You are on page 1of 16

Vol.3 No.

1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi


Wisatawan Lokal dan Mancanegara
Purwowibowo1, Budhy Santoso, Kris Hendrijanto, Syech Hariyono, Djoko Wahyudi,
Belgis Hayyinatun Nufus
poerwowibowo@yahoo.co.id

Abstract
This article focuses on mangrove ecotourism in Wringinputih Village, Muncar
District, Banyuwangi Regency.Wringinputih Village, is a new ecotourism destination
that is very attractive to both local and foreign tourists.This is related to the success
of mangrove forest conservation carried out by coastal communities through
community empowerment and their active participation.Through a bottom - up model
and managed based on local wisdom by involving as many coastal communities as
possible, finally various touirsm objects based on mangrove forests in Wringinputih
Village can be realized and become a potential and attractive alternative tourist
destination that is visited by many tourists.With qualitative methods and in-depth
interviews with tourist managers, community leaders, and tourists in the village,
there is enough data to explain this tourist village destination.As a result,
Wringinputih village has become some attractions for potential ecotourism based on
mangrove forests and others objects developed by local communities and has
brought in local and foreign tourists so that it’s can accelerate activities and open
employment opportunities for the community and increase their income.
Keywords: Wringinputih, Ecotourism, Mangrove Forest, Tourism Destination

Abstrak
Artikel ini berfokus mengenai ekowisata hutan mangrove di Desa Wringinputih,
Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, merupakan destinasi baru ekowisata
yang sangat menarik wisatawan baik lokal dan mancanegara. Hal tersebut terkait
dengan keberhasilan konservasi hutan mangrove yang dilakukan oleh masyarakat
pesisir melalui pemberdayaan masyarakat yang partisipatif. Melalui model bottom-up
dan dikelola berdasarkan kearifan lokal dengan melibatkan sebanyak mungkin
masyarakat pesisir, berbagai objek wisata berbasis hutan mangrove di Desa
Wringinputih dapat diwujudkan dan menjadi destinasi wisata alternatif potensial
sehingga banyak dikunjungi wisatawan. Dengan metode kualitatif dan wawancara
mendalam terhadap pengelola objek wisata, beberapa tokoh masyarakat, dan para
wisatawan di desa tersebut didapatkan cukup data untuk menjelaskan destinasi desa
wisata ini. Hasilnya, Desa Wringinputih telah menjadi daya tarik ekowisata berbasis
hutan mangrove potensial yang dikembangkan oleh masyarakat lokal dan telah
mendatangkan wisatawan lokal dan mancanegara sehingga dapat mengakselerasi
kegiatan dan membuka peluang kerja bagi masyarakat serta menambah
penghasilannya.
Kata Kunci: Wringinputih, Ekowisata, Hutan Mangrove, Destinasi Wisata

1
Ketua Tim Peneliti Keris Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember

Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara | 49
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

Pendahuluan dan lainnya. Berdasarkan keragaman


aset pariwisata baik dari sisi wisata
Kabupaten Banyuwangi
sosial-budaya dan ekowisatanya maka
merupakan wilayah yang secara sosial
kabupaten ini terus mengembangkan
budaya dikenal luas dengan
dan membangun berbagai aksesibilitas
‘masyarakat using’ dan kotanya
sehingga memudahkan para wisatawan
mempunyai ciri khusus sebagai ‘Kota
domestic maupun mancanegara untuk
Gandrung’ (Banyuwangi Touirsm,
mengunjunginya.
2018). Wilayah ini terletak di Ujung
Dengan banyaknya destinasi
Timur Pulau Jawa dan sejak tahun
wisata di wilayah Kabupaten
2002 pemerintah daerahnya giat dan
Banyuwangi, maka pemerintah daerah
gencar membangun dan
dan seluruh masyarakatnya guyub
mengembangkan objek serta daya tarik
untuk menjadikan wilayah ini menjadi
wisatanya. Sesuai dengan anjuran
tujuan wisata penting di Indonesia dan
pemerintah pusat, bahwa semua
dunia. Guna dapat meraih dan
wilayah di Indonesia dapat dijadikan
mendatangkan wisatawan, pemerintah
destinasi wisata, maka Kabupaten
Banyuwangi dan seluruh jajaran di
Banyuwangi menjadi salah satu bagian
dalam industri pariwisata gencar,
wilayah kabupaten yang turut
serius, dan bekerja keras untuk
berpartisipasi dalam rangka
memasarkan potensi wisata yang ada.
mempercepat pertumbuhan ekonomi
Oleh karena itu, seluruh komponen
nasional dan lokal melalui
yang terkait dengan bidang
pengembangan bidang pariwisata.
kepariwisataan melakukan promosi
Bidang ini oleh kabupaten Banyuwangi
pariwisata (Avida, dkk., 2016).
dijadikan bidang unggulan untuk
Promosi merupakan salah satu tahapan
meningkatkan kesejahteraan
penting pemasaran dimana tahap ini
masyarakat karena bidang pariwisata
memiliki peran yang menentukan
atau industri pariwisata merupakan
dalam usaha untuk mendatangkan dan
bidang yang mempunyai dampak
meningkatkan jumlah para wisatawan.
berganda (multiflyer effects) yang
Oleh sebab itu, promosi yang dilakukan
sangat luas bagi masyarakat lokal (Zaei
and Zaei, 2013). dengan menggandeng atau melibatkan
berbagai stakeholder dan menggunakan
Kabupaten yang berpenduduk
media teknologi informasi. Kebijakan
using inimemiliki banyak destinasi
demikian dimaksudkan sebagai upaya
unggulan dan daya tarik yang potensial
menarik sebanyak mungkin wisatawan
sehingga dapat dijadikan tempat wisata
domestik maupun mancanegara.
untuk meraih dan meningkatkan
Guna mendukung pengembangan
kunjungan wisata. Selain destinasi dari
industri pariwisata di Kabupaten
sisi sosial-budaya yang sudah terkenal
Banyuwangi, mulai dari unsur
di seluruh dunia, destinasi alamnya
pimpinan pemerintah daerah, staf
juga tidak kalah dibandingkan bidang
kecamatan, dan staf di lingkup desa
sosial budaya. Banyak destinasisektor
diberi berbagai pelatihan sehingga
pariwisata yang beragam, diantaranya
mampu menjadi pendukung utama
terdapat Gunung Ijen dengan
penyelelenggaraan industri pariwisata.
keindahan dan ‘Blue-Fire’-nya (Zen
Hal ini penting, karena layanan yang
dan Wulandari, 2016). Selain itu,
diberikan oleh staf menjadi bagian
terdapat pemandangan alam yang
yang tidak bisa dipisahkan dari industri
terdapat di wilayah pesisir dan pantai,
pariwisata yang dilaksanakan dan
hutan mangrove, hutan taman nasional,

50 | Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

bahkan menjadi pintu masuk dari kesan wisatawan muda dan juga kepedulian
yang diperoleh dari para wisatawan terhadap lingkugan para
manakala datang berkunjung dan pengunjungnya.
menikmati objek wisata. Bisa jadi,
layanan para staf yang terlibat dalam Tinjauan Pustaka
kegiatan pariwisata mempunyai Pengembangan wisata alam atau
pengaruh paling efektif dari pemasaran lebih dikenal dengan ekowisata hutan
atau promosi yang dilakukan. mangrove mempunyai fungsi penting
Dalam kurun waktu dua tahun bagi lingkungan dan masyarakat karena
terakhir, industri pariwisata di wilayah keduanya dapat berjalan secara
Banyuwangi mengalami berkelanjutan (Walters, B. B. et al.,
perkembangan cukup signifikan, hal ini 2008). Di wilayah pesisir, hutan
terlihat dari meningkatnya jumlah mangrove merupakan unsur ekologis
destinasi dan juga jumlah kunjungan penting dari jaring-jaring kehidupan
wisatawan ke Banyuwangi. Hal wilayah pesisir dan pantai, sehingga
tersebut dapat dilihat dari jumlah dapat dijadikan objek dan destinasi
kunjungan wisatawan pada tahun 2017 ekowisata, khususnya kegiatan wisata
dan 2018. Pada tahun 2017 kunjugan terkait pendidikan (Walter, P., 2009).
wisatawan mancanegara mencapai Banyak fungsi sosial dari hutan
91.000 wisatawan sedangkan pada mangrove yang selama ini dilakukan
tahun 2018 bertambah menjadi 100.000 yakni digunakan sebagai tempat
pengunjung. Kunjungan wisatawan penelitian dan pendidikan bagi
lokal juga bertambah secara signifikan, ilmuwan. Dengan model ekowisata
yakni tahun 2017 berjumlah 4,8 juta
pendidikan, maka hutan mangrove
pengunjung wisatawan lokal dan tahun bukan hanya dapat dijadikan objek
2018 menjadi 5 juta orang wisatawan studi, penelitian, dan wisata saja
(BPS, 2018). melainkan juga sekaligus dapat
Peningkatan kunjungan menjaga kelestarianya melalui program
wisatawan yang cukup konservasi (Indrayanti (2015).
menggembirakan ini terjadi karena Potensi berwisata berbasis hutan
banyaknya destinasi baru yang terus mangrove merupakan model ekowisata
dikembangkan dan dipromosikan, yang lebih mengandalan kondisi dan
termasuk destinasi terkait hutan potensi ekosistem hutan mangrove
mangrove dan berbagai daya tarik antara lain: adanya penggunaan zonasi
objek di dalamnya. Wilayah desa yang di wilayah pesisir dan pinggir laut.
beberapa tahun ini menyumbangkan Selain itu, berbagai macam flora
kunjungan wisatanya adalah Desa danfauna yang tinggal di ekosistem
Wringinputih. Desa ini menjadi bagian hutan mangrove, yakni berbagai jenis
penting dari program pengembangan burung, biawak, buaya, ular, ikan,
dan pembangunan industri pariwisata udang, kerang-kerangan, keong,
di Kabupaten Banyuwangi karena kepiting, dan lain sebagainya menjadi
dengan konservasi hutan mangrove daya tarik tersendiri dari destinasi wisata
yang dilakukan berdasarkan kearifan hutan mangrove (Rangan, 2010).
lokal dan dikelola melalui lembaga
Potensi lainya dari hutan mangrove di
lokal, destinasi yang beragam dapat wilayah pesisiradalah kegiatan lintas
menjadi daya tarik wisatawan. Bahkan, alam, memancing, berlayar, berenang,
banyak destinasi di desa Wringinputih pengamatan jenis burung dan atraksi
yang memanjakan rasa cinta bagi satwa liar, fotografi, pendidikan, piknik

Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara | 51
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

dan berkemah, serta menikmati bertambahya objek dan daya tarik


berbagai adat istiadat penduduk lokal wisatawan berbasis lingkungan atau
yang hidupnya bergantung pada disebut dengan green tourism
keberadaan hutan mangrove (Ojeda,2012). Pariwisata model ini
(Wardhani, 2011). juga disebut dengan wisata minat
Sebagai penjabaran dari khusus, yang para wisatawannya telah
pengembangan ekowisata yang jenuh dengan wisata budaya sehingga
mengandalkan hutan mangrove yang mencari alternatif baru yang berbasis
berkelanjutan dan lestari, model ekologi atau lingkungan. Oleh karena
ekowisata pesisir dari keberadaan itu, model eduwisata ini dapat
sumber daya alam hutan mangrove dan memadukan berbagai sumber daya
sumber daya alam lainnya merupakan alam, lingkungan, dan sumber daya
keterpaduan model berwisata dari manusia. Secara langsung penambahan
pengembangan konsep mengenai objek dan daya tarik wisata ini
metode pengelolaan lingkungan pesisir. memberikan alternatif yang berbeda
Model ini dapat memberikan nilai dengan wisata budaya sehingga akan
tambah dan dampak sosial-ekonomi menambah kedatangan wisatawan
berganda kepada masyarakat dari domestik dan mancanegara. Secara
keberadaan dan kelestarian hutan langsung dapat menambah devisa
mangrove di wilayah pesisir yang dapat negara dan menggerakan kondisi
meningkatkan pendapatan masyarakat sosial-ekonomi masyarakat pesisir
lokal (Satria, 2009). khususnya sehingga dapat menjadi
Ekowisata berbasis hutan model wisata terpadu dalam rangka
mangrove di wilayah pesisir lebih peningkatan pendapatan dan
popular disebut dengan ekotourisme kesejahteraan masyarakat pesisir
dan sekarang ini menggunakan istilah (Purwowibowo, 2017).
yang mulai digemari yakni edutourisme
atau studi tour. Wisata ini pada Metode Penelitian
hakikatnya merupakan bentuk Pendekatan penelitian
pariwisata atau ekotourisme yang para menggunakan fenomenologi dengan
wisatawannya juga mempunyai metode kualitatif. Data yang
tanggung jawab terhadap kelestarian dikumpulkan berupa deskripsi dari
lingkungan hutan mangrove di wilayah hasil wawancara mendalam terhadap
pesisir, memberikan manfaat secara objek penelitian dari beberapa
sosial-ekonomi, mempertahankan informan yang terpilih secara purposiv.
keutuhan budaya lokal (Nurdin, 2016). Lokasinya di Desa Wringinputih,
Selain itu, edutourisme ini Kecamatan Mucar, Kabupaten
mengandung maksud orang yang Banyuwangi. Hal ini berdasarkan
melakukan pariwisata atau eco-traveler pertimbangan bahwa Desa
memberikan stimulus bagi masyarakat Wringinputih, dalam kurun sepuluh
lokal untuk melakukan gerakan tahun terakhir ini giat melakukan
konservasi pada masyarakat lokal konservasi hutan mangrove dan
sehingga tumbuh kesadaran masyarakat kemudian dipromosikan menjadi
pesisir melakukan konservasi dan
destinasi unggulan wisata di Kabupaten
menjaga kelestariannya. Banyuwangi. Didukung dengan sumber
Hutan mangrove sebagai sumber daya alam yang sangat kaya tentang
daya alam berkelanjutan di wilayah keanekaragaman dan sumber daya
pesisir menjadi potensi penting dari manusia yang peduli terhadap

52 | Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

konservasi hutan mangrove, sehingga penting dari akselerasi program


desa ini dapat memberikan informasi kepariwisataan di Banyuwangi.

Gambar 1: Peta Wilayah Desa Wringinputih

Sumber: http://wringinputih.desa.id/web/detailnews/

Selain itu, data dikumpulkan Temuan dan Pembahasan


dari wawancara mendalam terhadap
Letak Geografis Desa Wringinputih,
pemangku kegiatan pariwisata
Muncar, Banyuwangi
mangrove, tokoh masyarakat, para
wisatawan yang datang, dan observasi Desa Wringinputih merupakan
partisipan terhadap kegiatan wisata salah satu desa pesisir yang terletak di
mangrove. Selanjutnya, data juga tenggara wilayah Kabupaten
diperoleh dari berbagai media, Banyuwangi. Desa ini terletak di
khususnya dari web atau internet. Kecamatan Muncar, yang jaraknya
Dengan metode pengumpulan data hanya 7 km. Sedangkan jarak desa ini
demikian maka dapat diperoleh data dengan kota Banyuwangi sejauh 45
yang memadai sehingga dapat km. Dengan infrastruktur yang sudah
digunakan untuk menjelaskan dan baik maka untuk menuju kantor
mendeskripsikan Desa Wringinputih kecamatan dan kantor kabupaten tidak
sebagai destinasi potensial di wilayah ada kendala, maka bagi siapapun dan
Banyuwangi. Dengan model juga wisatawan tidak mengalami
triangulasi sumber dan informasi, kesulitan menuju desa ini. Dari kota
maka data yang diperoleh akan Banyuwangi menuju arah selatan
mendukung analisis yang dilakukan. setelah sampai di perempatan Srono
Analisisnya menggunakan perspektif belok ke arah kiri sampai perempatan
‘human ecology’ dan “green desa Tembok Rejo terus ke kanan.
socialwelfare”. Setelah itu, sampai di pasar Sumber
Ayu, ada pertigaan menuju ke arah kiri
atau timur dan selanjutnya terus
mengikuti jalur utama kurang lebih 2,5
km dapat menemukan Kantor Desa
Wringinputih.

Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara | 53
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

Desa wisata pesisir pendidikan Diniyah Pesantren di


Wringinputih ini merupakan desa wilayah Desa Wringinputih.
pecahan dari desa Sumberberas di
wilayah Kecamatan Muncar. Dengan Potensi Wisata Hutan Mangrove di
program layanan yang harus Desa Wringinputih
ditingkatkan agar lebih efektif dan
Hutan mangrove di Desa
efisien terhadap warga masyarakat,
Wringinputih luasnya lebih dari 600
maka desa Sumberberas dipecah
ha dan berada di Teluk Pang Pang
menjadi dua yakni Desa Sumberberas
Kecamatan Muncar, Kabupaten
dan Desa Wringinputih. Hal tersebut
Banyuwangi. Keberadaan hutan
berdasarkan Surat Keputusan Kepala
mangrove dari hasil dari kegiatan
Daerah (KDH) Tingkat I Jawa Timur
konservasi masyarakat pesisir yang
No 7 Tahun 1995 yang tertanggal 17
mereka mempunyai pekerjaan tetap
Januari. Sejak tanggal tersebut Desa
sebagai nelayan. Di teluk tersebut
Wringinputih sudah berdiri secara
tampak jelas bahwa terdapat hutan
resmi. Desa Wringinputih Kecamatan
mangrove yang menjadi pembatas
Muncar Kabupaten Daerah Tingkat II
antara laut dan daratan. Dengan lebar
Banyuwangi merupakan desa yang
sungai yang tidak terlalu luas, para
batasnya: sebelah utara Desa
wisatawan dapat melihat
Kedungringin, Sebelah Timur dibatasi
pemandangan tumbuhan hutan
dengan Teluk Pang Pang, sebelah
mangrove yang menjulang tinggi dan
selatan Desa Kedung Gebang, dan
lebat. Keanekaragaman hutan
sebelah barat Desa Sumberberas.
mangrove di wilayah Teluk Pang Pang
Jumlah populasi Desa
sangat beragam dan kaya sehingga
Wringinputih terdiri dari 3.351 KK
menjadikan potensi yang tidak ternilai
dan jumlah penduduknya 12.696 jiwa,
harganya. Setidaknya hutan mangrove
yang terdiri dari laki - laki 6.503 jiwa,
di kawasan tersebut memiliki 12
perempuan 6.193 jiwa. Desa pesisir
(duabelas) jenis mangrove yang hidup
tenggara Kabupaten Banyuwangi ini
dan tumbuh subur di kawasan tersebut.
luas wilayahnya secara keseluruhan
Berbagai jenis mangrove tersebut
meliputi 1.560 ha dan merupakan
adalah Rhizophora Apiculata,
dataran rendah. Dilihat dari dinamika
Rhizophora Mucronata, Bruguiera
kehidupan masyarakatnya, terutama
Gymnorhyza, Avicennia Marina,
dari pekerjaan yang ditekuni oleh
Avicennia Lanata, Cordia
masyarakat di desa ini adalah: petani,
Bantamensis, Ceriops Tagal, Ceriops
nelayan, buruh bangunan, dan
Decandara, Xylocarpus Granatum,
buruhpabrik. Meskipun, dari kota
Heritiera Littoralis, Sonneratia Alba,
Kabupaten dan kota Kecamatan
dan Sonneratia Caseolaris.
berjarak cukup jauh, Desa
Selain itu, kawasan hutan
Wringinputih tergolong lengkap dalam
mangrove Teluk Pang Pang di desa
proses penyelenggaraan
Wringinputih tersebut juga merupakan
pendidikannya. Hal ini ditandai
habitat satwa liar (fauna), terutama
dengan adanya lembaga pendidikan
berbagai jenis burung air (waterbirds).
yang ada di Desa Wringinputih, yakni
Sesuai dengan pengamatan yang
pendidikan PAUD, SD, SMP, SMA
dilakukan pihak terkait terdapat 30
sampai Perguruan Tinggi sudah ada.
(tigapuluh) jenis burung dan 10
Selain itu, pendidikan yang berbasis
(sepuluh) di antaranya merupakan
Islam juga ada seperti misalnya
jenis liar yang dilindungi sesuai

54 | Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

dengan peraturan perundang-undangan ada bukan merupakan hasil konservasi


satwa liar di Indonesia. Jenis burung masyarakat pesisir setempat melainkan
yang sering dijumpai oleh para hutan mangrove sudah ada sejak
wisatawan dan pengelola kawasan manusia ada di kawasan itu. Artinya
adalah: jenis burung Bangau Tontong hutan mangrove Bedul merupakan
(LeptoptilosJavanicus), Pecuk Ular warisan yang diberikan Tuhan kepada
(Anhingamelanogaster), dan Elang manusia untuk dikelola dan
Laut Perut Putih dilestarikan sehingga pengelolaannya
(HaliaeetusLeucogaster). menjadi wewenang dinas Kehutanan.
Satwa lain yang juga hidup di Sedangkan hutan mangrove di teluk
kawasan hutan mangrove adalah Pang Pang merupakan hasil konservasi
berbagai satwa mamalia. Di antaranya sehingga pengelolaannya diserahkan
monyet ekor panjang (Macaca kepada masyarakat setempat.
Fascicularis), kijang (Muntiacus Dari banyaknya potensi wisata
muntjak). Sebagai kawasan wisata berbasis hutan mangrove yang bisa
potensial di wilayah Banyuwangi, dikembangkan di tempat tersebut
hutan mangrove Pang Pang di Desa maka memerlukan kesadaran dan
Wringinputih telah mendapatkan kearifan lokal masyarakat dalam
penetapan kawasan perlindungan pengelolaannya. Dengan dikelola
sesuai dengan keputusan dan secara berkelanjutan diharapkan
ketentuan Kementerian Kehutanan. dampak dari konservasi mangrove dan
Teluk Pang Pang sendiri merupakan pariwisata yang diselenggarakan dapat
salah satu di antara lokasi ekosistem mengakselerasi peningkatan
penting dan potensial di Indonesia. kesejahteraan masyarakat pesisir pada
Kawasan hutan mangrove di umumnya dan masyarakat desa
wilayah Desa Wringinputih juga Wringinputih pada khususnya.
memiliki keanekaragaman lainnya Kesadaran yang tinggi dari masyarakat
yang hidup di dalam dan permukaan Desa Wringinputih dapat menjadi
air laut. Hal ini ditandai dengan modal sosial penting bagi keberhasilan
adanya berbagai jenis ikan yang dapat pengelolaan ekowisata berbasis hutan
dijumpai manakala wisatawan atau mangrove.
pengunjung hutan mangrove
berkeliling di area hutan. Bahkan, Potensi Lain Terkait Hutan
diantara ikan terkadang ada yang Mangrove di Wilayah Desa
lompat ke atas perahu sehingga Wringinputih
menimbulkan sensasi sendiri bagi
wisatawan yang mengunjungi hutan (1) Pesona Teluk Pang Pang
mangrove. Telu Pang Pang merupakan teluk
Teluk Pang Pang mempunyai di cekung ujung timur pulau Jawa,
keunikan tersendiri manakala yakni wilayah hutan Alas Purwo. Alas
dibandingkan dengan kawasan wisata tersebut telah lama dikenal masyarakat
berbasis hutan mangrove di wilayah di seluruh dunia karena merupakan
Banyuwangi lainnya, seperti misalnya habitat dari flora dan fauna yang
Kawasan Hutan Mangrove Bedul. dilindungi dan dilestarikan.
Kawasan hutan mangrove Bedul yang

Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara | 55
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

Gambar 2: Peta Wilayah Teluk Pang Pang

Sumber: https://www.google.com/search?q=peta++teluk+pang+pang+muncar

Di balik wilayah Alas Purwo tersebut Biru juga dapat dinikmati indahnya
terdapat kawasan laut yang disebut Pasir Putih, Tanjung Pasir, dan lain
dengan teluk Pang Pang. Dengan sebagainya yang telah dikenal
keindahan teluk di waktu pagi, para wisatawan secara luas baik domestik
wisatawan dapat melihat dan dan mancanegara.
menikmati munculnya matahari terbit
(sunrise) yang sangat indah dari ujung (2) Pantai Cemara ‘Cinta’
timur. Destinasi teluk Pang Pang ini Konsep yang digunakan dalam
juga menyuguhkan berbagai macam membangun objek wisata ini adalah
destinasi baru di dalamnya yang tidak ekowisata konservasi hutan mangrove.
kalah dengan "Kakang Mbarep", yang Hal ini karena latar belakang sebelum
telah lebih dulu dikenal dan memasuki kawasan mangrove ada
dikenalkan ke masyarakat luas. Di hutan cemara dan disebut dengan
dalam teluk Pang Pang ini terdapat Pantai Cemara Kawang. Pantai
destinasi buatan yang berbasis hutan Cemara Kawang ‘Cinta’ dan
mangrove. Selain itu, wisatawan juga Panorama Kili Kili di wilayah Desa
dapat menikmati wisata lainnya seperti Wringinputih, Kecamatan Muncar ini
susur sungai Setail, spot pemancingan, merupakan objek yang dapat
sampai menuju Teluk Banyu Biru di dikunjungi para wisatawan.
Kawasan Alas Purwo. Di Teluk Banyu

56 | Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

Gambar 3: Objek Wisata ‘Lambang Cinta’

Sumber: https://www.google.com/search?q=menara+kembar+di+wringinputih

Pantai ini dinamakan sebagai ‘Pantai mangrove ada jembatan yang dibuat
Cemara Cinta’ karena untuk menyerupai lambang cinta sehingga
memasuki kawasan wisata hutan dapat memberikan sensasi tersendiri
mangrove terdapat hutan cemara bagi para wisatawannya. Setelah
pesisir. Hutan tersebut memberikan selesai, mereka kembali dan dapat
sensasi lembut dan sejuk karena selain istirahat di bawah pohon-pohon
di bawah pohon cenara udaranya segar cemara yang telah disediakan tempat
dan sejuk, tanaman cemaranya duduknya. Dengan memesan
tersusun rapi dan bersih. Letaknya makanan, minuman, dan camilan dari
kawasan hutan mangrove di dusun warung kelompok pemberdayaan
Kabatmantren desa Wringinputih. masyarakat, kemudian membicarakan
Biasanya bagi wisatawan yang telah objek wisata yang telah dinikmati
menikmati objek yang terdapat di sebelum mereka pulang atau beralih
dalam hutan mangrove kemudian menikmati objek wisata lainnya di
kembali. Sampai di ujung, hutan wilayah Desa Wringinputih.

Gambar 3: Tim Peneliti Berfoto di Depan Pintu Masuk Pantai Cemara Cinta

Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti dari Desa Wringinputih

Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara | 57
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

Setelah berada di pintu masuk cemara tersebut, diharapkan para


cinta, kemudian para wisatawan dapat wisatawannya dapat menikmati
menikmati hutan mangrove hasil sensasi cinta di pinggir laut. Suatu
konservasi masyarakat Wringinputih. kreasi cerdas dari pengelola hutan
Dengan menyusuri jalan atau jembatan mangrove di Desa Wringinputih yang
bambu di antara pohon mangrove, memanjakan para wisatawannya agar
para wisatawan dikenalkan berbagai terkesan setelah mereka berwisata di
nama jenis pohon mangrove yang kawasan hutan mangrove.
telah tumbuh. Kemudian, sampai di Selain itu, di kawasan hutan
ujung jembatan yang terletak dibatas mangrove Kawang juga ada objek
akhir antara hutan mangrove dengan yang dinamakan ‘Menara Kembar’,
laut, para wisatawan dapat berfoto. selain banyak menara bambu tunggal
Area yang disediakan berupa menara lainnya. Hal ini sebagai konsep untuk
bertingkat tiga sehingga para mengispirasi para wisatawan tentang
wisatawan dapat memilih tempat mana menara kembar yang ada di
yang paling mengesankan bagi mereka Kualalumpur, Malaysia. Dengan
untuk mengambil gambar atau foto inspirasi ini, paling tidak bagi para
yang diinginkan. pengunjung atau wisatawan dapat
Selain, itu juga tersedia merasakan sensasi berada di menara
jembatan bambu yang berada di antara kembar di antara hutan mangrove
pohon mangrove dan laut. Jembatan sebagaimana Menara Kembar di
tersebut melambangkan simbol Kualalumpur, meskipun menara
cintasehingga banyak di antara kembar tersebut terbuat dari pohon
wisatawan yang mengambil foto di bambu.
tempat tersebut. Dengan media wisata

Gambar 4: Menara Kembar di Hutan Mangrove Kawang

Sumber: https://www.google.com/search?q=menara+kembar+di+wringinputih

(3) Panorama Kili-Kili Desa tambak yang luas dan dikelola oleh
Wringinputih masyarakat. Namun, mulai tahun 1990-
Di wilayah pesisir Desa Wringin an sampai awal tahun 2000-an, tambak
putih, sejak tahun 1970-an terdapat yang tradisional tersebut disewa para

58 | Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

pengusaha tambak modern dengan Setelah melakukan studi banding


menggunakan peralatan tambak untuk ke berbagai tempat, para pemuda yang
digunakan sebagai budidaya udang. tergabung dalam kelompok peduli
Kala itu, udang ‘windu’ menjadi mangrove kemudian mengembangkan
primadona ekspor sehingga banyak usaha melalui pemberdayaan
pengusaha tertarik dan menyewa masyarakat, yakni membentuk
tambak milik masyarakat. Kemudian destinasi wisata yang mereka sebut
setelah produksi udang menurun sebagai ‘Kawasan Mangrove Kili-Kili’.
disebabkan karena penyakit yang Sekarang ini, kawasan hutan mangrove
terdapat dalam tubuh udang, maka para Kili-Kili menjadi destinasi para
pengusaha banyak mengalami wisatawan bagi wisatawan domestik
kerugian. Kondisi tersebut dan mancanegara. Dari kawasan hutan
mengakibatkan banyak tambak tidak mangrove Kili-Kili, wisatawan dapat
digunakan dan para pengusahanya menikmati berbagai atraksi di
mengalami kerugian. Pada akhirnya antaranya, burung bangau putih yang
banyak tambak dibiarkan begitu saja bertempat dan bersarang di pohon
dan kemudian warga masyarakat mulai mangrove. Selain itu, juga dapat
tertarik untuk memulihkan lingkungan ditemukan berbagai jenis binatang yang
tambak dengan menanami pohon bermukim di antara pohon mangrove.
mangrove. Masyarakat desa Dari berbagai binatang itu, yang
Wringinputih, untuk pertama kali menjadi daya tariknya adalah biawak.
menanami pohon mangrove sejak tahun Mereka menjaga kelestarian binatang
2003. Dengan stimulan dari berbagai ini karena menjadi daya tarik bagi
pihak, termasuk Dinas Perikanan wisatawan. Bahkan, para pemandu
Kabupaten Banyuwangi memberikan yang sudah hafal dengan nama
bantuan bibit dan bimbingan teknis, binatang itu kemudian menyebutnya
sehingga gerakan masyarakat menanam sebagai komodo jawa atau ‘java-
mangrove dapat berhasil. Sekarang dragon’. Suatu rekayasa konsep untuk
hutan mangrove yang ada di Desa menjelaskan biawak kepada wisatawan
Wringinputih, salah satunya adalah mancanegara, karena mereka sangat
kawasan hutan mangrove Kili-Kili. sulit mengucapkan bahasa latinnya.

Gambar 5: Hutan Mangrove Kili-Kili dan Pesona Burung Bangau di Wringinputih

Sumber:https://www.google.com/search?q=panorama+kili-kili+wringinputih

Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara | 59
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

(4) Pantai Teluk Biru yang terkait di Teluk Biru sangat


Pantai Teluk Biru, merupakan banyak di antaranya pasir putih, air laut
destinasi wisata yang berlokasi di yang biru. Kondisi ombaknya sangat
Pantai Alas Purwo. Di pantai tersebut kecil dan dapat dikatakan sangat tenang
merupakan pantai yang tidak dijamah air lautnya sehingga para wisatawan
penduduk, karena lokasinya di Taman dapat melakukan wisata snorkling,
Nasional Alas Purwo. Sudah banyak diving, ski-air, berenang, dan kanoing.
diketahui masyarakat luas, bahwa Suatu tawaran destinasi wisata yang
lokasi tersebut dianggap ‘angker’ memanjakan para wisatawannya baik
sehingga tidak banyak orang yang domestik dan mancanegara sebagai
datang ke tempat tersebut. Kondisi air hidup dalam ‘surga’ dunia, dengan
lautnya sangat bersih sehingga dasar keindahan yang diciptakan Tuhan di
laut bisa dilihat secara jelas tanpa harus Teluk Biru.
menggunakan peralatan tertentu. Objek

Gambar 6: Kondisi Teluk Biru di Wilayah Alas Purwo

Sumber: http://wringinputihtourismcenter.blogspot.com/2017/09/eloknya-teluk-banyu-biru-
wringinputih.html

Hutan Mangrove, Ekowisata, dan para wisatawan manakala mereka


Peningkatan Kesejahteraan menyewa perahu yang digunakan untuk
Masyarakat menyusuri hutan mangrove sampai
pergi ke Teluk Biru.
Dengan dikembangkannya
Kegiatan lain juga bermunculan,
berbagai destinasi wisata berbasis
misalnya bagi wisatawan yang
hutan mangrove dan juga upaya cerdas
menginap dapat menggunakan rumah
masyarakat Wringinputih dalam
penduduk yang sudah disiapkan
mengemas perjalanan wisata, maka
sebagai ‘homestay’layaknya
semua unsur masyarakat mendapatkan
homestaypada umumnya. Dari
manfaat dari kedatangan para
penggunaan rumah tersebut,
wisatawan. Masyarakat dapat menjadi
masyarakat yang ditempati dapat
pemandu wisata dengan sebelumnya
tambahan penghasilan dari ongkos
mendapatkan pelatihan tertentu. Selain
sewa yang diberikan wisatawan. Para
itu, para nelayan juga mendapatkan
wisatawan yang datang terkadang
tambahan penghasilan dari kedatangan

60 | Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

rombongan besar dari mahasiswa sehingga tidak menimbulkan sampah


sehingga memerlukan tempat juga. Hal ini, menurut masyarakat
menginap dari beberapa rumah sebagai realisasi dari kebiasaan jaman
penduduk sehingga yang mendapatkan Nabi Muhammad SAW, yang selalu
ongkos sewa homestay juga bertambah. menggunakan tangan ketika makan.
Bagi wisatawan yang menginap, Sedangkan makanan yang
juga diberi sajian makanan khas Desa mereka buat merupakan rekayasa sosial
Wringinputih. Mereka melakukan dan pemberdayaan masyarakat
upaya cerdas dengan konsep makanan sehingga menarik dan konsep yang
yang ramah lingkungan, yakni tidak dibangun sangat berbeda dengan
menggunakan plastik tetapi daun konsep makanan pada umumnya.
pisang. Hal ini dimaksudkan bekas Misalnya berbagai: nasi pepes tiram
daun pisang yang telah dipakai untuk disebut ‘sipetir’, nasi bungkus daun
makan tidak menjadi sampah karena pisang panas disebut ‘sibunas’, nasi
secara ekologi, daun pisang akan botok pepes kerang disebut ‘siperang’,
mudah diurai dan dapat menyuburkan nasi botok kerang disebut ‘sibokir’ dan
tanaman mangrove. Selain itu, ketika berbagai masakan pepes lainnya yang
wisatawan makan tidak diperkenankan menggunakan istilah-istilah khas ala
menggunakan sendok plastik Desa Wringinputih, Muncar,
melainkan menggunakan tangan Banyuwangi.

Gambar 7: Pepes Rajungan yang dibungkus dari daun pisang

Sumber: http://wringinputihtourismcenter.blogspot.com/2017/09/katalog-potensi-desa-
wringinputih-muncar_17.html

Masyarakat Desa Wringinputih, hutan mangrove, untuk melakukan


dalam melakukan pemberdayaan tidak diversifikasi usaha pemberdayaan
hanya pembuatan kuliner ala desa, sehingga bisa membuka peluang kerja
melainkan juga berusaha untuk dan dapat menambah penghasilan.
membuat dan memproduksi dari
tumbuh suburnya pohon mangrove. Di Kesimpulan
antaranya masyarakat membuat kripik Pariwisata berbasis hutan
mangrove, minuman mangrove, dan teh mangrove di wilayah Desa
dari daun mangrove. Hal ini Wringinputih, Kecamatan Mucar,
menunjukkan bahwa masyarakat Desa Kabupaten Banyuwangi telah dikenal
Wringinputih berusaha menggunakan masyarakat domestik dan mancanegara.
potensi lokal, terutama terkait dengan Hal ini tentu bukan sesuatu yang

Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara | 61
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

datang dari langit melainkan suatu Mangrove di Teluk Blanakan


usaha masyarakat keras melalui Kabupaten Subang. Jurnal Ilmu
kegiatan pemberdayaan. Masyarakat Pengetahuan Indonesia. Volume
dengan usaha keras melakukan 20. No. 2.
konservasi hutan mangrove, yang Katalog Desa
sekarang menjadi destinasi penting di Wringinputih:http://wringinputiht
wilayah Banyuwangi. Selain itu, untuk ourismcenter.blogspot.Com/2017
menarik wisatawan, beberapa /09/katalog-potensi-desa-
kelompok didirikan untuk mengelola wringinputih-muncar_17.html
kegiatan pariwisata dan melakukan
promosi dengan menggunakan Menara Kember:
berbagai media, termasuk penggunaan https://www.google.com/search?
teknologi informasi di internet. Dengan q=menara+kembar+di+wringin
melibatkan kelompok dan masyarakat putih
kemudian inisiasi terus bermunculan Nurdin, B. V. (2016). Kajian
sehingga dapat merumuskan program Antroplogi Pariwista dan Etho-
kegiatan pariwisata atraktif dan Ecotourism Dalam
menarik termasuk menyediakan Pengembangan Pariwisata di
homestay, kuliner ala desa, dan produk Propinsi Lampurng. Inovasi dan
wisata lainnya. Kedatangan wisatawan Pengembangan – Jurnal
yang terus bertambah dapat Kelitbang. Vol. 04. No. 2
mengakselerasi kegiatan dan pekerjaan
masyarakat sehingga terjadi peluang Ojeda, D. (2012). Green pretexts:
kerja dan menambah penghasilan. Ecotourism, neoliberal
Penghasilan yang bertambah secara conservation and land grabbing
otomatis tingkat kesejahteraan in Tayrona National Natural
masyarakat Desa Wringinputih menjadi Park, Colombia. The Journal of
bertambah dan meningkat. Peasant Studies. Volume 39,
2012 - Issue 2 . Pages 357-375.
Daftar Pustaka https://doi.org/10.1080/03066150
.2012.658777
Avinda, C. B. dkk. (2016).Strategi
Promosi Banyuwangi Sebagai Pesona Kili-
Destinasi Wisata (Studi Kasus Kili:https://www.google.com/sea
Pada Dinas Kebudayaan dan rch?q=panorama+kili-
Pariwisata). Jurnal IPTA. ISSN : kili+wringinputih
2338 -8633. Vol. 4 No. 1, 2016. Peta Desa Wringinputih:
55. https://www.google.com/search?
Banyuwangi Touirsm. Tari Gandrung – q=peta++teluk+pang+ pang+
Banyuwangi:http://www.eastjava muncar
.Com /tourism /banyuwangi Purwowibowo dan Soni A. Nulhaqim
/ina/gandrung-dance.html (2017), Hutan Mangrove Pasar
BPS. Kabupaten Banyuwangi (2018). Banggi Rembang, Rehabilitasi,
https://www.bps.go.id/pressreleas Community Development, dan
e.html Pemimpin Informal. Pandiva
Buku. Jogyakarta.
Indrayanti, M. D. dkk. (2015).
Penilaian Jasa Ekosistem Satria, D. (2009) Strategi
Pengembangan Ekowisata

62 | Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

Berbasis Ekonomi Lokal Dalam Wardani, M. K. (2011), Kawasan


Rangka Program Pengentasan Konservasi Mangrove: Suatu
Kemiskinan di Wilayah Potensi Ekowisata. Jurnal
Kabupaten Malang. Journal of Kelautan. Vol 4, No 1.
Indonesian Applied Economics. Zaei, M. E. and Zaei, M. E. (2013).
Volume 3. No. 1 p 37-47. The Impacts of Tourism Industry
Teluk on Host Commuity. European
Biru:http://wringinputihtourismce Journal of Tourism Hospitality
nter.blogspot.com/2017/09/elokn and Research. Vol.1, No.2,
ya-teluk-banyu-biru- pp.12-21,
wringinputih.html Zen, M. H. and Wulandari, D.
Walters, B. B. et al. (2008) (2016).Development Strategy of
Ethnobiology, socio-economics The Tourism Industry in
and management of mangrove Banyuwangi Regency (Case
forests: A review. Aquatic Study: Natural Park Ijen Crater
Botany.Volume 89, Issue 2, Banyuwangi). IOSR Journal of
August 2008, Pages 220-236 Business and Management.
(IOSR-JBM) e-ISSN: 2278-
Walter, P. (2009) Local knowledge and
487X, p-ISSN: 2319-7668.
adult learning in environmental
Volume 18, Issue 8 .Ver. I (Aug.
adult education:
2016), PP 41-47
community‐based ecotourism in
www.iosrjournals.org DOI:
southern Thailand. International
10.9790/487X-1808014147
Journal of Lifelong Education.
www.iosrjournals.org
Volume 28. Issue 4. Pages 513-
532.

Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara | 63
Vol.3 No.1 Januari 2019 Journal of Tourism and Creativity ISSN: 2549-483X

64 | Wringinputih: Destinasi Desa Wisata yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara

You might also like