You are on page 1of 5

WOMB Midwifery Journal (WOMB Mid.J) Vol. 1, No.

1, Juni 2022

PENGARUH KONSELING KELUARGA BERENCANA


TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALAT
KONTRASEPSI PADA IBU NIFAS
Maya Maftuha1, Desy Purnamasari2, Wahyu Fuji Hariani2

ABSTRACT
In Indonesia, the use of long-term contraceptive methods tends to decrease in 2018. 1Program Studi
One factor in the high high-risk pregnancy at the Kebaman Health Center, Kebidanan Program
Banyuwangi is the increase in distance between children <2 years by 18.52% (2020). Sarjana, STIKES
Postpartum mothers who are given counseling on family planning using the decision
Banyuwangi,
making tool will choose to use contraception tools according to their choices and 2Program Studi
needs. This study aims to determine the effect of family planning counseling on
contraceptive decision making in postpartum mothers. The research method is pre- Kebidanan, STIKES
experimental with a posttest only approach with control group design. The study Banyuwangi
was conducted in the working area of the Kebaman Health Center from December
2021 to January 2022 with a population of 34 postpartum mothers. Sampling used a
total sampling technique of 34 respondents and divided into two groups, namely 17
respondents who received family planning counseling and 17 respondents who did
not receive family planning counseling (control group). The analysis of this study
used the Chi-square test. All research procedures have gone through an ethical
clearance process. The results showed that 88.2% of postpartum mothers who
received family planning counseling chose to use contraception and 76.5% of
postpartum mothers who did not receive family planning counseling chose not to use
contraceptives. The results of data analysis stated that there was an effect of family
planning counseling on contraceptive decision making in postpartum mothers
(p=0.000). The conclusion of this study is that family planning counseling is an
important process in making contraceptive decisions. Health workers, especially
midwives, are expected to always provide family planning counseling on time by Submitted: 15 Juni 2022
using the ABPK flipchart. Accepted: 29 Juni 2022
Keywords: counseling, family planning, decision making, contraception Published: 30 Juni 2022
ABSTRAK
Di Indonesia, penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) cenderung
menurun pada tahun 2018. Salah satu faktor tingginya kehamilan risiko tinggi di
Puskesmas Kebaman, Banyuwangi adalah meningkatnya jarak anak <2 tahun
sebesar 18,52% (2020). Ibu nifas yang diberikan konseling tentang Keluarga
Berencana (KB) menggunakan Alat Bantu Pengambil Keputusan (ABPK) akan
memilih untuk menggunakan KB sesuai dengan pilihan dan kebutuhannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling KB terhadap
pengambilan keputusan alat kontrasepsi pada ibu nifas. Metode penelitian adalah
pre-eksperimental dengan pendekatan posttest only with control group design.
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kebaman pada bulan Desember
2021 sampai Januari 2022 dengan jumlah populasi sebanyak 34 orang ibu nifas.
Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling sejumlah 34 responden Corresponding author:
dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu 17 responden mendapat konseling KB dan Desy Purnamasari;
17 responden tidak mendapat konseling KB (kelompok kontrol). Analisis penelitian Program Studi Sarjana
ini menggunakan uji Chi-square. Seluruh prosedur penelitian telah melalui proses Kebidanan dan Pendidikan
ethical clerance. Hasil penelitian adalah 88,2% ibu nifas yang mendapat konseling KB Profesi Bidan, STIKES
memilih menggunakan alat kontrasepsi dan 76,5% ibu nifas yang tidak mendapat Banyuwangi, Jalan Letkol
konseling KB memilih tidak menggunakan alat kontrasepsi. Hasil analisis data Istiqlah No. 109 Kecamatan
menyatakan bahwa terdapat pengaruh konseling KB terhadap pengambilan Giri Kabupaten
keputusan alat kontrasepsi pada ibu nifas (p=0,000). Simpulan penelitian ini adalah
konseling KB merupakan proses yang penting dalam pengambilan keputusan alat
Banyuwangi,
kontrasepsi. Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan selalu memberikan E-mail:
konseling KB tepat waktu dengan memanfaatkan lembar balik ABPK. desypurnamasarii92@gm
Kata kunci: konseling, keluarga berencana, pengambilan keputusan, alat kontrasepsi ail.com

WOMB Mid.J: https://jurnal.stikesbanyuwangi.ac.id/index.php/WMJ 1


PENDAHULUAN abortus.1
Di Indonesia, penggunaan alat dan obat Konseling merupakan proses yang
metode kontrasepsi jangka pendek (non berjalan dan menyatu dengan semua aspek
MKJP) terus meningkat dari 46,5% menjadi pelayanan kesehatan, salah satunya dalam
47%, sementara metode kontrasepsi jangka konseling KB dan pemberian informasi ini
panjang (MKJP) cenderung menurun, dari tidak hanya disampaikan dan diberikan pada
10,9% menjadi 10,6%, (BKKBN, 2018). satu kesempatan melainkan pada saat
Pemakaian alat kontrasepsi yang paling memberikan pelayanan.1 Bidan sebagai
banyak digunakan oleh pasangan Usia Subur pemberi pelayanan konseling KB harus
(PUS) berstatus kawin adalah metode suntik meningkatkan kualitas pemberian konseling
32% dan pil 14%. Jumlah pasangan usia pada ibu nifas dan ini sangat penting dalam
subur (PUS) di Jawa Timur mencapai meningkatkan pemahaman calon akspetor KB
7.929.796 pasangan, cakupan jumlah peserta tentang metode kontrasepsi.2
KB baru 350.481 pasangan dengan presentasi Menurut Gobel (2019), ibu nifas yang
15,34%, sedangan cakupan jumlah peserta diberikan konseling tentang KB
KB aktif 6.040.011 (76,16%). Presentasi menggunakan ABPK, sebagian besar mereka
peserta KB aktif yang memakai kondom akan memilih menggunakan KB sesuai
sebesar 1,46%, Pil 14,67%, suntik 38,42%, dengan pilihan dan kebutuhannya.3 Konseling
IUD 8,96%, implant 8,73%, MOW 3,62%, dan KB yang diberikan sejak kehamilan,
MOP 0,30%. Cakupaan KB pasca bersalin meningkatkan pengetahuan dan memahaman
sebesar 53,431%.1 yang lebih baik terkait alat kontrasepsi,
Jumlah PUS di wilayah kerja Puskesmas sehingga memudahkan dalam memilih alat
Kebaman pada tahun 2020 mencapai 6.375 kontrasespsi sesuai keinginan dan
pasangan. Pada saat peneliti melakukan studi kebutuhannya. Penelitian ini bertujuan
4

pendahuluan di Puskesmas Kebaman, peneliti untuk mengetahui pengaruh konseling


menemukan temuan bahwa ibu hamil risiko terhadap akseptor KB dalam pengambilan
tinggi di Puskemas Kebaman sangat tinggi. keputusan alat kontrasepsi pada masa nifas
Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab di Wilayah Kerja Puskesmas Kebaman
tingginya ibu hamil risiko tinggi ada beberapa Banyuwangi.
kriteria. Kriteria yang paling tinggi adalah
jarak anak <2 tahun. Menurut data tahun METODE
2019, jumlah jarak anak <2 tahun sebanyak Jenis penelitian yang digunakan adalah
17,82%, sedangkan di tahun 2020, jarak anak pre-experimental study dengan pendekatan
<2 tahun meningkat 18,52%. Hal ini posttest only with control group design.5
disebabkan karena ibu tidak ber-KB atau Penelitian ini dilakukan pada Desember 2021
sengaja lepas KB dengan alasan banyaknya hingga Januari 2022 di wilayah kerja
efek samping yang timbul seperti kenaikan Puskesmas Kebaman, Banyuwangi. Populasi
berat badan, gangguan haid, nyeri perut dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di
bagiang bawah, dan kram.1 wilayah kerja Puskesmas Kebaman pada
Masalah lain yang sering terjadi pada bulan Desember 2021 sampai Januari 2022,
sebagian besar ibu yang akan menggunakan sehingga didapatkan jumlah populasi
KB adalah kesulitan memilih jenis sebanyak 34 ibu nifas. Teknik pengambilan
kontrasepsi apa yang akan digunakan. Hal ini sampling adalah total sampling. Sebanyak 34
terjadi karena kurangnya informasi tentang ibu nifas menjadi responden penelitian yang
keuntungan dan kelebihan jenis kontrasepsi. dibagi menjadi 17 responden mendapat
Tidak menggunakan kontrasepsi yang aman konseling KB dan 17 resonden tidak
setelah melahirkan dikhawatirkan akan mendapat konseling KB. Kriteria inklusi
menyebabkan kehamilan tidak diinginkan, responden penelitian yaitu ibu nifas di
jumlah anak yang banyak, jarak kehamilan wilayah kerja Puskesmas Kebaman, belum
yang telalu dekat, dan menyebabkan psikis mendapatkan konseling KB, dan
ibu terganggu hingga berisiko terjadi menandatangani informed consent, sedangkan

WOMB Mid.J: https://jurnal.stikesbanyuwangi.ac.id/index.php/WMJ 2


kriteria eksklusi yaitu ibu nifas dengan baby kontrasepsi. Dari 17 responden yang
blues dan mengalami komplikasi penyakit diberikan konseling, 15 diantaranya
peserta (preeklamsia, eklamsia, dan jantung). menggunakan KB (Implan, suntik, IUD).
Pengumpulan data yaitu kelompok intervensi Sebagian besar responden tersebut
akan diberikan konseling selama 60 menit menggunakan KB implan. Hasil analisis data
dengan menggunakan alat bantu berupa SOP menunjukkan bahwa terdapat perngaruh
konseling dan SOP lembaran data demografi pemberian konseling KB menggunakan ABPK
serta kartu KB. Setelah itu, responden diberi terhadap pengambilan keputusan
kesempatan selama 2 minggu untuk menggunakan alat kontrasepsi (p=0,000).
mengambil keputusan dalam memilih KB
yang diinginkan. Sedangkan pada kelompok Tabel 2. Pengaruh Konseling KB Terhadap
kontrol, responden tidak diberikan konseling Pengambilan Keputusan Alat Kontrasepsi
dan diberikan waktu yang sama yaitu 2 Pengambilan Diberi Tanpa
Nilai
minggu untuk memutuskan KB yang akan keputusan Konseling konseling
p*
KB n=17 (%) n=17 (%)
digunakan. Analisis data penelitian
menggunakan uji Chi-square dengan
Ber-KB 15 (88,2) 4 (23,5) 0,000
perangkat SPSS 22.6
Tidak ber- 2 (11,8) 13 (76,5)
HASIL KB
Tabel 1. Karakteristik responden penelitian *) Uji Chi-square
Responden
Karakteristik
n=34 (%) PEMBAHASAN
Usia (tahun) Hasil penelitian ini adalah terdapat
17 - 25 15 (44,1)
pengaruh konseling KB terhadap
26 - 35 16 (47,1)
pengambilan keputusan alat kontrasepsi
36 - 45 3 (8,8)
pada ibu nifas. Pemberian konseling dengan
Pendidikan menggunakan lembar balik ABPK
SD 2 (5,9) memberikan informasi dan dampak yang
SMP 6 (17,6) positif bagi ibu nifas tentang keuntungan
SMA 23 (67,6) penggunaan KB, sehingga ibu yang
PT 3 (8,8) mendapatkan konseling yang baik dan jelas
akan memilih untuk menggunakan KB
Pekerjaan dengan tujuan menjarangkan kehamilannya.
Bekerja 6 (17,6) Dari 17 responden yang menggunakan KB,
Tidak bekerja 28 (82,4)
sebagian besar menggunakan KB Implan.
Jumlah anak Gobel (2019) menyatakan bahwa ibu nifas
1 12 (35,5) yang diberikan konseling tentang KB
2-3 20 (58,8) menggunakan ABPK, sebagian besar akan
>4 2 (5,9) memilih untuk menggunakan KB sesuai
Sumber: data primer dengan pilihan dan kebutuhannya.3
Pemberian konseling tentang KB
Karakteristik responden penelitian berkaitan dengan adanya interaksi antar
berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, dan seseorang dengan pemberi pelayanan
jumlah anak, dijelaskan pada tabel 1. Jenis kesehatan khususnya bidan sebagai pemberi
pekerjaan responden antara lain wiraswasta, konseling. Kegiatan tersebut memungkinkan
swasta, dan PNS. Tabel 2 menunjukkan terjadinya proses pemindahan informasi dari
bahwa 88,2% ibu nifas yang diberi konseling bidan kepada calon akseptor KB. Dalam
KB memilih untuk menggunakan alat proses konseling, tenaga kesehatan
kontrasepsi, sedangkan hanya 23,5% ibu menyalurkan informasi secara jelas tentang
nifas yang tidak mendapatkan konseling KB kontrasepsi seperti jenis, cara kerja, manfaat,
yang memilih untuk mengunakan alat kelebihan, dan kelemahan dari masing-

WOMB Mid.J: https://jurnal.stikesbanyuwangi.ac.id/index.php/WMJ 3


masing alat kontrasepsi. Komunikasi efektif Amperiana (2016) juga menjelaskan
dapat terjalin antar konselor dan penerima bahwa dengan adanya tambahan pemahaman
informasi, sehingga terjalin komunikasi dua dari petugas kesehatan, seorang ibu nifas
arah secara bertahap dengan menyampaikan akan lebih mudah percaya pada diri sendiri
informasi sesuai dengan kebutuhan calon untuk dapat memutuskan tindakan tentang
pengguna KB. Konseli akan merasakan kesehatannya, karena ibu telah melalui
nyaman dan lebih terbuka terhadap proses belajar dari informasi yang
pertanyaan yang ingin disampaikan kepada didapatkan.2 Pendidikan kesehatan terbukti
konselor jika terdapat materi konseling yang bermanfaat dalam memberikan rasa percaya
kurang dipahami. Oleh karena itu, diri ibu untuk dapat menentukan metode
pemindahan informasi dapat berjalan baik kontrasepsi yang diinginkannya dengan tidak
karena terjalinnya rasa keterbukaan dan merugikan dan menimbulkan permasalahan
saling percaya, sehingga proses konseling untuk siapapun.8 Selain itu, tenaga kesehatan
dapat berjalan lancar.6 dapat memecahkan permasalahan yang
Pemberian konseling yang efektif dan mungkin selama ini dirasakan oleh ibu nifas
dan efisien menunjukkan adanya peningkatan tentang keraguannya dalam memilih jenis
jumlah penggunaan KB pada ibu nifas terlihat kontrasepsi yang sesuai untuk digunakan
dengan adanya respon ibu sebelum dan dalam menjarangkan kehamilan dan ibu akan
setelah diberikan pendidikan kesehatan merasa lebih puas jika telah mendapatkan
tentang KB. Dengan demikian, pemberian informasi tentang alat kontrasepsi.9
konseling ini sangat efektif dalam Adanya pemberian konseling yang
meningkatkan cakupan penggunaan alat sistematis dan lengkap terkait dengan
kontrasepsi pada pasangan usia subur. Hasil keuntungan, manfaat, dan jangka waktu, akan
penelitian Amperiana (2016) mendukung memberikan pandangan ibu nifas untuk
penelitian ini yaitu dengan diberikannya memilih jenis kontrasepsi yang tepat sesuai
konseling akan menambahkan pengetahuan kebutuhan ibu.10 Dari 17 responden yang
dan pemahaman ibu tentang metode diberikan konseling, 15 diantaranya
kontraseps, sehingga memberikan keyakinan menggunakan KB dan sebagian besar
yang kuat pada responden untuk dapat menggunakan KB implan. KB implan dipilih
memilih alat kontrasepsi sesuai dengan oleh responden yang sebagian besar memiliki
kebutuhannya.2 anak lebih dari dua orang. Ibu nifas
Tujuan pemberian pendidikan beranggapan dengan menggunakan KB
kesehatan tentang KB agar ibu merasa yakin implan memberikan jangka waktu panjang
dan mantap terkait alat kontrasepsi yang untuk menjarangkan kehamilan dan ibu
akan digunakan. Jika ibu telah yakin dengan merasakan bahwa memiliki anak lebih dari 2
keputusan dan disesuaikan dengan sudah merasa cukup, sehingga keputusan
kebutuhannya, maka ibu akan lebih lama memilih menggunakan KB implan untuk
menggunakan KB tersebut untuk dapat menjarangkan kehamilan merupakan pilihan
menjarangkan kehamilan sehingga anak yang tepat.
tersebut mendapatkan kasih sayang yang Keterbatasan dalam penelitian ini
cukup. Selain itu, ibu juga dapat memberikan adalah masih banyak responden yang ingin
kesempatan yang cukup mempersiapkan menunda menggunakan alat kontasepsi
kehamilan selanjutnya. Seseorang yang telah dengan alasan masa nifas belum selesai,
mendapatkan suatu informasi yang terperinci dengan demikian untuk penelitian
akan lebih mudah percaya dan yakin bahwa selanjutnya waktu pengambilan keputusan
informasi tersebut dapat mencegah terhadap untuk menggunakan KB dapat diperpanjang
suatu masalah ataupun dapat memecahkan serta desain yang berbeda (kualitatif),
permasalahan kesehatan yang sedang sehingga memberikan waktu pada ibu untuk
dialami, sehingga klien dapat menentukan berfikir lebih lama dan diketahui alasan
sendiri jenis kontarsepsi apa yang akan penundaan KB.
digunakan.7

WOMB Mid.J: https://jurnal.stikesbanyuwangi.ac.id/index.php/WMJ 4


KESIMPULAN yang telah memberikan izin untuk penelitian
Simpulan dari penelitian ini adalah ini.
konseling KB berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan alat kontrasepsi DAFTAR PUSTAKA
pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas 1. Dinas Provinsi Jawa Timur. Profil
Kebaman Banyuwangi. Implan merupakan Kesehatan Jawa Timur. Surabaya: Dinkes
metode kontrasepsi yang paling diminati oleh Profinsi Jawa Timur. 2019.
ibu nifas di wilayah kerja puskesmas 2. Amperiana. Pengaruh konseling KB
tersebut. Oleh karena itu, BKKBN diharapkan terhadap minat pemilihan kontrasepsi
dapat melakukan perencanaan untuk pada ibu nifas di Desa Sempu Kecamatan
mengadakan pelatihan untuk para konselor Ngancar Tahun 2016. Jurnal Akademi
KB di masing-masing wilayah kerja agar Kebidanan Pamenang, Pare, Kediri. 2016.
cakupan KB aktif menjadi meningkat. Selain 3. Gobel, F. Pengaruh Pemberian Konseling
itu tenaga kesehatan disarankan untuk Dengan Alat Bantu Pengambilan
memberikan konseling tepat waktu dan Keputusan Terhadap Pemilihat Alat
selalu menggunakan lembar balik ABPK agar Kontrasepsi Pada Ibu Pasca Salin Di RSTN
dapat memberikan keyakinan dan Boalemo. Jurnal Ilmiah UMGo. 2019. 8 (1)
kemudahan dalam menerima informasi 4. Proverawati, A. Panduan Memilih
sehingga akhiranya ibu dapat menggunakan Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika.
KB sesuai keinginan dan yang dibutuhkan. 2019.
Selain itu, ibu nifas diharapkan agar lebih 5. Azwar. Metode Penelitian: Pustaka
aktif lagi dalam mengikuti pelaksanaan Belajar. Yogyakarta. 2018.
konseling KB yang diberikan oleh petugas 6. Suratun. Pelayanan Keluarga Berencana
kesehatan. dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Trans Info Media. 2018.
7. Walgito, W. Psikologi Sosial (Suatu
PERSETUJUAN ETIKA Pengantar). Yogyakarta: Andri Offset.
Penelitian ini telah lolos uji kelayakan etik 2016.
(ethical clearance) dari Komite Etik Penelitian 8. Sulistyawati, A. Pelayanan Keluarga
Kesehatan STIKES Banyuwangi Nomor Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
013/01/KEPK-STIKESBWI/XI/2021. 2016.
9. Anonim. Alat Kontrasepsi Terkini. Bahan
SUMBER PENDANAAN Ajar. Jakarta: Suka Cita. 2020.
Pendanaan dalam penelitian ini seluruhnya 10. Hartanto. Keluarga Berencana dan
menggunakan dana mandiri dari peneliti. Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. 2016.
PERNYATAAN KONTRIBUSI PENULIS
Maya Maftuha: konsep, analisis data,
pencarian literature, penyusunan manuskrip;
Desy Purnamasari: konsep, desain, edit
manuskrip, review manuskrip, guarantor
manuskrip; Wahyu Fuji Hariani: konsep,
desain penelitian, analisis data.

KONFLIK KEPENTINGAN
Tidak ada konflik kepentingan dalam
penelitian ini.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terimakasih kami sampaikan kepada
Puskesmas Kebaman Kabupaten Banyuwangi

WOMB Mid.J: https://jurnal.stikesbanyuwangi.ac.id/index.php/WMJ 5

You might also like