You are on page 1of 19

BAB II

KEHAMILAN
A. KONSEP DASAR TEORI KEHAMILAN
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dilamjutkan dengan nidasi atau implementasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari intrauterin mulai sejak
konsepsi sampai permulaan persalinan. Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai
dua sel telur dari induk telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrae)
dan masuk kedalam sel telur. Saat melakukan hubungan seksual, cairan sperma masuk
ke dalam vagina dan berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu
masuk ke dalam sel telur.

Pembuahan sel telur oleh sperma biasa terjadi dibagian yang mengembang dari tuba
falopii. Pada sekeliling sel telur banyak berkumpul sperma kemudian pada tempat
yang paling mudah untuk dimasuki, masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu
dengan sel telur. Peristiwa ini disebut fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera
membelah diri sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim kemudian
melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim, Peristiwa ini
disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira
6-7 hari (Restyana, 2012 dalam Sumarmi, 2015). Proses kehamilan dimulai dengan
terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses
kehamilan atau (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari
hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena
dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur) yang
terjadi dua minggu setelahnya. (Kamariyah dkk, 2014).

B. TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN

1. Amenore Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid
lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir
umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus
Neagie: HT – 3 (bulan + 7) (Prawirohardjo, 2008).

2. Mual muntah Keadaan ini biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga
akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning sickness”
(Prawiroharjo. 2008).

3. Ngidam (menginginkan makanan tertentu) Sering terjadi pada bulan-bulan pertama


kehamilan, akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan (Prawiroharjo.
2008).
4. Pingsan atau sinkope Bila berada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu (Prawirohardjo, 2008).
5. Payudara tegang Disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang
duktus dan alveoli payudara (Kuswanti, 2014).

6. Anoreksia Nervousa Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia (tidak nafsu


makan), tetapi setelah itu nafsu makan muncul kembali (Marjadi dkk, 2010).

7. Sering kencing (miksi) Keadaan ini terjadi karena kandung kencing pada bulan-
bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan
kedua, umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari
rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala ini bisa timbul kembali karena janin
mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing. (Nugroho
dkk, 2014).

8. Konstipasi/Obstipasi Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan
oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan buang air besar
(Prawirohardjo, 2008).

C. KLASIFIKASI KEHAMILAN

Kehamilan dibagi menjadi dua yaitu kehamilan menurut lamanya dan kehamilan dari
tuanya. Kehamilan ditinjau dari lamanya, kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Kehamilan premature, yaitu kehamilan antara 28-36 minggu.
b. Kehamilan mature, yaitu kehamilan antara 37-42 minggu.
c. Kehamilan postmature, yaitu kehamilan lebih dari 43 minggu.

Sedangkan kehamilan ditinjau dari tuanya kehamilan dibagi menjadi 3 pula yaitu :

a. Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu), di mana dalam triwulan


pertama alat-alat mulai terbentuk.
b. Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu), di mana dalam triwulan
kedua alat-alat telah terbentuk tetapi belum sempurna dan viabilitas janin masih
disangsikan.
c. Kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu), di mana janin yang
dilahirkan dalam trimester ketiga telah viable (dapat hidup) (Kuswanti, 2014)

D. PROSES KEHAMILAN
1. Ovum (sel telur) Ovum merupakan sel terbesar pada badan manusia. Proses pembentukan
ovum disebut oogenesis, proses ini berlangsung di dalam ovarium (indung telur).
Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari
fetus perempuan. Saat ovulasi, ovum keluar dari folikel ovarium yang pecah. Ovum tidak
dapat berjalan sendiri. Kadar estrogen yang tinggi meningkatkan gerakan tuba uterine,
sehingga silia tuba dapat menangkap ovum dan menggerakkannya sepanjang tuba menuju
rongga rahim. Pada waktu ovulasi sel telur yang telah masak dilepaskan dari ovarium.
Dengan gerakan menyapu oleh fimbria tuba uterine, ia ditangkap oleh infundibulum.
Selanjutnya masuk ke dalam ampula sebagai hasil gerakan silia dan konsentrasi otot. Ovum
biasanya dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi dan akan mati dalam 12 jam bila tidak segera
dibuahi. Hormonhormon yang berperan dalam oogenesis antara lain pada wanita usia
reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya hipothalamus-hipofisis-ovarium.
Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang
menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH
(lutinuezing 8 hormone). FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga
terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum untuk
menghasilkan hormon progesteron dan merangsang ovulasi. Sedangkan peningkatan kadar
estrogen dan progesteron dapat menstimulasi (positif feedback, pada fase folikuler) maupun
menghambat (inhibitory/negatif feedbackpada saat fase luteal) sekresi FSH dan LH di
hipofisis atau GnRH di hipotalamus. (Kuswanti, 2014).
2. Spermatozoa Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatoganium berasal dari sel primitive tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi
spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa. Pertumbuhan spermatozoa
dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks dari pancaindera, hipotalamus, hipofisis dan
sel interstitial leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap
hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta
spermatozoa setiap cc. bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong
sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor
(penjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energy bergerak). Sebagian besar spermatozoa
mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tubafallopi.
Spermatozoa yang masuk kedalam alat genetalia wanita yang dapat hidup selama tiga hari,
sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi. (Manuaba, 2010).
3. Pembuahan (fertilisasi) Pembuahan adalah suatu proses pertemuan atau penyatuan antara
sel mani dan sel telur. Fertilisasi terjadi di tuba fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba, pada
hari ke-11 sampai ke-14 dalam siklus menstruasi. Saat terjadi ejakulasi, kurang lebih 3 cc
sperma dikeluarkan dari organ reproduksi pria yang kurang lebih berisi 300 juta sperma.
Ovum yang akan dikeluarkan dari ovarium sebanyak satu setiap bulan, ditangkap oleh
fimbriae dan berjalan menuju tuba fallopi. Kadar estrogen yang tinggi mengakibatkan
meningkatnya gerakan silia tuba untuk dapat menangkap ovum dan menggerakkannya
sepanjang tuba. Setelah menyatunya oosit dan membran sel sperma akan dihasilkan zigot
yang mempunyai kromosom diploid 9 (44 kromosom dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis
kelamin baru (XX untuk wanita dan XY untuk laki-laki) (Kuswanti, 2014). Dalam beberapa
jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot selama tiga hari sampai stadium morula.
Hasil konsepsi ini tetap digerakkan kearah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut getar
(silia) serta kontraksi tuba. Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri pada tingkat Blastula
(Pantikawati dkk, 2010).
4. Implantasi Setelah lima sampai tujuh hari setelah terjadi ovulasi terjadi, blastosit tiba di
rahim dalam keadaan siap untuk implantasi. Produksi progesterone sedang pada puncaknya.
Progesterone merangsang pembuluhpembuluh darah yang sarat oksigen dan zat gizi untuk
memberi pasokan pada endometrium agar tumbuh dan siap menerima blastosit. Blastosit
mengambang bebas di dalam rahim selama beberapa hari seraya terus berkembang dan
tumbuh. Kira-kira sembilan hari setelah pembuahan, blastosit yang kini terdiri atas beratus-
ratus sel, mulai meletakkan dirinya ke dinding rahim dengan penjuluran serupa spons dari
sel-sel trofoblast. Penjuluran-penjuluran itu meliang ke dalam endometrium.sel-sel tersebut
tumbuh menjadi vilus korionik,yang belakangan akan berkembang menjadi plasenta. Mereka
melepaskan enzim-enzim yang menembus lapisan rahim dan menyebabkan jaringan terurai.
Hal ini menyediakan sel darah kaya gizi yang memberi makan blastosit. Blastosit perlu waktu
kira-kira 13 hari agar tertanam dengan kuat. (Pantikawati dkk, 2010).
5. Plasentasi Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi
embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung
sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil
konsepsi, tofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium.
Terbentuklah sinus introfoblastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi darah maternal dari
pembuluh-pembuluh darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga
timbul ruangan-ruangan interviler dimana vili korialis seolah-olah terapung-apung diantara
ruangan-ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta. 23 Tiga minggu pa pascafertilisasi
sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan mulai pembentukan vili korialis. 10
Sirkulaksi darah janin ini berakhir di lengkung kapilar (capillary loops) di dalam vili korialis
yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan
dikeluarkan melalui vena uterina. Vili korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu masa
jaringan yaitu plasenta. Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah kavum uteri
disebut desidua kapsularis, yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut
desidua basalis, disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang
lain adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi jonjot-jonjot yang
dinamakan vili korialis dan berpangkal pada korion. Selsel fibrolas mesodermal tumbuh
disekitar embrio dan melapisi pula sebelah trofoblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic
membrane yang kelak menjadi korion. Selain itu, vili korialis yang berhubungan dengan
desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebut korion
frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena
hasil konsepsi bertumbuh kearah cavum uteri sehingga lambat laun menghilang, korion yang
gundul disebut korion leave. Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh
darah janin dan lapisan korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial.
Di sini jelas tidak ada percampuran darah antara darah janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel
desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk
lapisan fibronoid yang disebut lapisan nitabuch. Ketika proses melahirkan plasenta terlepas
dari endometrium pada lapisan nitabuch ini. (Prawirohardjo, 2008).

E. PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI KEHAMILAN


1. Uterus
a. Ukuran Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm dengan
kapasitas lebih dari 4000 cc. hal ini memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan
janin. Pada saat ini rahim membesar akibat hioertropi dan hiperplasi otot rahim,
serabutserabut kolagennya menjadi higroskopik dan endometrium menjadi desidua.
b. Berat Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir
bulan (Sulistyawati, 2011).
c. Posisi rahim dalam kehamilan  Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau
retrofleksi  Pada 4 bulan kehamilan, Rahim tetap berada dalam rongga pelvis  Setelah itu,
mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati  Pada
ibu hamil, Rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri
(Sulistyawati, 2011).
2. Ovarium Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemuka di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesteron dalam jumlah yang relative minimal. Relaksin, suatu hormon protein
yang mempunyai struktur mirip dengan insulin dan insulin like growth factor I & II,
disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta dan hati.aksi biologi utamanya adalah
dalam proses remodeling jaringan ikat pada saluran reproduksi, yang kemudian
mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan proses persalinan. Perannya belum diketahui
secara menyeluruh, tetapi diketahui mempunyai efek pada perubbahan struktur biokimia
serviks dan kontraksi miometrium yang akan berimplikasi pada kehamilan preterm.
3. Vagina dan Perineum Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat
jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga vagina akan terlihat berwarna
keunguan yang dikenal dengan tanda chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa
dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertropi dari sel-sel otot polos. Dinding vagina
mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada
waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan
ikat dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya
dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi dengan gambaran seperti paku
sepatu. Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana sekresi akan berwarna
keputihan, menebal dan pH 12 antara 3,5-6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi
asam laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus
acidophilus (Prawirohardjo, 2008).
4. Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusan
dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali
ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dan striae sebelumnya.
Pada banyak perempuan kulit garis pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi
hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadangkadang akan muncul dengan
ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau melisma
gravidarum selain itu, pada areola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang
berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang
setelah persalinan. Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal
dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui. Adanya peningkatan kadar serum
melanocyte stimulating hormone pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan sebagai
penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis
dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya.
5. Payudara/Mamae Mamae akan membesar dan tegang akibat hormone somatomamotropin,
estrogen, dan progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan
hipertropi system saluran, sedangkan progesterone menambah sel-sel asinus pada mammae.
Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan
perubahan dalam selsel sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumun dan laktoglobulin.
Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi. Disamping itu dibawah pengaruh
progesterone dan somatomamotropin terbentuk lemak sekitar alveolua-alveolus, sehingga
mammae menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar, lebih tegang dan tambah
lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi. Hipertropi kelenjar
sebasea (lemak) yang muncul di areola primer dan disebut tuberkelmontgomery. Glandula
montgomeri tampak lebih jelas menonjol dipermukaan areola mammae. Rasa penuh,
peningkatan sensitivitas, rasa geli, 13 dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak minggu
keenam gestasi. Perubahan payudara ini adalah tanda mungkin hamil. Sensitivitas payudara
bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri tajam. Peningkatan ini suplai darah membuat
pembuluh darah dibawah kulit berdilatasi. Pembuluh darah yang sebelumnya tidak terlihat,
sekarang terlihat, seringkali tampak sebagai jaringan biru dibawah permukaan kulit. Kongesti
vena di payudara lebih jelas terlihat pada primigravida. Striae dapat terlihat dibagian luar
payudara.
6. Sirkulasi darah ibu Peredarah darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: 
Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan
dan pertumbuhan janin dalam Rahim.  Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena
pada sirkulasi retroplasenter  Pengaruh hormone esterogen dan progesterone makin
meningkat Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah: 
Volume darah Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodelusi), dengan puncaknya
pada usia kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25- 30%
sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%.
Bertambahnya hemodelusi darah mulai tampak sekitar usia kehamilan 16 minggu, sehingga
penderita penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu
memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh dalam
dekompensasi kordis. Pada postpartum, terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ke-3
sampai ke-5. (Manuaba, 2010).
 Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan
peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodelusi yang disertai anemia fisiologis.
Jumlah sel darah putih meningkat hingga mencapai 10.000/ml. dengan hemodelusi dan
anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka
normal (Manuaba, 2010). 14
 Sistem respirasi Pada kehamilan, Terjadi juga system respirasi untuk memenuhi kebutuhan
O2. Disamping itu, terjadi desakan diafragma karena dorongan Rahim yang membesar pada
usia kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2
yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari pada biasa nya

F. PERUBAHAN FISIK SELAMA KEHAMILAN


Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga mengalami perubahanperubahan yang
dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan kembang sang bayi. Perubahan tersebut difasilitasi
oleh adanya perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan. Baik dari
segi anatomis maupun fisiologis, perubahan yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh pada
organ tubuh ibu yang berjalan seiring dengan usia kehamilan dalam trimester.

Perubahan-perubahan tersebut meliputi :


1. Sistem Reproduksi
 Trimester 1 Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva, vagina
dan serviks menjadi lebih merah agak kebiruan/keunguan. pH vulva dan vagina
mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat wanita hamil lebih rentan
terhadap infeksi vagina. Tanda Goodell yaitu perubahan konsistensi serviks menjadi
lebih lunak dan kenyal. Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan adanya
peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia & hipertropi otot,
dan perkembangan desidua. Dinding-dinding otot menjadi kuat dan elastis, fundus
pada serviks mudah fleksi disebut tanda Mc Donald. Pada kehamilan 8 minggu uterus
membesar sebesar telur bebek dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur
angsa. Pada minggu-minggu pertama, terjadi hipertrofi pada istmus uteri membuat
istmus menjadi panjang dan lebih lunak yang disebut tanda Hegar. Sejak trimester
satu kehamilan, uterus juga mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya
tidak nyeri. Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama kehamilan. Pematangan
folikel baru juga ditunda. Tetapi pada awal kehamilan, masih terdapat satu corpus
luteum gravidarum yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Folikel ini
akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu, kemudian mengecil setelah plasenta
terbentuk.

 Trimester 2
Hormon estrogen dan progesteron Terus meningkat dan terjadi hipervaskularisasi
mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah alat genetalia membesar. Peningkatan
sensivitas 17 ini dapat meningkatkan keinginan dan bangkitan seksual, khususnya
selama trimester dua kehamilan. Peningkatan kongesti yang berat ditambah relaksasi
dinding pembuluh darah dan uterus dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises
vulva. Edema dan varises ini biasanya membaik selama periode pasca partum. Pada
akhir minggu ke 12 uterus yang terus mengalami pembesaran tidak lagi cukup
tertampung dalam rongga pelvis sehingga uterus akan naik ke rongga abdomen. Pada
trimester kedua ini, kontraksi uterus dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual.
Kontraksi yang tidak teratur dan biasanya tidak nyeri ini dikenal sebagai kontraksi
Braxton Hicks, muncul tiba-tiba secara sporadik dengan intensitas antara 5-25 mmHg.
Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan menggantikan fungsi
corpus luteum gravidarum.

 Trimester 3
Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk persalinan
yang seringnya melibatkan peregangan vagina. Ketebalan mukosa bertambah,
jaringan ikat mengendor,dan sel otot polos mengalami hipertrofi. Juga terjadi
peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna keputihan dan lebih kental.Pada
minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin mempengaruhi penurunan
konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah
berdilatasi pada waktu persalinan.Istsmus uteri akan berkembang menjadi segmen
bawah uterus pada trimester akhir. Otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi
sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-
masa akhir kehamilan menjelang persalinan. Batas antara segmen atas yang tebal dan
segmen bawah yang tipis disebut lingkaran retraksi fisiologis.

2. Payudara / mammae
Trimester 1
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin, estrogen dan
progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Vena-vena di bawah kulit juga
akan lebih terlihat. Areola mammae akan bertambah besar pula dan kehitaman.
Kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung menonjol keluar
dinamakan tuberkel Montgomery.
Trimester 2
18 Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan kental
kekuning-kuningan yang disebut Kolustrum. Kolustrum ini berasal dari asinus yang
mulai bersekresi.selama trimester dua Pertumbuhan kelenjar mammae membuat
ukuran payudara meningkat secara progresif. Bila pertambahan ukuran tersebut sangat
besar, dapat timbul stria stria seperti pada abdomen. Walaupun perkembangan
kelenjar mammae secara fungsional lengkap pada pertengahan masa hamil, tetapi
laktasi terlambat sampai kadar estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta
lahir.  Trimester 3 Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi
cairan yang kental kekuningan yang disebut Kolostrum. Pada trimester 3 aliran darah
di dalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar.

3. Kulit
 Trimester 1
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang melanosit sejak akhir
bulan kedua kehamilan sampai aterm yang menyebabkan timbulnya pigmentasi pada
kulit. Linea nigra adalah pigmentasi berwarna hitam kecoklatan yang muncul pada
garis tengah kulit abdomen. Bercak kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan
leher membentuk kloasma atau melasma gravidarum (topeng kehamilan). Aksentuasi
pigmen juga muncul pada areola dan kulit genital. Pigmentasi ini biasanya akan
menghilang atau berkurang setelah melahirkan. Angioma atau spider naevi berupa
bintik-bintik penonjolan kecil dan merah pada kulit wajah, leher, dada atas, dan
lengan. Kondisi ini sering disebut sebagai nevus angioma atau teleangiektasis.
Eritema palmaris terkadang juga dapat ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan
disebabkan oleh hiperestrogenemia kehamilan.
 Trimester 2
Peningkatan melanocyte stimulating hormone (MSH) pada masa ini menyebabkan
perubahan cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal.
 Trimester 3
Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-garis kemerahan,
kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang juga 19 muncul pada daerah
payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering disebut sebagai striae gavidarum.
Pada wanita multipara, selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis
mengkilat keperakan yang merupakan sikatrik dari striae kehamilan sebelumnya

G. PERUBAHAN PSIKOLOGIS
Kehamilan merupakan suatu fase maturase yang penuh tekanan sekaligus menjadi
kesempatan seorang wanita untuk mempersiapkan tingkatan baru dalam memberikan
asuhan dan tanggung jawab. Pada semua tingkatan usia, wanita menggunakan masa
kehamilan sebagai momen adaptasi pada peran keibuan, serta menjadi sebuah proses
pembelajaran sosial dan kognitif yang kompleks (Bobak, Lowdermilk, & Jense, 2012)
Menurut (Mochtar, 2011) perubahan psikologis yang terjadi pada sebagian ibu hamil
trimester pertama dan trimester ketiga cenderung mengalami kecemasan, sedangkan
pada trimester kedua ibu hamil cenderung menunjukkan penerimaannya terhadap
kehamilan. kecemasan yang ditunjukkan pada trimester pertama dan ketiga biasanya
memiliki perbedaan. Pada trimester pertama kecemasan yang ditunjukkan ibu hamil
merupakan kecemasan terhadap kondisi kehamilannya, lain halnya dengan kecemasan
pada trimester ketiga. Pada trimester ketiga kebanyakan ibu hamil merasakan gejolak
kecemasan yang baru, biasanya kecemasan yang timbul adalah kecemasan dalam
menghadapi persalinan dan perasaan tanggung jawab dalam mengasuh bayi yang akan
dilahirkannya.

BENTUK PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU HAMIL


Menurut (Pieter & Namora, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa macam
perubahan psikologi ibu pada masa kehamilan antara lain :
1. Perubahan Psikologis Pada Trimester Pertama
 Rasa cemas bercampur bahagia Perubahan psikologis yang paling menonjol
pada usia kehamilan trimester pertama ialah timbulnya rasa cemas dan ragu
sekaligus disetai rasa bahagia. Munculnya rasa ragu dan khawatir sangat berkaitan
pada kualitas kemampuan untuk merawat dan mengasuh bayi kandungannya,
sedangkan rasa bahagia dikarenakan dia merasa sudah sempurna sebagai wanita
yang dapat hamil.
 Perubahan emosional Perubahan-perubahan emosi pada trimester pertama
menyebabkan adanya penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan
mual, perubahan suasana hati, depresi, kekhawatiran ibu 22 tentang
kesejahteraannya dan bayinya, kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang
kurang menarik,dan sebagainya
 Sikap ambivalen Sikap ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang
bersifat simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau kondisi.
Meskipun sikap ambivalen sebagai respons yang normal individu, tetapi ketika
memasuki fase pasca melahirkan sikap bisa membuat masalah baru. Penyebab
ambivalensi pada ibu hamil yaitu perubahan kondisi fisik, pengalaman hamil yang
buruk, ibu berkarier, tanggung jawab baru, rasa cemas atas kemampuannya
menjadi ibu, keuangan, dan sikap penerimaan keluarga terdekatnya.

2. Ketidakyakinan atau ketidakpastian Awal minggu kehamilan, ibu sering merasa


tidak yakin pada kehamilannya. Dan hal ini diperparah lagi jika ibu memiliki
masalah emosi dan kepribadian. Meskipun demikian pada kebanyakan ibu hamil
terus berusaha untuk mencari kepastian bahwa dirinya sedang hamil dan harus
membutuhkan perhatian dan perawatan khusus buat bayinya.
3. Perubahan seksual Selama trimester pertama keinginan seksual wanita menurun.
Hal-hal yang menyebabkannya berasal dari rasa takut terjadi keguguran sehingga
mendorong kedua pasangan menghindari aktivitas seksual. Apalagi jika dia
sebelumnya pernah mengalami keguguran. Hasrat seks di trimester pertama sangat
bervariasi di antara wanita yang satu dengan yang lainnya. Meskipun pada
beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi fase trimester
pertama menjadi waktu penurunan libido dan jikalau pun ada biasanya mereka
telah berkomunikasi sebelum melakukan hubungan koitus. Pada kebanyakan
pasangan momen ini sering digunakan suami untuk memberikan kasih sayang dan
cinta kasih yang lebih besar tanpa dia harus melakukan koitus.

4. Fokus pada diri sendiri Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran
ibu lebih berfokus kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin. Meskipun
demikian bukan berarti ibu kurang memerhatikan kondisi bayinya. Kini ibu lebih
merasa bahwa janin yang dikandungnya menjadi bagian tubuhnya yang tidak
terpisahkan. Hal ini mendorong ibu untuk menghentikan rutinitasnya, terutama
yang berkaitan dengan tuntutan 23 sosial atau tekanan psikologis agar bisa
menikmati waktu kosong tanpa beban. Sebagian besar dari ibu banyak waktu yang
dihabiskan untuk tidur.

5. Stress Kemungkinan stress yang terjadi pada masa kehamilan trimester pertama
bisa berdampak negative dan positif, dimana kedua stress ini dapat memengaruhi
perilaku ibu. Terkadang stress tersebut bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Stress
intrinsik berhubungan dengan tujuan pribadi ibu, dimana dia berusaha membuat
sesempurna mungkin kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Stress ekstrinsik
timbul karena faktor eksternal seperti sakit, kehilangan, kesendirian dan masa
reproduksi. h. Guncangan psikologis Terjadinya guncangan jiwa diperkirakan
lebih kecil terjadi pada trimester pertama dan lebih tertuju pada kehamilan
pertama. Perubahan psikologis yang terjadi pada fase kehamilan trimester pertama
lebih banyak berasal pada pencapaian peran sebagai ibu.

6. Perubahan Psikologis Pada Trimester Kedua

Klasifikasi periode trimester kedua dikelompokkan menjadi dua fase, yaitu


prequickening (sebelum ada Gerakan janin yang dirasakan ibu) dan
postquickening (setelah ada pergerakan janin yang dirasakan ibu).
 Fase Pre-Quickening Selama aktif trimester pertama dan masa prequickening
pada trimester kedua ibu hamil mengevaluasi aspek-aspek yang terjadi selama
hamil. Disini ibu akan mengetahui sejauh mana hubungan interpersonalnya dan
sebagai dasar-dasar pengembangan interaksi sosialnya dengan bayi yang akan
dilahirkannya. Perasannya menolak tampak dari sikap negative ibu yang tidak
memedulikan, mengabaikan, bahkan pada beberapa kasus ibu tega membunuh.
Hal ini berbeda jika ibu segera menyadari gerakan tersebut normal. Pada fase pre-
quickening juga memungkinkan ibu sedang mengembangkan identitas
keibuannya. Evaluasi ini berfungsi untuk melihat perubahan identitas ibu yang
semua menerima kasih sayang kini menjadi pemberi kasih sayang (persiapan
menjadi ibu).
 Fase Post-Quickening Setelah ibu hamil merasakan quickening, maka identitas
keibuan semakin jelas. Ibu akan fokus pada kehamilannya dan mempersiapkan
diri untuk menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Terkadang perubahan ini
menyebabkan kesedihan karena dia harus meninggalkan peran lamanya sebelum
hamil, terutama ibu yang pertama kali hamil dan pada wanita karir. Oleh sebab itu,
ibu harus diberikan pengertian bahwa seharusnya dia tidak harus membuang
semula peran yang diterima sebelum masa hamil. Pada wanita multi gravida,
peran baru menggambarkan bagaimana dia menjelaskan hubungn dengan anaknya
yang lain dan bagaimana jika dia harus meninggalkan rumah untuk sementara
waktu di saat proses persalinan. Gerakan bayi membantu ibu membangun
pengertian bahwa bayinya adalah makhluk hidup yang nanti harus terpisah dari
dirinya. Selama fase trimester kedua kehidupan psikologi ibu hamil tampak lebih
tenang, namun pada fase trimester ini perhatian ibu mulai beralih pada perubahan
bentuk tubuh, kehidupan seks, keluarga dan hubungan bantiniah dengan bayi yang
ada di kandungannya, serta peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan figure ibu,
melihat dan meniru peran ibu. Pada masa ini juga sifat ketergantungan ibu kepada
pasangannya semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan janinnya.

Beberapa bentuk perubahan psikologis pada trimester kedua, diantaranya yaitu :


a. Rasa Khawatir Kekhawatiran yang mendasar pada ibu ialah jika bayinya lahir
sewaktu-waktu. Keadaan ini menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap
datangnya tanda-tanda persalinan. Hal ini diperparah lagi dengan kekhawatiran
jikalau bayi yang dilahirkannya tidak normal. Paradigma dan kegelisahan seperti
ini membuat kebanyakan ibu berusaha mereduksi dengan cara melindungi bayinya
dengan mengkonsumsi vitamin, rajin control dan konsultasi, menghindari orang
atau benda-benda yang dianggap membahayakan bayinya, dan sebagainya.
b. Perubahan emosional Perubahan emosional trimester II yang paling menonjol
yaitu periode bulan kelima kehamilan, karena bayi mulai banyak 25 bergerak
sehingga dia mulai memerhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan
dilahirkan sehat atau cacat. Rasa kecemasan seperti ini terus meningkat seiring
bertambah usia kehamilannya.
c. Keinginan untuk berhubungan seksual Pada trimester kedua terjadi peningkatan
energi libido sehingga pada kebanyakan ibu menjadi khawatir jika dia
berhubungan seksual apakah ini dapat memengaruhi kehamilan dan
perkembangan janinnya. Bentuk kekhawatiran yang sering diajukan adalah apakah
ada kemungkinan janinnya cedera akibat penis, orgasme ibu, atau ejakulasi.
Meskipun demikian, yang perlu diketahui hubungan seks pada masa hamil tidak
terpengaruh karena janin dilindungi cairan amniotik di dalam uterus. Namun
dalam beberapa kondisi hubungan seksual pada masa trimester kedua tidak
diperbolehkan, misal ibu memiliki riwayat persalinan premature.

4. Perubahan Psikologis Pada Trimester Ketiga Pada fase trimester ketiga perubahan-
perubahan psikologis pada ibu hamil semakin kompleks dan meningkat dari trimester
sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi kehamilan yang semakin membesar.
Beberapa kondisi psikologis yang terjadi pada trimester ketiga, antara lain :
 Rasa tidak nyaman Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada
trimester ketiga dan pada kebanyakan ibu merasa bentuk tubuhnya semakin jelek.
Selain itu, perasan tidak nyaman juga berkaitan dengan adanya perasaan sedih karena
dia akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama
hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, dan tenaga
kesehatan.
 Perubahan emsosional Pada bulan-bulan terakhir menjelang persalinan perubahan
emosi ibu semakin berubah-ubah dan terkadang menjadi tidak terkontrol. Perubahan
emosi ini bermuara dari adanya perasan khawatir, rasa takut, bimbang dan ragu
janganjangan kondisi kehamilannya saat ini lebih buruk lagi saat 26 menjelang
persalinan atau kekhawatiran akibat ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas-
tugas sebagai ibu pasca kelahiran bayinya.

H. KEBUTUHAN FISIK IBU HAMIL


 Kebutuhan oksigen Seorang ibu hamil akan sering mengeluh bahwa ia
mengalami sesak nafas, hal ini disebabkan karena diafragma yang tertekan akibat
semakin membesarnya uterus sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat hingga
20%. ibu hamil sebaiknya menghindari tempat yang ramai dan sesak karena akan
mengurangi suplai oksigen (Nugroho, dkk., 2014a).
 Kebutuhan nutrisi Kekurangan nutrisi selama kehamilan dapat menyebabkan
anemia, abortus, Intrauterine Growth Retardation (IUGR), perdarahan puerperalis
dan lain-lain. Kelebihan makanan dapat menyebabkan kegemukan, janin terlalu
besar dan sebagainya. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi tambahan energi dan
protein sebesar 300-500 kalori dan 17 gram protein pada kehamilan (Bobak,
Lowdermilk dan Jensen, 2005).
 Kebutuhan istirahat Ibu hamil khususnya pada trimester akhir masih dapat
bekerja namun tidak dianjurkan untuk bekerja berat dan diharapkan dapat
mengatur pola istirahat yang baik. Kehamilan trimester III sering diiringi dengan
bertambahnya ukuran janin, sehingga kadang kala ibu kesulitan untuk menentukan
posisi yang baik dan nyaman saat tidur. Posisi tidur yang dianjurkan adalah miring
kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal
(Rukiyah, 2013).  Kebutuhan excercise Aktivitas gerak bagi ibu hamil sangat
direkomendasikan karena dapat meningkatkan kebugaran. Aktifitas ini bisa
dilakukan dengan senam hamil. Senam hamil merupakan suatu program latihan
fisik maupun mental saat menghadapi persalinan. Waktu yang baik untuk
melakukan senam hamil adalah saat umur kehamilan menginjak 20 minggu
(Nugroho, dkk., 2014a).
 Kebutuhan personal hygiene Kebersihan diri ibu hamil juga perlu dijaga demi
kesehatan ibu dan janinnya. Ibu sebaiknya mandi, gosok gigi dan mengganti
pakaian minimal 2 kali sehari. Ibu hamil juga perlu menjaga kebersihan payudara,
alat genital dan pakaian dalamnya. Kebersihan diri saat hamil perlu 29
diperhatikan karena dapat mencegah timbulnya infeksi, selain itu pada masa
kehamilan tubuh akan memproduksi keringat lebih banyak sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan. Perawatan diri seperti mandi, sikat gigi dan mengganti pakaian
merupakan hal yang mempengaruhi kebersihan diri (Nugroho, dkk., 2014a).
 Persiapan persalinan Ibu hamil perlu bersiap dalam menghadapi persalinan yaitu
seperti tempat bersalin, transportasi yang akan digunakan ke tempat bersalin,
pakaian ibu dan bayi, pendamping saat persalinan, biaya persalinan dan calon
donor.
 Kebutuhan Seksual Hubungan seksual masih dapat dilakukan ibu hamil, namun
pada usia kehamilan yang belum cukup bulan dianjurkan untuk menggunakan
kondom, untuk mencegah terjadinya keguguran maupun persalinan prematur.
Prostaglandin pada sperma dapat menyebabkan kontraksi dan memicu terjadinya
persalinan (Rukiyah, 2013)
 Program stimulasi dan nutrisi pengungkit otak (brain booster) Program
stimulasi dan nutrisi pengungkit otak (brain booster) merupakan salah satu metode
integrasi program ANC dengan cara pemberian stimulasi auditorik dengan musik
dan pemberian nutrisi pengungkit otak secara bersamaan pada periode kehamilan
ibu yang bertujuan meningkatkan potensi inteligensia bayi yang dilahirkan (Pusat
Intelegensia Depkes RI, 2017). Program stimulasi dan nutrisi pengungkit otak
meliputi :
a. Pemberian stimulasi auditorik dengan musik Stimulasi auditorik dengan
menggunakan musik Mozart, dimana musik Mozart dapat mempengaruhi jumlah
neutropin BDNF (Brain Derived Neutrophic Factor) dalam darah tali pusat
menjadi 2 kali lipat atau lebih. Pemberian stimulasi auditorik dengan musik
diumpamakan seperti 5M yaitu terdiri dari musik, minggu ke 20, malam hari,
enam puluh menit, menempel di perut ibu.
b. Pemberian nutrisi pengungkit otak Asupan nutrisi makanan merupakan
pemenuhan asupan gizi yang sangat utama selama kehamilan. Nutrisi pengungkit
otak diberikan pada awal kehamilan. Beberapa vitamin yang diberikan selama
kehamilan yaitu asam folat, vitamin B12, vitamin A, vitamin B6, vitamin C,
kalsium, vitamin B1, zenk, DHA. 30 c. Kebutuhan psikologis ibu hamil trimester
III Ibu hamil trimester akhir akan lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi
orang tua dan menantikan kelahiran anaknya. Perhatian ibu akan lebih mengarah
pada keselamatan dirinya dan bayinya (Bobak, Lowdermilk dan Jensen, 2005).
Trimester III seringkali disebut sebagai periode menunggu dan waspada, ibu
sering merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan terjadi pada saat
persalinan. Ibu merasa khawatir bayinya akan lahir sewaktuwaktu, serta takut bayi
yang akan dilahirkan tidak normal. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul
kembali, merasa diri aneh dan jelek, serta terjadi gangguan body image (Jannah,
2012)
KEBUTUHAN DASAR PADA IBU HAMIL

Agar janin dapat berkembang secara optimal, maka dalam proses pertumbuhan
dan perkembanganya perlu dipenuhi oleh zat gizi yang lengkap, baik berupa
vitamin , mineral, kalsium, karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Oleh karena
itu selama proses kehamilan seorang ibu hamil perlu mengjonsumsi makanan
dengan kualitas gizi yang sehat dan seimbang, karena pada dasarnya selama
kehamilan berbagai zat gizi yang kita konsumsi akan berdampak langsung pada
kesehatan dan perkembangan janin ibu sendiri. Selain gizi yang cukup, kebutuhan
dasar selama ibu hamil juga harus diperhatikan, karena hal ini sangat berpengaruh
terhadap kondisi ibu baik fisik maupun psikologisnya mengingat reaksi terhadap
perubahan selama masa kehamilan antara satu dengan ibu hamil lainya dalam
penerimaanya tidaklah sama. Menurut Romauli (2011) kebutuhan dasar ibu hamil
diantaranya :

1. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester I


 Diet dalam kehamilan Ibu dianjurkan untuk makan makanan yang mudah
dicerna dan makan makanan yang bergizi untuk menghindari adanya rasa
mual dan muntah begitu pula nafsu makan yang menurun. Pasien dianjurkan
untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi (150 mg besi sulfat,
300 mg besi glukonat), asam folat (0,4 - 0,8 mg/hari), kalori ibu hamil umur
23-50 tahun perlu kalori sekitar 23000 kkal), protein (74 gr/hari), vitamin dan
garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium, seng, yodium). Makan dengan
porsi sedikit namun sering dengan frekuensi sedang. Ibu hamil juga harus
cukup minum 6-8 gelas sehari.
 Pergerakan dan gerakan badan Selain menyehatkan badan, dengan bergerak
secara tidak langsung hal ini meminimakan rasa malas pada ibu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak terlalu berat bagi ibu selama hamil,
bergerak juga mendukung sistem kerja tubuh ibu selama hamil sehingga ibu
yang memiliki nafsu makan yang tinggi dan berat badan yang lebih dapat
terkontrol dan meminimalkan terjadi nya obesitas/ kegemukan selama hamil.
Pergerakan badan ibu sebagai bentuk 33 olahraga tubuh juga bermanfaat
melatih otot-otot dalam ibu menjadi lebih fleksibel/ lentur sehingga
memudahkan jalan untuk calon bayi ibu saat memasuki proses persalinan.
 Hygiene dalam kehamilan Ibu hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-
hari akan tetapi jangan terlalu lelah sehingga harus di selingi dengan istirahat.
Istirahat yang dibutuhkan ibu 8 jam pada malam hari dn 1 jam pada siang hari.
Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan untuk mengurangi
kemungkinan infeksi, setidaknya ibu mandi 2-3 kali perhari, kebersihan gigi
juga harus dijaga kebersihannya untuk menjamin perencanaan yang sempurna.
 Koitus Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilannya jika
dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, sebaiknya dihentikan
karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan. Pada ibu yang
mempunyai riwayat abortus, ibu dianjurkan untuk koitusnya di tunda sampai
dengan 16 minggu karena pada waktu itu plasenta telah berbentuk. Pola
seksual pada trimester III saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat
libido kembali menurun, bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat
trimester pertama. Perut yang makin membuncit membatasi gerakandan posisi
nyaman saat berhubungan intim. Pegal dipunggung dan pinggul, tubuh
bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya janin
mendesak dada dan lambung). Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan
dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan.
Sebenarnya tidak ada yang perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai
faktor penyulit. Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan menjaga
kedekatan emosional daripada rekreasi fisik karena pada trimester terakhir ini,
dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan karena
orgasme. Hal tersebut dapat berlangsung biasanya sekitar 30 menit hingga
terasa tidak nyaman.
Jika kontraksi berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi lebih kuat, atau
ada indikasi lain yang menandakan bahwa proses kelahiran akan mulai. Akan
tetapi, jika tidak terjadi penurunan libido pada trimester ketiga ini, hal itu
normal saja. Ibu 34 hamil berhak mengetahui pola seksual karena dapat terjadi
kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan karena orgasme.

2. Kebutuhan ibu hamil trimester II


 Pakaian Selama kehamilan Ibu dianjurkan untuk mengenakan pakaian yang
nyaman digunakan dan yang berbahan katun untuk mempermudah penyerapan
keringat. Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan sandal atau sepatu yang
berhak tinggi karena dapat menyebabkan nyeri pada pinggang.
 Pola Makan Nafsu makan meningkat dan pertumbuhan yang pesat makan
ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi protein, vitamin, juga zat besi. saat hamil
kebutuhan zat besi sangat meningkat. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi 90
tablet Fe selama hamil. Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil disebabkan
karena kurangnya mengkonsumsi tablet Fe. Efek samping tablet Fe adalah
kadang terjadi mual karena bau tablet tersebut, muntah, perut tidak enak, susah
buang air besar, tinja berwarna hitam, namun hal ini tidak berbahaya. Waktu
yang dianjurkan minum tablet Fe adalah pada pada malam hari menjelang
tidur, hal ini untuk mengurangi rasa mual yang timbul setelah ibu
meminumnya.
 Ibu diberi imunisasi TT3.

3. Kebutuhan ibu hamil trimester III


 Nutrisi Kecukupan gizi ibu hamil di ukur berdasarkan kenaikan berat badan.
Kalori ibu hamil 300-500 kalori lebih banyak dari sebelumnya. Kenaikan berat
badan juga bertambah pada trimester ini antara 0,3-0,5 kg/minggu. Kebutuhan
protein juga 30 gram lebih banyak dari biasanya.
 Seksual, Hubungan seksual pada trimester 3 tidak berbahaya kecuali ada
beberapa riwayat berikut yaitu :
a. Pernah mengalami arbotus sebelumnya
b. Riwayat perdarahan pervaginam sebelumnya
c. Terdapat tanda infeksi dengan adanya pengeluaran cairan disertai rasa nyeri
dan panas pada jalan lahir Walaupun ada beberapa indikasi tentang bahaya
jika melakukan hubungan seksual pada trimester III bagi ibu hamil, namun
faktor lain yang lebih dominan yaitu turunnya rangsangan libido pada
trimester ini yang 35 membuat kebanyakan ibu hamil tidak tertarik untuk
berhubungan intim dengan pasanganya, rasa nyama yang sudah jauh
berkurang disertai ketidaknyamanan seperti pegal/ nyeri di daerah punggung
bahkan terkadang ada yang merasakan adanya kembali rasa mual seperti
sebelumnya, hal inilah yang mempengaruhi psikologis ibu di trimester III.
 Istirahat Cukup Istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan
kesehatan jasmani, rohani, untuk kepentingan kesehatan ibu sendiri dan
tumbuh kembang janinya di dalam kandungan. Kebutuhan tidur yang efektif
yaitu 8 jam/ hari.
 Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Penting bagi ibu menjaga kebersihan
dirinya selama hamil, hal ini dapat mempengaruhi fisik dan psikologis ibu.
kebersihan lain yang juga penting di jaga yaitu persiapan laktsi, serta
penggunaan bra yang longgar dan menyangga membantu memberikan
kenyamanan dan keamanan bagi ibu.
 Mempersiapkan kelahiran dan kemingkinan darurat Bekerja sama dengan
ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk mempersiapkan rencana kelahiran,
termasuk mengindentifikasi penolong dan tempat persalinan, serta
perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan. Bekerja sama
dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk mempersiapkan rencana jika
terjadi komplikasi, termasuk: Mengidentifikasi kemana harus pergi dan
transportasi untuk mencapai tempat tersebut, Mempersiapkan donor danar,
Mengadakan persiapan financial, Mengidentifikasi pembuat keputusan kedua
jika pembuat keputusan pertama tidak ada ditempat.

KEBUTUHAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL

A. ANEMIA
1. Pengertian Anemia Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel
darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin
(Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013).
Menurut Adriyani (2012) anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar
hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk
kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Anemia gizi adalah suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal
sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam
produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal.
Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi
sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu. Anemia kehamilan adalah kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin
dalam darah hingga 30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya bertambah 19%.
Akibatnya, frekuensi anemia pada kehamilan cukup tinggi.
2. Etiologi anemia defisiensi besi Menurut Irianto (2014) etiologi anemia
defisiensi besi pada kehamilan yaitu gangguan pencernaan dan absorpsi,
hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah, kebutuhan zat besi
meningkat, kurangnya zat besi dalam makanan, dan pertambahan darah tidak
sebanding dengan pertambahan plasma.

4. Faktor-faktor yang memengaruhi anemia ibu hamil 1) Faktor dasar  Sosial


dan ekonomi Kondisi lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi ekonomi di
suatu daerah dan menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang dilakukan
oleh masyarakat. Misalnya, kondisi sosial di pedesaan dan perkotaan memiliki
pola konsumsi pangan dan gizi yang berbeda. Kondisi ekonomi seseorang
sangat menentukan dalam penyediaan pangan dan kualitas gizi. Apabila
tingkat perekonomian seseorang baik maka status gizinya akan baik dan
sebalinya (Irianto, 2014).
 Pengetahuan Ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang baik berisiko
mengalami defisiensi zat besi sehingga tingkat pengetahuan yang kurang
tentang defisiensi zat besi akan berpengaruh pada ibu hamil dalam perilaku
kesehatan dan berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi dikarenakan ketidaktahuannya dan dapat berakibat
anemia (Wati, 2016).
 Pendidikan Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi
pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil
dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan
kesehatan keluarga. (Nurhidayati, 2013).
 Budaya Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan pangan yang
biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan.
Tahayul dan larangan yang beragam yang didasarkan kepada kebudayaan dan
daerah yang berlainan di dunia, misalnya pada ibu hamil, ada sebagian
masyarakatyang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan (Budiyanto,
2003 dalam Ariyani, 2016).

5. Macam-macam anemia
 Anemia defisiensi besi Anemia gizi besi (AGB) adalah anemia yang timbul
karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan
fungsi lain di dalam tubuh terganggu (Adriani, 2012). Defisiensi zat besi
terjadi saat jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak dapat mencukupi kebutuhan
tubuh. Secara umum, ada tiga penyebab AGB yaitu kekurangan intake zat besi
dari makanan (ikan, daging, hati, dan sayuran hijau tua), meningkatnya
kebutuhan tubuh akan zat besi yaitu pada masa pertumbuhan dan kehamilan,
asupan pada penderita penyakit menahun, serta meningkatnya pengeluaran zat
besi dari tubuh karena perdarahan, cacingan, dan menstruasi (Proverawati,
2010).
 Anemia defisiensi asam folat (Megaloblastik) Asam folat merupakan satu-
satunya vitamin yang kebutuhannya berlipat dua ketika kehamilan.
Kekurangan asam folat mengakibatkan peningkatan kepekaan, lelah berat, dan
gangguan tidur. Kekurangan asam folat yang besar mengakibatkan anemia
megaloblastik atau megalositik karena asam folat berperan dalam metabolism
normal makanan menjadi energi, pematangan sel datah merah, sintesis DNA,
pertumbuhan sel, dan pembentukan heme. Gejala anemia megaloblastik adalah
diare, depresi, lelah berat, ngantuk berat, pucat, dan perlambatan frekuensi
nadi (Arisman, 2010).
 Anemia defesiensi B12 (Perniciosa) Anemia dengan disertai dengan rasa
letih yang parah merupakan akibat dari defesiensi B12. Vitamin ini sangat
penting dalam pembentukan RBC (sel darah merah). Anemia perniciosa
biasanya tidak disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dalam makanan,
melainkan ketidaksediaan faktor intrinsik yaitu sekresi gaster yang diperlukan
untuk penyerapan vitamin B12. Gejala anemia ini yaitu rasa letih dan lemah
yang hebat, diare, depresi, mengantuk mudah tersinggung dan pucat (Arisman,
2010) 5. Klasisfikasi anemia Nilai ambang batas yang digunakan untuk
menunjukkan status anemia ibu hamil didasarkan pada kriteria WHO tahun
1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia
ringan (8-9 gr/dl) dan anemia berat. Untuk menentukan apakah seseorang
menderita anemia atau tidak, umumnya digunakan nilai-nilai normal yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.736a/Menkes/XI/1989,
yaitu nilai batas normal hemoglobin bagi ibu hamil yaitu ≥11 g/dl. Jika kadar
hemoglobin (Hb) turun di batas nilai normal, maka akan menimbulkan anemia
(Depkes RI, 2008). Ibu hamil dikatakan anemia apabila kadar hemoglobin
(Hb) dibawah 11,0 g/dl (Kemenkes RI, 2013).

CARA PENCEGAHAN ANEMIA


Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang
dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat
besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging
merah) seperti daging sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran
berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong,
serta kacang-kacangan. Selain itu, diimbangi dengan pola makan sehat dengan
mengonsumsi vitamin serta suplemen penambah zat besi untuk hasil yang
maksimal (Irianto, 2014). Menurut Arisman (2010), pencegahan anemia
defisiensi zat besi dapat dilakukan dengan 4 pendekatan yaitu :
 Pemberian tablet atau suntikan zat besi
 Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat
besi melalui makanan
 Pengawasan penyakit infeksi
 Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi
DAFTAR PUSTAKA

Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan. Verralls S. ed pertama.Yayasan


Essentia Medica dan Penerbit Andi Yogyakarta; 1996. 2.Bimbingan ginekobgi perawatan
modern untuk kesehatan wanita. Cherry SH. Pionir Jaya Bandung; 1986.
Aryanti Wardiah, Sumini Setiawati, Riyani, Riska Wandiri, Lidya Aryanti. (2013)
Faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur tahun 2013. Bandar Lampung: PSIK
Universitas Malahayati.
Astriana, W. (2017). Kejadian anemia pada ibu hamil ditinjau dari paritas dan usia.
Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan 2(2) 2017, 123-230.
Febrianti, I. (2011). Pengaruh Suplementasi Kedelai Murni Terhadap Kadar
Haemoglobin (Hb)

You might also like