You are on page 1of 6

PERADILAN INTERNASIONAL (PERMANEN DAN AD HOC)

PERADILAN INTERNASIONAL AD HOC

Dalam kurun waktu 50 tahun negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-bangsa
melihat adanya perkembangankebutuhan untuk mengendalikan kejahatan internasional dengan
membentuk 4 (empat) Pengadilan Ad-Hoc. Keempat pengadilan Ad-hoc tersebut adalah:

1) Mahkamah Militer Internasional (The International Military Tribunal) dengan tempat


kedudukan di Nuremberg (1945);
2) Mahkamah Militer Internasional untuk Timur Jauh (The International Military Tribunal
for the Far East) dengan tempat kedudukan di Tokyo (1946);
3) Mahkamah Pidana Internasional Ad-Hoc untuk bekas jajahan Yugoslavia (The
International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia/ICTY) dengan tempat
kedudukan di Hague (1996); dan
4) Mahkamah Pidana Internasional untuk Rwanda (The International Criminal Tribunal for
Rwanda/ICTR) – 1998 dengan tempat kedudukan di Arusha.

Penjelasan lebih rinci tentang peradilan ad hoc internasional

Yurisdiksi ICC berkaitan dengan 4 kejahatan yang sangat berat yaitugenocide, crimes against
humanity, war crimes and aggression.

Dibawah ini penjelasan tentang Mahkamah Pidana Internasional yaitu sebagai berikut:

1. Mahkamah Militer Internasional Nuremberg

IMT Nuremberg merupakan suatu pengadilan Ad Hoc (sementara) dimulai pada


November 1945 sampai dengan September 1946, yang dibentuk atas inisiatif sekutu selaku
pemenang perang sehingga dikatakan sebagai Victor Justice. 4 Negara pemenang perang yaitu
Inggris, Perancis, Uni Soviet, dan Amerika Serikat menyelenggarakan Konferensi Internasional
yang menghasilkan Perjanjian London (the Treaty of London) dimana salah satu substansi dari
perjanjian tersebut adalah pembentukan badan pengadilan kriminal internasional yang bernama
Mahkamah Militer Internasional yang berkedudukan di Nurenberg Jerman untuk mengadili para
pelaku kejahatan perang Dunia II Eropa.

Pengadilan ini telah membawa ke meja hijau sebanyak 22 orang penjahat perang NAZI, 11
diantaranya dijatuhi pidana mati. Yurisdiksi materil dari pengadilan Ad Hoc ini meliputi Crimes
Against Peace, Crimes Against Humanity, dan War Crimes. Dasar hukum dari pengadilan ini
yaitu Charter dan Principle yang dibuat oleh pemenang perang. Selain itu dalam IMT Nuremberg
dikenal adanya individual responsibility dan asas retroaktif. Meskipun dalam hukum
internasional dilarang menggunakan asas retroaktif karena bertentangan dengan asas legalitas,
tetapi penyimpangan terhadap asas-asas hukum universal merupakan suatu kekecualian yang
dimungkinkan sesuai dengan kebutuhan hukum pada masanya dan untuk menampung aspirasi
keadilan yang restoratif dan tidak semata-mata keadilan yang bersifat restibutive.

Yurisdiksi Mahkamah Militer Internasional Nurenberg menyangkut 3 kategori kejahatan


yaitu : crimes against peace, war crimes and crimes against humanity.

2. Mahkamah Militer Internasional Tokyo

Yurisdiksi Mahkamah Militer Internasional meliputi Yurisdiksi Personal, Teritorial, temporal


dan Kriminal.

3. International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia (ICTY).

ICTY dibentuk melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB pada tahun 1993 guna
menginvestigasi, menuntut dan mengadili individu-individu yang bertanggung jawab atas
terjadinya pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional selama konflik bersenjata
sejak tahun 1991.

Yurisdiksi materi dari ICTY mencakup pertanggungjawaban pidana secara individual


(individual crimina responsibility) atas kejahatan: 'genocide, crimes against humanity, graves
breaches of the Geneva, Conventions, and violations of the laws and customs of war ('war
crimes')' yang dilakukan di dalam wilayah bekas Yugoslavia sejak 1 Januari 1991 sampai dengan
tanggal yang akan ditetapkan setelah terlaksananya restorasi perdamaian. Dalam hal ini juga
diatur'Command Responsibility' , baik yang bersifat aktif maupun pasif (crimes by omission).
ICTY mempunyai kedudukan 'primacy' terhadap pengadilan nasional. Peradilan 'in absentia'
tidak dimungkinkan. Dengan asas 'individual criminal responsibility', maka tidak dimungkinkan
penuntutan pidana terhadap Negara, organisasi dan asosiasi.

4. International Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR).

ICTR dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB pada bulan November 1994 dan berlokasi di
Arusha, Tanzania. ICTR bertujuan untuk menuntut dan mengadili orangorang yang
bertanggungjawab atas terjadinya 'genosida' dan kejahatan-kejahatan berat lain yang melanggar
hukum humaniter internasional di Rwanda atau oleh orang - orang Rwanda di negara-negara
tetangga selama tahun 1994, khususnya yang dilakukan oleh ekstremis suku Hutu terhadap
antara 500.000 sampai satu juta suku Tutsi danorang-orang moderat dari suku Hutu selama
kurang lebih 3 bulan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa yurisdiksi mahkamah ini adalah internal armed conflict.
Sedangkan yurisdiksi materilnya meliputi Genosida, pelanggaran konvensi Geneva, dan
Kejahatan terhadap kemanusiaan. ICTR dalam melakukan kegiatannya secara pararel dengan
sistem peradilan Rwanda yang menuntut mereka yang melakukan perbuatan genosida dan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya mendapatkan dukungan dan kerja sama yang baik dari negara-
negara Afrika lainnya. Pembentukan ICTR dan keberhasilan dalam melaksanakan tugasnya ini
memiliki arti yang penting bagi benua Afrika yang sering dilanda perang saudara dan kudeta.
Melalui Statuta ICTR secara tegas dirumuskan bahwa 'crimes against humanity' tidak ada
kaitannya dengan konflik bersenjata (war crimes). Jadi bisa terjadi dulu masa perang atau damai
(no nexus with an armed conflict).

Persamaan-persamaan (similarities) antara ICTY dan ICTR adalah sebagai berikut.

- Keduanya dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB atas dasar Chapter VII UN Charter.

- Keduanya merupakan 'subsidiary organs' Dewan Keamanan.

- Keduanya terikat untuk menerapkan hukum internasional yang merupakan bagian dari
hukum kebiasaan internasional.

- Keduanya memiliki struktur yang sama.

Perbedaan-perbedaannya (differences) adalah sebagai berikut.


- ICTY memiliki jurisdiksi terhadap pelbagai kejahatan baik di dalam 'international armed
conflict' maupun 'internal armed conflict'. ICTR memlliki jurisdiksi terhadap kejahatan yang
dilakukan dalam 'internal armed conflict'.

- ICTY memiliki jurisdiksi terhadap kejahatan terhadap kemanusiaan hanya apabila


dilakukan di dalam suatu konflik bersenjata. ICTR mempunyai jurisdiksi terhadap kejahatan
terhadap kemanusiaan hanya apabila dilakukan 'on national, political, ethnic;, racial or other
religious ground'.

PERADILAN INTERNASIONAL ( PERMANEN)

Mahkamah pidana internasional (Internasional Criminal Court, ICC)

Pengadilan pidana inernasional atau dalam bahasa Inggris di sebut internasional criminal court
(ICC) merupakan lembaga hukum independen dan permanen yang dibentuk oleh masyarakat
negara-negara internasional untuk menjatuhkan hukuman kepada setiap bentuk kejahatan
menurut hukum internasional diantaranya genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan
kejahatan perang dan kejahatan agresi.

Terbentuknya ICC merupakan buah perjuangan baik individual, pemerintah negara-negara


maupun lembaga-lembaga lainnya yang semuanya mengharapkan terciptanya 'the rule of law' di
level internasional. Tahun 1989-1998 merupakan saat-saat yang paling dramatis. Dalam suasana
dan iklim dukungan publik internasional yang kuat terbentuklah pengadilan permanen ICC pada
tgl. 17 Juli 1998 di Roma.

Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional

Yurisdiksi atau kewenangan yang dimiliki oleh MPI untuk menegakkan aturan hukum
internasional adalah memutus perkara terbatas terhadap pelaku kejahatan berat oleh warga
negara dari negara yang telah meratifikasi statuta mahkamah. Pasal 5 – 8 statuta mahkamah
menentukan empat jenis kejahatan berat, yaitu sebagai berikut:
1) Kejahatan genosida (the crime of genocide), yaitu tindakan jahat yang berupaya untuk
memusnahkan keseluruhan atau sebagian dari suatu bangsa, etnik, ras, ataupun kelompok
keagamaan tertentu.

2) Kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes againts humanity), yaitu tindakan penyerangan


yang luas atau sistematis terhadap populasi penduduk sipil tertentu.

3) Kejahatan perang (war crime), yaitu meliputi beberapa hal berikut:

a) Tindakan berkenaan dengan kejahatan perang, khususnya apabila dilakukan sebagai bagian
dari suatu rencana atau kebijakan atau sebagai bagian dari suatu pelaksanaan secara besar-
besaran dari kejahatan tersebut.

b) Semua tindakan terhadap manusia atau hak miliknya yang bertentangan dengan Konvensi
Jenewa (misalnya, pembunuhan berencana, penyiksaan, eksperimen biologis, menghancurkan
harta benda, dan lain-lain).

c) Kejahatan serius yang melanggar hukum konflik bersenjata internasional (misalnya,


menyerang objek-objek sipil bukan objek militer, membombardir secara membabi-buta suatu
desa atau penghuni bangunan-bangunan tertentu yang bukan objek militer).

4) Kejahatan agresi (the crime of aggression), yaitu tindak kejahatan yang berkaitan dengan
ancaman terhadap perdamaian.

Mahkamah internasional (The International Court of Justice, MI)

Mahkamah Internasional merupakan organ utama lembaga kehakiman PBB, yang berkedudukan
di Den Haag, Belanda. Lembaga ini didirikan pada tahun Bab 5 Sistem Hukum dan Peradilan
Internasional 209 1945 berdasarkan Piagam PBB.

Fungsi utama Mahkamah Internasional adalah menyelesaikan kasus-kasus persengketaan


internasional yang subjeknya adalah negara. Pasal 34 statuta MI menyatakan, bahwa yang boleh
beracara di Mahkamah Internasional hanyalah subjek hukum negara. Dalam hal ini, ada tiga
kategori negara, yaitu sebagai berikut:

1) Negara anggota PBB

Menurut pasal 35 ayat 1 statuta MI dan pasal 93 ayat 1 Piagam PBB, negara anggota PBB secara
otomatis mempunyai hak untuk beracara di Mahkamah Internasional.

2) Negara bukan anggota PBB yang menjadi anggota statuta MI

Negara yang bukan anggota PBB dapat beracara di Mahkamah Internasional asalkan memenuhi
persyaratan yang diberikan oleh Dewan Keamanan PBB atas dasar pertimbangan Majelis Umum
PBB. Adapun persyaratan tersebut adalah, bersedia menerima ketentuan dari statuta Mahkamah
Internasional, Piagam PBB (pasal 94), dan segala ketentuan berkenaan dengan MI.

3) Negara bukan anggota statuta MI

Negara-negara yang masuk dalam kategori ini diharuskan membuat deklarasi bahwa tunduk pada
semua ketentuan Mahkamah Internasional dan Piagam PBB (pasal 94).

You might also like