You are on page 1of 5

mPraktikum HIV/AIDS

Dosen : Nur Wahyuni Munir, S.Kep.,Ns.,M.Kes

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSELING PRA TES DAN PASCA TES HIV AIDS

OLEH

Nama Mahasiswa : Andi Nurul Astika

Stambuk : 14220200010

Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2022
A. Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah putih
dan menyebabkan penurunan imunitas manusia (WHO, 2014 dalam Pusdatin Kemenkes,
2014).
Konseling keluarga adalah proses komunikasi antara konselor dengan klien (Keluarga :
remaja dan orang tua remaja) dalam hubungan yang membantu, sehingga keluarga dan atau
masing-masing anggota keluarga mampu membuat keputusan, merubah perilaku secara
positif dan mengembangkan suasana kehidupan keluarga sehingga konstelasi keluarga
berfungsi secara keseluruhan, meningkatkan ketahanan keluarga serta mengembangkan
potensi masing-masing anggota keluarga sebagai pribadi maupun sebagai anggota keluarga.
Selain itu konseling juga dapat didefinisika sebagai suatu proses konsultasi untuik
membantu pasien mempelajari situasi mereka, mengenali dan melakukan pemecahan
masalahterhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.
B. Tujuan
1) Menyediakan dukungan psikologi
2) Mencegah penularan HIV
3) Menyediakan informasi tenteng perilaku beresiko
4) Membantu mengembangkan keahlian pribadi yangdiperlukan untuk menjalani
kebiasaan hidup aman.
5) Memastikan pengobatan yang efektif termasuk pemecahanmasalah dengan
menangani isu.
C. Kebijakan Konseling
1) Konseling diberikan oleh konselor yang telah terlatih.
2) Ruang konseling harus aman, nyaman serta perlu manjagakerahasiaan.
3) Syarat-syarat konselor di Rumah Sakit:
a) Harus terlatih melalui pelatihan atau pendidikanformal.
b) Menyediakan diri dan waktunya untuk membantu pasien melalui konseling
c) Dapat berempati dan mendengarkan dengan perhatian
d) Memahami proses infeksi HIV dan infeksi opotunistik.
e) Dapat menyimpan rahasia
D. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Tahap penerimaan pasien
2. Respon pasien
3. Kerahasiaan pasien
E. Alat dan Bahan
1) Leaflet
2) Ruang konseling
3) Meja dan kursi untuk petugas dan pasien
F. Prosedur Pelaksannaan
1. Tahap Pra Intraksi
1) Melakukan verifikasi data klien
2) Mengatur jadwal konseling dengan klien
2. Tahap Orientasi
1) Salam sebagai pendekatan terapeutik
2) Cek identitas klien dengan gelang pasien
3) Menjelaskan tujuan konseling pada keluarga/klien
3. Tahap Kerja
1) Konseling pencegahan :
a) Pemahaman HIV / AIDS dan dampak fisik serta psikososial.
b) Cara penularan dan pencegahan.
c) Pemahaman perilaku hidup sehat.
d) Mendorong perubahan perilaku kearah hidupsehat.
2) Konseling Pre test :
a) Motivasi pelaksanaan test sukarela.
b) Interpretsi hasil yest meliputi  penapisan dan konfirmasi
c) Tanpa gejala dan gejala nyata.
d) Pemahaman infeksi HIV dan dampaknya.HIV tidak dapat sembuh namun
dapat tetap produktif
e) Infeksi opotunistis dapat diobati
3) Estimasi hasil
a) Kesiapan mental emosional penerimaaanhasil pemeriksaan.
b) Mengkaji factor resiko
c) Periode jendela
4) Membuat rencana jika didapatkan hasil.
a) Apa yang dilakukan jika hasil positif atau negatif.
b) Memperkirakan dukungan dari orang dekat/ sekitar pasien. Membangun
pemahaman hidup sehat dan mendorong perilaku sehat.

Membuat keputusan : melaksanakan test / tidak

5) Konseling Pasca test


a) Menilai situasi psikososial terkini, mendukung mentalemosional pasien.
b) Menilai pemahaman klien.
c) Membacakan hasil.
d) Mendukung emosi klien, ventilasi dan mendorongklien bicara lebih lanjut.
e) Manajemen pemecahan masalah : gali masalah, pahamidan jelaskan pada
klien, susun rencana. Membantumembuat rencana menghadapi kehidupan
pasca pemberitahuan hasil dengan perubahan kearah perilakusehat. 
6) Konseling menghadapi kematian
a) Pemahaman akan makna hidup
b) Pemahaman kan makna meninggal duania
c) Cita-cita yang sudah tercapai.
d) Cita-cita yang belum tercapai
e) Bagaimana dengan cita-cita yang belum tercapaikepada siapa mau
disampaikan.
7) Konseling kepatuhan berobat
a) Pemahaman jenis, cara dan proses pengobatan.
b) Pemahaman dampak putus obat
c) Dukungan untuk mengurangi beban psikologik yang membuat pasien
merasa sakit / cacat / tidak berdaya,tak ada harapan menghadapi
kehidupan karena ia harus meggunakan obat dalam jangka waktu panjang.
4. Tahap Terminasi
1) Melakukan evaluasi dari hasil konseling
2) Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
3) Berpamitan dengan klien
Referensi

Ahluwalia V.K. Ahluwalia M. 2018. HIV/AIDS transmission, prevention and alternative therapies.
New Delhi: Lotus Press.

Anita. 2020. Penyebaran dan usaha pencegahan AIDS. Dalam R.H Nasution, C. Anwar. D.P.
Nasution: AIDS: Kita bisa kena kita bisa cegah. Medan: Penerbit Monora. p.35-41.

Davey Patrick. 2018. Infeksi HIV dan AIDS. Dalam A. Safitri: At a Glance Medicine. Jakarta:
Penerbit Erlangga. p.288-289. David Hendrizal. 2009. Evaluasi atribut surveilans AIDS di
Dinas Kesehatan

Mei 2019. Brooks Geo. F. Butel Janet S, Morse Stephen A. 2005. AIDS dan Lentivirus. Dalam D.
Sjabana: Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.

You might also like