You are on page 1of 10

PERCOBAAN I

UJI KONSOLIDASI TANAH


I. TUJUAN
Untuk menstilamulasi kompresi dari tanah akibat bekerjanya beban, sehingga
diproleh karakteristik kompresi (compresion characteristic) dari tanah yang akan
dihitung untuk menghitung penurunan.
II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Konsolidasi
konsolidasi suatu proses pemampatan tanah yang terjadi akibat adanya
pembebanan dalam jangka waktu tertentu, sehingga menyebabkan mengalirnya
air ke luar dari ruang pori (perubahan volume tanah akibat ke luarnya air pori
disebabkan oleh peningkatan tekanan air pori dalam lapisan tanah jenuh air yang
mengalami pembebanan sampai terjadi kondisi seimbang).
Uji Konsolidasi Satu Dimensi
proses uji konsolidasi dengan mengikuti prosedur Terzaghi berdasarkan asumsi
bahwa tanah bersifat homogen, jenuh sempurna, mengalami deformasi hanya
akibat perubahan volume pori, kecepatan aliran dalam tanah mengikuti hukum
Darcy, partikel padat tanah dan air tidak kompresibel, beban hanya bekerja dalam
satu arah dan deformasi bekerja searah beban, air pori hanya mengalir dalam arah
vertikal dan nilai koefisien konsolidasi tetap selama proses konsolidasi.
(SNI:1967, 2011)
B. Proses Konsolidasi
Mekanisme proses konsolidasi satu dimensi (one dimensional consolidation
dapat digambarkan dengan cara analisi seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut. Silinder berpiston yang berlubang dan dihubungkan dengan pegas, di isi
air sampai memenuhi silinder. Pegas dianggap bebas dari tegangan-tegangan dan
tidak ada gesekan antara dinding silinder dengan tepi piston. Pegas melukiskan
tanah yang mampat, sedangkan air dalam piston melukiskan air pori, dan lubang
pada piston melukiskan kemampuan tanah dalam meloloskan air atau
permeabilitas tanahnya.
Dalam gambar 1.1 melukiskan kondisi di mana system dalam keseimbangan.
Kondisi ini identik dengan lapisan tanah yang dalam keseimbangan dengan
tekanan overburden. Alat pengukur tekanan yang dihubungkan dengan silinder
memperlihatkan tekanan hidrostatis, pada lokasi tertentu di dalam tanah.
Dalam gambar 1.2 tekanan ∆σ dikerjakan di atas piston dengan posisi katub V
tertutup. Namun akibat tekanan ini, piston tetap tidak bergerak, karena air tidak
dapat keluar dari tabung, sedangkan air dapat mampat. Pada kondisi ini, tekanan
yang berkerja pada air tidak dapat dipindahkan ke pegas, tapi sepenuhnya
didukung oleh air. Pengukur tekanan air dalam silinder menunjukkan kenaikan
tekanan sebesar ∆u = ∆σ, atau pembacaan tekanan sebesar uo + ∆σ. Kenaikan
tekanan air pori ∆u tersebut disebut kelebihan tekanan air pori ( excess pore
water pressure ). Kondisi pada kedudukan katup V tertutup ini melukiskan
kondisi tak terdrainasi ( undrained di dalam tanah ).
Akhirnya pada suatu saat, tekanan air pori nol dan seluruh tekanan ∆σ di dukung
oleh pegas dan piston tidak turun lagi. Kedudukan ini melukiskan tanah telah
dalam kondisi terdrainasi (drained) dan konsolidasi telah berakhir.
Walaupun model piston pegas ini agak kasar, tapi cukup menggambarkan apa
yang terjadi bila tanah kohesif jenuh dibebani di laboratorium maupun di
lapangan.
Gambar 1.1 Analogi Konsolidasi

Gambar 1.2 Analogi Konsolidasi


Reaksi tekanan air pori terhadap fondasi
a) Fondasi pada tanah lempung jenuh
b) Diagram perubahan tekanan air pori terhadap waktu
(Iwansut,2014)
C . Penentuan Tekanan Pra-Konsolidasi
Tanah mempunyai memori atas beban yang pernah dialaminya. Tegangan
yang maksimum yang pernah dialami tanah disebut tekanan prakonsolidasi
(preconsolidation pressure ). Casagrande mengusulkan suatu prosedur empiris dari
kurva e-log a’ untuk mendapatkan nilai σp’.
Perhitungan tekanan prakonsolidasi terdiri dari beberapa tahap berikut:
1) Tarik garis sesuai dengan bagian garis yang lurus (BC) dari kurva
2) Tentukan titik D sampai ke lengkungan maksimum pada bagian
rekompresi (AB) dari kurva
3) Gambarkan garis singgung terhadap kurva pada D dan bagilah sudut
antara garis singgung tersebut menjadi dua dengan garis horizontal
melalui D
4) Garis vertikal yang melalui perpotongan garis-garis dan CB memberikan
nilai pendekatan untuk tekanan prakonsolidasi. Pada prosedur ini sepadat
mungkin tekanan prakonsolidasi tersebut tidak dilewati. Kompresi tidak
besar akan bila tegangan vertikal relatif efektif tetap di bawah σp. Bila
dilewati maka kompresi akan besar. Pada prosedur ini sedapat ini tekanan
prakonsolidasi tersebut tidak dilewati. Komprensi tidak akan besar
tegangan vertikal efektif tetap di bawah OP Bila dilewati maka kompresi
akan besar. Selain metode casagrande, ada juga cara lain yang dipakai
untuk menentukantekanan prakonsolidasi yaitu menggunakan kurva e -
log O di lapangan akibat efek pengambilan contoh tanah pada uji
oedometer yang sedikit terganggu menghasilkan penurunan kemiringan
garis kompresi asli, sehingga kemiringan garis kompresi asli dari tanah di
lapangan akan sedikit lebih besar daripada kemiringan garistersebut yang
didapat dari uji laboratorium. Tidak ada kesalahan yang berarti dalam
mengambil angka pori di lapangan dan angka pori di pada awal uji
laboratorium Schmertman membuktikan bahwa garis asli laboratorium
dapat berpotongan dengan garis asli di lapangan pada angka pori sebesar
0,42 kali angka pori awal. garis asli dilapangan dapat diambil sebagai
garis EF, dimana koordinat : adalah log (=Log OP) dan eo. F adalah titik
pada garis asli laboratorium pada angka pori.
Gambar 1.3 Hubungan antara angka pori - tegangan efektif
(Moch imam muflih,2015)

III.ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan uji konsolidasi yaitu:
a. Oedometer
b. Jangka sorong
c. Timbangan
d. Alat Pemotong
e. Batu Pori
f. Kertas Saring
g. Porfiri Ring
h. Stop Watch
i. Gelas Ukur
j. Dial
k. Beban 2,5 kg, 5 kg dan 10 kg
l. Sel Konsolidasi
m. Palu Karet

A B C D
E F G H

I J K1 K2
D

K3 L M
D L

B. BAHAN
Air Destilasi

Tanah
IV. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja yang di lakukan saat di laboratorium yaitu :
No. Tahapan-tahapan yang dilakukan Gambar
1. Siapkan alat dan bahan yang akan di
gunakan.

2. Lalu ambil sampel tanah pomalaa dan


cetak sampel pada proving ring lalu
padatkan menggunakan palu karet.

3. Ukur diameter, tinggi, luas dan


volume awal benda uji.
4. Selanjutnya timbang dan catat massa
benda uji.

5. Setelah itu kalibrasi alat oedometer


agar hasil pengukuran yang dilakukan
dapat lebih akurat.

6. Letakkan batu pori dalam sel


konsolidasi dan lapisi dengan kertas
saring.

7. Letakkan sel konsolidasi yang berisi


sampel pada alat oedometer .

8. Atur scrub pada lengan beban


sehingga lengan terangkat keatas /
tahap ini bisa dikatakan tahap
penyentringan alat.
9. Kemudian jenuhkan sampel Selama 24
jam.

10. Setelah tahap penjenuhan atur alat


penekan beban diatas benda uji dan
arah arloji pengukuran penurunan
(dial) pada pembaca nol.

11. Pasangkan beban sehingga terjadi


pembebanan pada benda uji.

12. Turunkan scrub pengatur beban


sehingga beban mulai bekerja dan
jalakan stopwatch sesuai waktu yang
ditentukan .

13. Catat pembaca arloji (dial) sesuai


waktu yang telah ditentukan.

14. Setelah 24 jam, catat pembacaan arloji


(dial) yang terakhir, setelah itu
tambahkan beban sehingga tekanan
tanah menjadi lebih meningkat dari
tekanan yang sebelumnya, dan baca
arloji (dial) seperti tahap sebelumnya.
15. Setelah pembacaan maksimum beban
akan dikurangi berturut-turut secara
bertahap.

16. Setelah pembebanan selesai


keluarkanlah sampel tanah dan oven
selama 24 jam.

17. Setelah sampel tanah kering timbang


lagi massa tanah kering, dan juga ukur
diameter, tinggi sampel tanah kering.

You might also like