Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 7
Kelompok 7
Peradilan Internasional
Peradilan Hibrida (Hybrid Court)
Kelompok : 7
M. IRSYAD ADLI
ZAKI YUNAZIR
KHALISAH DINAH
RAIHAN REVITA
1. Sejak berdirinya dan berlakunya ICC ada 23 kasus yang ditangani oleh
ICC. Namun sampai saat ini ICC baru memutussatu kasus. Jadi kenapa ka
sus internasional sulit untukmencapai tahap penyelesaian atau sulit teratasi
?
Jawab :
Sesungguhnya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) beratdi Suriah itu dapat
diadili melalui yurisdiksi MahkamahPidana Internasional (ICC) karena pelanggar
an HAM berat inisangat bertentangan dengan asas pengakuan dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia dan asas pacta
sun servanda, bahwasannnya Suriah aktif dalam konvensi HAM, sehingga seharu
snya tidak terjadinya Pelanggaran HAM berat. Maka pelanggaran Ham Berat yan
g terjadi di Suriah diadilioleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
ICC dibentuk berdasarkan Statuta Roma 2002. Pasal 5 ayat (1) Statuta Roma
2002 menegaskan bahwa jurisdiksi tindakpidana yang menjadi kewenangan ICC
adalah:
• Genosida;
• Kejahatan terhadap kemanusiaan;
• Kejahatan perang;
• Agresi.
Jawab :
Pasal 43 UU Pengadilan HAM, yang berbunyi:
• Pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadisebelum diundang
kannya Undang-undang ini, diperiksadan diputus oleh Pengadilan HAM
ad hoc.
• Pengadilan HAM
hoc sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dibentuk atas usul Dewan Per
wakilan Rakyat Republik Indonesia berdasarkan peristiwa tertentu denga
nKeputusan Presiden.
• Pengadilan HAM
hoc sebagaimana di maksud dalamayat (1) berada di lingkungan Peradila
n Umum.
Jawab :
Jawab :
Urgensi pembentukan pengadilan campuran (hybrid tribunal) adalah
untuk mengatasi serta menjadi solusi permasalahan yang ada dalam sistem
hukum domestik yang dinilai masih tergolong lemah dalam menangani kasus
kejahatan internasional dan juga karena terkadang masih mempunyai budaya
impunitas. Salah satu penyebab impunitas adalah adanya terdapat rasa sungkan
atau enggan mengadili pelaku kejahatan internasional yang jelas-jelas harus
diadili karena sudah melanggar norma-norma hukum pidana
internasional.Impunitas yang tidak ada penyelesainnya berpotensi menciptakan
konflik baru. Seringkali insiden konflik merupakan konflik lama yang muncul
kembali karena tidak pernah tertangani secara tuntas. Secara tidak langsung
impunitas adalah gerbang yang strategis munculnya konflik-konflik baru.
Impunitas juga sendiri dapat memicu konflik internal dalam suatu negara,
karena masyarakat merasa negara seperti memberi ruaang bagi para pelaku
kejahatan khususnya masalah kejahatan internasional.Pengadilan campuran
(hybrid tribunal) memberikan kontribusi untuk mengakhiri budaya impunitas
dan juga pengadilan campuran (hybrid tribunal) dapat menjadi solusi untuk
menangani masalah kejahatan internasional yang terjadi di masa lalu sebelum
berlakunya Statuta Roma 1998 (Rome Statue 1998).
Jawab :
Jawab :
8. Tentang sistem dari tiga peradilan yang telah di sebutkan pemateri tadi
apakah sifat hakim itu sama semua dalam artian sifat nya bersifat aktif
atau pasif dan jugak ketika peradilan nasional permanen dan ad hoc itu di
sesuaikan dengan peradilan yg ada di suatu negara misal Indonesia dengan
sistem Eropa kontinental yang mana sistem nya mengikuti undang undang
yang telah ada atau boleh membuat sistem dengan cara mengikuti antara
dua sistem tersebut ?
Jawab :