You are on page 1of 11

GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY ISSN 2407-7798 (Online)

VOLUME 6, NO. 1, 2020: 56-66 https://jurnal.ugm.ac.id/gamajop


DOI: 10.22146/gamajop.52696

Perfeksionisme pada Penari: Adaptif atau Maladaptif?

Is Perfectionism among Dancers Adaptive or Maladaptive?

Talitha Noveasara Dayo1, Syarifah Faradina2


1,2Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala

Submitted 19 December 2019 Accepted 27 April 2020 Published 23 May 2020

Abstract. Dance is an artwork performed by dancers that master the technical art of dance which
perform either individual or groups. Dancers receive subjective evaluation such as criticism and
strive to increase performance quality that leads to perfectionism tendency. Perfectionism is
defined as setting a high standard on performance or task and categorized into adaptive
(conscientious perfectionism) which motivates individual to be composed and organized, and
also maladaptive (self-evaluative perfectionism) which causes individual to criticize oneself
excessively. This study aimed to determine the level perfectionism of dancers in Aceh with 343
dancers consisted of 219 women and 124 men with age range 19-39 years (M=21.38) and selected
with purposive sampling technique. Data collection used Perfectionism Inventory (α) = 0.917.
This research employed quantitative descriptive method. The result of descriptive and crosstab
showed that 290 (84.5%) dancers in Aceh had a high level of perfectionism, especially in the
categorization of traditional dance types, female dancers, and early adult dancers. The results
also showed that self-evaluative perfectionism of dancers in Aceh was at a high level, meanwhile
conscientious perfectionism was at a low level.

Keywords: conscientious perfectionism; dancers; perfectionism; self-evaluative perfectionism

Abstrak. Tarian merupakan salah satu hasil karya seni yang dilakukan oleh penari yang
menguasai teknik-teknik tari tertentu yang dilakukan, baik secara individu maupun kelompok.
Penari mendapatkan penilaian subjektif berupa kritikan dan dituntut untuk meningkatkan
kualitas penampilan yang menimbulkan kecenderungan perfeksionisme. Perfeksionisme adalah
penetapan standar tinggi pada suatu kinerja atau penampilan yang bersifat adaptif (conscientious
perfectionism) yang mendorong individu menjadi teratur dan rapi, dan bersifat maladaptif (self-
evaluative perfectionism) yang menjadikan individu menilai diri secara negatif dan berlebihan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perfeksionisme pada penari di Aceh terhadap
343 penari yang terdiri dari 219 perempuan dan 124 laki-laki dengan rentang usia 19-39 tahun
(M=21,38) yang dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data penelitian
menggunakan Perfectionism Inventory dengan (α) = 0,917. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif deskriptif. Hasil analisis deskriptif dan crosstab menunjukkan bahwa perfeksionisme
pada 290 (84,5%) penari Aceh berada pada tingkat tinggi, terutama pada kategorisasi jenis tari
tradisional, penari perempuan, dan penari berusia dewasa awal. Hasil analisis juga
menunjukkan bahwa self-evaluative perfectionism berada pada kategori tinggi, sedangkan
conscientious perfectionism berada pada kategori rendah.

Kata kunci: conscientious perfectionism; penari; perfeksionisme; self-evaluative perfectionism

1Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan melalui talithanoveasara@gmail.com


2atau sy.faradina@unsyiah.ac.id

56 E-JOURNAL GAMAJOP
PERFEKSIONISME, PENARI, ADAPTIF, MALADAPTIF

Tari adalah proses untuk menyampaikan dengan pencapaian keindahan yang ideal
suatu gerakan dan bentuk kepada para (Eusanio et al., 2014).
penonton (Jackson, 2005). Tari merupakan Selain dinamika peran pada penari,
cerminan budaya berupa identitas pada terdapat juga isu psikologi pada penari.
sekelompok masyarakat dan sekaligus Eusanio et al. (2014) menjelaskan bahwa
sebagai suatu pekerjaan yang menghasilkan terdapat tuntutan pada penari untuk
suatu karya seni (Restela & Narawati, 2017). meraih prestasi, keunggulan, dan
Tarian Aceh ditampilkan secara kesempurnaan dalam penampilan. Selain
berkelompok yang menunjukkan itu, penilaian pada suatu karya seni dapat
karakteristik masyarakat Aceh yang berasal dari lingkungan sosial penari dan
menjaga nilai solidaritas, kekompakan, dan orang terdekat, baik dari pelatih tari
kebersamaan dalam kelompok. Tarian Aceh maupun sesama anggota tim (Conroy et al.,
memiliki ciri khas yang berasal dari 2001). Salah satu tari di Aceh, contohnya
karakteristik masyarakat Aceh berupa tari Didong Gayo, dinilai oleh para juri
struktur adat, tingkah laku, dan pola pikir yang umumnya merupakan mantan “ceh”
(Restela & Narawati, 2017). Tarian Aceh (penyair) atau orang yang memahami adat
umumnya ditampilkan dalam berbagai kesenian Didong (Setyantoro, 2014).
kegiatan seperti upacara adat pernikahan, Penilaian yang bukan berdasarkan skor,
penyambutan tamu, pertunjukan pembuka menjadikan penilaian pada suatu karya seni
pada acara peresmian, maupun sebagai bersifat lebih subjektif (Conroy et al., 2001).
pertunjukan umumnya sebagai pementasan Meskipun terdapat penilaian yang bersifat
seni budaya (Agustina, 2018). subjektif, penari harus menerima berbagai
Penari merupakan individu yang kritikan dan terus berusaha untuk
melakukan aktivitas tari dengan melibatkan meningkatkan kualitas penampilan (Yatabe
perpaduan antara aspek fisik dan aspek et al., 2014).
kognitif (Bläsing & Schack, 2012; Chua, Pada umumnya penari adalah
2014; Eusanio et al., 2014; Koutedakis & perfeksionis (Rasminsky, 2009). Sifat
Jamurtas, 2004). Penari memerlukan proses perfeksionisme kemudian menjadi salah
kognitif untuk menyelaraskan antara satu hal yang memengaruhi seorang penari
gerakan dengan waktu, musik, dan (Eusanio et al., 2014; Stoeber & Stoeber,
koordinasi dengan penari lainnya (Bläsing 2009). Selain terdapat perfeksionisme
& Schack, 2012; Chua, 2014). Keterampilan bersifat negatif seperti mengevaluasi diri
lain yang dibutuhkan oleh penari adalah secara berlebihan, terdapat juga
keterampilan seni dan ketangkasan fisik perfeksionisme bersifat positif seperti
sehingga penari disebut “performing athlete” kemampuan memotivasi orang lain (Hewitt
(Koutedakis & Jamurtas, 2004). Keterlibatan & Flett, 1991). Pada penari, timbulnya
kedua keterampilan tersebut menimbulkan kecemasan yang terus-menerus untuk
suatu keadaan agar peran sebagai atlet mencapai standar-standar yang tidak
sekaligus penampil seni harus dilakukan mungkin tercapai yang menjadikan
secara seimbang, yaitu kesuksesan perfeksionisme maladaptif atau neurotic.
penampilan secara fisik yang sama baiknya Lebih lanjut, perfeksionisme juga bermakna

E-JOURNAL GAMAJOP 57
DAYO & FARADINA

positif ketika perfeksionisme dapat dan self-evaluative perfectionism (Hill et al.,


meningkatkan kualitas penari seperti 2004).
kemampuan menerima suatu kegagalan
maupun ketika menjadikan penari lebih Metode
teratur dan rapi (Rasminsky, 2009).
Penelitian ini melibatkan variabel
Perfeksionisme awal mulanya dikenal
perfeksionisme dengan metode kuantitatif
sebagai suatu konstruk dengan dimensi
deskriptif. Metode analisis data penelitian
tunggal, yaitu hanya berdasarkan sudut
yang digunakan adalah analisis deskriptif
pandang kognitif (Burns, 1980).
dan crosstab untuk melihat persebaran dan
Perfeksionisme muncul ketika individu
jumlah data demografi serta tingkat
menetapkan standar yang tinggi, namun
perfeksionisme pada seluruh partisipan
tidak mungkin untuk mencapai standar
penelitian, dan menggambarkan frekuensi
tersebut, sehingga dapat merugikan diri
atau proporsi kejadian yang terdapat pada
individu (Burns, 1980). Konsep
variabel terikat terhadap seluruh kelompok.
perfeksionisme juga dikenal sebagai
Partisipan penelitian dipilih
konstruk yang bersifat multidimensional,
menggunakan teknik purposive sampling
yaitu konstruk yang menjelaskan
dengan jumlah 343 penari. Kriteria
berdasarkan sudut pandang pribadi dan
partisipan penelitian yaitu penari
sosial (Frost et al., 1990; Hewitt & Flett,
berdomisili di seluruh kabupaten/ kota di
1991). Perfeksionisme memiliki hubungan
Provinsi Aceh, keanggotaan dari sanggar
dengan psikopatologi, namun
tari di Aceh, pernah mengikuti salah satu
perfeksionisme juga memiliki aspek yang
ajang tari, penari berjenis kelamin laki-laki
positif seperti menjadikan individu teratur
dan perempuan, dan berusia lebih dari 19
dalam perencanaan strategi kerja (Frost et
tahun.
al., 1990). Perfeksionisme merupakan suatu
Metode pengumpulan data dalam
perilaku dengan karakteristik memiliki
penelitian ini menggunakan Perfectionism
motivasi untuk menjadi sempurna, dan
Inventory (PI). Perfectionism Inventory (Hill et
menetapkan standar yang tinggi untuk diri
al., 2004) terdiri dari dimensi self-evaluative
sendiri (self-oriented perfectionism),
perfectionism (keadaan mengevaluasi diri)
menetapkan standar yang tinggi untuk
yang terbagi menjadi concerned over mistakes,
orang lain (other-oriented perfectionism), dan
need for approval, perceived parental pressure,
suatu keyakinan diri atau persepsi bahwa
dan rumination. Dimensi lainnya,
individu lain memberikan tekanan akan
conscientious perfectionism (rasa tanggung
kesempurnaan dan mengevaluasi secara
jawab terhadap suatu hal) terbagi menjadi
ketat (socially-prescribed perfectionism)
high standards for others, organization,
(Hewitt & Flett, 1991). Lebih lanjut,
planfulness, dan striving for excellence. Skala
perfeksionisme juga merupakan suatu
PI terdiri dari 59 aitem yang terdiri dari 5
kecenderungan dalam diri individu yang
pilihan jawaban yaitu sangat tidak setuju
mengarahkan pada perfeksionisme yang
diberi nilai 1 hingga sangat setuju diberi
terbagi menjadi conscientious perfectionism
nilai 5.

58 E-JOURNAL GAMAJOP
PERFEKSIONISME, PENARI, ADAPTIF, MALADAPTIF

PI terdiri dari delapan sub dimensi Crosstab. Adapun asumsi penelitian ini
yaitu concerned over mistakes, high standards adalah apabila bentuk tabel kontingensi
for others, need for approval, organization, berukuran 2x2, maka seluruh sel harus
perceived parental pressure, planfulness, memiliki frekuensi harapan (expected
rumination, dan striving for excellence. frequency) lebih dari 5. Apabila bentuk tabel
Delapan subdimensi Perfectionism Inventory kontingensi berukuran lebih dari 2x2, maka
merupakan gabungan antara dimensi jumlah sel dengan frekuensi harapan
perfeksionisme yang diungkapkan oleh (expected frequency) yang berjumlah kurang
(Hewitt & Flett, 1991) dengan (Frost et al., dari 5, tidak boleh lebih dari 20% (Pallant,
1990). Nilai koefisien alpha Cronbach dari 2011).
skala Perfectionism Inventory (Hill et al., 2004) Tabel yang diujikan dalam penelitian
yaitu 0,83. Perolehan nilai reliabilitas alpha terdiri dari 9 tabel dengan ukuran tabel 2x2,
Cronbach dari skala Perfectionism Inventory dan dinyatakan memiliki jumlah cell
(PI) pada saat uji coba (try out) dan dengan nilai frekuensi harapan di atas 5.
penelitian secara berturut-turut yaitu 0,917 Pada 3 tabel yang berukuran 2x3 memiliki
dan 0,898. satu cell dengan frekuensi harapan kurang
dari 5, tetapi frekuensi harapan yang
Hasil kurang dari 5 tidak melebihi 20%. Oleh
karena itu, 12 tabel yang diujikan dalam
Data deskriptif penelitian ini tidak melanggar uji asumsi
Penelitian ini melibatkan 343 partisipan dan dapat melanjutkan pada tahap analisis
penelitian berusia 19 hingga 39 tahun yang data.
berdomisili di Provinsi Aceh. Partisipan
penelitian terdiri dari 124 (36,2%) berjenis Uji statistik
kelamin laki-laki dan 219 (63,8%) berjenis Uji statistik dilakukan dengan
kelamin perempuan. Ditinjau berdasarkan menggunakan analisis crosstab. Hasil
usia, jumlah tertinggi berada pada rentang analisis crosstab terdapat pada Tabel 1.
usia 20-24 tahun yang berjumlah 197 Hasil analisis data menunjukkan
(57,4%), sedangkan rentang usia paling bahwa berdasarkan jenis tari, kategori
rendah yaitu usia 25-39 tahun berjumlah 36 perfeksionisme tinggi berada pada 201
(10,5%). Berdasarkan jenis tari yang penari tradisional, sedangkan penari
dikuasai, tingkat tertinggi berada pada tradisional dan kreasi memiliki jumlah yang
penari tradisional berjumlah 236 (69%), lebih rendah yaitu 89 penari. Berdasarkan
sedangkan penari tradisional dan kreasi jenis kelamin, kategori perfeksionisme
berada pada tingkat terendah berjumlah 107 tinggi berada 186 penari berjenis kelamin
(31%). perempuan. Hasil yang berbeda dengan
penari berjenis kelamin laki-laki yang
Uji asumsi berada pada jumlah yang lebih rendah
Penentuan uji asumsi pada penelitian ini yaitu 104 penari. Perfeksionisme yang
didapatkan setelah data diolah, sehingga uji ditinjau berdasarkan usia, sejumlah 200
asumsi dilakukan sejalan dengan pengujian penari berusia dewasa awal berada pada

E-JOURNAL GAMAJOP 59
DAYO & FARADINA

Tabel 1.
Hasil Analisis Crosstab Perfeksionisme dengan Data Demografi
Deskripsi Demografi Perfeksionisme Jumlah Persentase (%)
Jenis Tari Penari Tradisional
Rendah 35 14
Tinggi 201 86
Penari Tradisional dan Kreasi
Rendah 18 16
Tinggi 89 84
Jenis Kelamin Laki-laki
Rendah 20 17
Tinggi 104 83
Perempuan
Rendah 33 15
Tinggi 186 85
Usia Remaja Akhir
Rendah 20 18
Tinggi 90 82
Dewasa Awal
Rendah 33 14
Tinggi 200 86

kategori perfeksionisme tinggi. Lebih lanjut, pada kategori tinggi, dan 53 (15,5%) penari
usia remaja akhir berada pada jumlah yang berada pada kategori rendah.
lebih rendah yaitu 90 penari. Hasil akhir penelitian ini
menunjukkan bahwa 290 (84,5%) penari di
Kategorisasi Hasil Penelitian Aceh memiliki tingkat perfeksionisme
Kategorisasi perfeksionisme dan dimensi tinggi dari jumlah total 343 partisipan
perfeksionisme pada penari di Aceh dapat penelitian. Perfeksionisme pada penari di
dilihat pada Tabel 2. Aceh tergolong dalam self-evaluative
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa perfectionism (maladaptif) dengan
290 (84,5%) penari berada pada kategori persentase 84,5%. Lebih lanjut, analisis data
perfeksionisme tinggi, dan 53 (15,5%) sosiodemografi partisipan penelitian
penari berada pada kategori perfeksionisme menunjukkan bahwa penari di Aceh
rendah. Kategorisasi conscientious memiliki perfeksionisme tinggi pada
perfectionism menunjukkan bahwa 282 kategori penari tradisional (86%), penari
(82,2%) penari berada pada kategori tinggi, perempuan (85%), dan penari berusia
dan 61 (17,8%) penari berada pada kategori dewasa awal (86%).
rendah. Pada kategorisasi self-evaluative
perfectionism, 290 (84,5%) penari berada

60 E-JOURNAL GAMAJOP
PERFEKSIONISME, PENARI, ADAPTIF, MALADAPTIF

Tabel 2.
Kategorisasi Perfeksionisme dan Dimensi Perfeksionisme
Rumus Persentase
Skala Kategorisasi Jumlah
Kategorisasi (%)
Perfeksionisme X > 31,1 Tinggi 290 84,5
X < 24,76 Rendah 53 15,5
Conscientious X > 16,53 Tinggi 282 82,2
Perfectionism X < 13,15 Rendah 61 17,8
Self-Evaluative X > 15,08 Tinggi 290 84,5
Perfectionism X < 11,1 Rendah 53 15,5

Diskusi perfeksionisme maladaptif dikarenakan


penari tidak dapat menerima kesalahan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui yang terjadi di dalam suatu penampilan
tingkat perfeksionisme pada penari di (Gittens, 2012).
Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perfeksionisme pada penari berada
penari di Aceh memiliki tingkat pada kategori tinggi dikarenakan berada
perfeksionisme yang tinggi. Hasil penelitian pada lingkungan yang kompetitif,
ini didukung oleh penelitian Nordin-Bates menuntut kesempurnaan, dan standar yang
et al. (2011) bahwa penari memiliki tinggi. Lingkungan penari yang kompetitif
kecenderungan perfeksionisme tinggi. menjadikan penari mendapat tekanan dari
Penari memiliki kecenderungan pelatih untuk berlatih secara maksimal agar
perfeksionisme tinggi dikarenakan terdapat mencapai hasil yang sempurna (Goodwin et
skor self-evaluative perfectionism al., 2014; Thomas et al., 2005). Gittens (2012)
(perfeksionisme yang mengevaluasi diri) menjelaskan bahwa penari juga
yang tinggi dan memiliki hubungan dengan menetapkan standar yang tinggi terhadap
tingkat kepercayaan diri yang rendah, diri sendiri, hal ini dikarenakan adanya
tuntutan untuk meraih keunggulan, dan keinginan dalam diri penari untuk
intensitas kecemasan yang tinggi. Penelitian mendapatkan suatu prestasi, maka terdapat
Goodwin et al. (2014) juga menyatakan dorongan dalam diri untuk terus
bahwa penari memiliki perfeksionisme meningkatkan prestasi tersebut. Penari
yang tinggi, terutama pada self-evaluative menetapkan standar-standar yang tinggi
perfectionism. Hasil penelitian Gittens (2012) untuk membuktikan bahwa penari tersebut
juga menyebutkan bahwa penari memiliki layak untuk mendapatkan posisi atau
tingkat perfeksionisme yang tinggi. Hal prestasi yang telah diraih. Penetapan
tersebut dikarenakan penari mengalami standar yang tinggi juga dilakukan untuk
tingkat kecemasan yang tinggi sehingga menghindari kritikan dari orang lain
menyebabkan meningkatnya perfeksionis- (Gittens, 2012). Penetapan standar kinerja
me, terutama yang maladaptif. Penelitian yang tinggi dan dorongan untuk menjadi
tersebut lebih lanjut menjelaskan bahwa unggul merupakan komponen utama dari
penari lebih tinggi pada tingkat

E-JOURNAL GAMAJOP 61
DAYO & FARADINA

perfeksionisme (Gittens, 2012; Krasnow et penari juga dapat menimbulkan


al., 1999). perfeksionisme yang bersifat maladaptif
Perfeksionisme jika ditinjau (Nordin-Bates, 2020). Lebih lanjut, Nordin-
berdasarkan dimensi, didapatkan hasil Bates (2020) menjelaskan bahwa tarian
analisa bahwa self-evaluative perfectionism kelompok memerlukan kolaborasi yang
pada penari di Aceh berada pada kategori baik, sehingga apabila terdapat individu
tinggi (84.5%). Dimensi yang dominan yang mendominasi di dalam kelompok
berupa self-evaluative perfectionism, dapat menimbulkan permasalahan.
bermakna bahwa partisipan penelitian Individu yang mendominasi tersebut dapat
memiliki kecenderungan unhealthy menghalangi individu lain untuk
perfectionism (Stoeber & Otto, 2006). berkembang dan dapat menimbulkan self-
Unhealthy perfectionist yaitu individu criticism bahwa diri sendiri tidak cukup
dengan keinginan atau dorongan untuk baik. Hasil penelitian Goodwin et al. (2014)
menjadi lebih baik, namun tidak dapat juga mendukung bahwa penetapan standar
menerima keterbatasan maupun yang tinggi atau dorongan untuk menjadi
ketidaksempurnaan yang juga terjadi di unggul tidak menjadi penyebab utama,
dalam prosesnya (Chan, 2010). Individu selama lingkungan tari tidak terus-menerus
dengan perfeksionisme maladaptif meningkatkan evaluasi negatif yang
umumnya menetapkan standar yang tinggi menimbulkan kritikan terhadap diri penari
yang tidak mungkin dicapai dan selalu (self-criticism).
menghindari melakukan kesalahan Lebih lanjut, penari berjenis kelamin
(Schuler, 2000). Penari yang tidak dapat perempuan termasuk dalam kategori
menerima kesalahan atau sangat tidak puas perfeksionisme tinggi. Hasil penelitian ini
dengan suatu penampilan yang tidak didukung oleh penelitian Nordin-Bates et al.
sempurna ialah penari dengan (2011) bahwa penari perempuan memiliki
kecenderungan perfeksionisme yang kecenderungan perfeksionis yang lebih
maladaptif (Gittens, 2012). Hasil penelitian tinggi. Schuler (2000) juga menjelaskan
Nordin-Bates (2020) juga menunjukkan bahwa perfeksionisme lebih tinggi pada
bahwa penari yang mendapatkan kritikan jenis kelamin wanita dikarenakan wanita
maupun hukuman dapat menimbulkan lebih memerhatikan kerapian dalam
rasa khawatir dan melakukan evaluasi berpenampilan maupun gaya berpakaian.
negatif terhadap diri sehingga Nordin-Bates et al. (2011) juga menyatakan
menimbulkan self-evaluative perfectionism. bahwa jumlah penari laki-laki umumnya
Penari di Aceh yang tampil secara lebih sedikit, sehingga penari laki-laki tidak
berkelompok dapat menjadi salah satu terlalu berkompetisi untuk meraih prestasi
faktor tingkat self-evaluative perfectionism di bidang pendidikan maupun pekerjaan.
yang tinggi. Dinamika kelompok yang Penari wanita yang lebih berkompetisi
negatif seperti komunikasi atau hubungan untuk meraih prestasi yang kemudian
yang buruk antara pelatih dengan penari, menimbulkan tingkat perfeksionisme yang
maupun komunikasi atau hubungan yang lebih tinggi (Nordin-Bates et al., 2011).
buruk antara penari dengan sesama rekan

62 E-JOURNAL GAMAJOP
PERFEKSIONISME, PENARI, ADAPTIF, MALADAPTIF

Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam kategori perfeksionisme tinggi.


sejumlah 201 penari tradisional berada pada Goodwin et al., (2014) menyebutkan bahwa
kategori perfeksionisme tinggi. Hal tersebut kecenderungan perfeksionisme merupakan
dikarenakan tarian tradisional lebih bagian dari perkembangan manusia.
berfokus pada kesempurnaan penampilan Perfeksionisme semakin meningkat seiring
daripada sensasi atau emosi yang dirasakan pertambahan usia, dikarenakan tekanan
dari seni yang ditampilkan (Jackson, 2005). dan kompetisi dalam kehidupan sehari-hari
Tarian tradisional juga bersifat tidak yang juga semakin meningkat (Nordin-
fleksibel, yaitu penari harus patuh dan Bates et al., 2011). Pada tahapan dewasa
tunduk terhadap perintah dan aturan yang awal, individu berkompetisi agar menjadi
diberikan oleh pelatih (Morris, 2003). yang terbaik (Papalia et al., 2011). Ketika
Penelitian Nordin-Bates (2020) juga individu berusaha untuk menjadi yang
menunjukkan hasil bahwa tarian klasik atau terbaik atau menghindari kegagalan, maka
tradisional lebih cenderung menimbulkan individu memiliki tujuan untuk mencapai
perfeksionisme dibandingkan tarian kesempurnaan yang kemudian
kontemporer. Hal tersebut dikarenakan menimbulkan perfeksionisme (Sunkarapalli
tarian klasik lebih berfokus pada aturan & Agarwal, 2017).
teknis yang spesifik seperti yang diajarkan
oleh pelatih maupun seperti aturan Kesimpulan
umumnya. Aturan teknis yang terdapat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pada tarian tradisional menyebabkan penari
tingkat perfeksionisme pada penari di
tidak dapat mengembangkan kreativitas
Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada sebuah tarian (Morris, 2003).
penari di Aceh memiliki tingkat
Lebih lanjut, penari kontemporer
perfeksionisme tinggi, terutama pada self-
memiliki perfeksionisme yang lebih rendah
evaluative perfectionism yaitu perfeksionisme
dikarenakan melibatkan kreativitas pada
yang mengevaluasi diri secara negatif.
tarian. Kreativitas pada tarian dibentuk
Berdasarkan analisis data sosiodemografi
melalui metode latihan yang beragam,
partisipan penelitian, ditemukan bahwa
misalnya pelatih melibatkan penari dalam
pada penari tradisional, penari perempuan,
mengembangkan suatu tarian (Morris,
dan penari berusia dewasa awal memiliki
2003). Kreativitas pada suatu tarian dapat
tingkat perfeksionisme tinggi,
membantu mengurangi rasa khawatir
dibandingkan dengan kriteria demografi
maupun ketakutan akan kegagalan
lainnya.
sehingga dapat mengurangi perfeksionisme
(Nordin-Bates, 2020).
Saran
Partisipan penelitian dengan usia 19
Kepada partisipan penelitian yaitu para
tahun dikategorikan sebagai remaja akhir
penari, dalam mencapai tujuan hendaknya
dan usia 20-39 tahun dikategorikan sebagai
menyesuaikan dengan standar-standar
dewasa awal (Papalia et al., 2011). Hasil
yang memungkinkan untuk dicapai, dan
analisis menunjukkan bahwa sejumlah 200
melakukan evaluasi yang bersifat positif
penari berusia dewasa awal termasuk

E-JOURNAL GAMAJOP 63
DAYO & FARADINA

terhadap diri sendiri maupun rekan tim. 10.1080/13875868.2011.626095


Para penari juga sebaiknya mencoba Burns, D. (1980). The perfectionist’s script
menceritakan setiap kendala ataupun for self-defeat. Psychology Today,
permasalahan yang dialami yang dapat November, 34–51.
dilakukan bersama pelatih, rekan tim, Chan, D. W. (2010). Healthy and unhealthy
maupun bantuan tenaga profesional seperti perfectionists among academically
layanan konseling agar diarahkan untuk gifted Chinese students in Hong
menemukan solusi terbaik. Kong: Do different classification
Peneliti selanjutnya yang ingin schemes make a difference? Roeper
melakukan penelitian dengan variabel yang Review, 32(2), 88–97. doi:
sama, dapat mengaplikasikan metode 10.1080/02783191003587876
kuantitatif dengan uji komparasi maupun Chua, J. (2014). Dance talent development
uji korelasi. Peneliti selanjutnya juga dapat across the lifespan: A review of
meninjau variabel-variabel lain yang current research. Research in Dance
berhubungan dengan perfeksionisme Education, 15(1), 23–53. doi:
seperti kecemasan, konsep diri, self-esteem, 10.1080/14647893.2013.825749
eating disorder, maupun prokrastinasi. Selain Conroy, D. E., Poczwardowski, A., &
itu, peneliti selanjutnya juga dapat Henschen, K. P. (2001). Evaluative
mempertimbangkan partisipan penelitian criteria and consequences associated
selain penari, seperti atlet, mahasiswa, with failure and success for elite
maupun penampil seni lainnya seperti athletes and performing artists.
penyanyi, dan pemusik. Journal of Applied Sport Psychology,
13(3), 300–322. doi:
Ucapan Terima Kasih 10.1080/104132001753144428
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Eusanio, J., Thomson, P., Psy, D., Jaque, S.
Ibu Maya Khairani, S.Psi., M.Psi., Psikolog, V., & Ph, D. (2014). Perfectionism,
Ibu Zaujatul Amna, S.Psi., M.Sc., Ibu shame, and self-concept in dancers.
Afriani, S.Psi., M.Sc, dan seluruh sanggar Journal of Dance Medicine & Science,
tari di Provinsi Aceh. 18(3), 106–114. doi: 10.12678/1089-
313X.18.3.106
Kepustakaan Frost, R. O., Marten, P., Lahart, C., &
Rosenblate, R. (1990). The dimensions
Agustina, R. (2018). Makna tari ranup of perfectionism. Cognitive Therapy and
lampuan (dengan pemberian uang di Research, 14(5), 449–468. doi:
dalamnya) bagi masyarakat Banda Aceh 10.1007/BF01172967
(Tesis tidak dipublikasikan). Institut Gittens, C. Y. (2012). A comparative study:
Seni Indonesia, Yogyakarta. Perfectionism in elite ballet dancers and
Bläsing, B., & Schack, T. (2012). Mental artistic gymnasts (Tesis tidak
representation of spatial movement dipublikasikan). Birmingham:
parameters in dance. Spatial Cognition University of Birmingham.
& Computation, 12(2–3), 111–132. doi: Goodwin, H., Arcelus, J., Geach, N., &

64 E-JOURNAL GAMAJOP
PERFEKSIONISME, PENARI, ADAPTIF, MALADAPTIF

Meyer, C. (2014). Perfectionism and dilemma? Journal of Dance Education,


eating psychopathology among 20(1), 23–34. doi:
dancers: The role of high standards 10.1080/15290824.2018.1546050
and self-criticism. European Eating Nordin-Bates, S. M., Cumming, J., Aways,
Disorders Review, 22(5), 346–351. doi: D., & Sharp, L. (2011). Imagining
10.1002/erv.2282 yourself dancing to perfection?
Hewitt, P. L., & Flett, G. L. (1991). Correlates of perfectionism among
Perfectionism in the self and social ballet and contemporary dancers.
contexts: Conceptualization, Journal of Clinical Sport Psychology,
assessment, and association with 5(1), 58–76. doi: 10.1123/jcsp.5.1.58
psychopathology. Journal of Personality Pallant, J. (2011). SPSS survival manual: A
and Social Psychology, 60(3), 456–470. step by step guide to data analysis using
doi: 10.1037/0022-3514.60.3.456 SPSS (Edisi keempat). Open
Hill, R. W., Huelsman, T. J., Furr, R. M., University Press.
Kibler, J., Vicente, B. B., & Kennedy, Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D.
C. (2004). A New measure of (2011). Human development (Psikologi
perfectionism: The perfectionism perkembangan) (A. K. Anwar, Terj.).
inventory. Journal of Personality Kencana.
Assessment, 82(1), 80–91. doi: Rasminsky, A. (2009). Perfectionism 101 -
10.1207/s15327752jpa8201_13 Dance spirit. Diakses melalui
Jackson, J. (2005). My dance and the ideal https://www.dancespirit.com/perfecti
body: Looking at ballet practice from onism_101-2326036484.html
the inside out. Research in Dance Restela, R., & Narawati, T. (2017). Tari
Education, 6(1–2), 25–40. doi: Rampoe sebagai cerminan
10.1080/14617890500373089 karakteristik masyarakat Aceh.
Koutedakis, Y., & Jamurtas, A. (2004). The Panggung, 27(2), 187–200. doi:
dancer as a performing athlete: 10.26742/panggung.v27i2.260
Physiological considerations. Sports Schuler, P. A. (2000). Perfectionism and
Medicine, 34(10), 651–661. doi: gifted adolescents. Journal of Secondary
10.2165/00007256-200434100-00003 Gifted Education, 11(4), 183–196. doi:
Krasnow, D., Mainwaring, L., & Kerr, G. 10.4219/jsge-2000-629
(1999). Injury, stress, and Setyantoro, A. S. (2014). Mengenal Didong
perfectionism in young dancers and Gayo - Balai pelestarian nilai budaya
gymnasts. Journal of Dance Medicine & Aceh. Diakses melalui
Science, 3(2), 51–58. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
Morris, G. (2003). Problems with Ballet: bpnbaceh/mengenal-didong-gayo/
Steps, style and training. Research in Stoeber, J., & Otto, K. (2006). Positive
Dance Education, 4(1), 17–30. doi: conceptions of perfectionism:
10.1080/14647890308308 Approaches, evidence, challenges.
Nordin-Bates, S. M. (2020). Striving for Personality and Social Psychology
perfection or for creativity: A dancer’s Review, 10(4), 295–319. doi:

E-JOURNAL GAMAJOP 65
DAYO & FARADINA

10.1207/s15327957pspr1004_2 Examination of environmental and


Stoeber, J., & Stoeber, F. S. (2009). Domains individual risk factors. International
of perfectionism: Prevalence and Journal of Eating Disorders, 38(3), 263–
relationships with perfectionism, 268. doi: 10.1002/eat.20185
gender, age, and satisfaction with life. Yatabe, K., Yui, N., Kasuya, S., Fujiya, H.,….
Personality and Individual Differences, & Musha, H. (2014). Anxiety and
46(4), 530–535. doi: mood among ballet dancers: A pilot
10.1016/j.paid.2008.12.006 study on effects of a medical approach
Sunkarapalli, G., & Agarwal, T. (2017). Fear involving periodic intervention.
of failure and perfectionism in young Annals of Sports Medicine and Research,
adults. The International Journal of 1:1002(1), 1–8.
Indian Psychology, 4(3), 92–106.
Thomas, J. J., Keel, P. K., & Heatherton, T. F.
(2005). Disordered eating attitudes
and behaviors in ballet students:

66 E-JOURNAL GAMAJOP

You might also like