You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Reproduksi merupakan salah satu ciri dari makhluk, disamping ciri-ciri lain
seperti; respirasi, transportasi, pencernaan, ekskresi, koordinasi, dan iritabilitas.
Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi atau
proses perkembangbiakan. Secara umum reproduksi pada makhluk hidup dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi seksual (secara perkawinan) dan
reproduksi aseksual (tanpa perkawinan).
Pada reproduksi seksual mengunakan alat/organ seksual berupa sel kelamin
jantan dan sel kelamin betina, sedangkan pada reproduksi aseksual, tidak
menggunakan alat/organ seksual, sehingga proses perkembanganbiakan
menggunakan organ tubuh, seperti akar dan batang pada tumbuhan.
Reproduksi seksual disebut juga perkembangbiakan secara generative,
sedangkan reproduksi aseksual disebut juga perkembangbiakan secara vegetative.
Reproduksi seksual umumnya dilakukan oleh hewan tingkat tinggi dan sebagian
tunbuhan. Sedangkan reproduksi aseksual umum dilakukan hewan tingkat rendah
dan sebagian tumbuhan.

B. Rumusan Masalah.
1.      Bagaimana sistem reproduksi aseksual dan seksual pada hewan?
2.      Bagaimanakah sistem reproduksi pada hewan sistem vertebrata dan invertebra?
3. Bagaimana proses fertilisasi sistem reproduksi pada hewan ?

C. Tujuan.
1.      Untuk mengetahui sistem reproduksi aseksual dam aseksual pada hewan.
2.      Untuk mengetahui sistem reproduksi pada hewan vertebratadan invertebrata.
3. Untuk mengetahui proses fertilisasi sistem reproduksi padahewan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Reproduksi aseksual atau vegetatif


1.   Fragmentasi yaitu pemisahan salah satu bagian tubuh yang kemudian dapat
tumbuh dan berkembang menjadi individu baru. Contohnya Planaria sp dan
Asterias sp.

1
2.    Budding/tunas/gemmulae yaitu pembentukan tonjolan pada salah satu
bagian tubuh hewan dan adapat berkembang menjadi individu baru.
Contohnya hewan Acropora sp dan Euspongia sp.
3.    Fisi yaitu pembelahan sel pada sel induk dan hasilnya akan berkembang
menjadi individu baru. Dibedakanmenjadi 2 yaitu pembelahan biner,
contohnya pada Bakteri dan pembelahan multiple pada Virus.
4.    Sporulasi yaitu dengan dibentuknya spora pada sel indukdan akhirnya spora
akan berkembang menjadi individu baru. Contohnya pada Plasmodium sp.
5.    Parthenogenesis yaitu terbentuknya individu baru melalui sel telur yang
tanpa dibuahi. Contohnya lebah madu jantan, semut jantan dan belalang.
Paedogenesis yaitu terbentuknya individu baru langsung dari larva/nimpha.
Contohnya pada Class Trematoda/cacing isap yaitu Fasciola hepatica dan
Clonorchis sinensis

B. Reproduksi Seksual atau generative


1. Konjugasi yaitu persatuan antara dua individu yang belum mengalami
spesialisasi sex. Terjadi persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma
(plasmogami). Contohnya pada Paramaecium sp.
2. Fusi yaitu persatuan/peleburan dua macam gamet yang belum dapat
dibedakan jenisnya. Dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a. Isogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki bentuk dan
ukuran yang sama. Contohnya pada Phyllum Protozoa.
b. Anisogami yaitu persatuan dua macam gamet yang berbeda ukuran dan
bentuknya sama. Contohnya Chlamydomonas sp.
a. Oogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki ukuran dan
bentuk yang tidak sama. Contohnya pada Hydra sp.
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti
dengan terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang
akan berkembang menjadi embrio.
Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.
1. Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan
betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada
ikan (pisces) dan amfibi (katak).
2. Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam
tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu
masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal
terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok
reptil, aves dan Mamalia.

Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran
keturunannya, yaitu dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.
1. Ovipar (Bertelur)

2
Ovipar merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh
cangkang. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam
telur. Telur dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi
anak. Ovipar terjadi pada burung dan beberapa jenis reptil.
2. Vivipar (Beranak)
Vivipar merupakan embrio yang berkembang dan mendapatkan makanan dari
dalam uterus (rahim) induk betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan, anak akan
dikeluarkan dari vagina induk betinanya. Contoh hewan vivipar adalah kelompok
mamalia (hewan yang menyusui), misalnya kelinci dan kucing.
3. Ovovivipar (Bertelur dan Beranak)
Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur
tersebut masih tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan
dari cadangan makanan yang berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan
pecah di dalam tubuh induknya dan anak akan keluar dari vagina induk betinanya.
Contoh hewan ovovivipar adalah kelompok reptil (kadal) dan ikan hiu.

C. Sistem Reproduksi Pada Vertebrata


1. Pisces
Sistem Genitalia Jantan
a.    Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga
abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar.
Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus.
b.    Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus
bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis
dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Baian posterior duktus
aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan
terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka. Pada
Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju
kloaka secara terpisah.
Sistem Genitalia Betina
a.    Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada
anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya
ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah
sepasang.
b.    Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya
berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre.
Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran
selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei punya
oviduk pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian
posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki
kloaka.
Ikan merupakan kelompok hewan ovipar, ikan betina dan ikan jantan tidak
memiliki alat kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur yang bercangkang,

3
namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak
dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan
dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang
rimbun oleh tumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam air.
Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dari testis yang
disalurkan melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan
keluar melalui kloaka, sehingga terjadi fertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal).
Peristiwa ini terus berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada
tumbuhan air atau pada celah-celah batu. Telur-telur yang telah dibuahi tampak
seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam
waktu 24 – 40 jam. Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan
pertamanya dari sisa kuning telurnya, yang tampak seperti gumpalan di dalam
perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa
saja yang dapat bertahan hidup.
2. Amphibi
Sistem Genitalia Jantan
a.    Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh
mesorsium.
b.    Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga
abdomen.
Saluran reproduksi.
Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis
menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa
spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma
sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa
aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial
menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia
berjalan di sebelah lateral ginjal.
Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai.
Sistem Genitalia Betina
a.    Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak
bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum
berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium
digantungkan oleh mesovarium.
b.    Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk
dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya
yang disebut oskum abdominal.oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran
yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka.
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan
dan katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar
tubuh. Pada saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus,
yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut
katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap

4
ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya,
ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong.
Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk.
Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang
menggembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah
dengan ureter. Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan
menyusul mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah
sepasang dan disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu
dengan ureter. Dari vas deferens sperma lalu bermura di kloaka. Setelah terjadi
fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur
tersebut berbentuk gumpalantelur. Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian
berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas
dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap.
Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan
herbivora. Berudu awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau
insektivora (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang
hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah
insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota
gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air,
sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan
dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan
menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat
itulah metamorfosis katak selesai.
3.   Reptil
Sistem Genitalia Jantan
a.    Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah
sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular, salah satu
testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar saat
musim kawin.
b.    Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan
saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung
membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang
menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf
bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen
bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus
urogenital yang pendek.
Sistem Genitalia Betina
a.    Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya tidak
tara. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna vertebralis.
b.    Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke
rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka.

5
Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang berfungsi
untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian posterior
sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur.

Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang
fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat
ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal.
Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun
makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil betina
menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang
oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma
bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu
epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di
hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang
dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok
hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke
dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat
melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan
air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan
basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan
ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang
berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta
berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun
mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
4.    Aves
Sistem Genitalia Jantan
a.    Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin,
terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin
ukurannya membesar.
Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
b.    Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan
epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-
burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk
sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari
duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka
sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimisyang
kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya
dengan ureter ketika masuk kloaka.
Sistem Genitalia Betina
a.    Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang
kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.

6
b.    Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya
panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi
menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian
terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-
fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin,
selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus
atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur.
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak
memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan
dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan
tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati
oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk
membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat
sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke
dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat
perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan
dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan
membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan
memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas
masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu
dibesarkan dalam sarang.
5.  Mamalia
Sistem Genitalia Jantan
a.    Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di dalam skrotum,
dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Ukuran testis
tergantung pada hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum disebut
Cryptorchydism yang menyebabkan sterilitas. Lintasan antara rongga abdomen
dan rongga skrotum disebut saluran inguinal.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus berkembang menjadi duktus eferen
kemudian akan menuju epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis.
Epididimis anterior (kaput epididimis) lalu kea rah posteriorkorpuus dan kauds
yang berbatasan dengan duktus deferen. Duktus wolf menjadi epididimis, duktud
deferen, dan vesikula seminalis.
Sistem Genitalia Betina
a.    Ovarium berjumlah sepasang, merupakan organ yang kompak, dan terletak di
dalam rongga pelvis.
b.    Saluran reproduksi
Pada monotremata oviduk uviduk hanya sebelah kiri yang berasal dari duktus
Muller. Oviduk bagian posteriornya berdilatasi membentuk uterus yang
mensekresikan bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan bermuara di

7
kloaka. Pada mamalia yang lain duktus Muller membentuk oviduk, uterus, dan
vvagina. Bagian anterior oviduk (tuba falopi) membentuk infundibulum yang terbuka
kearah rongga selom.
Ada 4 macam tipe uterus:
a. Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke
vagina.
b. Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan satu
lubang.
c. Bikornuat; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara ke
vagina dengan satu lubang.
d. Simpleks; semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus.
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus
dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan
membentuk zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding uterus. Zigot
akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses pertumbuhan dan
perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat makanan
dan oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta (ari-
ari) dan tali pusar.

D.Sistem Reproduksi Pada Invertebrata


a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang terjadi daripada tumbuhan.
Biasanya reproduksi aseksual merupakan suatu alternatif dan bukan pengganti
dari reproduksi seksual. Beberapa invertebrata,  misalnya jenis cacing pipih
(Planaria) berkembang biak dengan cara fragmentasi. Fragmentasi merupakan
pemutusan bagian tubuh. Setelah tumbuh mencapai ukuran yang normal,
Planaria secara spontan terbagi-bagi menjadi beberapa bagian. Setiap bagian
berkembang menjadi dewasa dan proses tersebut akan terulang kembali.
Invertebrata lain melakukan melakukan reproduksi aseksual dengan cara
pertunasan (budding). Pertunasan merupakan proses terbentuknya tunas kecil
(yang serupa dengan induknya) dari tubuh induk.
Keturunan berkembang sebagai tunas pada badan induk. Pada beberapa
spesies, seperti pada Obelia, tunas tersebut lepas dan hidup bebas. Pada spesies
lain, misalnya koral atau anemon laut, tunas tersebut tetap terikat pada induk
hingga menyebabkan terjadinya koloni koral.
Pertunasan juga dijumpai pada hewan parasit, contohnya cacing pita
(Taenia solium). Daging babi yang kurang matang dapat mengandung
sistiserkus termakan dari cacing pita, yang terdiri dari suatu kapsul yang
mengandung skoleks. Bila sistiserkus termakan, getah lambung akan
melarutkan dinding kapsul sehingga skoleks keluar dan melekatkan diri dengan
alat penghisap dan kait, pada dinding usus. Skoleks kemudian membuat tunas-
tunas (proglotid) pada ujung belakangnya. Tunas-tunas ini tetap terikat satu
sama lain. Setelah dewasa proglotid mengembangkan alat kelamin. Proglotid

8
yang paling tua akhirnya lepas dan keluar bersama kotoran. Namun, sebelum
hal ini terjadi, rantai tersebut dapat mencapai panjang 6 meter dan mengandung
lebih dari 1000 proglotid, dimana tiap proglotid merupakan individu yang dapat
berdiri sendiri.
Beberapa spesies invertebrata yang tingkatannya lebih tinggi berkembang
biak dengan cara partenogenesis. Partenogenesis merupakan telur yang
dihasilkan oleh hewan betina yang berkembang menjadi individu baru tanpa
dibuahi, contohnya serangga. Pada beberapa kasus, partenogenesis merupakan
satu-satunya cara yang dapat dilakukan hewan tertentu untuk berkembang biak.
Tetapi pada umumnya hewan tersebut melakukan partogenesis pada waktu
tertentu, seperti yang dilakukan oleh Aphid (kutu daun) melakukan
partenogenesis pada musim ketika banyak terdapat sumber makanan di
sekelilingnya.
Reproduksi secara partenogenesis lebih cepat daripada reproduksi secara
seksual, hal ini memungkinkan jenis tersebut untuk memanfaatkan sumber
makanan yang tersedia dengan cepat.
b.  Reproduksi Seksual
Sebagian besar invertebrata melakukan reproduksi secara seksual.
Reproduksi seksual dicirikan dengan penyatuan gamet (fertilisasi), yaitu sperma
dan ovum. Fertilisasi pada invertebrata sering dijumpai pada cacing tanah yang
bersifat hermafrodit (satu individu menghasilkan sperma dan ovum). Meskipun
hermafrodit, cacing tanah tidak dapat melakukan fertilisasi sendiri, melainkan
dengan pasangan cacing tanah lainnya.

BAB III
KESIMPULAN
A.Simpulan
Aseksual menghasilkan keturunan yang semua gennya berasal dari satu induk.
Reproduksi seksual memerlukan penyatuan gamet jantan dan betina untuk
membentuk suatu zigot diploid. Pembelahan, pertunasan, dan fragmentasi dengan
regenerasi adalah mekanisme reproduksi aseksual pada berbagai invertebrata. Hewan
bisa bereproduksi secara seksual atau aseksual saja, atau bergantian satu sama lain
antara keduanya, tergantung pada kondisi lingkungan.
Pada fertilisasi eksternal, telur yang di lepaskan oleh betina dibuahi atau
defertilisasi oleh sperma oleh sperma pada lingkungan eksternal. Pada fertilisasi
internal, telur dan sperma menyatu di dalam tubuh betina. Fertilisasi eksternal dan
internal memerlukan pengaturan waktu yang kritis, yang seringkali di perantarai oleh
petunjuk lingkungan, feromon, dan/atau perilaku percumbuan. Fertilisasi internal
memerlukan adanya interaksi perilaku penting antara hewan jantan dan betina, dan
juga adanya organ kopulasi yang sesuai dan cocok.

You might also like