Professional Documents
Culture Documents
BAB II Materi Kehamilan Kompleks Bu Lili
BAB II Materi Kehamilan Kompleks Bu Lili
KEHAMILAN
A. KONSEP DASAR TEORI KEHAMILAN
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dilamjutkan dengan nidasi atau implementasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari intrauterin mulai sejak
konsepsi sampai permulaan persalinan. Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai
dua sel telur dari induk telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrae)
dan masuk kedalam sel telur. Saat melakukan hubungan seksual, cairan sperma masuk
ke dalam vagina dan berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu
masuk ke dalam sel telur.
Pembuahan sel telur oleh sperma biasa terjadi dibagian yang mengembang dari tuba
falopii. Pada sekeliling sel telur banyak berkumpul sperma kemudian pada tempat
yang paling mudah untuk dimasuki, masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu
dengan sel telur. Peristiwa ini disebut fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera
membelah diri sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim kemudian
melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim, Peristiwa ini
disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira
6-7 hari (Restyana, 2012 dalam Sumarmi, 2015). Proses kehamilan dimulai dengan
terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses
kehamilan atau (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari
hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena
dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur) yang
terjadi dua minggu setelahnya. (Kamariyah dkk, 2014).
1. Amenore Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid
lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir
umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus
Neagie: HT – 3 (bulan + 7) (Prawirohardjo, 2008).
2. Mual muntah Keadaan ini biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga
akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning sickness”
(Prawiroharjo. 2008).
7. Sering kencing (miksi) Keadaan ini terjadi karena kandung kencing pada bulan-
bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan
kedua, umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari
rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala ini bisa timbul kembali karena janin
mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing. (Nugroho
dkk, 2014).
8. Konstipasi/Obstipasi Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan
oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan buang air besar
(Prawirohardjo, 2008).
C. KLASIFIKASI KEHAMILAN
Kehamilan dibagi menjadi dua yaitu kehamilan menurut lamanya dan kehamilan dari
tuanya. Kehamilan ditinjau dari lamanya, kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Kehamilan premature, yaitu kehamilan antara 28-36 minggu.
b. Kehamilan mature, yaitu kehamilan antara 37-42 minggu.
c. Kehamilan postmature, yaitu kehamilan lebih dari 43 minggu.
Sedangkan kehamilan ditinjau dari tuanya kehamilan dibagi menjadi 3 pula yaitu :
D. PROSES KEHAMILAN
1. Ovum (sel telur) Ovum merupakan sel terbesar pada badan manusia. Proses pembentukan
ovum disebut oogenesis, proses ini berlangsung di dalam ovarium (indung telur).
Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari
fetus perempuan. Saat ovulasi, ovum keluar dari folikel ovarium yang pecah. Ovum tidak
dapat berjalan sendiri. Kadar estrogen yang tinggi meningkatkan gerakan tuba uterine,
sehingga silia tuba dapat menangkap ovum dan menggerakkannya sepanjang tuba menuju
rongga rahim. Pada waktu ovulasi sel telur yang telah masak dilepaskan dari ovarium.
Dengan gerakan menyapu oleh fimbria tuba uterine, ia ditangkap oleh infundibulum.
Selanjutnya masuk ke dalam ampula sebagai hasil gerakan silia dan konsentrasi otot. Ovum
biasanya dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi dan akan mati dalam 12 jam bila tidak segera
dibuahi. Hormonhormon yang berperan dalam oogenesis antara lain pada wanita usia
reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya hipothalamus-hipofisis-ovarium.
Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang
menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH
(lutinuezing 8 hormone). FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga
terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum untuk
menghasilkan hormon progesteron dan merangsang ovulasi. Sedangkan peningkatan kadar
estrogen dan progesteron dapat menstimulasi (positif feedback, pada fase folikuler) maupun
menghambat (inhibitory/negatif feedbackpada saat fase luteal) sekresi FSH dan LH di
hipofisis atau GnRH di hipotalamus. (Kuswanti, 2014).
2. Spermatozoa Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatoganium berasal dari sel primitive tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi
spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa. Pertumbuhan spermatozoa
dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks dari pancaindera, hipotalamus, hipofisis dan
sel interstitial leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap
hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta
spermatozoa setiap cc. bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong
sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor
(penjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energy bergerak). Sebagian besar spermatozoa
mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tubafallopi.
Spermatozoa yang masuk kedalam alat genetalia wanita yang dapat hidup selama tiga hari,
sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi. (Manuaba, 2010).
3. Pembuahan (fertilisasi) Pembuahan adalah suatu proses pertemuan atau penyatuan antara
sel mani dan sel telur. Fertilisasi terjadi di tuba fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba, pada
hari ke-11 sampai ke-14 dalam siklus menstruasi. Saat terjadi ejakulasi, kurang lebih 3 cc
sperma dikeluarkan dari organ reproduksi pria yang kurang lebih berisi 300 juta sperma.
Ovum yang akan dikeluarkan dari ovarium sebanyak satu setiap bulan, ditangkap oleh
fimbriae dan berjalan menuju tuba fallopi. Kadar estrogen yang tinggi mengakibatkan
meningkatnya gerakan silia tuba untuk dapat menangkap ovum dan menggerakkannya
sepanjang tuba. Setelah menyatunya oosit dan membran sel sperma akan dihasilkan zigot
yang mempunyai kromosom diploid 9 (44 kromosom dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis
kelamin baru (XX untuk wanita dan XY untuk laki-laki) (Kuswanti, 2014). Dalam beberapa
jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot selama tiga hari sampai stadium morula.
Hasil konsepsi ini tetap digerakkan kearah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut getar
(silia) serta kontraksi tuba. Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri pada tingkat Blastula
(Pantikawati dkk, 2010).
4. Implantasi Setelah lima sampai tujuh hari setelah terjadi ovulasi terjadi, blastosit tiba di
rahim dalam keadaan siap untuk implantasi. Produksi progesterone sedang pada puncaknya.
Progesterone merangsang pembuluhpembuluh darah yang sarat oksigen dan zat gizi untuk
memberi pasokan pada endometrium agar tumbuh dan siap menerima blastosit. Blastosit
mengambang bebas di dalam rahim selama beberapa hari seraya terus berkembang dan
tumbuh. Kira-kira sembilan hari setelah pembuahan, blastosit yang kini terdiri atas beratus-
ratus sel, mulai meletakkan dirinya ke dinding rahim dengan penjuluran serupa spons dari
sel-sel trofoblast. Penjuluran-penjuluran itu meliang ke dalam endometrium.sel-sel tersebut
tumbuh menjadi vilus korionik,yang belakangan akan berkembang menjadi plasenta. Mereka
melepaskan enzim-enzim yang menembus lapisan rahim dan menyebabkan jaringan terurai.
Hal ini menyediakan sel darah kaya gizi yang memberi makan blastosit. Blastosit perlu waktu
kira-kira 13 hari agar tertanam dengan kuat. (Pantikawati dkk, 2010).
5. Plasentasi Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi
embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung
sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil
konsepsi, tofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium.
Terbentuklah sinus introfoblastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi darah maternal dari
pembuluh-pembuluh darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga
timbul ruangan-ruangan interviler dimana vili korialis seolah-olah terapung-apung diantara
ruangan-ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta. 23 Tiga minggu pa pascafertilisasi
sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan mulai pembentukan vili korialis. 10
Sirkulaksi darah janin ini berakhir di lengkung kapilar (capillary loops) di dalam vili korialis
yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan
dikeluarkan melalui vena uterina. Vili korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu masa
jaringan yaitu plasenta. Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah kavum uteri
disebut desidua kapsularis, yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut
desidua basalis, disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang
lain adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi jonjot-jonjot yang
dinamakan vili korialis dan berpangkal pada korion. Selsel fibrolas mesodermal tumbuh
disekitar embrio dan melapisi pula sebelah trofoblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic
membrane yang kelak menjadi korion. Selain itu, vili korialis yang berhubungan dengan
desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebut korion
frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena
hasil konsepsi bertumbuh kearah cavum uteri sehingga lambat laun menghilang, korion yang
gundul disebut korion leave. Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh
darah janin dan lapisan korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial.
Di sini jelas tidak ada percampuran darah antara darah janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel
desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk
lapisan fibronoid yang disebut lapisan nitabuch. Ketika proses melahirkan plasenta terlepas
dari endometrium pada lapisan nitabuch ini. (Prawirohardjo, 2008).
Trimester 2
Hormon estrogen dan progesteron Terus meningkat dan terjadi hipervaskularisasi
mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah alat genetalia membesar. Peningkatan
sensivitas 17 ini dapat meningkatkan keinginan dan bangkitan seksual, khususnya
selama trimester dua kehamilan. Peningkatan kongesti yang berat ditambah relaksasi
dinding pembuluh darah dan uterus dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises
vulva. Edema dan varises ini biasanya membaik selama periode pasca partum. Pada
akhir minggu ke 12 uterus yang terus mengalami pembesaran tidak lagi cukup
tertampung dalam rongga pelvis sehingga uterus akan naik ke rongga abdomen. Pada
trimester kedua ini, kontraksi uterus dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual.
Kontraksi yang tidak teratur dan biasanya tidak nyeri ini dikenal sebagai kontraksi
Braxton Hicks, muncul tiba-tiba secara sporadik dengan intensitas antara 5-25 mmHg.
Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan menggantikan fungsi
corpus luteum gravidarum.
Trimester 3
Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk persalinan
yang seringnya melibatkan peregangan vagina. Ketebalan mukosa bertambah,
jaringan ikat mengendor,dan sel otot polos mengalami hipertrofi. Juga terjadi
peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna keputihan dan lebih kental.Pada
minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin mempengaruhi penurunan
konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah
berdilatasi pada waktu persalinan.Istsmus uteri akan berkembang menjadi segmen
bawah uterus pada trimester akhir. Otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi
sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-
masa akhir kehamilan menjelang persalinan. Batas antara segmen atas yang tebal dan
segmen bawah yang tipis disebut lingkaran retraksi fisiologis.
2. Payudara / mammae
Trimester 1
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin, estrogen dan
progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Vena-vena di bawah kulit juga
akan lebih terlihat. Areola mammae akan bertambah besar pula dan kehitaman.
Kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung menonjol keluar
dinamakan tuberkel Montgomery.
Trimester 2
18 Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan kental
kekuning-kuningan yang disebut Kolustrum. Kolustrum ini berasal dari asinus yang
mulai bersekresi.selama trimester dua Pertumbuhan kelenjar mammae membuat
ukuran payudara meningkat secara progresif. Bila pertambahan ukuran tersebut sangat
besar, dapat timbul stria stria seperti pada abdomen. Walaupun perkembangan
kelenjar mammae secara fungsional lengkap pada pertengahan masa hamil, tetapi
laktasi terlambat sampai kadar estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta
lahir. Trimester 3 Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi
cairan yang kental kekuningan yang disebut Kolostrum. Pada trimester 3 aliran darah
di dalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar.
3. Kulit
Trimester 1
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang melanosit sejak akhir
bulan kedua kehamilan sampai aterm yang menyebabkan timbulnya pigmentasi pada
kulit. Linea nigra adalah pigmentasi berwarna hitam kecoklatan yang muncul pada
garis tengah kulit abdomen. Bercak kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan
leher membentuk kloasma atau melasma gravidarum (topeng kehamilan). Aksentuasi
pigmen juga muncul pada areola dan kulit genital. Pigmentasi ini biasanya akan
menghilang atau berkurang setelah melahirkan. Angioma atau spider naevi berupa
bintik-bintik penonjolan kecil dan merah pada kulit wajah, leher, dada atas, dan
lengan. Kondisi ini sering disebut sebagai nevus angioma atau teleangiektasis.
Eritema palmaris terkadang juga dapat ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan
disebabkan oleh hiperestrogenemia kehamilan.
Trimester 2
Peningkatan melanocyte stimulating hormone (MSH) pada masa ini menyebabkan
perubahan cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal.
Trimester 3
Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-garis kemerahan,
kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang juga 19 muncul pada daerah
payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering disebut sebagai striae gavidarum.
Pada wanita multipara, selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis
mengkilat keperakan yang merupakan sikatrik dari striae kehamilan sebelumnya
G. PERUBAHAN PSIKOLOGIS
Kehamilan merupakan suatu fase maturase yang penuh tekanan sekaligus menjadi
kesempatan seorang wanita untuk mempersiapkan tingkatan baru dalam memberikan
asuhan dan tanggung jawab. Pada semua tingkatan usia, wanita menggunakan masa
kehamilan sebagai momen adaptasi pada peran keibuan, serta menjadi sebuah proses
pembelajaran sosial dan kognitif yang kompleks (Bobak, Lowdermilk, & Jense, 2012)
Menurut (Mochtar, 2011) perubahan psikologis yang terjadi pada sebagian ibu hamil
trimester pertama dan trimester ketiga cenderung mengalami kecemasan, sedangkan
pada trimester kedua ibu hamil cenderung menunjukkan penerimaannya terhadap
kehamilan. kecemasan yang ditunjukkan pada trimester pertama dan ketiga biasanya
memiliki perbedaan. Pada trimester pertama kecemasan yang ditunjukkan ibu hamil
merupakan kecemasan terhadap kondisi kehamilannya, lain halnya dengan kecemasan
pada trimester ketiga. Pada trimester ketiga kebanyakan ibu hamil merasakan gejolak
kecemasan yang baru, biasanya kecemasan yang timbul adalah kecemasan dalam
menghadapi persalinan dan perasaan tanggung jawab dalam mengasuh bayi yang akan
dilahirkannya.
4. Fokus pada diri sendiri Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran
ibu lebih berfokus kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin. Meskipun
demikian bukan berarti ibu kurang memerhatikan kondisi bayinya. Kini ibu lebih
merasa bahwa janin yang dikandungnya menjadi bagian tubuhnya yang tidak
terpisahkan. Hal ini mendorong ibu untuk menghentikan rutinitasnya, terutama
yang berkaitan dengan tuntutan 23 sosial atau tekanan psikologis agar bisa
menikmati waktu kosong tanpa beban. Sebagian besar dari ibu banyak waktu yang
dihabiskan untuk tidur.
5. Stress Kemungkinan stress yang terjadi pada masa kehamilan trimester pertama
bisa berdampak negative dan positif, dimana kedua stress ini dapat memengaruhi
perilaku ibu. Terkadang stress tersebut bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Stress
intrinsik berhubungan dengan tujuan pribadi ibu, dimana dia berusaha membuat
sesempurna mungkin kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Stress ekstrinsik
timbul karena faktor eksternal seperti sakit, kehilangan, kesendirian dan masa
reproduksi. h. Guncangan psikologis Terjadinya guncangan jiwa diperkirakan
lebih kecil terjadi pada trimester pertama dan lebih tertuju pada kehamilan
pertama. Perubahan psikologis yang terjadi pada fase kehamilan trimester pertama
lebih banyak berasal pada pencapaian peran sebagai ibu.
4. Perubahan Psikologis Pada Trimester Ketiga Pada fase trimester ketiga perubahan-
perubahan psikologis pada ibu hamil semakin kompleks dan meningkat dari trimester
sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi kehamilan yang semakin membesar.
Beberapa kondisi psikologis yang terjadi pada trimester ketiga, antara lain :
Rasa tidak nyaman Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada
trimester ketiga dan pada kebanyakan ibu merasa bentuk tubuhnya semakin jelek.
Selain itu, perasan tidak nyaman juga berkaitan dengan adanya perasaan sedih karena
dia akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama
hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, dan tenaga
kesehatan.
Perubahan emsosional Pada bulan-bulan terakhir menjelang persalinan perubahan
emosi ibu semakin berubah-ubah dan terkadang menjadi tidak terkontrol. Perubahan
emosi ini bermuara dari adanya perasan khawatir, rasa takut, bimbang dan ragu
janganjangan kondisi kehamilannya saat ini lebih buruk lagi saat 26 menjelang
persalinan atau kekhawatiran akibat ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas-
tugas sebagai ibu pasca kelahiran bayinya.
Agar janin dapat berkembang secara optimal, maka dalam proses pertumbuhan
dan perkembanganya perlu dipenuhi oleh zat gizi yang lengkap, baik berupa
vitamin , mineral, kalsium, karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Oleh karena
itu selama proses kehamilan seorang ibu hamil perlu mengjonsumsi makanan
dengan kualitas gizi yang sehat dan seimbang, karena pada dasarnya selama
kehamilan berbagai zat gizi yang kita konsumsi akan berdampak langsung pada
kesehatan dan perkembangan janin ibu sendiri. Selain gizi yang cukup, kebutuhan
dasar selama ibu hamil juga harus diperhatikan, karena hal ini sangat berpengaruh
terhadap kondisi ibu baik fisik maupun psikologisnya mengingat reaksi terhadap
perubahan selama masa kehamilan antara satu dengan ibu hamil lainya dalam
penerimaanya tidaklah sama. Menurut Romauli (2011) kebutuhan dasar ibu hamil
diantaranya :
A. ANEMIA
1. Pengertian Anemia Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel
darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin
(Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013).
Menurut Adriyani (2012) anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar
hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk
kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Anemia gizi adalah suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal
sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam
produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal.
Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi
sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu. Anemia kehamilan adalah kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin
dalam darah hingga 30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya bertambah 19%.
Akibatnya, frekuensi anemia pada kehamilan cukup tinggi.
2. Etiologi anemia defisiensi besi Menurut Irianto (2014) etiologi anemia
defisiensi besi pada kehamilan yaitu gangguan pencernaan dan absorpsi,
hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah, kebutuhan zat besi
meningkat, kurangnya zat besi dalam makanan, dan pertambahan darah tidak
sebanding dengan pertambahan plasma.
5. Macam-macam anemia
Anemia defisiensi besi Anemia gizi besi (AGB) adalah anemia yang timbul
karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan
fungsi lain di dalam tubuh terganggu (Adriani, 2012). Defisiensi zat besi
terjadi saat jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak dapat mencukupi kebutuhan
tubuh. Secara umum, ada tiga penyebab AGB yaitu kekurangan intake zat besi
dari makanan (ikan, daging, hati, dan sayuran hijau tua), meningkatnya
kebutuhan tubuh akan zat besi yaitu pada masa pertumbuhan dan kehamilan,
asupan pada penderita penyakit menahun, serta meningkatnya pengeluaran zat
besi dari tubuh karena perdarahan, cacingan, dan menstruasi (Proverawati,
2010).
Anemia defisiensi asam folat (Megaloblastik) Asam folat merupakan satu-
satunya vitamin yang kebutuhannya berlipat dua ketika kehamilan.
Kekurangan asam folat mengakibatkan peningkatan kepekaan, lelah berat, dan
gangguan tidur. Kekurangan asam folat yang besar mengakibatkan anemia
megaloblastik atau megalositik karena asam folat berperan dalam metabolism
normal makanan menjadi energi, pematangan sel datah merah, sintesis DNA,
pertumbuhan sel, dan pembentukan heme. Gejala anemia megaloblastik adalah
diare, depresi, lelah berat, ngantuk berat, pucat, dan perlambatan frekuensi
nadi (Arisman, 2010).
Anemia defesiensi B12 (Perniciosa) Anemia dengan disertai dengan rasa
letih yang parah merupakan akibat dari defesiensi B12. Vitamin ini sangat
penting dalam pembentukan RBC (sel darah merah). Anemia perniciosa
biasanya tidak disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dalam makanan,
melainkan ketidaksediaan faktor intrinsik yaitu sekresi gaster yang diperlukan
untuk penyerapan vitamin B12. Gejala anemia ini yaitu rasa letih dan lemah
yang hebat, diare, depresi, mengantuk mudah tersinggung dan pucat (Arisman,
2010) 5. Klasisfikasi anemia Nilai ambang batas yang digunakan untuk
menunjukkan status anemia ibu hamil didasarkan pada kriteria WHO tahun
1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia
ringan (8-9 gr/dl) dan anemia berat. Untuk menentukan apakah seseorang
menderita anemia atau tidak, umumnya digunakan nilai-nilai normal yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.736a/Menkes/XI/1989,
yaitu nilai batas normal hemoglobin bagi ibu hamil yaitu ≥11 g/dl. Jika kadar
hemoglobin (Hb) turun di batas nilai normal, maka akan menimbulkan anemia
(Depkes RI, 2008). Ibu hamil dikatakan anemia apabila kadar hemoglobin
(Hb) dibawah 11,0 g/dl (Kemenkes RI, 2013).