You are on page 1of 23

TUGAS KELOMPOK

MK ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

“UU KETENAGAKERJAAN NO.13 TH 2003 DAN UU 320/2020 TENTANG STANDAR


PROFESI BIDAN”

DISUSUN OLEH :
ADINDA DWISA MARCELYA (PO71241210059)
PUTRIANI (PO71241210054)
SUCI NANDA SARI (PO71241210024)
RAIHAN TERBITRI (PO71241210036)
WIDYA SHARANI (PO71241210022)
DOSEN PENGAMPU :
SRI YUN UTAMA,S.Pd, SST,MKM

POLTEKKES KEMENKES JAMBI JURUSAN KEBIDANAN


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karunia nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah mengenai UU Ketenagakerjaan No.13 th 2003 + UU 320/2020
tentang standar profesi bidan.Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi kita ,
Nabi Muhammad SAW, tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada ibu Sri yun
utama,S.Pd, SST,MKM selaku dosen mata kuliah Etikolegal dalam praktik kebidanan . Dalam
penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan , baik
yang berkenaan dengan materi maupun dengan pengetikan , namun demikian inilah usaha
maksimal kami selaku para penulis.Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Jambi , 25 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................. 1


B. Perumusan Masalah........................................................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
A. Pengertian luka................................................................................................................ 2
B. jenis-jenia luka................................................................................................................. 2

C. faktor-faktor yang mempengaruhi luka.......................................................................... 4

D. penyembuuhan luka........................................................................................................ 5

BAB III PENUTUP................................................................................................................. 7

A. KESIMPULAN................................................................................................................... 7

B. SARAN ............................................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Pelayanan yang professional serta aspek legal merupakan salah satu tugas
bidan sebagai pemberi layanan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tidak sesuai
dengan wewenang berisiko terjadi penyimpangan. Risiko tersebut dapat berupa
pelanggaran terhadap hak pasien. Pelanggaran hak pasien akan berakibat terancamnya
keselamatan pasien, dimana tidak adanya perlindungan hukum bagi pasien. Oleh karena
itu untuk mencegah agar tidak terjadi pelanggaran tersebut maka bidan praktik mandiri
perlu ditingkatkan mutu pelayanannya. Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada
penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu
pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu
pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasan pasien yang dilayani
oleh bidan.Menurut Keputusan menteri kesehatan republic Indonesia nomor
HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang standar profesi bidan bahwa Manajemen Asuhan
Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan Bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosis kebidanan, perencanaan,
implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan, Pencatatan ini ditulis secara
lengkap, akurat, singkat, jelas dan dapat dipertanggung jawabkan, ditulis dalam
bentuk catatan perkembangan/Subjective, Objective, Assessment and Plan (SOAP) Notes.
Pada kenyataannya bidan di wilayah debong lor belum melakukan dokumentasi
kebidanan sesuai standar, seperti masih kurangnya dokumentasi asuhan kebidanan
yang belum sesuai dengan standar profesi bidan dan standar asuhan kebidanan.

1.2 rumusan masalah


1.3 tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. UU KETENAGAKERJAAN NO.13 TH 2003

Dalam kebidanan Perlindungan tenaga kerja dapat dilakukan dengan jalan


memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak
asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui
norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu. Dengan demikian maka
perlindungan tenaga kerja ini akan mencakup:

1) Norma Keselamatan Kerja

2) Norma Kesehatan Kerja dan Heigiene Kesehatan Perusahaan

3) Norma Kerja (Upah, jam kerja, penyediaan fasilitas umum, istirahat, perlakuan
khusus kepada perempuan dan anak)

4) Kepada tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan/atau menderita penyakit


kuman akibat pekerjaan.

Berdasarkan pada pasal Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan menyatakan bahwa Pasal 9 “Pelatihan kerja diselenggarakan dan
diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi
kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan”. Selain
itu, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara tenaga kerja dengan
pengusaha. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja.
1.2. STANDAR PROFESI BIDAN

A. Standar Profesi

Standar profesi berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 1992 adalah pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik. Standar Profesi Bidan
merupakan rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan
parameter yang telah ditetapkan yaitu standar dalam pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung
jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).

Syarat Standar: (1) bersifat jelas, artinya dapat diukur dengan baik, termasuk mengukur berbagai
penyimpangan yang mungkin terjadi; (2) masuk akal, suatu standar yang tidak masuk akal, misalnya
ditetapkan terlalu tinggi sehingga mustahil dapat dicapai, bukan saja sulit dimanfaatkan tetapi juga akan
menimbulkan frustasi para pelaksana; (3) mudah dimengerti, suatu standar yang tidak mudah
dimengerti, atau rumusan yang tidak jelas akan menyulitkan tenaga pelaksana sehingga standar
tersebut tidak akan dapat digunakan; (4) dapat dicapai, merumuskan standar harus sesuai dengan
kemampuan, siatuasi serta kondisi organisasi; (5) absah, ada hubungan yang kuat dan dapat
didemonstrasikan; (6) meyakinkan, persyaratan yang ditetapkan tidak terlalu rendah dan tidak terlalu
tinggi; (7) mantap, spesifik dan eksplist, tidak terpengaruh oleh perubahan waktu untuk jangka waktu
tertentu, bersifat khas dan gambling.

Menurut Permenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002, standar Profesi adalah pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan profesi secara baik. Standar profesi kebidanan
terdiri dari 4 bagian, yaitu Standar Pelayanan Kebidanan, Standar Praktik Kebidanan, Standar Pendidikan
Bidan dan Standar Pendidikan Berkelanjutan Bidan.

2. Standar Kompetensi Bidan

Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan bertindak. Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebagai
kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan / atau latihan (Herry, 1998)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 369/ Menkes/ SK/ III/ 2007
Tentang Standar Profesi Bidan yang diantaranya tentang standar kompetensi adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan umum, ketrampilan dan perilaku yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial, kesehatan
masyarakat dan kesehatan profesional

Pernyataan kompetensi 1: Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan ketrampilan dari ilmu-ilmu
sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai
dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

b. Pra konsepsi, KB dan ginekologi

Pernyataan Kompetensi ke-2: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan
yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk
meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orangtua.
c. Asuhan konseling selama kehamilan

Pernyataan Kompetensi ke-3: Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan. Berdasarkan
pernyataan kompetensi 3 maka dapat dirumuskan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki
oleh setiap bidan, yaitu:

d. Asuhan selama persalinan dan kelahiran

Pernyataan Kompetensi ke-4: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya
yang baru lahir.

e. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui

Pernyataan Kompetensi ke-5: Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu
tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

f. Asuhan pada bayi baru lahir

Pernyataan Kompetensi ke-6: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi
baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.

g. Asuhan pada bayi dan balita


Pernyataan Kompetensi ke-7: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi
dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).

h. Kebidanan komunitas

Pernyataan Kompetensi ke-8: Bidan merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

i. Asuhan pada ibu / wanita dengan gangguan reproduksi

Pernyataan Kompetensi ke-9: Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita / ibu dengan gangguan
sistem reproduksi.

B. Standar kommpetensi bidan

1. Area Kompetensi

Kompetensi Bidan terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi meliputi:


a) Etik legal dan keselamatan klien,
b ) Komunikasi efektif,
c) Pengembangan diri dan profesionalisme,
d) Landasan ilmiah praktik kebidanan,
e) Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan,
f) Promosi kesehatan dan konseling
g) Manajemen dan kepemimpinan. Kompetensi Bidan menjadi dasar
memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan
aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.

1. KOMPONEN KOMPETENSI

1. Area Etik Legal dan Keselamatan Klien


a. Memiliki perilaku profesional.
b. Mematuhi aspek etik-legal dalam praktik kebidanan.
c. Menghargai hak dan privasi perempuan serta keluarganya.
d. Menjaga keselamatan klien dalam praktik kebidanan.
2. Area Komunikasi Efektif
a. Berkomunikasi dengan perempuan dan anggota keluarganya.
b. Berkomunikasi dengan masyarakat.
c. Berkomunikasi dengan rekan sejawat.
d. Berkomunikasi dengan profesi lain/tim kesehatan lain.
e. Berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders).

3. Area Pengembangan Diri dan Profesionalisme


a. Bersikap mawas diri.
b. Melakukan pengembangan diri sebagai bidan profesional.
c. Menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni yang menunjang praktik kebidanan
dalam rangka pencapaian kualitas kesehatan perempuan,
keluarga, dan masyarakat.
4. Area Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
a. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk
memberikan asuhan yang berkualitas dan tanggap budaya
sesuai ruang lingkup asuhan:
1) Bayi Baru Lahir (Neonatus).
2) Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
3) Remaja.
4) Masa Sebelum Hamil.
5) Masa Kehamilan.
6) Masa Persalinan.
7) Masa Pasca Keguguran.
8) Masa Nifas.
9) Masa Antara.
10) Masa Klimakterium.
11) Pelayanan Keluarga Berencana.
12) Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas
Perempuan.
b. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk
memberikan penanganan situasi kegawatdaruratan dan
sistem rujukan.
c. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk
dapat melakukan Keterampilan Dasar Praktik Klinis
Kebidanan.

5. Area Keterampilan Klinis Dalam Praktik Kebidanan


a. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif
dan berkualitas pada bayi baru lahir (neonatus), kondisi
gawat darurat, dan rujukan.
b. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif
dan berkualitas pada bayi, balita dan anak pra sekolah,
kondisi gawat darurat, dan rujukan.
c. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam
upaya promosi kesehatan reproduksi pada remaja
perempuan.
d. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam
upaya promosi kesehatan reproduksi pada masa sebelum
hamil.
e. Memiliki ketrampilan untuk memberikan pelayanan ANC
komprehensif untuk memaksimalkan, kesehatan Ibu hamil
dan janin serta asuhan kegawatdaruratan dan rujukan.
f. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif
dan berkualitas pada ibu bersalin, kondisi gawat darurat
dan rujukan.
g. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif
dan berkualitas pada pasca keguguran, kondisi gawat
darurat dan rujukan.
h. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif
dan berkualitas pada ibu nifas, kondisi gawat darurat dan
rujukan.
i. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif
dan berkualitas pada masa antara.
j. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif
dan berkualitas pada masa klimakterium.
k. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif
dan berkualitas pada pelayanan Keluarga Berencana.
l. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif
dan berkualitas pada pelayanan kesehatan reproduksi dan
seksualitas perempuan.
m. Kemampuan melaksanakan keterampilan dasar praktik klinis
kebidanan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

a. Deskripsi kasus

Penelitian berjudul gambaran tentang ASI pendokumentasi pelayanan

kebidanan sebagai bukti akuntabilitas bidan di praktik mandiri bidan yang

dilakukan sumiati, eneng Hasil penelitian didapatkan pendokumentasian

Antenatal Care (ANC) lebih dari setengahnya tidak lengkap.

pendokumentasian Post Natal Care (PNC) lebih dari setengahnya tidak

lengkap, pendokumentasian BBL dan Bayi lebih dari setengahnya tidak

lengkap, pendokumentasian keluarga berencana (KB) lebih dari

setengahnya tidak lengkap. pendokumentasian Intra Natal Care (INC)lebih

dari setengahnya lengkap, pendokumentasian gawatdarurat Ibu dan Bayi

lebih. dari setengahnya lengkap. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat

disimpulkan pendokumentasian ANC, PNC, Neonatus dan Bayi, dan KB

sebagian besar tidak lengkap dan untuk INC dan Gawatdarurat Ibu dan Bayi

sebagian besar lengkap.

b. Masalah kasus
Berdasarkan masalah diatas maka dapat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul bagaimana Implementasi Dokumentasi Asuhan

Kebidanan tujuh langkah varney meliputi pengkajian, interprestasi data,

diagnose potensial, tindakan segera, intervensi, implementasi, evaluasi

pada Bidan sesuai dengan Keputusan menteri kesehatan republic Indonesia

nomor HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang standar profesi bidan


BAB IV

PEMBAHASAN MASALAH

1. Masalah

masalah yang akan diteliti adalah implementasi dokumentasi asuhan

kebidanan pada Bidan sesuai dengan Keputusan menteri kesehatan

republic Indonesia nomor HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang standar

profesi bidan.``

Keputusan menteri kesehatan republic Indonesia nomor

HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang standar profesi bidan bahwa

Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Bidan dalam

memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa

sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan, pasca persalinan, masa nifas,

bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah, termasuk kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan

wewenangnya.

Pelayanan Kebidanan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan


oleh bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan. Praktik Kebidanan

adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam

bentuk asuhan kebidanan sedangkan Asuhan Kebidanan sendiri adalah

rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan

dan tindakan yang dilakukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan

ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat Kebidanan.

Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan Bidan

dalam memberikan asuhan kebidanan mulai dari pengkajian, perumusan

diagnosis kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan

asuhan kebidanan sedangkan catatan perkembangan ditulis dalam bentuk

SOAP.

METODE PENDOKUMENTASIAN DENGAN 7 LANGKAH VARNEY

Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney Terdapat 7 langkah

manajemen kebidanna menurut Varney yang meliputi langkah I

pengumpuan data dasar, langkah II interpretasi data dasar, langkah III

mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial, langkah IV identifikasi

kebutuhan yang memerlukan penanganan segera, langkah V merencanakan

asuhan yang menyeluruh, langkah VI melaksanakan perencanaan, dan

langkah VII evaluasi.


Langkah I : Pengumpulan data dasar

Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan

untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua

informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien

Langkah II: Interpretasi data dasar

Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah klien

atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnose” keduanya digunakan

karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi

membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan

kebidanan terhadap klien. Masalah bisa menyertai diagnose. Kebutuhan

adalah suatu bentuk asuhan yang harus diberikan kepada klien, baik klien

tahu ataupun tidak tahu.

Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan


antisipasi bila mungkin dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan

asuhan yang aman.

Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau

untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien

Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh Merencanakan asuhan

yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Rencana

asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari klien dan

dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa

yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.

Langkah VI: Melaksanakan perencanaan

Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan

aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung

jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya

Langkah VII: Evaluasi

evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan

kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai


dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah

dan diagnosa.

PENDOKUMENTASIAN MANAJEMEN KEBIDANAN DENGAN METODE SOAP

1. Data Subjektif Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut

pandang klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan

langsung dengan diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara,

dibagian data dibagian data dibelakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O”

atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna

wicara. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan

disusun.

2. Data Objektif Data objektif merupakan pendokumentasian hasil

observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan

laboratorium. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain

dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini

akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan

dengan diagnosis.
3. Analisis Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan

klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan

informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses

pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Di dalam analisis menuntut

bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam

rangka mengikuti perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat

mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya

perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan

yang tepat. Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah

dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.

4. Penatalaksanaan Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan

dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraanya.

2. teori masalah

3.1   Kerangka Penelitian


Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif

untuk memperoleh kedalaman data melalui pengumpulan data

sedalam-dalamnya dari responden untuk mengetahui bagaimana

implementasi dokumentasi kebidanan di terapkan. Responden dalam

penelitian ini adalah bidan yang memiliki PMB (Praktik mandiri

bidan ) lebih dari 5 tahun sejumlah 4 bidan.

3.2   Alat Penelitian

Alat penelitian menggunakan pedoman wawancara (terlamapir),

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara

mendalam terhadap 4 bidan praktik mandiri sebagai informan utama

yang masuk dalam kriteria inklusi.

Kriteriainklusi :

a.       Bidan yang tersertivikasi bidan delima

b.       Pendidikan minimal D3 kebidanan

c.       Bekerja dipuskesmas

Hasil wawancara direkam dan dibuat catatan lapangan. Untuk

menghindari subyektifitas, peneliti menggunakan teknik triangulasi

dalam hal ini ketua IBI kota tegal sebagai informan triangulasi dengan

mencari data dari sumber yang beragam yang saling berkaitan dan
peneliti melakukan eksplorasi untuk mengecek kredibilitas dari

beragam sumber (Satori, dkk, 2010).

3.3   Prosedur penelitian

Langkah awal dengan tahap intuiting untuk dapat menyatukan secara

keseluruhan fenomena yang sedang diamati atau diteliti. Langkah ini

memerlukan konsentrasi mental yang memungkinkan seorang peneliti

untuk melihat, mendengar dan sensitif terhadap setiap aspek dari

fenomena (Asih,2005). Pada tahap ini peneliti akan mengamati,

mendengarkan setiap ungkapan informan utama dan informan triangulasi

melalui proses wawancara, mempelajari data yang dideskripsikan,

mengulang kembali serta memahami fenomena yang disampaikan oleh

informan utama dan informan triangulasi. Apabila ada data yang perlu

ditambahkan atau dikonfirmasi, dilakukan member checking.Wawancara

mendalam dilakukan satu per satu.Informasi yang diperoleh dalam

wawancara mendalam direkam dengan foto sebagai dokumentasi.

Transkrip hasil wawancara langsung disusun setelah selesai melakukan

wawancara. Wawancara mendalam dilakukan sendiri oleh peneliti tanpa

bantuan orang lain

3. Asumsi dan pendapat


PENUTUP

1.KESIMPULAN

2.SARAN

a.Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan, pembelajaran dan


pemahaman di institusi pendidikan tentang standar profesi kebidanan dan
ketenagakerjaan
b.Bagi peniliti

Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan acuan, pedoman atau pertimbangan dalam
melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
dokumentasi kebidanan dan ketenagakerjaan

c.Bagi dinas kesehatan dan organisasi IBI

Tingkatkan kerjasama antara dinas kesehatan dan organisasi IBI untuk membina
tenaga kesehatan khususnya bidan dalam hal pendokumentasian sesuai dengan
standar.

You might also like