You are on page 1of 19

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN REMAJA

PELAYANAN KESEHATAN REMAJA DI ERA COVID-19

KELOMPOK 2 :

AYU MISLENA RUKYANTI


DEVI INDRIYANI RUSTIATY
DEWI RATNA SARI SELARA ANIARTI
DWI RAMADHANTI SHOLEHA FITRIYANI
EKA DIANA LESTARI SITI HARTINAH
EKA SUSANTI SOPI
EUIS YANTRI SRI GUSNIATI
LILIS SUMIYATI SUMIYATI
MARIA HERNITA SARI TIARA CANTIKA
MARYANA UMITA SOFYANA
NURHAENAH YOSI ANGGERI YANI
PUTRI DIAH P YUNIARSIH

DOSEN PENGAMPU : NUR SITIYAROH, M.KES

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat, berkah
dan hidayahnya kami kelompok 2 bisa menyelesaikan tugas makalah Askeb Remaja
ini dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan
kepada nabi kita semua, yakni Muhammad SAW, kepada para sahabat, para tabin wal
tabiat, para keluarganya dan semoga sampai pada kita selalu umatnya.
Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan terimakasih terhadap semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini, tanpa saudara
semua, makalah ini tidakakan selesai tepat pada waktunya. Makalah ini berisi materi
mengenai, “Asuhan Kebidanan Remaja di era covid-19”, makalah ini berisi 3 bab
dengan rincian, bab 1 adalah pendahuluan, bab 2 adalah tinjauan teori dan bab 3
adalah penutup, kami juga tidak lupa untuk mencantumkan sumber referensi kami
dalam daftar pustaka di bagian paling belakang.
Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai penulis mengakui banyak sekali
terdapat kekurangan baik dalam penulisan atau pun materi. Maka besar harapan kami
untuk pembaca memberikritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi para teman-teman
sekalian, serta bisa diterima sebagai tugas makalah yang baik, bagi dosen yang
bersangkutan, Kami sangat berterimakasih jika ada kritik maupun saran untuk
pembuatan makalah ini karena dengan hal itu kami bisa membuat makalah lebih baik
lagi.

Jakarta, September
2022

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................7
C. Tujuan.............................................................................................................................7
D. Manfaat...........................................................................................................................7
BAB II........................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................8
A. Konsep Pengetahuan.......................................................................................................8
B. Konsep Remaja.............................................................................................................11
C. Pelayanan Kesehatan Remaja Dimasa Pandemi Covid 19...........................................14
BAB III.....................................................................................................................................18
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................................18
B.Saran.................................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut
peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok
usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau
sekitar 18% dari jumlah penduduk di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2
milyar atau sekitar 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014).
Jumlah pemuda di Indonesia sebanyak 64,92 jutajiwa pada 2021. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah itu setara dengan 23,90% dari total populasi
Indonesia.  Dari sisi besaran absolut, jumlah pemuda terus bertambah setiap tahunnya.
Kendati, hal sebaliknya terjadi jika melihat persentase pemuda terhadap total penduduk
Indonesia. Dalam kurun waktu 2011-2021, persentase pemuda di Indonesia tercatat
menurun sekitar dua poin. Keadaan tersebut tidak lepas dari program Keluarga Berencana
(KB) yang berusaha menekan laju pertumbuhan penduduk. Adapun, sebanyak 39,80%
pemuda berada di rentang usia 19-24 tahun. Sebanyak 39,33% pemuda berumur 25-30
tahun. Sementara, pemuda berusia 16-18 tahun sebanyak 20,87%. Berdasarkan jenis
kelamin, 50,91% pemuda merupakan laki-laki. Proporsi itu lebih tinggi dibandingkan
pemuda perempuan yang sebanyak 49,51% (dataindonesia.id)
Mengetahui jumlah remaja yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus
bangsa perlu dipersiapkan menja dimanusia yang sehat secara fisik, mental dan spiritual.
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dengan masa transisi
yang unik, ditandai dengan berbagai perubahan fisik dan psikis. Berbagai perubahan yang
terjadi pada remaja dapat menimbulkan permasalahan yang dapat mengganggu
perkembangan mereka di masa depan (BPS, BKKBN, Kemenkes, 2012).
Hasil analisis Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Depkes dan Kesejahteraan
Sosial RI (2010), menunjukkan bahwa kondisi kesehatan reproduksi di Indonesia remaja
ini belum seperti yang diharapkan, bila dibandingkan dengan keadaan di negara-negara
ASEAN lainnya. Indonesia masih 2 tertinggal jauh dalam aspek kesehatan reproduksi
termasuk kesehatan reproduksi remaja (BPS, BKKBN, Kemenkes, 2012).

4
Remaja dimengerti sebagai individu yang berada pada masa peralihan dari masa
kanakke masa dewasa. Peralihan ini disebut sebagai dase pematangan (pyubertas ), yang
ditandai dengan perubahan fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual. Pada masa
pubertas, hormon yang berhubungan dengan pertumbuhan aktif diproduksi dan
menjadikan remaja memiliki kemampuan reproduksi. Perkembangan psikologis
ditunjukkan dengan kemampuan berpikir secara logis dan abstrak sehingga mampu
berpikir secara multi-dimensi. Emosi pada masa remaja cendrung tidak stabil, sering
berubah dan tak menentu. Remaja berupaya melepaskan ketergantungan sosial-ekonomi,
mejadi relative lebih mandiri. Masa remaja merupakan periode krisis dalam upaya mencari
identitas dirinya (idai.or.id)
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan pekembangan yang
pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani
menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh
kedalam perilaku beresiko dan mungkin harus menggunakan akibat jangka pendek dan
jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial. Sifat dan perilaku
beresiko pada remaja tersebut memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan peduli
remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan untuk
kesehatan reproduksi (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Pandemi COVID-19 berdampak pada sebagian besar aktivitas masyarakat termasuk
pada kelompok terkecil yaitu keluarga dan anak. Perubahan aktivitas sehari-hari pada anak
dan remaja ini tidak hanya berdampak pada aspek fisik merek asaja, namun juga pada
aspek kesehatan jiwa karena perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam waktu yang
cukup cepat. Selain itu, pembatasan sosial juga membuat anak dan remaja merasa bosan
karena harus berdiam diri di rumah dan tidak bisa berinteraksi dengan teman-temannya.
Ditutupnya sekolah dan dibatalkannya berbagai aktivitas penting, banyak remaja
kehilangan beberapa momen besar di kehidupan mereka — dan juga momen keseharian
seperti mengobrol dengan teman dan berpartisipasi di sekolahnya. Para remaja
menghadapi situasi baru ini bukan tidak hanya dengan kecewa, namun juga kecemasan
dan perasaan terisolasi yang membebani, terhadap perubahan hidup akibat wabah yang
secara cepat.
Menurut analisis data yang disampaikan Unicef, sebanyak 99 persenanak-anak dan
remaja di bawah 18 tahun di seluruh dunia (2,34 miliar) tinggal di salah satu dari 186

5
negara dengan beberapa bentuk pembatasan gerakan yang berlaku karena COVID-19.
Sebanyak 60 persenan aktinggal di salah satu dari 82 negara dengan lockdown penuh (7
persen) atau sebagian (53 persen) – yang jumlahnya mencakup 1,4 miliar jiwa muda.
Tak dapat dipungkiri, pandemic telah berdampak sangat besar. Menurut temuan
awal dari survey internasional terhadap anak-anak dan orang dewasa di 21 negara yang
dilaksanakan oleh UNICEF dan Gallup – hasilnya disajikan sekilas di dalam laporan The
State of the World’s Children 2021 – terdapat median 1 dari 5 anak muda usia 15-24 tahun
yang di dalam survei yang menyatakan mereka sering merasa depresi atau rendah
minatnya untuk berkegiatan.
Memasuki tahun ketiga pandemi COVID-19, dampak pandemic terhadap kesehatan
dan kesejahteraan mental anak-anak dan orang muda terus memburuk. Data terkini dari
UNICEF menunjukkan bahwa, secara global, setidaknya 1 dari 7 anak mengalami dampak
langsung karantina, sementara 1,6 miliar anak terdampak oleh terhentinya proses belajar
mengajar. Gangguan terhadap rutinitas, pendidikan, rekreasi, serta kecemasan seputar
keuangan keluarga dan kesehatan membuat banyak anak muda merasa takut, marah,
sekaligus khawatirakan masa depan mereka. Contohnya adalah hasil dari survei daring di
Tiongkok pada awal tahun 2020 yang dikutip di dalam The State of the World’s Children,
yang mengindikasikan bahwa sekitar seperti garesponden merasa takut atau cemas.
Dr.dr.Fidiansjah, SpKJ., MPH selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Kementerian Kesehatan di Media Center Gugus
Tugas Nasional, Gedung BNPB Jakarta, Senin (20/7) memaparkan data dari Wahana Visi
Indonesia tentang Studi Penilaian Cepat Dampak COVID-19 dan Pengaruhnya Terhadap
Anak Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi ketidak merata anak terhadap
fasilitas pendukung untuk pembelajaran daring maupun luring yang dialami pada anak
yang sudah masuk usia sekolah. Sebanyak 68 persen anak dapat mengakses terhadap
fasilitas pendukung selama masa pembelajaran namun juga terdapat 32 persen anak
bahkan tidak mendapatkan program belajar dalam bentuk apapun.
Pandemi ini juga dapat berdampak kepada aspek psikososial dari anak dan remaja di
antaranya adalah perasaan bosan karena harus tinggal di rumah, khawatir tertinggal
pelajaran, timbul perasaan tidak aman, merasa takut karena terkena penyakit, merindukan
teman-teman, dan khawatir tentang penghasilan orang tua. Dampak paling membahayakan
adalah sebanyak 62 persen anak mengalami kekerasan verbal oleh orang tua nya selama
berada di rumah. Contoh konkrit kekerasan pada anak secara emosional adalah
merendahkan kemampuan anak dalam belajar dan menerapkan pola mendisiplinkan anak

6
yang tidak tepat, seperti memberikan hukuman dan sanksi yang dianggap bagi sebagian
orang tua justru akan membangkitkan semangat pada anak.
Dari uraian latar belakang diatas penting bagi kita petugas Kesehatan terutama bidan
untuk tahu mengenai bagaimana pelayanan Kesehatan remaja di masa pandemi covid-19.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah “Pelayanan Kesehatan Remaja di masa pandemic covid-19”.

C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan makalah tersebut maka tujuan dari penulisan makalah
tersebut adalah untuk mengetahui pelayanan kesehatan remaja di era covid-19.

D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
pelayanan kesehatan remaja di era covid-19.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera, yaitu indra penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Pengetahuan

7
bisa diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan.
Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan.
Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri
maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang, sehingga dapat dikatakan bahwa
pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang (Septi Kartika
Noviyanti ,Susilarti, 2016).
Notoatmodjo menekankan bahwa pengetahuan perlu dibedakan dengan
keyakinan, walaupun keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Keyakinan
dapat saja keliru tetapi sah sebagai keyakinan. Artinya apa yang disadari (diyakini)
sebagai ‘ada’ ternyata tidak ada dalam kenyataannya. Tetapi untuk pengetahuan tidak
demikian. Bila suatu pengetahuan ternyata salah atau keliru, maka tidak dapat
dianggap sebagai pengetahuan. Sehingga apa yang dianggap pengetahuan tersebut
berubah statusnya menjadi keyakinan saja (Notoatmodjo, 2018).
Berdasarkan penjelasan mengenai pengetahuan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap suatu objek tertentu
yang memiliki peran dalam proses pengambilan keputusan dan tindakannya.
Pengetahuan tersebut dapat bervariatif sesuai dengan pengalaman yang dialami
manusia. Adapun pengetahuan yang salah mengenai suatu hal tidak dapat dianggap
sebagai pengetahuan, melainkan hanya keyakinan saja.

2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam kondisi dalam kognitif mempunyai enam
tingkatan menurut (Notoatmodjo, 2012).
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda laki-laki atau perempuan
sudah mengalami pubertas.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepetasikan tersebut secraa

8
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhada pobjek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa wanita
mengalami menstruasi setiap bulan.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan apa yang telah di
pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau pengguna hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam kontek satau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic
dalam perhitungan perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip dalam
pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analisys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan material atau suatu
objek kedalam komponen komponen, tetapi masih di dalam sati struksur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuatbagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formmulasi formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan pubertas yang di
alami laki-laki atau perempuan, dapat menafsirkan tanggal berapa seharusnya
menstrusi setiap bulan, dan mengetahui alasan mengapa jika tidak menstruasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu (Notoatmodjo, 2012):

9
a. Umur
Umur sangat berpengaruh pada pengetahuan semakian tua umur seseorang
maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Umur yang cukup memiliki
pola pikir dan pengalaman yang matang sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin baik.
b. Intelegasi
Intelegasi diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang untuk belajar dan
berfikir guna untuk menyesuaikan diri secara mental dalam siatuasi baru. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan
berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal buruk
tergantung pada sifat kelompoknya.
d. Social budaya
Social budaya memiliki pengaruh pada pengetahuan seseorang, suatu
kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain karena dengan hubungan ini
seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan dari adat
istiadat social budaya.
e. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri.

4. Cara mengukur pengetahuan


Penilaian tingkat pengrtahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian. Kategori
tingkat pengetahuan dapat ditentukan dengan kriteria sebagai berikut (Arikontu 2013).
 Pengetahuan baik( 76-100%)
 Pengetahuan cukup (56-75%)
 Pengetahuan kurang (<55%)

10
B. Konsep Remaja
1. Definisi remaja
World Health Organization (WHO) pada tahun 1965 mendefinisikan bahwa
adolesensia adalah periode perkembangan antara pubertas, peralihan biologis, dan
masa dewasa yang terjadi pada umur 10-20 tahun. Kemudian pada 1971, WHO
mendefinisikan istilah masa muda (youth) untuk kelompok umur antara 10-24 tahun.
Dari definisi tersebut terbentuk 3 kelompok umur, yaitu 10-14 tahun (adolesensia
awal), 15-19 tahun (adolesensia pertengahan) dan 20-24 tahun (remaja dewasa)
(Tukiran et al., 2011).
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak kanak dengan dewasa dan
relative belum mencapai tahap kematangan mental dan social sehingga mereka harus
menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. 15 Banyak
sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa
dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa in
sebagai masa kritis (Djama, 2017).
Masa remaja adalah masa peralihan dari pubertas kedewasa, yaitu pada 11-19
tahun. Pada masa ini mulai terbentuk perasaan identitas individu, Pencapaian dalam
keluarga dan usahanya untuk mendapatkan kepercayaan dari ayah dan ibu. Pada masa
peralihan tersebut, individu, matang secara fisilogik .(Djama 2017).
Sedangkan Menurut Depkes 2010, masa remaja adalah masa peralihan dimana
perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa
ini sering disebut dengan masa pubertas. Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas
digunakan untuk menyatakan perubahan biologis maupun fisiologis yang terjadi
dengan cepat dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, terutama alat reproduksi
(Depkes RI, 2010).

2. Batasan usia remaja


Batasan remaja berdasarkan umur yaitu (Kumaidi Yuliati, 2014) :
a. Masa remaja awal yaitu 10-12 tahun
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
4) Mulai berpikir abstrak

11
b. Masa remaja tengah yaitu 13-15 tahun
1) Mencari identitasdiri
2) Timbulnya keinginan untuk berkencan 16
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Berkhayal tentang aktivitas seks
c. Masa remaja akhir yaitu 16-21 tahun
1) Pengungkapan kebebasan diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Mempunyai cirri tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri

Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua
akhir, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja awal, masa remaja
pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa remaja awal pada
perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa
remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15- 18 tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19
tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan
pada laki-laki 19-21 tahun (Fitria, 2014)
3. Aspek perkembangan pada masa remaja
Pada masa perkembangan remaja ini ada beberapa aspek yang sangat menonjol
perkembangannya. Antara lain adalah sebagai berikut (Fatma waty, 2017)
a. Perkembangan Fisik
Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan fisik sangat pesat pada usia
12/13-17/18 tahun. Pada masa ini, remaja merasakan ketidak nyamanan dan ketidak
harmonisan pada diri mereka karena anggota badan dan otot-otonya tumbuh secara
tidak seimbang. Pertumbuhan otak secara cepat terjadi pada usia 10-12/13 dan 14-
16/17 tahun. Pertumbuhan otak wanita meningkat 1 tahun lebih cepat dari pada laki-
laki yaitu pada usia11 tahun, sedangkan pertumbuhan otak laki-laki meningkat 2x
lebih cepat dari pada wanita dalam usia 15 tahun.
b. Perubahan Eksternal
Untuk tinggi rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang pada usia
anatar 17-18 tahun. Sedangkan laki-laki 1 tahun lebih lambat dari pada perempuan.
Untuk berat perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan
tinggi, tetapi berat badan sekarang tersebar kebagian-bagian tubuh yang tadinya

12
hanya mengandung sedikit lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali. Sedang
untuk organ seks, organ seks laki-laki maupun perempuan akan mencapai ukuran
yang matang pada akhir masa remaja. Pada seks, anak perempuan memulai pestanya
lebih cepat daripada anak laki-laki. Untuk proporsi tubuh : berbagai-bagian tubuh
lambat laun akan menunjukkan perbandingan yang baik, misalnya badan melebar
dan memanjang yang mengakibatkan tubuh tak kelihatan terlalu panjang.
c. Perubahan Internal
1) Sistem Pencernaan : Perut menjadi lebih panjang sehingga tidak terlalu
menyerupai bentuk pipa, Hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah
panjang, Otot-otot di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan
kuat, usus bertambah panjang dan bertambah besar.
2) Sistem Peredaran Darah : Jantung tumbuh pesat pada masa remaja pada usia
17/18 tahun, beratnya 12 kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding
pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bila mana jantung
sudah matang.
3) Jaringan Tubuh : perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 18
tahun, sedangkan jaringan selain itu langsung terus berkembang sampai tulang
mencapai ukuran matang.
4) Sistem Pernafasan : kapasitas paru-paru anak perempuan hamper matang pad
ausia 17 taahun, anak laki-laki mencapai tingkat kematangan beberapa tahun
kemudian.
d. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi pada masa remaja ini cenderung lebih tinggi dari masa
anak-anak. Hal ini dikarenakan mereka berada di bawah tekanan social dan
menghadapi kondisi yang baru. Sedangkan selama mereka pada masa kanak-kanak
kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan bermasyarakat. Meskipun
ketika pada masa remaja emosianya sama dengan masa kanak-kanak Cuma berbeda
pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat.
e. Perkembangan Kognisi
Mulai dari usia 12 tahun, proses pertumbuhan otak telah mencapai
kesempurnaan. Pada masa ini, system syaraf yang memproses informasi
berkembang secara cepat dan telah terjadi reorganisasi lingkaran syaraf lobe frontal
yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu kemampuan
merumuskan perencanaan strategi satau mengambil keputusan. Lobe frontal initerus

13
berkembang sampai usia 20 tahun atau lebih. Perkembangan lobe frontal ini sangat
berpengaruh pada kemampuan intelektual remaja.
f. Perkembangan Sosial
Social cognition berkembang pada masa remaja. Social Cognition yaitu 19
kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja dapat memhami orang lain
sebagai individu yang unik, baik menyangku tsifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai
maupun perasaanya. Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan
sosial yang lebih akrab dengan mereka, terutama teman sebaya.

C. Pelayanan Kesehatan Remaja Dimasa Pandemi Covid 19


Pelayanan Kesehatan anak usia sekolah dan remaja terbagi mennjadi dua kegiatan
yakni:
1. Pelayanan Kesehatan didalam Gedung
a) Pelayanan klinis medis yang dilaksanakan dengan metode pendaftaran online,
penerapan triage, pemisahan jalaur antara yang bergejala COVID 19 dan tidak
bergejala.
b) Konseling KIE, Keterampilan psikososial yang dilakukan secara tatap muka atau
secara daring melalui website, WA,email,telpon/aplikasi lain.
2. Pelayanan Kesehatan di Luar Gedung
a) Pelayanan Kesehatan di Insantasi Pendidik
- Pendidikan Kesehatan
Materi edukasi yang diberikan secara bertahap anatara lain: Informasi umum
tentang COVID 19, makan bergizi seimbang, manfaat berjemur dibawah matahari
selama 15 menit pada pagi hari, aktifitas fisik/berolaraga minimal 30 menit per
hari, Kesehatan reproduksi dan Pendidikan keterampilan hidup sehat, PKHS
terkait self care, manajemen waktu, membantu pekerjaan rumah tangga,
pencegahan gadget addiction, kecanduan gadget serta menyalurkan hobi dan ide-
ide kreatif selama “stay at home
- Pelayanan Kesehatan
 Penjaringan Kesehatan secara daring dengan menggunakan formulir google
(google form).
 Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dan obat cacing secara langsung jika
pembelajaran tatap muka, jika menjalankan metode pembelajaran dari rumah
melalui janji temu atau membeli secara mandiri di apotik.

14
 Pembinaan Lingkungan Sehat
Pemberian edukasi Kesehatan lingkungan secara daring jika sekolah belum
tatap muka. Saat kegitan mengajar ditetapkan Kembali maka puskesmas
memastikan satuan Pendidikan memiliki sarana cuci tangan dalam jumlah
cukup sesuai standar, dan melaksanakan pembersihan serta desimfeksi rutin
setiap hari, mendorong satuan Pendidikan melaksanakan kegitan lingkungan
sekolah sehat lainya.
3. Pelayanan Kesehatan di panti /Rumah Singgah/LKSA dan Lapas/LPKA
Petugas Kesehatan memfasilitasi pengurus/pengasuh untuk mampu mengedukas
warga satuan, mengindentifikasi factor resiko di tempat dan mengenali tanda masalah
kejiwaan pada anak bila terdeteksi tanda dan gejala tersebut diatas, maka segara
mencari petolongan untuk nkonseling ketenaga profisional Kesehatan jiwa melalui
website www.pdskji.org dan atau telpon 119 extdam sebagainya.
4. Pelayanan Kesehatan di Posyandu Remaja
Tahapan pelaksanan posyandu remaja selama masa pandemic dan saat memasuki
masa adaptasi kebiasaan baru ada dua, pertama sebelum kegiatan posyandu, secara
online mengumumkan hari buka posyandu remaja membuka pendaftaran dan mengatur
pembagian waktu kunjungan mengisi formular data diri dan kuesioner kecerdasan
majemuk bagi pengunjung pertama kali.
Kegiatan saat hari buka posyandu remaja, bagiremaja yang belum mendaftar
online tetap melalui meja 1 untuk pengisian daftar hadir dan formulir data diri, remaja
yang telah mendaftar online dapat langsung kemeja 2 untuk dilakukan pengukuran,
khusus remaja putri dilakukan pengecekan tanda anemia, selanjutnya remaja melalui
meja 3 untuk dilakukan pencatatan kedalam register dan buku dapat diberikan Tablet
Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri yang belum mendapatkan disekolah. Bagi
remaja yang memiliki masalah Kesehatan yang memerlukan penanganan lebih lanjut
dapat diberikan konseling secara daring atau diberikan rujukan kepuskesmas atau
fasilitas Kesehatan lainnya. Pemberian KIE secara tatap muka di meja 5 dapat
ditiadakan dan diarahkan metode daring. Materi yang diberikan diutanakan yang terkait
informasi COVID 19. Remaja yang telah selesai mendapatkan pelayanan Kesehatan
diminta segera pulang.
5. Pelayanan terhadap anak penyandang Disabilitas

15
Penyampaian informasi umum COVID 19 menggunakan Bahasa sederhana yang
mudah dipahami baik secara verbal maupun menggunakan alat bantu yang sesuai
dengan melibatkan Dinas Sosial dan organisasi pemerhati anak penyandang.
6. Pelayanan terhadap anak dengan orangtua yang sedang disolasi/terkonfirmasi COVID-
19
Pelayanan yang akan diberikan adalah dilakukan pemeriksaan Swab PCR pada
anak dan keluarga terdekat. Jika kondisi anak baik maka dilakukan isolasi mandiri, jika
ada gejala memberat maka dirujuk kerumah sakit, petugas Kesehatan berkoordinasi
dengan apparat wilayah setempat (RT/RW/LURAH/KepalaDesa), Dinas Kesehatan
dan Dinas Sosial untuk memastikan pengasuh anak tetap berjalan dengan baik, dan
petugas Kesehatan memberkan dukungan psikososial kepada anak agar selalu befikir
positif, bahagia, menhindari hal-hal yang membuat sedih, misalnya mengurangi
pemakaian media social untik menhindari bullying/perundung an akibat stigma C0VID
19.

16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dengan masa
transisi yang unik, ditandai dengan berbagai perubahan fisik dan psikis. Peralihan ini
disebut sebagai fase pematangan (pyubertas), Pada masa perkembangan remaja ini ada
beberapa aspek yang sangat menonjol perkembangannya , Perkembangan Fisik, Perubahan
Eksternal, Perubahan Internal , Perkembangan Kognisi, Perkembangan Emosi.
Pengetahuan bisa diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui
proses pendidikan. Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu Umur, Intelegasi, Lingkungan, Socialbudaya, Pendidikan.
Meningkatkan pelayanan kesehatan bagian akusia sekolah dan remaja memerlukan
perhatian semua pihak. Kesehatan yang optimal bagi sasaran ini pada masa pandemic
Covid-19, diperlukan adanya koordinasi antar institusi sesuai dengan kebijakan SKB 4
Menteri. Berbagai upaya kesehatan dan inovasi kesehatan yang telah dilakukan untuk
tetap memberikan pelayanan kesehatan di masa pandemi Covid-19 seperti melakukan
screening di sekolah dan penyuluhan disekolah-sekolah.

B. Saran

1. Menghimbau semua pihak untuk berpartisipasi dan memberikan dukungan dalam


pemenuhan akses terhadap pelayanan kesehatan pada era pandemic Covid-19.
2. Mengajak masyarakat, aparat desa dan hal layak lainnya untuk memperhatikan dan
menerapkan protocol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci

17
tangan.
3. Menghimbau fasilitas pelayanan kesehatan menjalankan pelayanan dan program
kesehatan masayarakat dengan lebih menerapkan dan mematuhi protocol pencegahan
terhadap pandemic Covid-19.

18
DAFTAR PUSTAKA

Harnita, S. (2021. ). Gambaran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Masa


Pandemi Covid-19 Di Desa Dalung Kabupaten Badung Tahun 2021. Gambaran
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pada masa pandemi covid-19 di desa
dalung kabupaten badung tahun 2021 , 32.

Lestyoningsih, I. h. (2021). analisis pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja di
masa pandemi covid 19 . analisis pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja
di masa pandemi covid 19 , 8.

Rahmayanthi, d. (2021). kesehatan mental remaja selama pandemi covid-19. kesehatan


mental remaja selama pandemi covid-19 , 7.

Ramadhanty, N. (2003). Pemberdayaan remaja peduli kesehatan reproduksi di era.


Pemberdayaan remaja peduli kesehatan reproduksi di era , 7.

Rlfameytaliadewi, e. (2021). pelayanan kesehatan remaja dimasa pandemi covid-19.


yogyakarta: rizmedia pustaka indonesia.

19

You might also like