You are on page 1of 5

Reaksi bangsa indonesia

Reaksi bangsa Indonesia terhadap kedatangan bangsa Barat pada awalnya disambut dengan hangat,
mulai Portugal, Spanyol hingga Belanda di abad ke 15 dan 16, karena mereka awalnya juga berniat
untuk berdagang rempah-rempah dan mengadakan kerjasama di bidang tersebut. Namun, reaksi rakyat
mulai berubah saat bangsa barat mulai berniat menjalankan sistem monopoli dagang rempah-rempah,
memaksa penduduk lokal menjual produk kepada mereka, mencampuri urusan domestik kerajaan lokal
hingga merendahkan mereka plus menguasai wilayah warga lokal, seperti yang dilakukan Portugal dan
Belanda . Hal inilah yang membuat bangsa Indonesia mulai berontak dan berusaha mengusir
keberadaan mereka di nusantara.

Monopoli dan adu domba oleh bangsa barat


Indonesia dijajah Belanda dalam waktu yang sangat lama yaitu 350 tahun. Penjajahan oleh Belanda
tersebut mmebuat rakyat Indonesia sengsara. Penjajah Belanda meindaas rakyat dengan cara
memonopoli perdagangan hasil bumi, memberlakukan kerja paksa, meninggikan pajak dan sewa tanah,
dan memberlakukan tanam paksa.

Dari berbagai penjuru tanah air timbul perlawanan menentang penjajahan Belanda diantaranya
perlawanan Sultan Agung, perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati, Perang Maluku, perang
Diponegoro, perang Banjar, perang Bali, perang Aceh, Perang Sisingamagaraja, perang Lombok, perang
paderi.

kondisi bangsa indonesia akibat monopoli dan adu domba penjajah :

a. Mematikan ekonomi rakyat


b. Penjajah memaksa rakyat untuk menjual hasil pertaniannya dengan harga murah sehingga
rakyat menderita kerugian yagn sangat besar.
c. Sesama anggota keluarga saling bermusuhan dan terjadi pembunuhan karena adanya politik
adu domba
d. Wibawa raja di mata rakyat semakin menurun
e. Belanda ikut campur urusan internal kerajaan.

Kerja Paksa
Tahukah kamu berapa panjang jalur Anyer Panarukan? Jalur tersebut memanjang lebih dari 1000 Km
dari Cilegon (Banten), Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, Pati, Surabaya, Probolinggo, hingga
Panarukan (Jawa Timur). Saat ini jalur tersebut merupakan salah satu jalur utama bagi masyarakat di
pulau Jawa. Anyer Panarukan dibangun 200 tahun yang lalu oleh pemerintah Hindia Belanda. Mengapa
jalan tersebut harus dibangun? Bagaimana pengaruhnya bagi bangsa Indonesia?

Jalan Raya Pos (Anyer-Panarukan) sangat penting bagi Pemerintah Kolonial Belanda Jalan Anyer-
Panarukan tersebut menjadi sarana transportasi pemerintahan dan mengangkut berbagai hasil bumi,
dan hingga sekarang manfaat jalan tersebut masih dapat dirasakan. Di balik besarnya proyek tersebut,
perlu dipertanyakan bagaimana proses pembangunan jalan yang melewati gunung yang terjal dan
medan yang sulit pada masa lalu? Siapakah yang menjalankan pembangunan? Pembangunan jalan
tersebut merupakan kebijakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda bernama Herman Willem Daendels
yang berkuasa sejak tahun 1808-1811. Belanda memandang penting pembangunan jalur Anyer-
Panarukan, karena jalur tersebut merupakan penghubung kota-kota penting di pulau Jawa yang
merupakan penghasil berbagai tanaman ekspor, dengan dibangunnya jalan tersebut maka proses
distribusi barang dan jasa untuk kepentingan kolonial semakin cepat dan efisien. Pembangunan jalur
Anyer Panarukan sebagian besar dilakukan oleh tenaga manusia. Puluhan ribu penduduk dikerahkan
untuk membangun jalan tersebut. Rakyat Indonesia dipaksa Belanda membangun jalan. Mereka tidak
digaji dan tidak menerima makanan yang layak, akibatnya ribuan penduduk meninggal baik karena
kelaparan maupun penyakit yang diderita. Pengerahan penduduk untuk mengerjakan berbagai proyek
Belanda inilah yang disebut rodi atau kerja paksa.
Kerja paksa pada masa Pemerintah Belanda banyak ditemukan di berbagai tempat. Banyak penduduk
yang dipaksa menjadi budak dan dipekerjakan di berbagai perusahaan tambang maupun perkebunan.
Kekejaman Belanda ini masih dapat kamu buktikan dalam berbagai kisah yang ditulis dalam buku-buku
sejarah

Sewa Tanah
Tahukah kamu sistem sewa tanah raffles? bahwa Inggris juga pernah menjajah Indonesia pada masa
tahun 1811-1816. Penguasa Inggris di Indonesia pada masa tersebut adalah Letnan Gubernur Thomas
Stanford Raffles. Salah satu kebijakan terkenal pada masa Raffles adalah sistem sewa tanah atau
landrent-system atau Landelijk Stelsel. Sistem tersebut memiliki ketentuan, antara lain sebagai berikut:

1. Petani harus menyewa tanah meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut.
2. Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah.
3. Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai.
4. Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala.

Bagaimana pendapatmu dengan sistem sewa tanah? Sewa tanah tetap memberatkan rakyat, dan
menggambarkan seakan-akan rakyat tidak memiliki tanah, padahal tanah tersebut adalah milik rakyat
Indonesia. Hasil sewa tanah juga tidak seluruhnya digunakan untuk kemakmuran rakyat. Hasil sewa
tanah tersebut sebagian besar digunakan untuk kepentingan penjajah.

Kekuasaan Inggris selama 5 tahun di Indonesia, juga menghadapi perlawanan rakyat Indonesia di
berbagai daerah. Sebagai contoh adalah perlawanan besar rakyat Kesultanan Palembang pada tahun
1812. Sultan Sultan Mahmud Baharuddin menolak mengakui kekuasaan Inggris. Inggris kemudian
mengirim pasukan dan menyerang kerajaan Palembang yang terletak di Sungai Musi. Perlawanan rakyat
Palembang dapat dikalahkan oleh tentara Inggris, tetapi semangat kemerdekaan rakyat Palembang
tetap membara.

Inggris juga menghadapi perlawanan dari kerajaan besar di Jawa yakni Kasunanan Surakarta dan
Kasultanan Yogyakarta. Namun sebelum kedua kerajaan melakukan penyerangan, Inggris berhasil
meredam usaha perlawanan tersebut.

Tanam Paksa
Pada tahun 1830 Van den Bosch menerapkan Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel). Kebijakan ini
diberlakukan karena Belanda menghadapi kesulitan keuangan akibat perang Jawa atau Perang
Diponegoro (1825-1830), dan Perang Belgia (1830- 1831).Tanam Paksa yang diberlakukan oleh
pemerintah Belanda memiliki ketentuan yang sangat memberatkan bagi masyarakat Indonesia. Apalagi
pelaksanaan yang lebih berat karena penuh dengan penyelewengan sehingga semakin menambah
penderitaan rakyat Indonesia. Banyak ketentuan yang dilanggar atau diselewengkan baik oleh pegawai
barat maupun pribumi. Praktik-praktik penekanan dan pemaksaan terhadap rakyat tersebut antara lain
adalah :

1. Ketentuan bahwa tanah yang digunakan untuk tanaman wajib hanya 1 / 5 dari tanah yang
dimiliki rakyat, kenyataanya selalu lebih bahkan sampai ½ bagian dari tanah yang dimiliki rakyat.
2. Kelebihan hasil panen tanaman wajib tidak pernah dibayarkan.
3. Waktu untuk kerja wajib melebihi dari 66 hari, dan tanpa imbalan yang memadai.
4. Tanah yang digunakan untuk tanaman wajib tetap dikenakan pajak.
Penderitaan rakyat Indonesia akibat kebijakan tanam paksa ini dapat dilihat dari jumlah angka kematian
rakyat Indonesia yang tinggi akibat kelaparan dan penyakit kekurangan gizi. Pada tahun 1848-1850
karena terjadi paceklik 9 / 10 penduduk Grobogan Jawa Tengah mati kelaparan, dari jumlah penduduk
yang semula 89.000 orang, yang dapat bertahan hanya 9000 orang. Penduduk Demak yang semula
berjumlah 336.000 orang, hanya tersisa sebanyak 120.000 orang. Data ini belum termasuk data
penduduk di daerah lain yang menunjukkan betapa mengerikannya masa penjajahan saat itu.
Tahukah kamu, dalam kebijakan tanam paksa terdapat beberapa ketentuan seperti berikut ini.

1. Penduduk wajib menyerahkan seperlima tanahnya untuk ditanami tanaman wajib.


2. Tanah yang ditanami tanaman wajib bebas dari pajak.
3. Waktu yang digunakan untuk pengerjaan tanaman wajib tidak melebihi untuk menanam padi.
4. Apabila harga tanaman wajib setelah dijual melebihi besarnya pajak tanah, kelebihannya
dikembalikan kepada penduduk.
5. Kegagalan panen tanaman wajib bukan kesalahan penduduk menjadi tanggung jawab
Pemerintah Belanda.
6. Penduduk dalam pekerjaannya dipimpin penguasa pribumi, sedangkan pegawai Eropa sebagai
pengawas, pemungut, dan pengangkut.
7. Penduduk yang tidak memiliki tanah, harus melakukan kerja wajib selama seperlima tahun (66
hari), dan mendapatkan upah.

Perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme


Kolonialisme sendiri merupakan sistem di mana suatu negara menguasai negara lain, tapi tetap
berhubungan dengan negara asalnya. Sedangkan imperialisme adalah sistem politik yang berupaya
menjajah negara lain untuk mendapat keuntungan besar. Masuknya sistem kolonialisme dan
imperialisme telah merugikan Tanah Air. Banyak rakyat yang tertindas dan menderita karena
penjajahan tersebut. Tak hanya itu, kekejaman kolonialisme juga menimbulkan banyak korban jiwa di
Indonesia. Mengetahui hal tersebut, sejumlah tokoh nasional tak tinggal diam. Mereka berusaha
membuat perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme yang dibawa penjajah.

Berikut bentuk perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme.

 Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa

Pada 1656, VOC menerapkan perjanjian monopoli yang merugikan Banten. Negeri Kincir Angin tersebut
hendak menguasai lada dan rempah-rempah lainnya. Namun, Sultan Ageng Tirtayasa menolak
perjanjian tersebut dan berusaha melawan pendudukan VOC.

Untuk menyingkirkan Tirtayasa, Belanda pun bersekutu dengan Sultan Haji, putra Tirtayasa. Karena
dikepung, Tirtayasa pun kabur dengan putranya, Sultan Purbaya. Pada 1683, Tirtayasa ditangkap oleh
Belanda dan disandera di Batavia hingga akhir hayatnya.

 Perlawanan Pattimura

Upaya Belanda untuk memonopoli Maluku tak membuat Pattimura menyerah. Bersama rakyat Maluku,
Pattimura atau Thomas Matulesy berusaha melakukan perlawanan terhadap Belanda. Kedua pihak pun
bertempur dengan sengit. Namun, pertahanan Maluku melemah ketika Pattimura dan Martha Christina
Tiahahu tertangkap.

 Perlawanan Pangeran Antasari

Seperti wilayah lainnya, Banjarmasin kerap menjadi sasaran kolonialisme Belanda. Kala itu, Belanda
berusaha menguasai kekayaan alam Banjar dan ikut campur dalam urusan kesultanan. Akhirnya,
Pangeran Antasari pun bertindak melawan Belanda hingga terjadi perang Banjar yang sengit.
Sayangnya, pasukan Belanda lebih unggul karena peralatan perang yang lebih memadai.

 Perlawanan Sultan Agung

Pada masa penjajahan Belanda, VOC berusaha untuk memonopoli dan menghalangi kapal Mataram
yang hendak berdagang ke Malaka. Selain itu, VOC juga menolak kedaulatan Mataram. Tindakan
Belanda membuat Sultan Agung melakukan perlawanan. Pada 1628, Sultan Agung menyerang VOC di
Batavia bersama dengan pasukannya. Mereka berusaha menyebarkan wabah penyakit kolera di
Batavia. Namun, pasukan Mataram mengalami kekalahan karena banyaknya prajurit yang terjangkit
malaria dan kolera.
Latar belakang munculnya nasionalisme indonesia
Nasionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara
(dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional,
dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal.
Nasionalisme dapat muncul karena beberapa alasan seperti.

1. Penderitaan rakyat akibat penjajahan, bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang
panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis, Spanyol, Prancis, Inggris, Belanda, hingga
Jepang.
2. Sejarah masa lampau yang gemilang, adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti
masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
3. Pengaruh perkembangan pendidikan di Indonesia, perkembangan sistem pendidikan pada masa
Hindia Belanda menghasilkan beberapa kaum intelektual yang kemudian menjadi pemimpin
pergerakan nasional, berkat pendidikan yang tinggi para intelektual bangsa indonesia sadar,
bahwa mereka sedang dijajah dan dibodohi belanda.
4. Dominasi ekonomi kaum Cina di Indonesia, kaum pedagang khususnya keturunan Cina sering
kali membuat kesal para pedagang pribumi. salah satunya terjadi pada tahun 1901 ketika
pedagang Cina mendirikan perguruan sendiri yaitu Tionghoa Hwee Kwan, sehingga pribumi
merasa semakin terpinggrikan.
5. Keinginan untuk mempertahankan kedaulatan negara.
6. Adanya kesulitan hidup, kesengsaraan dan penderitaan yang sama di seluruh masyarakat
Indonesia sehingga muncul rasa nasionalisme untuk sama-sama berjuang.

Dengan demikian, latar belakang munculnya nasionalisme di Indonesia adalah karena rakyat merasa
menderita akibat penjajahan, ingatan kejayaan masa lampau, pendidikan semakin maju, kekesalan pada
dominasi China, keinginan untuk berdaulat, dan nasib yang sama.

Organisasi kebangsaan
1. Boedi Oetomo

Boedi Oetomo adalah organisasi modern pertama yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1908. Demi
mencapai tujuannya, Boedi Oetomo bergerak pada bidang pendidikan. Kemudian Boedi Oetomo
membuat program penggalangan dana pendidikan, juga bidang kebudayaan melalui pengembangan
kebudayaan Jawa.Akan tetapi, perkembangan Boedi Oetomo tidak terlalu pesat karena ruang
lingkup mereka terlalu sempit, hanya berfokus pada Jawa dan Madura. Sehingga mereka kalah
pamor dengan organisasi Sarekat Islam yang secara keanggotaan terbuka bagi berbagai kalangan
masyarakat, tanpa ada batasan wilayah. Pada akhirnya, Boedi Oetomo menggabungkan diri ke
dalam Partai Indonesia Raya (Parindra) pada tahun 1935, sekaligus berakhirnya kiprah Boedi
Oetomo. Tapi, meskipun kiprah Boedi Oetomo berakhir, organisasi ini menjadi inspirasi bagi
lahirnya organisasi-organisasi pergerakan nasional. Organisasi-organisasi yang terinspirasi oleh
Boedi Oetomo yaitu Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, dan lainnya. Karena hal itu, hari lahir
Boedi Oetomo dijadikan sebagai hari Kebangkitan Nasional di Indonesia, yaitu pada tanggal 20 Mei.

2. Sarekat Islam

Sebelum namanya berubah menjadi Sarekat Islam, sebelumnya organisasi pergerakan nasional ini
bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pendiri dari SDI adalah H. Samanhudi dan didirikan di Solo
pada tahun 1911. Sejak SDI berpindah ke Surabaya, dan kepemimpinan saat itu berpindah ke HOS
Cokroaminoto, SDI berubah nama menjadi Sarekat Islam. Alasannya yaitu untuk memperluas bidang
kegiatan organisasi yang awalnya hanya bergerak pada bidang perdagangan. Sarekat Islam jelas
memiliki tujuan. Beberapa bidang kegiatan yang dijalankan oleh SI antara lain:
- Sosial-ekonomi, memberikan bantuan modal usaha bagi anggotanya dan memajukan perdagangan
masyarakat pribumi.

- Agama, memajukan kehidupan dan mengembangkan ajaran agama Islam

Organisasi SI berkembang begitu pesat. Karena perkembangannya yang pesat, SI menjadi ancaman bagi
pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, perkembangannya yang pesat ini membuat SI berubah menjadi
partai politik, setelah diakui sebagai organisasi resmi pada bulan Maret 1916 oleh pemerintah. Setelah
mengalami perkembangan yang pesat, SI kemudian mengalami kemunduran di tahun 1921.
Kemunduran itu terjadi akibat perpecahan di dalam Sarekat Islam sendiri. Sarekat Islam terpecah
menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah. Hal tersebut terjadi akibat adanya agitasi golongan komunis
melalui tokoh Semaun dan Darsono ke dalam tubuh SI. SI Putih akhirnya berkembang dan dipimpin oleh
H.O.S. Cokroaminoto, sedangkan SI Merah dipimpin oleh Semaun. 3. Indische Partij Indische Partij
adalah partai politik pertama yang berdiri di Hindia Belanda. Demi mencapai tujuannya, Indische Partij
banyak berkecimpung dalam ranah politik, seperti mengkritik kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah Hindia Belanda.

Indische Partij banyak mengeluarkan tulisan kritikannya terhadap pemerintah Hindia Belanda melalui
surat kabar yang sering dipublikasikan. Salah satu tulisan yang paling terkenal adalah tulisan dari
Suwardi Suryaningrat berjudul “Als Ik eens Nederlander was” di surat kabar De Express pada tanggal 13
Juni 1913. Akibat kegiatan-kegiatan organisasi ini yang terlalu keras menentang pemerintah kolonial
Belanda, pada Desember 1913, Indische Partij dilarang melakukan kegiatannya serta tokoh “Tiga
Serangkai” diasingkan ke Belanda.

pergerakan nasional masa pendudukan jepang


Pada masa kependudukan Jepang di Indonesia, Jepang membentuk Gerakan Tiga A dengan para
nasionalis pada Maret 1942. Nama gerakan ini dijabarkan dari semboyan Jepang, yaitu "Nippon cahaya
Asia, Nippon pelindung Asia, dan Nippon pemimpin Asia''.

Gerakan Tiga A dipimpin oleh Mr. Samsuddin yang saat itu dibantu oleh Sutan Pamuntjak dan
Mohammad Saleh. Melalui Gerakan 3A, Jepang menggaungkan propaganda persaudaraan sesama
bangsa Asia untuk terbebas dari bangsa Barat. Para tokoh nasionalis Indonesia kemudian merespon
Jepang dengan baik karena dianggap akan membebaskan Indonesia dari belenggu Belanda dan akan
membantu mencapai kemerdekaan Indonesia. Namun faktanya, Gerakan Tiga A tidak begitu populer di
kalangan rakyat karena sangat berbau Jepang. Mohammad Hatta pernah menyatakan bahwa Gerakan
Tiga A itu dibenci orang karena lebih banyak menggolong daripada menolong. Sedangkan bagi kaum
intelektual yang telah bergerak dalam bidang politik, Gerakan Tiga A dianggap kurang menarik karena
tidak ada manfaatnya dalam perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia. Karena Gerakan
Tiga A dianggap tidak efektif, maka gerakan ini dibubarkan pada bulan Desember 1942. Dengan
demikian, Gerakan 3A merupakan gerakan propaganda yang dibentuk oleh Jepang untuk meyakinkan
Indonesia bahwa Jepang akan menolong Indonesia terbebas dari Belanda, namun sikap tokoh-tokoh
nasional dan rakyat terhadap Gerakan 3A adalah sangat membencinya dan menilai Gerakan 3A tidak
menarik karena hanya untuk kepentingan Jepang saja, tidak untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.

You might also like