You are on page 1of 34

KOMPLEKSOMETRI

KOMPLEKSOMETRI
Pendahuluan
Prinsip Kompleksometri
 PEMBENTUKAN SENYAWA KOMPLEKS,
antara ION LOGAM dengan PENGOMPLEKS
Pengompleks
 disebut juga LIGAN
 menyumbang (donor) elektron pada ion logam
 yang banyak dipakai pada analisis
kuantitatif
adalah garam dari EDTA (Etilen Diamin Tetra
Asetat)
EDTA merupakan ligan polidentat,
membentuk senyawa kompleks (stabil)
Titrasi Kompleksometri

Penetapan Kadar Logam:

Mg, Zn, Mn, Cd, Hg, Pb, Cu,


Al, Fe, Co, Ca, Ni, Pt, dll

Berdasarkan pembentukan senyawa kompleks


SENYAWA KOMPLEKS

Teori Asam-Basa Teori Senyawa


Lewis koordinasi Werner
Menurut G. N. Lewis
 Asam adalah suatu zat yang dapat menerima pasangan electron
  
 Basa adalah suatu zat yang dapat memberikan pasangan electron
  
 Senyawa kompleks : suatu proses netralisasi yang membentuk
 ikatan koordinasi

Contoh :
1) H+ + NH3 (H NH3)+

H H+
H
+
H N H (H NH3 )

Ikatan
koordinasi

Senyawa
Kompleks

Atom N adalah basa Lewis karena dapat memberikan


sepasang elektron kepada H+
Pembentukan kompleks dengan ion
logam
Ag+ + NH3 (Ag NH3)+
Logam ligand seny. Kompleks

Asa Basa
m Lewis
Lewi
s
Ligand = gugus molekul atau ion yang terikat
pada sentral ion logam

Tiap ion ligand mempunyai paling sedikit satu pasangan


pemberi elektron yang dengan logam membentuk suatu
ikatan koordinasi.
Ligand + Logam transisi Seny. KOMPLEKS

Ligand polidentat + Logam Seny. KOMPLEKS

KHELAT

 Khelat adalah KOMPLEKS, tetapi kompleks


belum tentu khelat. Hanya Ligand polidentat
saja yang dapat membentuk khelat.
 Contoh ligand unidentat/sederhana:
H2O, NH3, CN–, Cl–

 Contoh ligand polidentat :


EDTA, – nitroso, –naftol,
dimetil glioksim.
Ligand yang digunakan dalam titrasi
kompleksometri.

CH2 – COOH - Asam nitrilo tri asetat


N CH2 – COOH - Trilon A.
CH2 – COOH - Sukar larut dalam air, maka
dipakai garam di-Na-nya.
- pKa1 = 1,79; pKa2 = 2,49;
pKa3 = 4,73
H2
C
CH2 – COOH
H2C – CH – – N
CH2 – COOH
CH2 – COOH
H2C – CH – – N
CH2 – COOH
C

H2 hexan N–N, N–N tetra asetat.
asam 1,2 diamino siklo
 sukar larut dalam air, maka dipakai garam di-Na-nya.
HOOC – CH2 CH2 – COOH
N – CH2 – CH2 – N
HOOC – CH2 CH2 – COOH

Asam etilen diamin tetra asetat.


EDTA, Trilon B, Titriplex II.
Sukar larut dalam air, maka dipakai garam di-Na nya
pKa1 = 2,0; pKa2 = 2,67; pKa3 = 6,16; pKa4 = 10,26.
Pembentukan Senyawa Kompleks dengan EDTA
EDTA : HOOC CH2 H2C COOH
H2 H2
N C C N

HOOC CH2 H2C COOH

- EDTA punya 6 (enam) gugus pembentuk kompleks


- EDTA dinyatakan juga sebagai H4Y
Dissosiasi EDTA :
H4Y  H+ + H3Y- K1 = 1,00 x 10-2
H3Y-  H+ + H2Y2- K2 = 2,16 x 10-3
H2Y-2  H+ + HY3- K3 = 6,92 x 10-7
HY-3  H+ + Y4- K4 = 25,5 x 10-11
۰ Pembentuk kompleks yang sesungguhnya : Y4-
۰ Pembebasan H+ dapat mempengaruhi pH
Hal-halyang harus diperhatikan
- pH Larutan Uji
 tertentu,
yaitu pada pH TERBENTUKNYA SENYAWA
KOMPLEKS YANG STABIL
Agar pH tetap tertentu,
 DITAMBAH LARUTAN BUFFER
- Keberadaan ion logam lain
Indikator

- Biasanya “Indikator logam”


- Berupa Zat warna
Warna kompleks ”ion logam-indikator” yang terbentuk
berbeda dengan warna indikator itu sendiri
Indikator (lanjutan)
- Stabilitas Senyawa Kompleks
2 (dua) jenis senyawa kompleks yang terbentuk
pada titrasi kompleksometri :
Ion logam + indikator  “ion logam - indikator” ..... 1
Ion logam + di-natrium edetat  “ion logam - edetat” ..... 2
keterangan :
Jika stabilitas “ion logam - indikator” < “ion logam - edetat”
maka posisi indikator pada “ion logam - indikator”
dapat digantikan oleh di-natrium edetat,
sehingga terbentuk “ion logam - edetat”
Jika stabilitas “ion logam - indikator” > “ion logam - edetat”
maka kompleks “ion logam - edetat” tidak mudah
berubah kembali menjadi “ion logam - indikator”
Indikator (lanjutan)
1. OH
OH
-
O3S N N

NO2
Eriokrom
black T
Titrasi dilakukan pada pH 10
Perubahan warna  merah anggur menjadi biru
2. Jingga xilenol
- dalam suasana basa  merah
- dalam suasana asam  kuning sitrun
Titrasi dilakukan dalam suasana basa
Kompleks ”ion logam-jingga xilenol”  merah
3. Kalkon
4. Biru hidroksi naftol
Erichrom Black T (EBT)
pH < 6,3 : warna merah
pH 6,3 – 11,5 : warna biru
pH > 11,5 : warna orange
pH : 6,3 pH : 11,5

H 2D – HD= D+
merah biru orange
Pemakaian indikator logam

 Indikator logam  seperti ind. asam-basa.

 disebut juga sbg “metallo chromic indicator”,


suatu zat warna yang mempunyai gugus
Chromofor yang bertindak sebagai chelating
agent.

 Indikator logam mengalami perubahan warna bila


molekul zat warna tersebut menerima atau
melepas proton.
Warna indikator

warna Ind bebas = warna Ind. kompleks dgn logam.

L + Ind.(bebas) L–Ind. (kompleks khelat).


mis. warna biru warna merah

Pada akhir titrasi. (L – Ind.)


L – Ind. Ln+ + Ind. K–stabilita =
(L – Ind.) (Ln+) (Ind.)
(Ln+) =
K-stab. (Ind.)

(Ln+) sebanding dg (L-Ind)

* Titrasi kompleksometri selalu dihasilkan H+  perlu bufer


Cara-cara Titrasi Kompleksometri
1. Titrasi langsung 2. Titrasi tidak langsung

larutan standar larutan standar ion logam


(di-natrium edetat)

ion logam (sampel) ion logam (sampel)


+ lar buffer + lar buffer
+ indikator + larutan baku
(di-natrum edetat
berlebih, volume
& N tertentu)
Titrasi langsung :
Larutan logam dibufer pada pH = 10 dgn buffer
salmiak kemudian dititrasi langsung dengan larutan
baku EDTA.

Titrasi tidak langsung (titrasi kembali) :


Larutan logam, + lar. baku EDTA jumlah tertentu,
dibufer pada pH tertentu + indikator logamnya,
kemudian kelebihan lar. baku EDTA dititrasi
kembali dengan larutan baku, misalnya : ZnSO4,
MgSO4 ataupun CaCl2.
Titrasi tidak langsung ini dilakukan karena beberapa
sebab :
 membentuk kompleks khelat sempurna pada pH > 6, baik
dengan Komplekson maupun Indikator logam.

 Pembentukan kompleks dengan komplekson (EDTA)


sangat lambat.

 Untuk logam-logam yang membentuk hydroksida yang


sukar larut pada pH tinggi;  + larutan baku Komplekson
berlebih dalam jumlah tertentu pada pH rendah, baru pH
larutan dinetralkan dan ditambahkan larutan buffer pH
tertentu kemudian dilakukan titrasi kembali dengan lerutan
baku misalnya : ZnSO4 dengan indikator logam EBT.

 tidak didapat indikator logam yang sesuai untuk titrasi


langsung.
 senyawa yang tidak larut (misal : kalsium oksalat)
3. Titrasi alkalimetri

larutan standar alkali


Reaksi :
Mn2+ + Ha2Y  (Mn)+n-4 + 2H+
kompleks ”ion Proton dari di-natrium edetat
logam (sampel)- (Na2H2Y)
edetat”
yang dibebaskan oleh logam
+ indikator
dititrasi
dengan larutan standar alkali
Larutan titrat harus netral terhadap
indikator
Penentuan TA
 dengan indikator asam-basa
atau secara potensiometri
4. Titrasi substitusi

larutan kompleks
”ion logam II-edetat”

ion logam I (sampel)

Titrasi substitusi dapat dipakai jika :


kompleks “ion logam I - edetat” lebih stabil
dari
kompleks “ion logam II - edetat”

Titrasi substitusi dapat digunakan untuk


menetapkan kadar Ca, Pb dan Hg (indikator EBT)
Titrasi pengusiran
Titrasi dilakukan apabila:
pada titrasi langsung atau titrasi kembali tidak diperoleh titik akhir
titrasi yang tajam.

Ion logam yang membentuk kompleks dengan Komplekson lebih


stabil dari pada kompleks logam tertentu (larutan baku)–
Komplekson.
Misalnya :

Hg2+ + MgY= HgY= + Mg2+


sample
berlebih

Mg2+ yang dibebaskan dititrasi dgn EDTA,

indikator EBT pada pH = 10 (buffer Salmiak); jumlah Mg2+ yang


dibebaskan adalah ekivalen dengan konsentrasi sample (Hg2+).
Larutan Standar di-natrium edetat dan Pembakuan
- Di-natrium edetat p.a.  dapat dipakai sebagai larutan
standar primer
- Di-natrium edetat yang diperdagangkan
 mengikat air, karenanya harus dipanaskan pada suhu 80 oC
sebelum digunakan sehingga mempunyai BM : 372,25
- Larutan standar dibuat harus dengan air bebas logam
- Larutan standar di-natrium edetat yang digunakan dalam FI
 0,1 M; 0,05 M; 0,001 M
Pembakuan
Timbang saksama  200 mg kalsium karbonat P, larutkan dalam 50
ml akuades dan sejumlah HCl encer. Tambahkan 15 ml larutan
NaOH LP. Titrasi dengan larutan di-natrium edetat menggunakan
indikator biru hidroksi naftol hingga larutan berwarna biru tua.
mg kalsium karbonat
N=
BM x Vol diNatEdetat
Reaksi yang Mendasari Titrasi Kompleksometri
Hasil reaksi:
1 ion logam dengan 1 mol. Komplekson tidak tergantung
dari valensi ion logam yang bereaksi.

Misalnya :
a) L2+ + HX= (Komplekson I) LX– + H+
L3+ + HX= LX + H+

b) L2+ + H2Y= (Komplekson III) LY= + 2H+


L3+ + H2Y= LY– + 2H+

Reaksi Komplekson I selalu dihasilnya 1 ion H+;


Reaksi Komplekson III selalu dihasilkan 2 ion H+.
Kesempurnaan ikatan ion logam dengan
molekul komplekson dipengaruhi oleh

 tetapan stabilita dari kompleks.


 pH larutan
 senyawa-senyawa lain yang dapat pula
bersaingan untuk membentuk kompleks dengan
ion logam
 kestabilan seny. kompleks yang terbentuk
 Makin besar tetapan stabilitas (K-stabilita),
makin stabil senyawa kompleks yang terjadi.
Komplekson III membentuk kompleks yang
lebih stabil dari pada Komplekson I.

Penggunaan Komplekson III dalam titrasi


adalah lebih luas dari pada Komplekson I.
Penetapan kadar ion logam dengan larutan
baku Komplekson

1) Berdasarkan perubahan pH :
misalnya
L2+ + H2Y= LY= + 2H+

a) Asam yang dibebaskan langsung dititrasi


dengan NaOH dg indikator metil merah
(perubahan warna pada pH : 4.4 – 6.2).

Komplekson I : 1 grl NaOH = 1 grion ion logam.


Komplekson III: 1grl NaOH = ¼ grion ion logam
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

 larutan baku tidak boleh Ba(OH)2.

 larutan baku basa bebas CO2, sebab perubahan pH


terletak pada daerah pengaruh dapar dengan adanya
H2CO3.

 Komplekson, logam maupun basa yang digunakan


tidak boleh mengandung dapar.

 Penambahan larutan baku Komplekson yang


berlebihan dapat menyebabkan perubahan warna
indikator menjadi kurang jelas.
:Hal-hal yang perlu diperhatikan

 larutan logam sebelum ditambahkan Komplekson


mempunyai pH:6-7 (netral).

 Larutan logam yang akan ditentukan kadarnya + I – +


IO3– ada kemungkinan sudah timbul I2,  dilakukan
titrasi terlebih dahulu dengan larutan baku thiosulfat,
baru sesudah I2 yang terjadi habis dititrasi dilakukan
penambahan Komplekson.

 Dengan demikian I2 yang terjadi memang benar-benar


disebabkan oleh adanya penambahan larutan baku
Komplekson.
Jika terdapat logam Pb,  diendapkan dahulu sebagai
PbSO4,  titrasi. karena : Pb2+ + I– + IO3– PbI2
Mengganggu R/ Pb2+ dengan Komplekson.

You might also like