Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dalam hal ini bisa saja pria yang memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus
(senggama terputus) dan vasektomi. Sementara itu apabila istri yang menggunakankontrasepsi
suami mempunyai peranan penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas pemakaian
kontrasepsi. Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari
ituperempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan kontrasepsi
atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang
sedang atau pernah menggunakankontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang
digunakan oleh akseptor.
. Pemilihan alat kontrasepsi, jumlah dan dosis perlu dipertimbangkan dengan baik sesuai
dengan kondisi pasien secara holistik, dengan sebelumnya dilakukan konseling secara optimal
karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil yang dicapai. Kontrasepsi
hormonal yang cocok dan sesuai dengan pasien, berdasarkan keadaan pasien yang memiliki usia
pra menopause, dan masalah obesitas tipe II, dislipidemia, serta riwayat amenore adalah pil
kombinasi, suntik kombinasi, minipil progestin dan implant levonorgestrel. Namun dari keempat
opsi kontrasepsi hormonal yang dapat digunakan oleh pasien tersebut, kontrasepsi hormonal pil
kombinasi yaitu kombinasi antara hormon estrogen dan progesteron sintetik yang lebih cocok
dan sesuai dengan kondisi pasien
Dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi hubungannya dengan
pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan pasien, diperlukan suatu konseling yang berarti
petugas medis membantu pasien untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan dirinya dan
juga dengan konseling yang baik akan membantu pasien dalam menggunakan kontrasepsinya
lebih lama dan meningkatkan keberhasilan program KB. Kontrasepsi merupakan pencegahan
kehamilan setelah hubungan seksual dengan menghambat sperma mencapai ovum matang
(metode yang mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang telah dibuahi tertanam pada
endometrium ( mekanisme yang menyebabkan lingkungan uterus tidak cocok untuk ovum yang
telah dibuahi).
MAKALAH
KONTRASEPSI KB
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
SUB PPKBD : SITI ERMA SARI
BULAN MEI
TAHUN 2021
Kubangan Pandan Sari, 09 Mei 2021
DISETUJUI OLEH
PKB KECAMATAN BATAHAN
MUJIASTONO
NIP. 196809261989031002
BAB I
PENDAHULUAN
Stunting (pendek) merupakan salah satu masalah gizi yang dihadapi di dunia khususnya
di negara berkembang seperti Indonesia. Stunting menjadi permasalahan karena berhubungan
dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan, kematian, daya tahan tubuh yang rendah,
kurangnya kecerdasan,produktivitas yang rendahdan perkembangan otak suboptimal sehingga
perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental. Stunting merupakan
bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisiyang
berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan.1,2Dampak stunting tidak hanya
dirasakan oleh individu yang mengalaminya,tetapi juga berdampak terhadap roda perekonomian
dan pembangunan bangsa. Hal ini karena sumber daya manusia stunting memiliki kualitas lebih
rendah dibandingkan dengan sumber daya manusia normal.3Stunting disebabkan oleh faktor
multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil
maupun anak balita.4Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunting antara lainfaktor
maternal, faktor lingkungan rumah, kualitas makanan yang rendah, pemberian makan yang
kurang, keamanan makanan dan minuman, pemberian ASI (fase menyusui), infeksi, ekonomi
politik, kesehatan dan pelayanan kesehatan, pendidikan, sosial dan budaya, system pertanian dan
pangan, air, sanitasi dan lingkungan.
Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia
masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%). Tahun 2015 Indonesia
tertinggi ke-2 dibawah Laos untuk jumlah anak stunting. Indonesia merupakan negara nomor
empat dengan angka stunting tertinggi di dunia. Lebih kurang sebanyak 9 juta atau 37 persen
balita Indonesia mengalami stunting (kerdil). Faktor lingkungan yang berperan dalam
menyebabkan perawakan pendek antara lain status gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi
total asupan kalori, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka
kejadian infeksi di awal kehidupan seorang anak. Selain faktor lingkungan, juga dapat
disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek
disebabkan oleh malnutrisi.
BAB II
PEMBAHASAN
STUNTING
A. Defenisi Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat
anak berusia dua tahun. Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang
ternyata lebih pendek disbanding tinggibadan orang lain pada umumnya (yang
seusia).Stunting merupakan istilah para nutrinis untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak
sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek).
B. Penyebab Stunting
Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
3. Riwayat penyakit.
C. Dampak Stunting
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek
dan jangka panjang.
1. Dampak Jangka Pendek :
a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal;
c. Peningkatan biaya kesehatan.
2. Dampak Jangka Panjang.
a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada
umumnya);
b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;
c. Menurunnya kesehatan reproduksi;
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah;
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
BAB III
KESIMPULAN
Stunting pada anak merupakan indikator utama dalam menilai kualitas modal sumber
daya manusia di masa mendatang " Gangguan pertumbuhan yang d i d e r i t a a n a k
p a d a a w a l k e h i d u p a n , p a d a h a l i n i stunting dapat menyebabkan kerusakan yang
permanen " Keberhasilan perbaikan ekonomi yang berkelanjutan dapat dinilai dengan
berkurangnya kejadian stunting pada anak!anak usia dibawah 5 tahun.
Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan energi dan
protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai dan
faktor kemiskinan. Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap
ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi
(tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI
saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI
(MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi,
juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
MAKALAH
STUNTING
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
PPKBD : AFDIARTI
BULAN MEI
TAHUN 2021
Kubangan Pandan Sari, 09 Mei 2021
DISETUJUI OLEH
PKB KECAMATAN BATAHAN
MUJIASTONO
NIP. 196809261989031002