Professional Documents
Culture Documents
Dokumen
Dokumen
Teks eksplanasi yaitu teks yang berisi penjelasan tentang proses terjadinya peristiwa atau fenomena
alam, social, budaya atau yang lainnya.
a. Teks terdiri atas pernyataan umum (gambaran awal tentang apa yang disampaikan), deretan
penjelas (inti penjelasan apa yang disampaikan/ urutan sebab akibat dari suatu fenomena yang
dibahas secara mendalam dan berdasarkan urutan waktu), dan interpretasi (pandangan atau
simpulan).
b. Memuat informasi berdasarkan fakta (factual) dan menjelaskan sebab-akibat suatu peristiwa.
c. Hal yang dibahasa yaitu suatu fenomena yang bersifat keilmuan, misalnya yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan (sains)
d. Teks bersifat informatif dan tidak berusaha untuk mempengaruhi pembaca agar percaya hal
yang dibahas.
Dalam suatu teks, terdapat gagasan/ide yang dapat dikembangkan menjadi beberapa kalimat.
Gagasan tersebut merupakan gagasan utama atau disebut juga ide pokok. Gagasan utama atau ide
pokok terletak di dalam kalimat utama. Kalimat utama biasanya muncul pada awal, tengah, atau
akhir paragraf
*Catatan
Pada umumnya paragraf-paragraf dalam teks eksplanasi bersifat deduktif (gagasan utamanya
terletak di awal paragraf). Namun, ada pula paragraph yang bersifat induktif (gagasan utama terletak
di akhir paragraf) maupun campuran (gagasan utama berada di awal dan akhir paragraf)
Contoh:
Apa akibat rusaknya hutan Indonesia? Saat ini bangsa Indonesia sedang mengalaminya, bencana
longsor, banjir, rusaknya ekologi atau lingkungan hidup, pancaroba cuaca. Perikehidupan kita
sebagai bangsa yang semakin rentan, terutama sesame warga miskin dan ketinggalan. Lebih kontras
serta tidak adil lagi jika kita perhitungkan hasil kerusakan hutan tidak dinikmati rakyat banyak atau
negara, tapi jatuh ke tangan para pelaku penebangan liar pengolahan hutan yang tidak bonafide.
Alasan : Teks tersebut menjelaskan kerugian akibat rusaknya hutan bagi kehidupan, yakni bencana
longsor, banjir, rusaknya ekologi atau lingkungan hidup, pancaroba cuaca.
· Rincian yang berpola atas pertanyaan ‘bagaimana’ akan melahirkan uraian yang tersusun
secara kronologis ataupun gradual. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan urusan
waktu.
· Rincian yang berpola atas pernyataan ‘mengapa’ akan melahirkan uraian yang tersusun secara
kausalitas. Dalam hal ini fase-fase kjadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab akibat.
c. Ulasan (review), berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang
dipaparkan sebelumnya.
b. Menggunakan kata teknis atau istilah yang memiliki makna khusus di bidang tertentu.
Contoh:
1) Apabila teks eksplanasi yang dibahas berupa fenomena alam, seperti gempa bumi, istilah yang
digunakan berupa lempeng bumi, vulkanik, sesar, geologi, tektonik, lava, magma, dan sebagainya.
2) Apabila teks eksplanasi yang dibahas berupa fenomena sosial, seperti kemiskinan di
kotai, istilah yang digunakan berupa urban, urbanisasi, migrasi, tingkat pengangguran, desakan
ekonomi, lapangan pengangguran dan sebagainya.
c. Menggunakan kata kerja (verba) kausatif, yaitu kata kerja yang dapat menyatakan makna
kausalitas (hubungan sebab akibat), seperti menyebabkan, disebabkan (oleh), mengakibatkan,
diakibatkan (oleh), berakibat pada, berdampak pada, menimbulkan, dan sebagainya.
Contoh:
Hujan asam dapat menyebabkan matinya ribuan ikan di Sungai Bengawan Solo, Jawa Tengah.
d. Menggunakan kata kerja pasif, misalnya terlihat, terbagi, terwujud, dimulai, ditimbun,
diahirkan.
Contoh:
Dua hari yang lalu Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas.
f. Menggunakan kata benda yang merujuk pada jenis fenomenanya, bukan kata ganti
penceritanya., misalnya, Kotamadnya Surakarta, harimau, gerhana, kesenian daerah, perkembangan
budaya Magelang.
g. Menggunakan konjungsi
· Konjungsi kausalitas, yaitu kata hubung yang menyatakan sebab akibat. Berdasarkan letaknya,
ada dua jenis konjungsi kausal yaitu konjungsi intra kaliamat dan konjungsi antarkalimat.
2) Konjungsi antarkalimat, meliputi: akibatnya, oleh karena itu, jadi, hasilnya, dampaknya.
Contoh:
Karena saluran air tertutup sampah, jalan itu mudah tergenang air.
Masyarakat banyak mendirikan bangunan liar di bantaran kali. Akibatnya, aliran air sungai tidak
teratur.
· Konjungsi temporal/kronologis (hubungan waktu), yaitu kata hubung yang menyatakan urutan
kejadian atau peristiwa, misalnya mula-mula, setelah itu, lalu, kemudian, sebelum, sesudah,
selanjutnya, berikutnya.
Contoh:
a. Paragraf sebab akibat, yaitu paragraph yang menggunakan pola khusus-umum (induktif) atau
dapat pula umum-khusus (deduktif).
1) Paragraf induktif (khusus-umum)
· Mengikuti pola induksi. Pada awal paragraf berisi kalimat penjelas yang merupakan sebab,
kemudian di akhir paragraf berisi kalimat utama yang merupakan akibat.
· Pada awal paragraf berisi kalimat utama yang merupakan akibat, kemudian di akhir paragraf
berisi kalimat penjelas yang merupakan sebab.
Gempa bumi melanda wilayah bagian selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, 27 Mei 2006
pukul 05.54 WIB. Kekuatan gempa bumi tercatat 6,2 skala Richter pada kedalaman 17,1 km. Pusat
gempa terletak pada posisi sekitar 25 km barat daya Kota Yogyakarta.
Gempa bumi ini mengakibatkan puluhan orang meninggal. Beberapa orang luka-luka. Sejumlah
bangunan roboh dan mengalami kerusakan. Selain itu, dilaporkan juga terjadi longsoran dan
kerusakan berat pada permukaiman dan bangunan lainnya di Kabupaten Bantul karena dekat
dengan sumber gempa bumi.
b. Paragraf proses, yaitu suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk
menghasilkan sesuatu atau perurutan suatu kejadian/peristiwa. Adapun langkah-langkah untuk
menyusun pola pengembangan proses dalah sebagai berikut.
· Menjelaskan setiap urutan it uke dalam detail-detail detail-detail yang tegas sehingga pembaca
dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.
Misalnya bagaimana tejadinya banjir? Jawaban atas pertanyaan tersebut mengacu pada suatu
proses. Pola pengembangan jenis ini biasanya menggunakan konjungsi berupa mula-mula, lalu,
kemudian, setelah itu.
Pada bulan keempat, muka telah kian tampak seperti manusia. Dalam bulan kelima, rambut-rambut
mulai tumbuh pada kepala. Selama bulan keenam, alis dan bulu mata timbul. Setelah tujuh bulan,
fetus mirip kulit orang tua dan kulit merah berkeriput. Selama bulan kedelapan dan kesembilan,
lemak ditimbun di bawah kulit sehingga perlahan-lahan menghilangkan keriputpada kulit. Kaki
membulat. Kuku keluar pada ujung-ujung jari. Rambut asli rontok dan fetus menjadi sempurna dan
siap untuk dilahirkan.
Teks eksplanasi disusun dengan menggunakan kalimat yang jelas, logis, dan benar. Adapaun langkah-
langkah menyusun teks eksplanasi adalah sebagai berikut.
a. Menentukan tema.
Tentukanlah jenis eksplanasi apa yang akan dibuat, misalnya tentang fenomena alam berupa proses
terjadinya hujan, tsunami, gunung meletus, atau gerhana matahari/bulan. Selain itu, juga dapat
berupa fenomena social, seperti proses terbentuknya paguyuban, proses terjadinya urbanisasi,
kemiskinan, dan sejenisnya.
c. Mengumpulkan bahan.
Bahan tulisan eksplanasi dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti penguasaan pengetahuan
penulis, internet, buku pelajaran, atau penelitian langsung.
Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam beberapa subtopic lalu menyusunnya
secara sistematis dan logis. Kerangka eksplanasi dapat mengikuti pola pernyataan umum – deret
penjelas – interpretasi.
e. Mengembangkan kerangka.
Pada tahap ini kerangka dikembangkan menjadi teks eksplanasi yang utuh dengan memperhatikan
struktur dan kaidah kebahasaan yang tepat
Pada tahap ini tujuannya untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang mungkin terdapat dalam teks.
Gempa Aceh
Gempa dahsyat pernah terjadi di Aceh, 26 Desember 2004, pada pukul 07.58 WIB. Pusat gempa
terletak di sebelah barat Aceh dengan kedalaman 10 km. Bencana ini merupakan gempa bumi
terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Dampak kerusakannya meliputi Aceh, Sumatra
Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand Pantai Timur India, Srilangka, bahkan sampai
Pantai Timur Afrika.
Gempa ini juga mengakibatkan gelombang laut setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian
terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan negara dengan
jumlah kematian terbesar.
Kekuatan gempa pada penghujung tahun 2004 itu mencapai 9.0 richter dengan korban tewas
mencapai 283.100, 14.000 orang hilang dan 1,126,900 kehilangan tempat tinggal. Gempa bumi yang
disertai gelombang tsunami itu merupakan bencana yang mengakibatkan kematian terbesar
sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Langka, India, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah
kematian terbesar.
Di Indonesia, gempa menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan gedung hancur oleh gempa
utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatra. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari
semua bangunan rusak terkena tsunami. Namun, kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang
menghantam pantai Barat Aceh dan Sumatra Utara.
Di Sri Lanka dikonfirmasikan 45.000 korban jiwa jatuh dan lebih dari 1 juta jiwa penduduk negara ini
terkena dampak gempa secara langsung. Di India,
termasuk Kepulauan Andaman dan Nicobar diperkirakan menelan lebih dari 12.000 korban jiwa.
Di Thailand banyak pula wisatawan asing terkena bencana, terutama di daerah Phuket diperkirakan
ada sekitar 4.500 korban jiwa. Bhumi Jensen, cucu Raja Rama IX atau lebih dikenal dengan nama
Bhumibol Adulyadej juga termasuk salah satu korban. Bhumi Jensen baru berusia 21 tahun.
• Bahkan di Somalia, di benua Afrika ribuan kilometer dari Indonesia, dilaporkan jatuh lebih
dari 100 korban jiwa. Akan tetapi, sebagian besar atau mungkin hampir semua dari mereka
adalah para nelayan.
Gempa Bumi dan Tsunami Aceh yang juga menghantam Thailand. Selain menempati posisi gempa
berkekuatan terbesar kedua setelah gempa Chili 1960 yang mencapai 9.5 skala richter, gempa Aceh
menempati peringkat pertama sebagai gempa dengan waktu (durasi) penyesaran yang paling lama,
yaitu sekitar 10 menit. Gempa ini cukup besar untuk membuat seluruh bola bumi ikut bergetar.
(Sumber: wikipedia.org)