You are on page 1of 4

NAMA : RIDA’UL MAGHFIROH

NIM : 20104010002

KELOMPOK : 1
KELAS : PAI- A / SEMESTER 2- S1

SOAL UAS ISLAM DAN SAINS

1. Jelaskan intisari dari wacana Islamisasi sanis menurut al- Faruqy dan Naquib Al-
Attas?
Jawab :
Menurut al-Faruqi islamisasi sains harus merujuk pada tiga sumbu Tawhid, yaitu
kesatuan pengetahuan, kesatuan hidup dan kesatuan sejarah. Kesatuan pengetahuan
berkaitan dengan tidak ada lagi pemisahan pengetahuan rasional (aqli) dan irasional (naqli).
Kesatuan hidup berkaitan dengan semua pengetahuan yang harus mengacu pada tujuan
penciptaan, yang berdampak lanjutan pada tidak bebasnya pengetahuan dari nilai, yaitu
nilai Ketuhanan. Kesatuan sejarah berkaitan kesatuan disiplin yang harus mengarah sifat
keumatan dan mengabdi pada tujuan-tujuan ummah di dalam sejarah. Tiga prinsip
kesatuan, dengan demikian tidak lagi melakukan pembagian pengetahuan dalam sains-
sains yang bersifat individual maupun yang sosial, semua disiplin bersifat humanistis dan
ummatis. Jadi dapat dikatakan bahwa menurut al- Faruqy islamisasi sains mencakup segala
aspek kehidupan baik itu yang bersifat individu maupun sosial, dan bersifat humanis serta
ummatis sehingga dapat diterima oleh seluruh umat.
Sedangkan menurut Naquib al-Attas, beliau secara tegas menyebutkan bahwa sumber-
sumber dari islamisasi sains berasal dari pemikiran para sufi yang mampu memberikan
penjelasan metafisika secara memadai. Naquib al-Attas juga menyimpulkan dengan sangat
yakin dalam disertasinya tentang Hamzah Fansuri yang menginspirasi munculnya ide
islamisasi ilmu pengetahuan ini. Menurut al- Attas karya-karya dari Hamzah Fansuri
dianggapnya telah berhasil mengubah pandangan alam (worldview) masyarakat di kawasan
ini, yang tadinya penuh dengan mitologi, baik karena pengaruh kepercayaan lama maupun
karena pengaruh ajaran Hindu-Budha yang datang belakangan, menjadi worldview Islami.
Jadi menurut Naquib al- Attas karya-karya dari Hamzah Fansyuri adalah yang paling
cocok untuk dijadikan sebagai contoh dalam proses Islamisasi sains di Negara Indonesia.

1
2. Bagaimana pandangan Sardar dan Gholsany tentang Agama (Islam) dan Sains ?
(Jelaskan).
Jawab :
Menurut pandangan Ziauddin Sardar beliau mengatakan bahwa, “Sains adalah sebagai
sarana untuk mencetak peradaban”. Menurutnya agama dan sains bukanlah hal yang
berbeda, karena sesungguhnya adanya sains adalah untuk mempermudah manusia dalam
menjalani hidupnya. Karena bagaimanapun dalam kehidupan kita pastilah membutuhkan
sains baik itu dalam hal beribadah, maupun dalam hal lainnya, contoh kecil dalam kita
melakukan ibadah thaharah sains juga ikut andil di dalamnya, karena dengan melakukan
wudhu mandi itu artinya kita menjaga kebersihan badan kita baik dari luar maupun dari
dalam.
Sedangkan menurut Golshani beliau mengatakan bahwa, dalam pandangan dunia
Islam, segala sesuatu di semesta ini bergerak di sekitar Tuhan, sehingga Tuhan adalah satu-
satunya yang harus dipuji dan disembah, termasuk melalui jalan ilmu pengetahuan (sains).
Golshani mengibaratkan sains sebagai pohon yang memiliki dahan kering, sehingga agar
pohon tersebut tumbuh dan berkembang secara subur, maka pohon tersebut harus 'disiram'
dengan agama. Maka dari itu sains tidak dapat dipisahkan dengan agama agar sains tetap
dapat hidup maka sains membutuhkan agama (islam) sebagai sumber rujukannya baik itu
yang berasal dari ayat-ayat al- Qur’an maupun Hadits dan inilah yang disebut dengan sains
islam. Menurut Ghalsani sains Islami adalah sains yang berkerangka world view Islam,
dimana terdapat ciri-ciri pada bagaimana posisi eksistensi pencipta tetap terjaga, tidak
membatasi alam semesta hanya pada ranah materi saja (materialis), atau ruang saja
(parmenides), atau data indra saja (positivis), atau sebatas angka-angka saja (pythagorean).
Namun sains islam ini haruslah memiliki tujuan moral yang dapat dinisbatkan bagi seluruh
alam semesta.

3. Bagaimana dengan pendekatan Integrasi - Interkoneksi menurut Amin Abdullah


(UIN suka), dan bagaimana implementasinya di dalam pembelajaran PAI ?.
Berikan uraian singkat.
Jawab :
Menurut Amin Abdullah tentang pendekatan integrasi- interkoneksi antara agama dan
ilmu ia menggambarkannya dengan tiga kata kunci yaitu; Semipermeable, Intersubjective
Testability dan Creative Imagination. Pertama, Semipermeable menjelaskan bahwa
hubungan antara ilmu dan agama tidaklah dibatasi oleh tembok atau dinding tebal yang
2
tidak memungkinkan untuk berkomunikasi, namun menurutnya ilmu dan agama adalah
saling menembus, saling merembes. Namun diketahui bahwa tipe semipermeable ini dalam
pendekatan integrasi- interkoneksi tidak berjalan dengan lancer bahkan cenderung
mengalami banyak masalah dan kerusakan pada era multicultural.
Kedua, Intersubjective testability (Keterujian intersubjektif). Menurut dia kata kunci ini
adalah ketika semua komunitas keilmuan ikut bersama-sama berpartisipasi menguji tingkat
kebenaran penafsiran dan pemaknaan data yang diperoleh peneliti dan ilmuan dari
lapangan.
Ketiga, Creative imagination (Imaginasi kreatif). Menurut Amin Abdullah dalam
praktik kependidikan keagamaan dan keislaman perlulah menggunakan imajinasi kreatif
dalam proses pembelajaran dan perkuliahann. Sebagai guru dan dosen diperlukan pikiran
yang lebih kreatif dan memiliki imajinasi yang kreatif, berani mengaitkan, mendialogkan
uraian dalam satu bidang ilmu agama dalam kaitan, diskusi dan perjumpaannya dengan
disiplin keilmuan lain. Apabila langkah ini tidak dilakukan baik dari guru ataupun calon
guru dan dosen, maka pelajaran agama di sekolah terlebih perkuliahan di perguruan tinggi,
lambat laun akan terancam kehilangan relevansi dengan permasalahan kehidupan sekitar
yang sudah pasti semakin hari semakin kompleks.

Dengan melihat 3 tipe kunci pendekatan integrasi- interkoneksi tersebut, maka


diperlukan penyegaran tentang agama, hal ini harus terus dilakukan yaitu di wilayah
pembaharuan dan penafsiran yang sesuai dengan dinamika mutu akhir sesuai dengan indeks
supaya agama tetap aktif. Sesuai dengan filosofi Muhammadiyah yaitu tentang “gerak
melintasi zaman”. Artinya dinamika pemahaman agama itu, terus melintasi zaman namun
Islam tentang berkemajuan yang melahirkan jawaban alternatif yang muncul karena zaman.

Maka dari itu sebagai guru agama nantinya kita harus dapat memberikan kurikulum
yang dapat mengintegrasi dan menginterkoneksi-kan antara ilmu agama dengan sains.
Salah satunya kaitan antara ilmu fiqih dengan sains tentang air yang digunakan dalam
berwudhu haruslah memenuhi standar untuk bersuci. Contohnya dari ibadah puasa,
menurut sains ibadah puasa memiliki beberapa fungsi untuk diri kita diantranya ; dapat
meningkatkan fungsi otak, serta mencegah gangguan neurodegenerative, selain itu juga
dapat meingkatkan sintesis sel saraf, dapat meningkatkan control gula darah serta
meningkatkan kesehatan jantung, dan jika menginginkan manfaat dari puasa maka kita juga
harus menjaga pola makan kita saat sahur dan berbuka sehingga dapat menjadikan tubuh

3
kita menjadi sehat. Dari hal tersebut maka dapat kita lihat bahwa ilmu agama terdapat
hubungannya pula dengan ilmu sains.

You might also like