You are on page 1of 5

Peradilan Nasional

Peradilan Internasional
Peradilan Hibrida (Hybrid Court)

“Kumpulan Jawaban Hasil Presentasi Dan Diskusi”

Kelompok : 7
M. IRSYAD ADLI
ZAKI YUNAZIR
KHALISAH DINAH
RAIHAN REVITA
1. Sejak berdirinya dan berlakunya ICC ada 23 kasus yang ditangani oleh
ICC. Namun sampai saat ini ICC baru memutussatu kasus. Jadi kenapa ka
sus internasional sulit untukmencapai tahap penyelesaian atau sulit teratasi
?

Jawab :

• Hal ini terjadi karena pengadilan tersebut hanya berlakuterhadap wilayahnya


saja dan banyak membutuhkan biayadalam menyelesaikan satu kasus saja d
an dalam setiapkasus para saksi yang didatangkan hampir mencapai 500
orang, hal inilah yang menjadi kendala dalam setiappenyelesaian kasus keja
hatan internasional.
• Dalam Statuta Roma diatur bentuk penyelesaian kejahataninternasional yang
memerlukan kerjasama diantara negara-negara peserta.
• Biaya pun juga mahal dalam penyelesainnya dan
juga rumit, dikarenakan memerlukan kerja sama dengan negara lain, dan
juga mendatangkan saksi yang tidak sedikit, trensportasi juga dll. Ini menye
babkan kasus internasionalsulit diselesaikan.

2. Apakah ICC memiliki yurisdiksi untuk mengadili kejahatanpelanggaran H


AM berat?
Jawab :

Sesungguhnya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) beratdi Suriah itu dapat
diadili melalui yurisdiksi MahkamahPidana Internasional (ICC) karena pelanggar
an HAM berat inisangat bertentangan dengan asas pengakuan dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia dan asas pacta
sun servanda, bahwasannnya Suriah aktif dalam konvensi HAM, sehingga seharu
snya tidak terjadinya Pelanggaran HAM berat. Maka pelanggaran Ham Berat yan
g terjadi di Suriah diadilioleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
ICC dibentuk berdasarkan Statuta Roma 2002. Pasal 5 ayat (1) Statuta Roma
2002 menegaskan bahwa jurisdiksi tindakpidana yang menjadi kewenangan ICC
adalah:

• Genosida;
• Kejahatan terhadap kemanusiaan;
• Kejahatan perang;
• Agresi.

Seperti yang dijelaskan di statute roma,


salah satu yurisdiksiICC memiliki kewenangan kejahatan terhadap kemanusianda
n juga genosida. Dan contohnya seperti yang terjadidisuriah, yang diadili oleh
ICC terhadap pelanggaran HAM berat.

3. Bagaimana mekanisme penyelesaian pengadilan HAM Ad


hoc secara terperinci?

Jawab :
Pasal 43 UU Pengadilan HAM, yang berbunyi:
• Pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadisebelum diundang
kannya Undang-undang ini, diperiksadan diputus oleh Pengadilan HAM
ad hoc.
• Pengadilan HAM
hoc sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dibentuk atas usul Dewan Per
wakilan Rakyat Republik Indonesia berdasarkan peristiwa tertentu denga
nKeputusan Presiden.
• Pengadilan HAM
hoc sebagaimana di maksud dalamayat (1) berada di lingkungan Peradila
n Umum.

UU memandatkan pembentukan pengadilan HAM untukkepentingan penyelesai


an pelanggaran HAM.
UU inimemiliki pasal yang mengatur tentang retroaktif atau belakusurut ((Lihat
pasal 43, ayat (1), Pelanggaran hak asasimanusia yang berat yang terjadi sebelu
undang ini, diperiksa dan diputus oleh PengadilanHAM ad hoc.)
Seperti yang telah dijelaskan, mekanisme berdasarkan pada pasal 43 UU No.
26/2000. Sementara itu, untuk sistem acara pidana tetap mengikuti Kitab Umum
Hukum Acara Pidana(KUHAP) yang digunakan dalam sistem peradilan di
Indonesia. Selanjutnya, penuntutan perkara dapat dilakukanoleh penuntut umum
dari Kejaksaan Agung atau ad-hoc
yang berasal dari unur masyarakat. Kemudian, pemeriksaanperkara dilakukan ol
eh majelis hakim yang terdiri dari hakim karier dan non-karier ((lihat UU No.
26/2000, pasal 27. istilahhakim karier mengacu pada orang
yang berprofesi sebagaidalam pengadilan negeri atau tinggi sementara non-
karieradalah orang
yang memiliki profesi tidak sebagai hakim, namun memiliki kemampuan sesuai
dengan syarat dalam UU No. 26/2000 )).
Munurut proses terbentuknya pengadilanterdiri dari tiga bagian yang
ideal. Pertama, Komnas HAM melakukan penyelidikan berdasarkan pengduan d
arikelompok korban atau kelompok masyarakat tentang satukasus yang terjadi
masa lalu. Komnas HAM kemudianmembentuk satu KPP
HAM untuk melakukan penyelidikandan kemudian mengeluarkan rekomendasi.
Jika dalamrekomendasi tersebut terdapat bukti terhadap dugaanterjadinya kejah
atan terhadap kemanusiaan atau genosida, maka akan dilanjutkan pada tahap pe
nuntutan oleh KejaksaanAgung. Kedua,
DPR kemudian membahas hasil penyelidikandari Komnas HAM
dan kemudian membuat rekomendasikepada presiden untuk membentuk pengad
ilan HAM

4. Bagaimanakah pengadilan campuran (Hybird Tribunal) dalam perpsektif


Hukum pidana Internasional.?

Jawab :

Dalam perspektif hukum pidana internasional pengadilan campuran (hybrid


tribunal) sangat pantas diterapkan dalam menangani suatu masalah kejahatan
internasional karena Mahkmah Pidana Internasional (International Criminal
Court)yang sebagai dasar pembentukannya yaitu Statuta Roma 1998 (Rome Statue
1998) secara jelas dalam pasal 24 menganut prinsip NonRetroaktif yang
membatasi ruang geraknya dan juga secara jelas menerangkan mengenai jurisdiksi
Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) dalam pasal 11
yaitu jurisdiksi Ratione Temporis menyatakan bahwa mahkamah mempunyai
jurisdiksi hanya berkaitan dengan kejahatan yang dilakukan setelah berlakunya
Statuta Roma 1998 (Rome Statue 1998). Hal ini secara jelas memberi keterangan
bahwa Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) tidak bisa
menangani masalah kejahatan internasional di masa lalu, dan juga pada masa
sekarang terkadang dalam suatu negara terjadi ketidakmampuan (unability) dan
terkadang tidak mau untuk menangani suatu masalah kejahatan internasional
(unwillingness) serta tidak berkompeten dalam menangani suatu kejahatan
internasional yang terjadi dalam negara tersebut sehingga pengadilan campuran
(hybrid tribunal) dalam perspektif hukum pidana internasional sangat pantas untuk
diterapkan dalam menangani suatu masalahkejahatan internasional.

5. Bagaimanakah urgensi pembentukan pengadilan campuran (hybrid


tribunal) dalam menangani kejahatan internasional?

Jawab :
Urgensi pembentukan pengadilan campuran (hybrid tribunal) adalah
untuk mengatasi serta menjadi solusi permasalahan yang ada dalam sistem
hukum domestik yang dinilai masih tergolong lemah dalam menangani kasus
kejahatan internasional dan juga karena terkadang masih mempunyai budaya
impunitas. Salah satu penyebab impunitas adalah adanya terdapat rasa sungkan
atau enggan mengadili pelaku kejahatan internasional yang jelas-jelas harus
diadili karena sudah melanggar norma-norma hukum pidana
internasional.Impunitas yang tidak ada penyelesainnya berpotensi menciptakan
konflik baru. Seringkali insiden konflik merupakan konflik lama yang muncul
kembali karena tidak pernah tertangani secara tuntas. Secara tidak langsung
impunitas adalah gerbang yang strategis munculnya konflik-konflik baru.
Impunitas juga sendiri dapat memicu konflik internal dalam suatu negara,
karena masyarakat merasa negara seperti memberi ruaang bagi para pelaku
kejahatan khususnya masalah kejahatan internasional.Pengadilan campuran
(hybrid tribunal) memberikan kontribusi untuk mengakhiri budaya impunitas
dan juga pengadilan campuran (hybrid tribunal) dapat menjadi solusi untuk
menangani masalah kejahatan internasional yang terjadi di masa lalu sebelum
berlakunya Statuta Roma 1998 (Rome Statue 1998).

6. Sebagaimana kita sadari bahwa seluruh negara di dunia mengedepankan


perdamaian, bahkan organisasi bangsa-bangsa juga sudah dibentuk untuk
menciptakan tujuan itu, namun masih saja ada peperangan dan
perpecahan di beberapa negara, yang menjadi pertanyaannya adalah
mengapa seluruh negara di dunia tidak bersatu untuk menyelesaikan kasus
kemanusiaan ini, apakah ada aturan yang melarang atau mengatur hal
tersebut sehingga perperangan masih saja terjadi saat ini?

Jawab :

7. Terkait pemakaian system peradilan Hybird Court, pertimbangan


pertimbangan apa yang di pertimbangkan negara untuk menyelesaikan
masalah Sengketa internasional dengan sistem peradilan tersebut Dan
bagaimana rujukan hakim dalam mengintevigasi kasus tersebut secara
yuridis baik dalam kepastian hukum, kemanfaatan hukum dan keadilan
hukum?

Jawab :

8. Tentang sistem dari tiga peradilan yang telah di sebutkan pemateri tadi
apakah sifat hakim itu sama semua dalam artian sifat nya bersifat aktif
atau pasif dan jugak ketika peradilan nasional permanen dan ad hoc itu di
sesuaikan dengan peradilan yg ada di suatu negara misal Indonesia dengan
sistem Eropa kontinental yang mana sistem nya mengikuti undang undang
yang telah ada atau boleh membuat sistem dengan cara mengikuti antara
dua sistem tersebut ?

Jawab :

You might also like