepadanya karena jiwanya
masalah perbuatan yang dilarang cacat dalam pertumbuhan atau
dan diancam dengan pidana, atau terganggu karena penyakit
yang lazim disebut tindak pidana; tidak dipidana”. Berkaitan
(2) masalah pertanggungjawaban dengan pasal dimaksud perlu
pidana dari orang yang disadari bahwa bukanlah tugas
melakukan perbuatan yang Dokter spesialis kedokteran
dilarang dan diancam pidana itu, jiwa yang membuat VeRP
atau disebut kesalahan; dan (3) untuk menentukan
6
masalah sanksi atau pidana. pertanggungjawaban
Kemampuan bertanggung terperiksa karena pengertian
jawab (toerekeningsvatbaarheid) itu bukanlah pengertian dalam
ini adalah perihal seseorang yang disiplin ilmu kedokteran.
dapat dibebani tanggung jawab Penentuan
atas sikap tindakannya, syarat- pertanggungjawaban tersebut
syarat kemampuan bertanggung adalah hak dari hakim
jawab sendiri menurut Van pengadilan. Dokter spesialis
Hamel, yakni: Keadaan kedokteran jiwa dapat
psikologisnya adalah sehat, membantu hakim dengan
sehingga dapat mengerti akan: mengemukakan unsur-unsur
(a) Niat perbuatan, (b) Akibat yang dapat menentukan
perbuatan; (2) Haruslah dalam pertanggunganjawaban
keadaan bebas untuk terperiksa.
menentukan kehendaknya; (3) Pemeriksaan Kesehatan
Sadar bahwa perbuatannya Jiwa untuk kepentingan
7
adalah larangan (jadi subjektif). penegakan hukum perkara
pidana bertujuan menilai
6
Sudaryono dan Natangsa Surbakti, unsur-unsur:
2005, Buku Penganggan Kuliah: Hukum
Pidana, Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, hal. 2.
7
Zamhari Abidin, 1986, Pengertian (Bagan) dan Synopsis (Catatan Singkat),
dan Asas Hukum Pidana dalam Schema Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 44 – 45.
1325 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 5 No. 1 Maret 2019
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

a. Kemampuan Republik Indonesia. Untuk


Terperiksa pemeriksaan VeRP Perdata
dalam dapat juga dilaksanakan di
mempertanggungja Klinik Utama yang memiliki
wabkan tindak sumber daya yang sesuai.
pidana yang telah Sarana dan prasarana
dilakukannya; yang diperlukan diprioritaskan
b. dampak psikologis bagi keamanan dan
pada Terperiksa pengawasan terperiksa untuk:
yang menjadi a. Mencegah larinya
korban tindak terperiksa, perlu
pidana; dan/atau ada penjagaan
c. kecakapan mental yang dilakukan
Terperiksa untuk oleh instansi
menjalani proses pemohon. Larinya
peradilan pidana. terperiksa menjadi
Pasal 4 Peraturan Menteri tanggung jawab
Kesehatan Republik Indonesia pemohon.
Nomor 77 Tahun 2015 Tentang b. Menghindari
Pedoman Pemeriksaan terjadinya
Kesehatan Jiwa Untuk percobaan bunuh
Kepentingan Penegakan Hukum, diri atau
menyatakan bahwa pemeriksaan pembunuhan,
Kesehatan Jiwa untuk kekerasan pada
kepentingan penegakan diri sendiri dan
hukum perkara pidana harus orang lain.
diselenggarakan di rumah 2. Subjek Pembuat Visum et
sakit milik pemerintah dan Repertum di Dalam Proses
pemerintah daerah. Peradilan
Sarana pelayanan Prosedur permintaan Visum et
kesehatan jiwa tempat Repertum korban mati telah diatur
membuat VeRP adalah dalam Pasal 133 dan 134 KUHAP yaitu
Rumah Sakit Jiwa Pemerintah, dimintakan secara tertulis, mayatnya
Bagian Kedokteran Jiwa pada harus diperlakukan dengan baik,
Rumah Sakit Umum disebutkan dengan jelas pemeriksaan
Pemerintah,Tentara Nasional yang diminta, dan mayat diberi label
Indonesia dan Kepolisian yang memuat identitas yang diberi cap
Pembuatan Visum et Repertum …… | 1326

jabatan dan dilekatkan ke bagian tubuh pembagian kemampuan sebagai


mayat tersebut. Pemeriksaan terhadap berikut:
mayat harus dilakukan selengkap 1. Pengkhususan yang diatur
mungkin dan hasil pemeriksaan tersebut dalam peraturan
dituangkan dalam bentuk Visum et perundang-undangan
Repertum yang harus dapat dianggap Khusus dalam
sebagai salinan dari mayat tersebut. pembuatan Visum et
Pemeriksaan kedokteran forensik Repertum Psikiatrikum sesuai
terhadap mayat sebenarnya bersifat dengan Pasal 4 ayat (1)
obligatory atau keharusan dan tidak Peraturan Menteri Kesehatan
boleh dicegah. Pemberian informasi Republik Indonesia Nomor 77
yang jelas tentang maksud, tujuan dan Tahun 2015 Tentang Pedoman
cara pemeriksaan mayat serta Pemeriksaan Kesehatan Jiwa
manfaatnya kepada keluarga korban Untuk Kepentingan Penegakan
diharapkan akan dapat menghindari Hukum, menyatakan bahwa
kesalahpahaman antara pihak penyidik Pemeriksaan Kesehatan Jiwa
dengan pihak keluarga korban. Namun untuk kepentingan penegakan
apabila jalan damai ini tidak dapat hukum perkara pidana harus
ditempuh, maka pemeriksaan mayat diselenggarakan di rumah
tetap dapat dilaksanakan secara paksa sakit milik pemerintah dan
dan dapat dengan menerapkan Pasal pemerintah daerah.
222 KUHP. Berdasarkan hal tersebut
Sebagaimana telah dijelaskan maka bukan saja dokternya
dalam pembahasan pertama, yaitu harus khusus namun juga
terdapat beberapa teknik pembuatan terdapat pembatasan fasilitas
Visum et Repertum yaitu teknik pelayanan kesehatan/ rumah
pemeriksaan korban luka, teknik sakit. Hanya rumah sakit milik
pemeriksaan korban kejahatan seksual pemerintah dan pemerintah
teknik pemeriksaan korban anak, teknik daerah yang dapat
pemeriksaan luar jenazah dan autopsi mengeluarkan Visum et
serta teknik pemeriksaan kejiwaan. Repertum Psikiatrikum.
Berdasarkan teknik-teknis tersebut, 2. Subjek pembuat Visum et
maka sudah sewajarnya dokter memiliki Repertum pada umumnya.
kemampuan khusus. Subjek pembuat Visum et Repertum (VeR)
Visum et Repertum di dalam proses merupakan salah satu bantuan
peradilan juga dibedakan atas yang sering diminta oleh pihak
penyidik (polisi) kepada dokter
1327 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 5 No. 1 Maret 2019
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

menyangkut perlukaan pada Menurut Budiyanto et al,


tubuh manusia. Visum et dasar hukum VeR adalah sebagai
9
Repertum (VeR) merupakan alat berikut:
bukti dalam proses peradilan yang Pasal 133 KUHAP
menyebutkan:
tidak hanya memenuhi standar
Dalam hal penyidik untuk
penulisan rekam medis, tetapi juga kepentingan peradilan
menangani seorang
harus memenuhi hal-hal yang
korban baik luka,
disyaratkan dalam sistem keracunan ataupun mati
8 yang diduga karena
peradilan.
peristiwa yang merupakan
Dalam praktik sehari-hari tindak pidana, ia
berwenang mengajukan
seorang dokter tidak hanya
permintaan keterangan ahli
melakukan pemeriksaan medis kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan
untuk kepentingan diagnostik dan
atau ahli lainnya.
pengobatan penyakit saja, tetapi Permintaan keterangan ahli
sebagaimana dimaksud
juga untuk dibuatkan suatu surat
dalam ayat (1) dilakukan
keterangan medis. Demikian pula secara tertulis, yang dalam
surat itu disebutkan dengan
halnya dengan seorang pasien
tegas untuk pemeriksaan
yang datang ke instalasi gawat luka atau pemeriksaan
mayat dan atau
darurat, tujuan utama yang
pemeriksaan bedah mayat.
bersangkutan umumnya adalah
KUHAP tidak membatasi
untuk mendapatkan pertolongan
orang yang berwenang dalam
medis agar penyakitnya sembuh.
membuat Visum et Repertum
Namun dalam hal pasien tersebut
Pasal 133 KUHAP hanya
mengalami cedera, pihak yang
menyebutkan penyidik dapat
berwajib dapat meminta surat
mengajukan permintaan
keterangan medis atau VeR dari
keterangan ahli kepada ahli
dokter yang memeriksa. Jadi
kedokteran kehakiman atau
pada satu saat yang sama dokter
dokter dan atau ahli lainnya.
dapat bertindak sebagai seorang
Pasal 133 KUHAP memberikan
klinisi yang bertugas mengobati
pilihan yang tidak limitatif yaitu
penyakit sekaligus sebagai
penyidik dapat mengajukan
seorang petugas forensik yang
permintaan keterangan ahli
bertugas membuat VeR.
9
Budiyanto A, Widiatmaka W,
8
Herkutanto. 2005, Peningkatan Sudiono S. 1997, Ilmu Kedokteran
kualitas pembuatan visum et repertum (VeR) Forensik. Bagian Kedokteran Forensik
kecederaan di rumah sakit melalui Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
pelatihan dokter unit gawat darurat Jakarta, hal. 19.
(UGD). JPMK. 2005;8(3), hal. 163-9.
Pembuatan Visum et Repertum …… | 1328

kepada ahli kedokteran tindak pidana pembunuhan,


kehakiman atau dokter dan atau penganiayaan, tindak pidana
ahli lainnya. keasusilaan dan tindak pidana
10
Pasal 133 sampai dengan kealpaan dan lain-lain.
pasal 135 KUHAP, pada tingkat Visum et Repertum sebagai
pemeriksaan oleh penyidik dalam salah satu aspek peranan ahli dan
penyidikan, maka kata-kata “dok atau adalah satu aspek
ter”, peranan dokter (dokter bukan keterangan ahli; maka keterkaitan
ahli kedokteran kehakiman) masih antara keduanya tidak dapat
penting dan perlu serta dipisahkan . Keterangan ahli yang
dibutuhkan dalam tugas tertuang dalam suatu laporan hasil
operasional di lapangan, terutama pemeriksaan adalah perwujudan
di daerah-daerah yang belum ada hasil-hasil yang di buat
dokter ahli kedokteran kehakiman berdasarkan atas ilmu dan teknik
(para ahli lainnya). serta pengetahuan dan
pengalaman yang sebaik-baiknya
3. Peranan Visum et Repertum dari ahli itu. Misalnya peranan
Bagi Hakim Dalam dokter ahli kedokteran kehakiman
Mengungkap Perkara di Dalam atau ahli psikiatri kehakiman di
Proses Peradilan dalam menangani suatu kasus
Peranan keterangan ahli kejahatan yang telah terjadi,
untuk kelengkapan alat bukti kemudian dipersoalkan, apakah
dalam berkas perkara pro yustisial suatu kejahatan terhadap nyawa
dengan pemeriksaan dalam orang itu merupakan pembunuhan
sidang pengadilan, amat ataukah penganiayaan yang
membantu dalam usaha untuk mengakibatkan matinya orang itu
menambah keyakinan hakim ataupun dapat dicari sebab-sebab
dalam hal pengambilan yang mendorong si pelaku
keputusan. peranan keterangan melakukan perbuatan tersebut
ahli di perlukan dalam setiap dilihat dari berbagai segi serta
tahap proses pemeriksaan, hal itu latar belakang kejiwaannya
tergantung pada perlu tidaknya (kepribadian) dari si pelaku itu.
mereka dilibatkan guna membantu Peranan hasil pemeriksaan
tugas-tugas baik dari penyidik, berupa Visum et Repertum yang
jaksa, maupun hakim terhadap
10
R. Soeparmono, 2002, Keterangan
suatu perkara pidana seperti yang
Ahli dan Visum et Repetum Dalam Aspek
banyak terjadi dalam perkara Hukum Acara Pidana, Mandar Maju
Bandung, hal. 2.
1329 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 5 No. 1 Maret 2019
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

dibuat oleh dokter ahli kedokteran hakim mengambil langkah-


kehakiman atau psikiatri langkah lain.
kehakiman dalam banyak perkara
kejahatan sangat banyak G. Simpulan Dan Saran
membantu dalam proses 1. Simpulan
persidangan pengadilan, terutama Berdasarkan hasil
apabila dalam perkara tersebut peneltian dan pembahasan yang
hanya di jumpai alat-alat bukti dilakukan oleh penulis, maka
yang amat minim (bewijs dapat diambil suatu simpulan
minimum) sebagai berikut:
11
R. Atang Ranoemihardja a. Teknik pembuatan Visum et
menjelaskan kekuatan Visum et Repertum oleh dokter sebagai
Repertum dalam pembuktian upaya mengungkap perkara di
sebagaimana dimaksud dalam dalam proses peradilan terbagi
Staatsblad 1937 nomor 350 atas yaitu teknik pemeriksaan
bahwa Visum et Repertum korban luka, teknik pemeriksaan
mempunyai daya bukti, sebab korban kejahatan seksual teknik
yang dimuat dalam pemeriksaan korban anak, teknik
pembuktiannya merupakan pemeriksaan luar jenazah dan
kesaksian, karena ia memuat autopsi serta teknik pemeriksaan
segala sesuatu hal yang dilihat kejiwaan. Visum et Repertum
dan diketemukan pada waktu (VeR) dibuat atas permintaan dari
dilakukan pemeriksaan, jadi sama penyidik Polri melalui surat resmi
halnya dengan seseorang yang yang ditandatangani minimal oleh
melihat dan merasakan sendiri, Kepala Kepolisian Sektor. Surat
misalnya suatu kecelakaan di permintaan VeR tersebut harus
tempat peristiwa itu terjadi. diantar oleh petugas kepolisian
Sedangkan kesimpulan Visum et dan hasilnya diserahkan langsung
Repertum dibuat untuk kepada penyidik. Salinan VeR
memudahkan bagi jaksa dan tidak boleh diserahkan kepada
hakim, dengan catatan bahwa siapapun. Selain penyidik POLRI,
apabila kesimpulan itu logis maka Instansi lain yang berwenang
dapat diterima, sebaliknya bila meminta VeR adalah Polisi
dianggap tidak logis, jaksa atau Militer, hakim, jaksa penyidik dan
jaksa penuntut umum. Visum et
11 Repertum (VeR) harus dibuat
R. Atang Ranoemihardja, 1991,
Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic dalam bentuk surat resmi,
Science), Tarsito, Bandung, hal. 25
Pembuatan Visum et Repertum …… | 1330

menggunakan kertas berkepala Selain itu KUHAP tidak


surat, bernomor dan bertanggal, membatasi orang yang
diakhiri dengan tandatangan, berwenang dalam membuat
nama jelas dan NIP/NRP Visum et Repertum Pasal 133
pembuatnya, serta stempel dinas. KUHAP hanya menyebutkan
Visum et Repertum harus penyidik dapat mengajukan
diserahkan hanya kepada institusi permintaan keterangan ahli
penyidik pemintanya. kepada ahli kedokteran
b. Visum et Repertum tidak harus kehakiman atau dokter dan atau
dibuat oleh dokter ahli forensik. ahli lainnya.
Subjek pembuat visum et c. Peranan Visum et Repertum bagi
repertum di dalam proses hakim dalam mengungkap
peradilan juga dibedakan atas perkara di dalam proses peradilan
pembagian kemampuan yaitu adalah sebagai kelengkapan alat
dengan pengkhususan yang bukti dalam berkas perkara pro
diatur dalam peraturan yustisial dengan pemeriksaan
perundang-undangan dan subjek dalam sidang pengadilan,
pembuat visum et repertum pada membantu dalam usaha untuk
umumnya. Pasal 6 Peraturan menambah keyakinan hakim
Menteri Kesehatan Republik dalam hal pengambilan
Indonesia Nomor 77 Tahun keputusan.
2015 Tentang Pedoman
Pemeriksaan Kesehatan Jiwa 2. Saran
Untuk Kepentingan Penegakan a. Sebaiknya dibentuk
Hukum, yang menyatakan bahwa peraturan menteri kesehatan
Pemeriksaan kesehatan jiwa yang khusus mengatur seorang
untuk kepentingan penegakan dokter yang berwenang membuat
hukum dilakukan oleh tim Visum et Repertum (VeR), sesuai
pemeriksa yang diketuai oleh dengan spesialisasi dan
dokter spesialis kedokteran kekhususan keahliannya.
jiwa. Tim pemeriksaan paling b. Setiap dokter yang akan
sedikit berjumlah 3 (tiga) orang membuat Visum et Repertum
terdiri atas satu orang dokter (VeR) harus memperhatikan
spesialis kedokteran jiwa dan ketentuan dan memahami
tenaga kesehatan lain, atau prosedur medikolegal dan terlatih
beberapa orang dokter secara teknis melakukan
spesialis kedokteran jiwa. pemeriksaan yang diperlukan
1331 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 5 No. 1 Maret 2019
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

serta mampu
menginterpretasikannya dengan
tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zamhari. 1986. Pengertian dan


Asas Hukum Pidana dalam
Schema (Bagan) dan Synopsis
(Catatan Singkat). Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Budiyanto A. Widiatmaka dan W.
Sudiono S. 1997. Ilmu
Kedokteran Forensik. Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
Herkutanto. 2005. Peningkatan kualitas
pembuatan visum et repertum
(VeR) kecederaan di rumah sakit
melalui pelatihan dokter unit
gawat darurat (UGD). JPMK.
Idries, Abdul Mun’im. 2003. Pedoman
Praktis Ilmu Kedokteran Forensik
bagi Praktisi Hukum. Sagung
Seto. Jakarta.
Irsan, Koesparmono. 2016. Panduan
Memahami Hukum Pembuktian
dalam Hukum Perdata dan
Hukum Pidana. Gramata
Publishing. Bekasi.
Ranoemihardja, R. Atang. 1991. Ilmu
Kedokteran Kehakiman (Forensic
Science). Tarsito. Bandung.
----------. 2003. Ilmu Kedokteran
Kehakiman. Tarsito. Bandung.
Soeparmono, R. 2002. Keterangan Ahli
dan Visum et Repetum Dalam
Aspek Hukum Acara Pidana.
Mandar Maju Bandung.
Sudaryono dan Natangsa Surbakti.
2005. Buku Penganggan Kuliah:
Hukum Pidana. Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.

You might also like