You are on page 1of 12

VI.

PEMBAHASAN
Percobaan garam kompleks dan garam rangkap ini bertujuan untuk menentukan cara
mensintesis garam rangkap Tembaga (II) Ammonium Sulfat dan garam kompleks
Tetraammintembaga (II) Sulfat monohidrat, serta menentukan sifat-sifat garam hasil
sintesis. Prinsip percobaan ini adalah perbedaan kelarutan antara kristal garam dengan zat-
zat pengotor dalam suatu larutan. Metode percobaan ini adalah kristalisasi dan rekristalisasi.

6.1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri ammonium sulfat CuSO4 (NH4)2SO4.6H2O


Garam rangkap merupakan garam yang dibentuk apabila dua garam mengkristal
bersama-sama dalam perbandingan tertentu. (Rivai, 1995)
Percobaan pembuatan garam rangkap Kupri ammonium sulfat CuSO4
(NH4)2SO4.6H2O bertujuan untuk membuat garam rangkap kupri ammonium sulfat.
Prinsip percobaan ini adalah kristalisasi atau perbedaan kelarutan antara kristal garam
dengan zat-zat pengotor dalam suatu larutan garam pada suhu kamar (rekristalisasi).
Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dalam
perbandingan tertentu. Garam-garam ini memiliki struktur sendiri dan tidak harus sama
dengan struktur garam komponennya. Sehingga apabila garam ini berada dalam larutan
(misalnya air) maka akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya dan biasanya dalam
bentuk terhidrat.
Dalam percobaan ini garam rangkap kupri ammonium sulfat dibuat dengan
melarutkan garam kupri sulfat (CuSO4.5H2O) dan ammonium sulfat (NH4)2SO4 secara
bersama-sama.
Reaksinya :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O CuSO4.(NH4)2SO4.6H2O
serbuk biru serbuk putih dipanaskan biru muda
(Vogel, 1985)
Penambahan (NH4)2SO4 bertujuan untuk menggantikan ligan H2O, sebab NH3
mempunyai kekuatan ligan yang lebih besar dari H2O.
Pemanasan secara pelan-pelan pada proses pelarutan kedua garam bertujuan untuk
mempercepat proses pelarutan. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi temperatur,
maka kelarutan suatu zat juga semakin besar (Brady, 1994).
Setelah kedua garam larut sempurna, kemudian larutan tersebut didinginkan. Hal ini
bertujuan untuk proses kristalisasi garam rangkap. Pendinginan ini dilakukan pada suhu
kamar dan selama satu malam agar kristal yang terbentuk kecil-kecil, lembut dan ringan
dan lebih banyak. Sedangkan jika pembentukan kristal pada suhu yang rendah dan
dalam waktu yang cepat maka kristal yang terbentuk lebih besar, lunak, bulat dan berat
(Austin. T, 1986).
Kristalisasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pembentukan inti dan pertumbuhan
kristal. Jika tahap pembentukan inti lebih besar dari pada pertumbuhan kristal maka
kristal yang terbentuk berukuran kecil-kecil. Dan jika pembentukan kristalnya lebih
besar dari pembentukan inti maka kristal yang terbentuk berukuran besar dan kokoh.
Kristal yang dihasilkan pada percobaan ini berwarna biru muda, kecil-kecil,
berbentuk monoklin. Kristal bentuk monoklin yaitu jika panjang sisi a ≠ b ≠ c dan
sudutnya α = γ = 900 ≠ β (Daintith, 1994).
Kristal monoklin ini diperoleh karena pada waktu pendinginan, laju pembentukan
inti lebih besar dari laju pertumbuhan kristal.Dimana makin tinggi derajat lewat
jenuhnya, maka besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru. Jadi laju
pembentukan inti makin besar (vogel, 1985).
Dari percobaan ini dihasilkan kristal sebanyak 6,50 gram. dan dari perhitungan
secara teoritis diperoleh rendemen sebesar 7,99 gram. Dari hasil tersebut dapat
diperoleh prosentase rendemen sebesar 81,35%.

6.2. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamintembaga(II)sulfatmonohidrat Cu(NH3)4


SO4(H2O)
Dalam percobaan ini akan dipelajari pembuatan garam kompleks tetraamintembaga
(II) sulfatmonohidrat. Prinsip dari percobaan ini adalah kristalisasi atau perbedaan
kelarutan antara kristal dengan zat-zat pengotor dalam suatu larutan garam pada suhu
kamar dengan penambahan zat lain yang digunakan untuk melapisi larutan yang akan
dikristalisasi agar dihasilkan kristal yang diinginkan. Garam kompleks merupakan
garam yang terdiri dari sejumlah molekul atau ion yang terikat erat dengan atom pusat
dalam lengkung koordinasi sehingga garam kompleks dapat dikenal sebagai senyawa
koordinasi.
Pembuatan garam kompleks tetraamintembaga(II)sulfatmonohidrat ini dilakukan
dengan mereaksikan kuprisulfat pentahidrat CuSO4.5H2O dengan ammonia (NH3).
Reaksi:
CuSO4.5H2O + 4NH3 Cu(NH3)4 SO4.5H2O
Biru bening Biru tua
(Vogel, 1985)
Dalam hal ini yang berperan sebagai atom pusat adalah Cu2+ sedangkan yang
berperan sebagai ligan adalah NH3, karena NH3 mempunyai pasangan elektron bebas
yang dapat disumbangkan pada atom pusat (Cu2+), NH3 merupakan ligan yang lebih kuat
dari SO42- sehingga NH3 dapat dengan mudah menggantikan posisi dari ligan SO 42-.
Dimana pasangan elektron bebas dari NH3 tersebut akan mengisi pada orbital d kosong
yang dimiliki oleh atom pusat (Cu2+).
Gambar geometri molekulnya :
Cu
29 : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9
Cu2+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d9 4s0
27

3d 4s
4p
‫׃‬nh ‫׃‬NH3 ‫׃‬NH3 ‫׃‬NH3

3d 4s 4p
Hibridisasi dari [Cu(NH3)4] 2+ adalah sp3 berbentuk tetrahedral.
Selain sebagai pengganti ligan, NH3 juga berfungsi memberikan suasana basa dalam
larutan, karena ion kompleks [ Cu(NH3)4 ] 2+
hanya dapat terbentuk ‫׃‬reaksi samping
menghasilkan ammonium.
Reaksi :
Penambahan larutan ammonia dalam jumlah sedikit

2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O → Cu (OH)2 CuSO4 ↓ + 2NH4+


Endapan biru
(Vogel, 1985)
Oleh karena itu digunakan ammonia berlebih agar kompleks dapat terbentuk.
Reaksi :

Cu (OH)2 CuSO4 ↓ + 8NH3 → 2[Cu(NH3)4] 2+ + SO42-. + 2OH-


(Vogel, 1985)
Setelah semua kristal larut sempurna, kemudian ditambahkan dengan etanol. Pada
saat penambahan etanol harus dilakukan secara perlahan-lahan melalui dinding cawan,
sehingga larutan tertutupi oleh etanol. Perlakuan ini dimaksudkan agar etanol hanya
melapisi permukaan larutan, tidak masuk kedalam larutan selain itu juga untuk melapisi
atau menutupi permukaan larutan agar NH3 yang berada dalam larutan tidak menguap,
sehingga pembentukan kompleks menjadi sempurna. Hal ini dikarenakan NH3
merupakan senyawa yang mudah menguap, untuk mengurangi penguapan NH 3 maka
perlu dilapisi dengan etanol, agar pembentukan kompleks dapat berlangsung.
Penutupan larutan dengan arloji juga dimaksudkan untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya penguapan NH3 apabila etanol yang digunakan untuk melapisi
larutan sudah menguap (hilang). Setelah penambahan etanol terbentuk dua lapisan, yaitu
lapisan atas berupa etanol dan lapisan bawah adalah NH 3. Sebab NH3 memiliki massa
jenis yang lebih besar dari pada etanol (ρ NH 3 0,91g/mL; ρetanol 0,61g/mL) (Merck
Index, 1976). Setelah penambahan etanol selesai, kemudian campuran tersebut
didinginkan selama satu malam dalam temperatur kamar. Hal ini karena reaksi berjalan
endoterm yaitu keadaan reaksi dimana reaktan akan berubah menjadi produk jika
menyerap sejumlah energi untuk mengatasi energi aktivasi yang cukup besar. Keadaan
iniyang menyebabkan kelarutan sebanding dengan kenaikan temperatur. Penurunan
temperatur menyebabkan penurunan kelarutan yaitu terbentuk endapan oleh karena itu
pendiaman dilakukan selama semalam untuk mendapatkan hasil yang banyak.
Kristal yang diperoleh kemudian disaring atau didekantasi agar terpisah dengan
larutannya. Kristal tersebut dicuci dengan campuran antara NH3 dengan etanol ( 1 : 1 ).
Tujuan penambahan campuran ini adalah untuk mengikat amonia yang tidak ikut
membentuk garam kompleks atau untuk mengikat kelebihan NH 3, sedangkan etanol
dalam campuran untuk untuk melarutkan etanol yang ada dalam kristal. Dan pelarutan
dengan etanol lagi pada kristal bertujuan untuk mencuci kristal agar diperoleh kristal
yang bebas dari pengotor. Etanol ini akan mengikat pengotor-pengotor yang bersifat
polar seperti akuades, ammonia dan sisa etanol. Dan sisa dari pencucian ini diuapkan
agar diperoleh kristal yang kering dan murni dan bebas dari pengotor. Kemudian dibilas
lagi dengan etil alkohol yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor.
Dari percobaan ini dihasilkan garam kompleks tetraamintembaga (II)
sulfatmonohidrat sebanyak 3,83 gram. dan dari perhitungan secara teoritis diperoleh
rendemen sebesar 5,23 gram. Dari hasil tersebut dapat diperoleh prosentase
rendemen sebesar 73,23 %.

6.3. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam kompleks
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan beberapa sifat garam tunggal, garam
rangkap dan garam kompleks. Hasil sintesis dari pecobaan yang dilakukan, adalah
garam rangkap CuSO4. (NH4)2 SO4.6H2O dan garam kompleks Cu(NH3)4 SO4 (H2O)
melaui pendinginan dan pemanasan. Sifat dari garam-garam tersebut berbeda.
Perbedaan dapat diketahui baik dari segi sifat fisik maupun sifat kimianya.
5.3.1. Uji sifat garam tunggal(Sifat fisik)
. Kristal kufri sulfat dilarutkan dalam akuades menghasilkan 2 lapisan, yaitu
lapisan atas berupa larutan akuades yang berwarna bening dan bawah merupakan
kristal garam kufri sulfat yang berwarna biru. Hal ini dikarenakan perbedaan
massa/berat jenis, dimana massa jenis dari kristal garam kufri sulfat lebih besar dari
pada akuades.
Setelah ditambahkan NH3 terbentuk 2 lapisan, lapisan bawah berupa garam
ammonium sulfat yang bewarna putih dan lapisan atas adalah akuades yang berupa
larutan bening. Hal ini dikarenakan massa jenis garam kufri sulfat>akuades.
5.3.2. Uji pelarutan atau Hidrolisis dalam H2O (Sifat Kimia)
Garam rangkap dan garam kompleks hasil percobaan memiliki perbedaan sifat
kimia. Garam rangkap apabila dihidrolisis akan terurai menjadi garam-garam
penyusunnya sedangkan garam kompleks apabila dihidrolisis akan terionisasi
menjadi ion-ionnya.
Reaksi yang terjadi:
 Hidrolisis garam rangkap
CuSO4(NH4)2. SO4. 6H2O+ H2O CuSO4.5H2O + (NH4)2 SO4 + H2O
 Hidrolisis garam kompleks :
Cu(NH3)4 SO4. 5H2O +H2O Cu2+ +SO42- + 6H2O
(Vogel, 1985)
Berdasarkan percobaan, Pada garam rangkap tidak dapat ditentukan sifatnya
karena pada percobaan ini tidak dihasilkan garam rangkap. Pada garam kompleks
dengan pendinginan kristal sedikit larut dalam akuades dengan endapan biru muda.
Sedangkan garam kompleks dengan pemanasan kristal sedikit larut dengan endapan
biru muda.
5.3.3. Uji Pemanasan (Sifat Kimia)
Berdasarkan percobaan, pada garam kompleks dengan pendinginan, uji
pemanasan ini mengasilkan endapan/kristal biru muda. Sedangkan garam kompleks
dengan pemanasan mengasilkan endapan/kristal biru tua, hal ini karena pada garam
kompleks dengan pemanasan masih banyak terkandung zat pengotor.
Reaksi yang terjadi adalah
2Cu(NH3)4SO4.5H2O 8NH3 +2CuSO4.5H2O
(Vogel, 1985)
Pada saat pemanasan dihasilkan gas amonia, hal ini dapat diketahui dari bau
gas ammonia yang timbul pada saat pemanasan warnanya bening.

VII. KESIMPULAN
1. Garam rangkap Tembaga (II) Ammonium Sulfat dapat disintesis dari garam kupri sulfat
dan ammonium sulfat
2. Garam kompleks Tetraammintembaga (II) Sulfat monohidrat dapat disintesis dari garam
kuprisulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) dengan ammonia (NH3).
3. Rendemen garam rangkap sebanyak 81,35 % dan rendemen garam kompleks dengan
pendinginan sebanyak 73,23 %.
4. Garam kompleks Cu(NH3)4SO4. H2O bersifat dapat terionisasi dalam air dan melepaskan
gas NH3 saat dipanaskan
DAFTAR FUSTAKA
Ahmadi, 1994, Kamus Lengkap Kimia”, Erlangga, Jakarta
Austin 1986, “Chemical Product Industry”, Mc Graw Hill Inc, New York
Basri, 1996, “Kamus Kimia”, Rineka Cipta, Jakarta
Brady, 1992, “Kimia Universitas-Asas dan Struktur”, Erlangga, Jakarta
Cahyono, 1991, “Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik”, Kimia MIPA,
UNDIP, Semarang
Daintith, 1994, “Kamus Lengkap Kimia”, Erlangga, Jakarta
Rivai, 1995, “Asas Pemeriksaan Kimia”, UI Press, Yogyakarta
Vogel, 1985, “Buku Teks Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro”, PT Karman
Media Pustaka, Jakarta
Sukardjo, 1992, “Kimia Anorganik”, Bina Aksara, Yogyakarta
ABSTRAK

Percobaan garam kompleks dan garam rangkap ini bertujuan untuk menentukan cara
mensintesis garam rangkap Tembaga (II) Ammonium Sulfat dan garam kompleks
Tetraammintembaga (II) Sulfat monohidrat, serta menentukan sifat-sifat garam hasil sintesis.
Prinsip percobaan ini adalah perbedaan kelarutan antara kristal garam dengan zat-zat pengotor
dalam suatu larutan. Metode percobaan ini adalah kristalisasi dan rekristalisasi. Garam rangkap
Tetraammintembaga (II) Sulfat monohidrat dengan pendinginan berwarna biru tua dengan
rendemen 81,35%, dan garam kompleks Tetraammintembaga (II) Sulfat monohidrat dengan
pemanasan berwarna biru tua dengan rendemen 73,23%. Garam kompleks Cu(NH3)4SO4. H2O
bersifat dapat terionisasi dalam air dan melepaskan gas NH3 saat dipanaskan.

Kata kunci : garam rangkap, garam kompleks, kristalisasi, rekristalisasi


LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1. Pembuatan Garam Rangkap CuSO4(NH3)4SO4.6H2O
Dik : massa CuSO4.5H2O = 4,99 gram Rendemen nyata = 6,5 gram
massa (NH2)2SO4 = 2,64 gram
BM CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol
BM (NH3)4SO4 = 132 g/mol
Dit : rendemen prosentase (%)...?
Jawab :
4,99 g
mol CuSO4.5H2O = = 0,02 mol
249,5 g
2,64 g
mol (NH3)4SO4 = = 0,02 mol
132 g
Reaksi :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O CuSO4.(NH4)2SO4.6H2O
0,02 0,02
0,02 0,02 0,02
- - 0,02
Rendemen teoritis :
massa CuSO4(NH3)4SO4.6H2O = mol CuSO4(NH3)4SO4.6H2O x BM
= 0,02 x 399,5
= 7,99 gram
rendemen nyata
% Rendemen = x 100 %
rendemen teoritis
6,5
= x 100 %
7,99
= 81,35 %
Maka Hasil rendemennya sebesar 81,35 %

2. Pembuatan garam kompleks Cu(NH3)4SO4. H2O secara pendinginan


Dik : massa CuSO4.5H2O = 4,99 gram rendemen nyata = 3,83 g
BM CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol
BM NH3 = 17 g/mol
V NH3 = 8 ml, M NH3 = 15 M
Dit : % ...... ?
Jawab :
Pengenceran NH3 : V1 . M1 = V2 . M2
8 . 15 = 13 . M2
M2 = 9,23
mol NH3 = M . V = 9,23 . 13 ml = 120 mmol = 0,12 mol
Reaksi :
CuSO4.5H2O + 4NH3 Cu(NH3)4 SO4.5H2O
0,02 0,12
0,02 0,08 0,02
- 0,04 0,02
Rendemen teoritis :
massa Cu(NH3)4 SO4.H2O = mol Cu(NH3)4 SO4.H2O x BM
= 0,02 x 261,5
= 5,23 gram
rendemen nyata
% Rendemen = x 100 %
rendemen teoritis
3,83
= x 100 %
5,23
= 73,23 %
Maka hasil rendemennya sebesar 73,23 %
IV. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
1 Pembuatan garam rangkap CuSO4
(NH4)2 SO4.6H2O
- 2,5 g CuSO4 .5H2O + 1,3 g (NH4)2 - CuSO4 5H2O : kristal biru tua
SO4 + 10 ml akuades - (NH4)2 SO4 : kristal putih
- Pemanasan - Garam larut (warna larutan biru muda)
- Pendiaman semalam - Terbentuk kristal
- Pendinginan - Terbentuk Kristal seberat 6,50 gram
- dekantir - Pengotor berwarna Biru
2 Pembuatan garam kompleks Cu (NH3)4 SO4.
H2O
- 4 ml ammonia + 5 ml akuades
- Larutan bening
dalam cawan penguapan + amonia
- (+) 2,5 g CuSO4.H2O
- Larutan biru
- Pendiaman semalam
- Terbentuk kristal biru kecil-kecil
- Dekantasi
- Terbentuk kristal biru kecil-kecil
- Pengeringan dan penimbangan
- Kristal biru tua seberat 3,83 gram
Perbandingan sifat garam
3
a). CUSO4 + akuades
- 2 lapis : atas bening, bawah biru
+ NH3
- 2 lapis : atas bening, bawah biru
b). - Kristal pendinginan + akuades
- Sedikit larut dengan endapan biru muda
(+) akuades 10 ml
- Larutan keruh dengan endapan biru muda
- Kristal pemanasan + akuades
- Sedikit larut dengan endapan biru muda
(+) akuades 10 ml
- Larutan agak keruh dengan endapan biru
muda
c). - Kristal pendinginan dipanaskan
- Kristal biru muda
- Kristal pemanasan dipanaskan
- Kristal biru tua

You might also like