Professional Documents
Culture Documents
Peradilan Internasional (Permanen Dan Ad Hoc)
Peradilan Internasional (Permanen Dan Ad Hoc)
Dalam kurun waktu 50 tahun negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-bangsa
melihat adanya perkembangankebutuhan untuk mengendalikan kejahatan internasional dengan
membentuk 4 (empat) Pengadilan Ad-Hoc. Keempat pengadilan Ad-hoc tersebut adalah:
Yurisdiksi ICC berkaitan dengan 4 kejahatan yang sangat berat yaitugenocide, crimes against
humanity, war crimes and aggression.
Dibawah ini penjelasan tentang Mahkamah Pidana Internasional yaitu sebagai berikut:
Pengadilan ini telah membawa ke meja hijau sebanyak 22 orang penjahat perang NAZI, 11
diantaranya dijatuhi pidana mati. Yurisdiksi materil dari pengadilan Ad Hoc ini meliputi Crimes
Against Peace, Crimes Against Humanity, dan War Crimes. Dasar hukum dari pengadilan ini
yaitu Charter dan Principle yang dibuat oleh pemenang perang. Selain itu dalam IMT Nuremberg
dikenal adanya individual responsibility dan asas retroaktif. Meskipun dalam hukum
internasional dilarang menggunakan asas retroaktif karena bertentangan dengan asas legalitas,
tetapi penyimpangan terhadap asas-asas hukum universal merupakan suatu kekecualian yang
dimungkinkan sesuai dengan kebutuhan hukum pada masanya dan untuk menampung aspirasi
keadilan yang restoratif dan tidak semata-mata keadilan yang bersifat restibutive.
ICTY dibentuk melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB pada tahun 1993 guna
menginvestigasi, menuntut dan mengadili individu-individu yang bertanggung jawab atas
terjadinya pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional selama konflik bersenjata
sejak tahun 1991.
ICTR dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB pada bulan November 1994 dan berlokasi di
Arusha, Tanzania. ICTR bertujuan untuk menuntut dan mengadili orangorang yang
bertanggungjawab atas terjadinya 'genosida' dan kejahatan-kejahatan berat lain yang melanggar
hukum humaniter internasional di Rwanda atau oleh orang - orang Rwanda di negara-negara
tetangga selama tahun 1994, khususnya yang dilakukan oleh ekstremis suku Hutu terhadap
antara 500.000 sampai satu juta suku Tutsi danorang-orang moderat dari suku Hutu selama
kurang lebih 3 bulan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa yurisdiksi mahkamah ini adalah internal armed conflict.
Sedangkan yurisdiksi materilnya meliputi Genosida, pelanggaran konvensi Geneva, dan
Kejahatan terhadap kemanusiaan. ICTR dalam melakukan kegiatannya secara pararel dengan
sistem peradilan Rwanda yang menuntut mereka yang melakukan perbuatan genosida dan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya mendapatkan dukungan dan kerja sama yang baik dari negara-
negara Afrika lainnya. Pembentukan ICTR dan keberhasilan dalam melaksanakan tugasnya ini
memiliki arti yang penting bagi benua Afrika yang sering dilanda perang saudara dan kudeta.
Melalui Statuta ICTR secara tegas dirumuskan bahwa 'crimes against humanity' tidak ada
kaitannya dengan konflik bersenjata (war crimes). Jadi bisa terjadi dulu masa perang atau damai
(no nexus with an armed conflict).
- Keduanya dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB atas dasar Chapter VII UN Charter.
- Keduanya terikat untuk menerapkan hukum internasional yang merupakan bagian dari
hukum kebiasaan internasional.
Pengadilan pidana inernasional atau dalam bahasa Inggris di sebut internasional criminal court
(ICC) merupakan lembaga hukum independen dan permanen yang dibentuk oleh masyarakat
negara-negara internasional untuk menjatuhkan hukuman kepada setiap bentuk kejahatan
menurut hukum internasional diantaranya genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan
kejahatan perang dan kejahatan agresi.
Yurisdiksi atau kewenangan yang dimiliki oleh MPI untuk menegakkan aturan hukum
internasional adalah memutus perkara terbatas terhadap pelaku kejahatan berat oleh warga
negara dari negara yang telah meratifikasi statuta mahkamah. Pasal 5 – 8 statuta mahkamah
menentukan empat jenis kejahatan berat, yaitu sebagai berikut:
1) Kejahatan genosida (the crime of genocide), yaitu tindakan jahat yang berupaya untuk
memusnahkan keseluruhan atau sebagian dari suatu bangsa, etnik, ras, ataupun kelompok
keagamaan tertentu.
a) Tindakan berkenaan dengan kejahatan perang, khususnya apabila dilakukan sebagai bagian
dari suatu rencana atau kebijakan atau sebagai bagian dari suatu pelaksanaan secara besar-
besaran dari kejahatan tersebut.
b) Semua tindakan terhadap manusia atau hak miliknya yang bertentangan dengan Konvensi
Jenewa (misalnya, pembunuhan berencana, penyiksaan, eksperimen biologis, menghancurkan
harta benda, dan lain-lain).
4) Kejahatan agresi (the crime of aggression), yaitu tindak kejahatan yang berkaitan dengan
ancaman terhadap perdamaian.
Mahkamah Internasional merupakan organ utama lembaga kehakiman PBB, yang berkedudukan
di Den Haag, Belanda. Lembaga ini didirikan pada tahun Bab 5 Sistem Hukum dan Peradilan
Internasional 209 1945 berdasarkan Piagam PBB.
Menurut pasal 35 ayat 1 statuta MI dan pasal 93 ayat 1 Piagam PBB, negara anggota PBB secara
otomatis mempunyai hak untuk beracara di Mahkamah Internasional.
Negara yang bukan anggota PBB dapat beracara di Mahkamah Internasional asalkan memenuhi
persyaratan yang diberikan oleh Dewan Keamanan PBB atas dasar pertimbangan Majelis Umum
PBB. Adapun persyaratan tersebut adalah, bersedia menerima ketentuan dari statuta Mahkamah
Internasional, Piagam PBB (pasal 94), dan segala ketentuan berkenaan dengan MI.
Negara-negara yang masuk dalam kategori ini diharuskan membuat deklarasi bahwa tunduk pada
semua ketentuan Mahkamah Internasional dan Piagam PBB (pasal 94).