You are on page 1of 9

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 2018: 59-67

DOI: 10.22435/kespro.v9i1.884.59-67

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KELUARGA BERENCANA DAN PERSEPSI


TERHADAP ALAT KONTRASEPSI DENGAN POLA PENGGANTIAN METODE
KONTRASEPSI DI NUSA TENGGARA BARAT
Relationship between Changes of Family Flanning Motivation and Perception of Contraceptives with
Replacement Pattern Contraception Method in West Nusa Tenggara

Yuli Amran*, Rita Damayanti


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Naskah masuk 23 Maret 2017; review 17 Desember 2017; disetujui terbit 10 Januari 2018

Abstract
Background: The replacement of contraceptive methods is normal and often occurs in the cycle of contraceptive
use. The use of rational, effective and efficient contraception should be considered when changing the method.
However, during the replacement method of contraception, only 22.87 percent participants choose Long Term
Contraceptive Method (LTCM).
Objective: To determine the extent of the relationship between the perceptions of contraceptive methods, and
changes in family planning motivation on the pattern of replacement of contraceptive methods.
Methods: This study used data Improving Contraceptive Method Mix (ICMM) in 2013 as a data source. A cross-
sectional design and subject of research was 5197 women at reproductive age residing in West Nusa Tenggara,
married and using contraception. Data analysis performed are univariate and bivariate (Chi-square) and
multivariate (Multinomial Logistic Regression).
Result: Most of women at reproductive age (77.2%) replaced their contraceptive methodswithin the scope of non
LTCM. Meanwhile, those who switched from non LTCM to LTCM did not reach 10 percent. The changes of family
planning motivation, perceptions of side effects, discomfort and difficulties of using contraception have been found
to be significantly related to patterns of replacement contraceptive methods.
Conclusions: The use of non LTCM is still high and in demand for current or future use. It is important to increase
promotion and counseling in order to choose rational, efficient and effective method of contraception.

Keywords: patterns of replacement, evaluation of contraceptive, changes in family planning motivation

Abstrak

Latar belakang: Penggantian metode kontrasepsi merupakan hal yang wajar dan sering terjadi dalam siklus
penggunaan kontrasepsi. Pemakaian kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien perlu dipertimbangkan saat
mengganti metode. Namun, saat penggantian metode kontrasepsi, hanya sebesar 22,87 persen peserta lama
memilih Metode Jangka Panjang.
Tujuan: Mengetahui sejauh mana keterkaitan antara persepsi terhadap alat kontrasepsi, dan perubahan motivasi
Keluarga Berencana dengan pola penggantian metode kontrasepsi.
Metode: Studi ini menggunakan data Improving Contraceptive Method Mix (ICMM) 2013. Desain studi yang
digunakan potong lintang dan subjek penelitian adalah 5197 Wanita Usia Subur (WUS) yang bertempat tinggal di
Nusa Tenggara Barat, menikah dan menggunakan alat kontrasepsi. Tahapan analisis data adalah univariat dan
bivariat (kai kuadrat) dan multivariat (Regresi Logistik Multinomial).
Hasil: Sebagian besar (77,2%) WUS, mengganti metode kontrasepsi mereka, masih dalam lingkup non MKJP.
Sementara, WUS yang beralih dari non MKJP menjadi MKJP tidak mencapai 10%. Diketahui, faktor perubahan
motivasi Keluarga Berencana (KB), persepsi terhadap efek samping, ketidaknyamanan, dan kesulitan
menggunakan alat kontrasepsi terbukti signifikan berhubungan dengan pola penggantian metode kontrasepsi.
Kesimpulan: Penggunaan non MKJP masih tinggi dan diminati pada pemakaian saat ini atau di masa yang akan
datang. Disarankan melakukan peningkatan promosi dan konseling agar dapat memilih metode kontrasepsi yang
rasional, efisien dan efektif.

Kata kunci: pola penggantian kontrasepsi, evaluasi alat kontrasepsi, perubahan motivasi KB
Hubungan antara motivasi Keluarga Berencana dan......... (Yuli Amran dan Rita Damayanti)

PENDAHULUAN serta nyaman dalam penggunaanya. Sementara,


pemilihan metode yang efisien
Penggantian metode kontrasepsi merupakan hal mempertimbangkan biaya yang harus
yang wajar dan sering terjadi dalam siklus dikeluarkan dibandingkan dengan seberapa jauh
penggunaan kontrasepsi. Data Survei Demografi alat kontrasepsi tersebut dapat digunakan.5 Bagi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Wanita Usia Subur (WUS) yang ingin
menunjukkan bahwa ditemukan 8.721 orang menjarangkan atau membatasi kelahiran
wanita pernah kawin yang berkontribusi pada penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka
12.759 kasus penggantian kontrasepsi.1 Hasil Panjang (MKJP) lebih dianjurkan.6 Selain
Pelaksanaan Subsistem Pencatatan dan efektif digunakan untuk menjarangkan atau
Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi yang membatasi kelahiran, MKJP memiliki banyak
dilakukan oleh Badan Kependudukan dan keuntungan lainnya. Dari segi biaya, MKJP
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada relatif lebih murah dikarenakan hanya
Agustus 2013, mencatat bahwa kegiatan memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka
pelayanan ulang bagi peserta Keluarga waktu yang lama. MKJP juga relatif lebih aman
Berencana (KB) lama untuk ganti cara ke digunakan.7
kontrasepsi lain secara nasional sebanyak 30.506
peserta. Pada Januari 2014 terdapat penambahan Fakta menunjukkan dalam penggantian metode
jumlah sebanyak 29.981 peserta.2 dan pada kontrasepsi banyak peserta KB memilih non
Februari 2015 terdapat lagi penambahan MKJP. Hal ini didukung oleh laporan hasil
sebanyak 88.368 peserta.3 Total kumulatif Pelaksanaan Subsistem Pencatatan dan
jumlah peserta yang ganti cara KB dari 2013 Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi yang
hingga Februari 2015 adalah 148.855 peserta. menunjukkan hanya sebesar 22,9 persen peserta
Fakta di atas menunjukkan jumlah peserta KB KB lama memilih berganti cara menggunakan
yang melakukan penggantian metode MKJP.8 Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa
kontrasepsi terus meningkat. Selama lima tahun 49,4 persen wanita memiliki anak lebih dari 3
sebelum survei, diketahui wanita yang pernah orang, cenderung menggunakan non MKJP.9
kawin dan berganti metode kontrasepsi satu kali Demikian juga data SDKI 2012 menunjukkan
sebesar 48 persen dan berganti metode ketika wanita memiliki dua atau lebih anak yang
kontrasepsi lebih dari satu kali sebesar 18 masih hidup, keinginan untuk membatasi
persen.4 kelahiran jadi meningkat.10 Namun, upaya
membatasi kelahiran tersebut diwujudkan
Penggantian metode kontrasepsi seharusnya dengan menggunakan non MKJP jenis suntik
tetap mempertimbangkan kontrasepsi yang dan pil. Padahal, bagi WUS yang tidak ingin
rasional, efektif dan efisien. Penggunaan metode punya anak lagi atau yang sudah berusia 35
kontrasepsi yang rasional adalah tetap tahun ke atas, lebih dianjur untuk beralih
berlandaskan tujuan yang jelas, apakah untuk menggunakan MKJP terutama yang bersifat
menunda kelahiran anak pertama, menjarangkan permanen.6 Selain itu, fenomena perempuan
anak, atau membatasi jumlah anak yang dengan faktor risiko terlalu tua, dan terlalu dekat
diinginkan. Pemilihan metode kontrasepsi yang jarak melahirkannya lebih banyak memilih non
efektif adalah dengan mempertimbangkan MKJP dibandingkan MKJP.11
seberapa jauh metode tersebut handal dan aman

______________________________
*
Corresponding author
(Email: yuliamran80@gmail.com)
© National Institute of Health Research and Development
ISSN: 2354-8762 (electronic); ISSN: 2087-703X (print)

60 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 2018


Hubungan antara motivasi Keluarga Berencana dan......... (Yuli Amran dan Rita Damayanti)

Pemakaian non MKJP memiliki dampak pada potong lintang dengan subjek penelitian 5197
kesehatan dan kependudukan. Kandungan WUS yang bertempat tinggal di Nusa Tenggara
hormon pada metode tersebut dikhawatirkan Barat (NTB), menikah dan menggunakan alat
dapat menimbulkan efek samping yang tidak kontrasepsi.
menguntungkan bagi penggunanya dan rentan
terhadap putus pakai (drop out).5 Data dari Pusat Studi ini fokus pada pola penggantian
Data dan Informasi, Kemenkes RI menunjukkan penggunaan MKJP dan non MKJP. MKJP
metode non MKJP yang berkisar antara 1-3 adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk
bulan memberi peluang 20-40 persen untuk menunda kehamilan, serta menghentikan
putus penggunaan kontrasepsi, sehingga risiko kesuburan, yang digunakan dalam jangka
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) sangat panjang, yang meliputi IUD (intrauterine
mungkin terjadi.12 Belum lagi permasalahan device/alat kontrasepsi dalam rahim), implan
penggantian metode yang terjadi pada awal dan kontrasepsi mantap. Non MKJP adalah
penggantian juga berisiko meningkatkan KTD alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda
dikarenakan ketidak-tepatan proses pengantian kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang
metode.13 Dalam policy brief yang diterbitkan digunakan dalam jangka pendek yang meliputi
WHO menyatakan bahwa kegagalan untuk kontrasepsi jenis suntik, pil, alamiah, kondom.
mengganti metode setelah pemberhentian Penggantian dari suatu jenis kontrasepsi ke
merupakan penyebab yang umum terhadap kontrasepsi lain dikelompokkan dalam 4 pola
KTD.14 penggantian metode kontrasepsi yaitu dari non
MKJP ke non MKJP, MKJP ke MKJP, non
Faktor yang diduga mempengaruhi pola MKJP ke MKJP dan dari MKJP ke non MKJP.
penggantian metode kontrasepsi diantaranya Pola penggantian metode kontrasepsi ini yang
adalah faktor alat KB. Penelitian Rahardja telah menjadi variabel terikat (dependent).
membuktikan bahwa alat KB berpengaruh
signifikan terhadap penggantian alat Variabel bebas (independent) dalam studi ini
kontrasepsi.4 Selain faktor alat, perubahan adalah pertama, perubahan motivasi KB yaitu
motivasi KB juga menjadi alasan seorang wanita perubahan dari ingin menjarangkan menjadi
mengganti metode mereka. Sebuah penelitian membatasi, atau tetap menjarangkan atau tetap
menunjukkan bahwa 51,6 persen pengguna membatasi. kedua, variabel persepsi terhadap
kontrasepsi yang melakukan peralihan metode alat kontrasepsi yang terbagi menjadi 4
kontrasepsi karena ingin memiliki anak lagi.15 subvariabel yaitu a) efek samping alat
Penelitian lain menunjukkan bahwa alasan 59,1 kontrasepsi yakni dinilai persepsi WUS terhadap
persen pengguna kontrasepsi merubah metode munculnya efek samping alat kontrasepsi; b)
kontrasepsi mereka karena mereka takut hamil ketidaknyamanan alat kontrasepsi, yakni dinilai
lagi.16 Dengan demikian, tujuan studi ini adalah persepsi terhadap ada atau tidaknya
untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan ketidaknyamanan alat kontrasepsi; c) kesulitan
persepsi terhadap alat kontrasepsi dan perubahan menggunakan alat kontrasepsi, yakni dinilai
motivasi KB terhadap pola penggantian metode persepsi WUS dalam memakai alat kontrasepsi
kontrasepsi. apakah sulit atau tidak; dan d) kesulitan
memperoleh alat kontrasepsi, yakni yang dinilai
persepsi WUS apakah sulit atau tidak dalam
memperoleh alat kontrasepsi.
METODOLOGI
Untuk memperoleh gambaran dari variabel yang
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis diteliti maka data dianalisis secara univariat.
data sekunder yang berasal dari proyek Untuk membuktikan hubungan variabel
Improving Contraceptive Method Mix (ICMM) motivasi KB dan persepsi terhadap alat
yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian kontrasepsi dengan pola penggantian metode
Kesehatan-Universitas Indonesia (PPK-UI) pada kontrasepsi maka digunakan Regresi Logistik
tahun 2013. Desain studi yang digunakan adalah Multinomial.

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 2018 61


Hubungan antara motivasi Keluarga Berencana dan......... (Yuli Amran dan Rita Damayanti)

HASIL MKJP daripada berpindah dari non MKJP ke


non MKJP lainnya. Selain itu, dibandingkan
Gambaran pola penggantian metode WUS yang tidak merasakan efek samping dari
kontrasepsi alat kontrasepsi sebelumnya, WUS yang
merasakan efek samping pada kontrasepsi
sebelumnya memiliki lebih berpeluang sebesar
77.2
4,27 kali (95% CI: 3,21-5,66) untuk berpindah
dari non MKJP ke MKJP daripada berpindah
dari non MKJP ke non MKJP lainnya.

Sementara pada pola penggantian dari MKJP ke


9.4 7.7 5.7 MKJP lainnya lebih mungkin terjadi apabila
didominasi oleh pengaruh kesulitan
Non MKJP ke MJKP ke Non MKJP ke MKJP ke Non
Non MKJP MKJP MKJP MKJP menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
Dalam studi ini, penggantian metode kontrasepsi dibandingkan WUS yang mengatakan mudah
dibagi dalam empat pola, yaitu penggantian dari dalam menggunakan kontrasepsi sebelumnya,
non MKJP ke MKJP, MKJP ke MKJP, MKJP ke WUS yang mengatakan biasa/sulit dalam
non MKJP dan non MKJP ke non MKJP. Hasil menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya lebih
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar berpeluang sebesar 3,66 kali (95% CI: 2,75-
(77,2%) WUS cenderung melakukan 4,89) untuk berpindah dari MKJP ke jenis MKJP
penggantian metode dari satu non MKJP ke non lainnya daripada berpindah dari non MKJP ke
MKJP lainnya. Dapat dikatakan penggunaan non non MKJP lainnya. Sedangkan penggantian dari
MKJP sangat diminati baik saat ini atau di masa MKJP ke non MKJP lebih mungkin terjadi
akan datang. apabila didominasi oleh perubahan motivasi dari
menjarangkan menjadi membatasi kehamilan.
Dari hasil analisis data dengan menggunakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Regresi Logistik Multinomial diperoleh dibandingkan WUS yang tetap memiliki
beberapa informasi terkait faktor-faktor yang motivasi membatasi kehamilan, WUS yang
berkontribusi terhadap pola penggantian metode mengalami perubahan motivasi dari
kontrasepsi di NTB. Hasil analisis data menjarangkan menjadi membatasi kehamilan
menunjukkan bahwa variabel perubahan lebih berpeluang sebesar 10,76 kali (95% CI:
motivasi KB, persepsi terhadap alat kontrasepsi 4,27-24,52) untuk berpindah dari MKJP ke non
(persepsi terhadap efek samping, ketidak MKJP daripada berpindah dari non MKJP ke
nyamanan, dan kesulitan menggunakan alat non MKJP lainnya. Selain itu, juga diperoleh
kontrasepsi) terbukti signifikan pada α = 5% informasi bahwa dibandingkan WUS yang
mempengaruhi pola penggantian metode merasa nyaman dengan alat kontrasepsinya,
kontrasepsi dengan masing-masing nilai WUS yang merasakan ketidaknyamanan dengan
probabilitas 0,000. Pada Tabel 1 terlihat rincian alat kontrasepsinya lebih berpeluang sebesar
hasil analisis tentang keterkaitan faktor 5,51 kali (95% CI: 3,15-9,65) untuk berpindah
perubahan motivasi KB dan persepsi terhadap dari MKJP ke non MKJP daripada berpindah
alat kontrasepsi dengan pola penggantian dari non MKJP ke non MKJP lainnya.
metode kontrasepsi.

Penggantian alat kontrasepsi dari non MKJP ke


non MKJP bila dibandingkan dengan pola PEMBAHASAN
penggantian metode dari non MKJP ke MKJP
lebih mungkin terjadi apabila didominasi oleh Pola penggantian metode kontrasepsi
pengaruh perubahan motivasi KB dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
menjarangkan menjadi membatasi kehamilan. besar (77,2%) WUS melakukan peralihan
Dibandingkan WUS yang tetap memiliki metode kontrasepsi yang masih dalam kategori
motivasi KB untuk membatasi kehamilan, WUS non MKJP. Hal ini menunjukkan bahwa minat
yang mengalami perubahan motivasi KB dari pemakaian kontrasepsi baik pemakaian saat ini
menjarangkan menjadi membatasi kehamilan maupun keinginan di masa mendatang
memiliki peluang sebesar 33,46 kali (95% CI: didominasi non MKJP.17 Jenis suntik 3 bulan
15.57-71.94) untuk berpindah dari non MKJP ke

62 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 2018


Hubungan antara motivasi Keluarga Berencana dan......... (Yuli Amran dan Rita Damayanti)

merupakan destinasi alat KB yang paling lebih mendalam faktor-faktor terkait guna
diminati saat terjadi peralihan metode. mendiagnosis alternatif penyelesaian masalah.
Berikut ini paparan keterkaitan faktor perubahan
Banyak faktor yang diduga mempengaruhi motivasi dan evaluasi alat kontrasepsi terhadap
tingginya penggunaan non MKJP di NTB. pola penggantian metode kontrasepsi.
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif Proyek
ICMM tahun 2013, non MKJP jenis suntik
paling banyak diminati di daerah yang akses
layanan kesehatan yang baik. MKJP seperti Hubungan perubahan motivasi KB dengan
implan lebih diminati di daerah dengan akses pola penggantian metode kontrasepsi
yang sulit ke pelayanan kesehatan. Di daerah
tertentu, IUD lebih banyak diminati di daerah Hasil studi menunjukkan bahwa perubahan
perkotaan dibandingkan perdesaan. Perempuan motivasi KB dari menjarangkan menjadi
di daerah perdesaan cenderung merasa khawatir membatasi kehamilan memiliki peluang 33,5
suami akan mengeluh mengenai IUD dan kali (95% CI: 15,57-71,94) untuk ganti metode
khawatir pengguna IUD akan mengalami dari non MKJP ke MKJP. Dalam Buku Pedoman
kesulitan saat melakukan pekerjaan berat. Selain Praktis Pelayanan Kontrasepsi disebutkan
itu pemasangan IUD dianggap melanggar norma bahwa apabila seorang wanita ingin membatasi
karena membuka aurat.18 kehamilannya, maka penggunaan MKJP
terutama sterilisasi sangat dianjurkan.6 Selain
Selain bertahan dalam lingkup metode non mendorong penggantian kontrasepsi dari non
MKJP, terdapat pula WUS yang tetap bertahan MKJP ke MKJP, perubahan motivasi dari
menggunakan jenis MKJP yang telah mereka menjarangkan menjadi membatasi kelahiran
pakai sebelumnya walau jumlahnya belum juga berpotensi untuk mendorong WUS untuk
mencapai 10 persen. Loyalitas peserta KB berganti metode dari MKJP ke non MKJP
terhadap metode yang mereka gunakan dengan peluang sebesar 10,76 kali (95% CI:
merupakan cerminan pemahaman mereka 4,27-24,52). Artinya, keinginan WUS untuk
terhadap metode kontrasepsi yang mereka membatasi kelahiran diikuti dengan
gunakan. Dalam penelitian Rahardja, akseptor keinginannya untuk mengganti metode MKJP
yang memahami alat kontrasepsi mereka sebelumnya mereka gunakan dengan non MKJP.
cenderung lebih loyal terhadap alat kontrasepsi Di sini terlihat tidak rasional WUS dalam
tersebut.4 memilih metode kontrasepsi yang tepat. Tidak
rasional WUS dalam memilih jenis kontrasepsi
Di samping banyaknya WUS yang beralih dapat saja terjadi ketika dalam proses pemilihan
metode namun masih dalam lingkup non MKJP, metode dimana WUS tidak memiliki
ada pula WUS yang beralih metode dari non pemahaman yang benar tentang kontrasepsi
MKJP ke MKJP walaupun jumlahnya masih rasional.
relatif lebih kecil yaitu kurang dari 10 persen. Di
NTB, walaupun cakupan MKJP cenderung Penggantian dari non MKJP ke MKJP
meningkat seiring berjalannya waktu, namun merupakan pilihan yang tepat bagi WUS. MKJP
angka unmet need NTB lebih tinggi (14%) relatif lebih aman digunakan. Sebagai contoh
dibandingkan rata-rata nasional sebesar 11,4 IUD yang merupakan alat kontrasepsi jangka
persen.10 Hal inilah yang memungkinkan WUS panjang yang tidak mempunyai pengaruh
yang ingin beralih metode ke MKJP terkendala sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak
dengan tidak tersedianya metode tersebut. mempengaruhi produksi Air Susu Ibu (ASI) dan
Berdasarkan uraian pola penggantian metode kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas.7
kontrasepsi di atas, perlu dilakukan pengkajian

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 2018 63


Hubungan antara motivasi Keluarga Berencana dan......... (Yuli Amran dan Rita Damayanti)

Tabel 2. Hasil analisis hubungan perubahan motivasi KB dan evaluasi alat kontrasepsi dengan
pola penggantian metode kontrasepsi pada WUS di NTB, 2013

Pola penggantian metode Variabel independen OR 95% CI P-value


kontrasepsi
Non MKJP à MKJP Perubahan motivasi KB
Menjarangkan àmenjarangkan 2,47 1,21 – 5,05 0,013*
Menjarangkan à membatasi 33,46 15,57 – 71,94 0,000*
Membatasi à membatasi 1,00 Referensi
Efek samping alat kontrasepsi
Ada 4,27 3,21 – 5,66 0,000*
Tidak ada 1,00 Referensi
Ketidaknyamanan alat kontrasepsi
Ya 2,55 1,34 – 4,84 0,004*
Tidak 1,00 Referensi
Kesulitan menggunakan alat kontrasepsi
Biasa saja/sulit 0,63 0,40 – 1,00 0,053**
Mudah 1,00 Referensi
Kesulitan memperoleh alat kontrasepsi
Biasa saja/sulit 1,12 0,71 – 1,77 0,620
Mudah 1,00 Referensi

MKJP à MKJP Perubahan motivasi KB


Menjarangkan à menjarangkan 0,20 0,23 – 0,39 0,000*
menjarangkan à membatasi 1,12 0,69 – 1,82 0,643
membatasi à membatasi 1,00 Referensi
Efek samping alat kontrasepsi
Ada 0,71 0,45 – 1,12 0,139
Tidak ada 1,00 Referensi
Ketidaknyamanan alat kontrasepsi
Ya 0,73 0,26 – 2,10 0,571
Tidak 1,00 Referensi
Kesulitan menggunakan alat kontrasepsi
Biasa saja/sulit 3,66 2,75 – 4,89 0,000*
Mudah 1,00 Referensi
Kesulitan memperoleh alat kontrasepsi
Biasa saja/sulit 0,69 0,49 – 0,97 0,032**
Mudah 1,00 Referensi

MKJP à Non MKJP Perubahan motivasi KB


Menjarangkan à menjarangkan 2,17 0,58 – 4,47 0,036**
menjarangkan à membatasi 10,76 4,72 – 24,52 0,000*
membatasi à membatasi 1,00 Referensi
Efek samping alat kontrasepsi
Ada 4,65 3,44 – 6,27 0,000*
Tidak ada 1,00 Referensi
Ketidaknyamanan alat kontrasepsi
Ya 5,51 3,15 – 9,65 0,000*
Tidak 1,00 Referensi
Kesulitan menggunakan alat kontrasepsi
Biasa saja/sulit 2,84 1,97 – 4,09 0,000*
Mudah 1,00 Referensi
Kesulitan memperoleh alat kontrasepsi
Biasa saja/sulit 0,89 0,58 – 1,34 0,569
Mudah 1,00 Referensi

*) Signifikan pada α: 0,01


**) Signifikan pada α: 0,05

64 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 2018


Hubungan antara motivasi Keluarga Berencana dan......... (Yuli Amran dan Rita Damayanti)

Hubungan persepsi terhadap alat kontrasesi Hubungan persepsi terhadap alat kontrasesi
(merasakan ketidaknyamanan alat (merasakan kesulitan memperoleh alat
kontrasepsi) dengan pola penggantian kontrasepsi) dengan pola penggantian
metode kontrasepsi metode kontrasepsi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Penelitian Parajuli et al. di wilayah Nepal,


keadaan tidak nyaman saat menggunakan melaporkan adanya kecenderungan perubahan
metode kontrasepsi merupakan salah satu alasan metode dikarenakan rendahnya ketersediaan
seorang wanita meninggalkan metode metode tersebut.22 Dapat dikatakan ketersediaan
kontrasepsi lama dan beralih ke metode baru.19,23 alat kontrasepsi merupakan salah satu cerminan
Oleh karena itu, dalam studi ini faktor terpenuhinya akses akseptor KB terhadap
ketidaknyamanan alat kontrasepsi menjadi salah kebutuhan KB mereka. Dengan demikian,
satu prediktor pola penggantian metode peserta KB mudah memperoleh alat kontrasepsi
kontrasepsi. Dalam studi ini, ketidaknyamanan yang mereka inginkan. Pada penelitian ini, tidak
yang dirasakan oleh WUS lebih mendorong terbukti ada hubungan yang signifikan antara
terjadinya penggantian dari MKJP ke non MKJP kesulitan memperoleh alat kontrasepsi dengan
dengan besar peluang sebesar 5,51 kali (95% CI: pola penggantian metode kontrasepsi.
3,15-9,65). Hasil penelitian kualitatif proyek
ICMM 2013, menemukan bahwa MKJP lebih Tidak ada hubungannya kedua faktor tersebut
cenderung diminati di perkotaan dibandingkan dapat saja terjadi. Dari hasil penelitian kualitatif
perdesaan. Pemasangan MKJP seperti IUD ICMM 2013, diketahui tidak ditemukan masalah
terkadang dipandang wanita perdesaan yang berarti terkait persediaan semua jenis
melanggar norma karena membuka aurat. kontrasepsii baik yang non MKJP maupun
Kurang nyaman dalam pemasangan MKJP. Artinya, variasi metode kontrasepsi
menyebabkan sebagian wanita lebih cenderung cukup banyak, namun WUS yang mengatakan
beralih menggunakan pil sebagai alternatif mudah dan sulit memperoleh alat kontrasepsi
mengatur dan mencegah kehamilan.5 memiliki kecenderungan yang sama dalam pola
pengantian metode kontrasepsi. Kecenderungan
yang dimiliki kedua kelompok tersebut adalah
Hubungan persepsi terhadap alat kontrasesi beralih dari non MKJP ke non MKJP lainnya.
(merasakan kesulitan menggunakan alat Diketahui kecenderungan WUS NTB
kontrasepsi) dengan pola penggantian menggunakan non MKJP terutama jenis suntik,
metode kontrasepsi dikarekan non MKJP dianggap masyarakat lebih
murah dan praktis. Sementara, MKJP seperti
Kesulitan dalam penggunaan kontrasepsi sering IUD dan implan kurang diminati terutama di
menjadi pemicu penggunanya untuk beralih ke daerah perdesaan karena takut dan malu dalam
metode lainnya. Hal ini didukung oleh hasil pemasangannya. Namun, ada fenomena lain,
penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa implan lebih diminati oleh masyarakat di daerah
kesulitan dalam penggunaannya mendorong terpencil/pegunungan karena akses tenaga
wanita untuk beralih metode.22,24 Dalam kesehatan sulit. Apabila menggunakan implan,
penelitian ini, kesulitan dalam penggunaan alat mereka tidak harus bolak balik ke bidan.18
kontrasepsi memiliki peluang sebesar 2,84 kali
(95% CI: 1,97-4,09) untuk mendorong WUS
beralih dari metode MKJP ke non MKJP. KESIMPULAN
Pemasangan MKJP mengharuskan petugas KB
memiliki keterampilan tertentu. Berdasarkan Sebagian besar (77,2%) WUS melakukan
hasil penelitian kualitatif ICMM 2013, rata-rata penggantian metode kontrasepsi yang masih
baru 30 persen tenaga kesehatan yang mendapat dalam katagori non MKJP. WUS yang beralih
pelatihan CTU (Contraception Technology dari non MKJP ke MKJP tidak mencapai 10
Update),18 diduga masih sedikitnya petugas persen. Hasil uji statistik membuktikan terdapat
kesehatan yang memiliki keterampilan yang hubungan yang signifikan antara perubahan
memadai dalam penggunaan kontrasepsi motivasi KB, persepsi terhadap alat kontrasepsi
terutama yang jangka panjang, dapat mendorong (merasakan efek samping, ketidaknyamanan dan
WUS untuk beralih metode dari MKJP ke non kesulitan menggunakan alat kontrasepsi) dengan
MKJP. pola penggantian metode kontrasepsi.

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 2018 65


Hubungan antara motivasi Keluarga Berencana dan......... (Yuli Amran dan Rita Damayanti)

SARAN Indonesia. Kesmas Natl Public Heal J


[Internet]. 2011;6(3):140–4. Available
Perlu dilakukan promosi KB rasional dan from:
peningkatan konseling oleh petugas KB sebagai http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/vi
upaya peningkatan penggunaan MKJP yang ew/105
merupakan alternatif metode KB yang rasional,
5. Toersilaningsih R., Ekoriano M. Angka
efisien dan efektif. Selain itu perlu dilakukan
Ketidakberlangsungan Pemakaian dan
peningkatan keterampilan petugas dalam
Switching Alat/Cara Kontrasepsi. Pusat
pemasangan alat kontrasepsi, sehingga dapat Penelitian dan Pengembangan KB dan
meningkatkan kualitas pelayanan KB yang
Keluarga Sejahtera. Jakarta; 2013.
mengarah pada peningkatan penggunaan KB
rasional. 6. USAID. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2006.
7. Puspitasari D., Winarni E. Kajian
UCAPAN TERIMA KASIH Implementasi Kebijakan Penggunaan
Kontrasepsi IUD. Jakarta; 2011.
Terima kasih kami sampaikan kepada
Kementerian Kesehatan dan Badan Koordinasi 8. BKKBN. Hasil Pelaksanaan Sub Sistem
Keluarga Berencana Nasional, Dinas Kesehatan, Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan
BKKBN dan BKKBD di Nusa Tenggara Timur, Kontrasepsi. Jakarta; 2013.
Dinas Kesehatan dan Badan Pemberdayaan 9. Badan Penelitian dan Pengembangan
Masyarakat, Pemerintahan Desa dan Keluarga Kesehatan, Kementerian Kesehatan . Riset
Berencana di Kabupaten Lombok Barat, Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta;
Lombok Timur, Sumbawa. Ucapan terima kasih 2011.
juga kami sampaikan kepada Johns Hopkins- 10. BKKBN, BPS, Kementerian Kesehatan
Center for Communication Program (JH-CCP) Republik Indonesia, Macro Inc. Survei
dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.
Indonesia (PPK UI) yang telah mengijinkan Jakarta; 2013.
kami untuk menggunakan data Improving
11. Budijanto, D. Determinan ‘4 Terlalu’
Contraceptive Method Mix (ICMM) yang
Masalah Kesehatan Reproduksi
didanai oleh United States Agency for
Hubungannya dengan Penggunaan Alat KB
International Development (USAID) dan
Saat Ini di Indonesia. Bul Jendela Data dan
Department Foreign dan Trade (DFAT) sebagai
Inf Kesehat. 2013;2(2).
bahan penelitian kami. Pada dr. Iwan Ariawan,
MS kami juga mengucapkan terima kasih karena 12. Pusat Data dan Informasi Kementerian
banyak membantu memberi masukan proses Kesehatan. Profil Kesehatan Tahun 2013.
pengolahan dan analisis data. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan; 2013.
13. Steel F, Diamond I. Contraceptive
switching in Bangladesh. Stud Fam Plann.
DAFTAR PUSTAKA 1999;30(4):315–28.
1. BKKBN., Badan Pusat Statistik, 14. WHO. Contraception discontinuation and
Departemen Kesehatan., Macro Inc. Survei switching in developing countries. 2012.
Demografi dan Kesehatan 2007. Jakarta; 15. Modey EJ., Aryeetey R., Adanu R.
2008. Contraceptive discontinuation and
2. BKKBN. Laporan Umpan Balik Pelayanan switching among Ghanaian women:
Kontrasepsi. Badan Kependudukan dan evidence from the Ghana Demographic and
Keluarga Berencana Nasional. Jakarta; Health Survey, 2008. Afr J Reprod Health.
2014. 2014;18(1):84–92.
3. BKKBN. Laporan Umpan Balik Pelayanan 16. Ferreira JM., Nunes FR., Modesto W.,
Kontrasepsi. Badan Kependudukan dan Gonçalves MP., Bahamondes L. Reasons
Keluarga Berencana Nasional. Jakarta; for Brazilian women to switch from
2015. different contraceptives to long-acting
reversible contraceptives. Contraception
4. Rahardja MB. Kualitas Pelayanan Keluarga
[Internet]. 2014;89(1):17–21. Available
Berencana dan Penggantian Kontrasepsi di
66 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 2018
Hubungan antara motivasi Keluarga Berencana dan......... (Yuli Amran dan Rita Damayanti)

from: uptake among young women in Kenya: a


https://s3.amazonaws.com/academia.edu.d qualitative study. BMC Public Health
ocuments/41270194/Reasons_for_Brazilia [Internet]. 2015;15(1):118. Available from:
n_women_to_switch_fr20160116-4113- https://www.sciencedirect.com/science/arti
1qj2key.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIW cle/pii/S0010782414006891
OWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1542001 21. Hindin MJ, McGough LJ, Adanu RM.
853&Signature=KHLF0E%2BHFn4of75o Misperceptions, misinformation and myths
LA5ALnYoJ9Q%3D&response-content- about modern contraceptive use in Ghana. J
disposition=inline%3B Fam Plann Reprod Heal Care.
filename%3DReasons_for_Brazilian_wom 2014;40(1):30–5.
en_to_switch_fr.pdf
22. Parajuli K, Chhetry MR, Bhandari TR,
17. Budyawati S PE. Pemakaian Kontrasepsi Paneru DP, Shrestha N, Tamrakar A, et al.
Saat Ini dan Keinginan Di Masa Mendatang Choices, Shift and Continuation of
(Analisis SDKI 2007). Yogyakarta: Temporary Contraceptive Methods among
Universitas Gadjah Mada; 2011. Women of Reproductive age in Western
18. Damayanti R. Riset Operasional Advokasi Development Region of Nepal. Nepal J
Keluarga Berencana Untuk Meningkatkan Obstet Gynaecol. 2016;10(2):73–6.
Metode Ragam Kontrasepsi Provinsi Nusa 23. Bekele T, Gebremariam A, Tura P.
Tenggara Barat (Studi Kualitatif). Depok; Contraceptive choice and switching pattern
2013. among married women in rural community
19. Mansour D. International survey to assess of South East Ethiopia. Fam Med Med Sci
women’s attitudes regarding choice of daily Res. 2014;3.
versus nondaily female hormonal 24. Wellings K, Brima N, Sadler K, Copas AJ,
contraception. Int J Womens Health. McDaid L, Mercer CH, et al. Stopping and
2014;6:367. switching contraceptive methods: findings
20. Ochako R, Mbondo M, Aloo S, Kaimenyi from Contessa, a prospective longitudinal
S, Thompson R, Temmerman M, et al. study of women of reproductive age in
Barriers to modern contraceptive methods England. Contraception. 2015;91(1):57–66.

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 2018 67

You might also like