You are on page 1of 8

STRATEGI PERUSAHAAN: DIFERSIFIKASI DAN

PERUSAHAAN MILTI-BISNIS

Disusun Oleh:

Lydia Febriati (01044822225001)

Mata Kuliah:

Strategic Manjemen

PENDIDKAN PROFESI AKUNTANSI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

2022
Diversifikasi

Diversifikasi terjadi ketika bisnis mengembangkan produk baru atau berekspansi ke


pasar baru. Seringkali, bisnis melakukan diversifikasi untuk mengelola risiko dengan
meminimalkan potensi bahaya pada bisnis selama penurunan ekonomi. Jadi pengertian dasar
diversivikasi adalah bisnis yang berekspansi atas aktivitas bisnis yang tidak bereaksi negatif
terhadap penurunan ekonomi yang sama seperti aktivitas bisnis Anda saat ini. Perusahaan yang
menggunakan diversifikasi sebagai strategi dominan memulai operasi di satu industri utama
dan kemudian Memperluas perusahaan dengan membeli bisnis atau membuat perusahaan baru.

Perusahaan tambahan, meskipun tidak secara langsung terlibat dalam industri utama,
biasanya menyediakan barang dan jasa yang meningkatkan input industri yang secara tidak
langsung untuk meningkatkan laba. Pembuat minuman ringan, misalnya, mungkin melakukan
diversifikasi untuk mengoperasikan perusahaan yang memasok botol kaca atau kaleng soda
aluminium. Bisnis baru berfokus pada prosedur start-up, bekerja untuk mendiversifikasi
perusahaan dalam beberapa tahun pertama operasi.

Strategi Diversifikasi pada Bisnis

Strategi diversifikasi didefinisikan dengan menambahkan produk baru di pasar baru.


Strategi diversifikasi, seperti yang telah kita ketahui, merupakan strategi pertumbuhan bisnis
yang diidentifikasi oleh perusahaan yang mengembangkan produk baru di pasar baru. Definisi
tersebut memberi tahu kita apa itu strategi diversifikasi, tetapi tidak memberikan wawasan
berharga tentang mengapa ini merupakan strategi pertumbuhan bisnis yang ideal untuk
beberapa perusahaan atau bagaimana penerapannya. Strategi diversifikasi dapat mencakup
pengembangan internal produk atau pasar baru, akuisisi perusahaan, aliansi dengan perusahaan
pelengkap, lisensi teknologi baru, dan distribusi atau impor lini produk yang diproduksi oleh
perusahaan lain. Umumnya, strategi terakhir melibatkan kombinasi dari opsi-opsi ini.
Kombinasi ini ditentukan dalam fungsi peluang yang tersedia dan konsistensi dengan tujuan
dan sumber daya perusahaan.

Diversifikasi konsentris

Strategi diversifikasi konsentris adalah terdapat kesamaan teknologi antarindustri, yang


berarti perusahaan mampu memanfaatkan pengetahuan teknisnya untuk mendapatkan
keuntungan. Misalnya, perusahaan yang memproduksi lem industri mungkin memutuskan
untuk melakukan diversifikasi menjadi lem untuk dijual melalui retailer. Teknologi akan sama
tetapi upaya pemasaran perlu diubah. Tampaknya juga meningkatkan pangsa pasarnya untuk
meluncurkan produk baru yang membantu perusahaan tertentu memperoleh keuntungan.
Perusahaan dapat mencari produk baru yang memiliki sinergi teknologi atau pemasaran dengan
lini produk yang ada dan menarik bagi sekelompok pelanggan baru.

Diversifikasi horizontal

Strategi diversifikasi horzontal adalah dimana perusahaan menambahkan produk atau


layanan baru yang sering kali secara teknologi atau komersial tidak terkait dengan produk saat
ini tetapi mungkin menarik bagi pelanggan saat ini. Strategi ini cenderung meningkatkan
ketergantungan perusahaan pada segmen pasar tertentu. Misalnya, perusahaan yang membuat
notebook lebih awal juga dapat memasuki pasar pena dengan produk barunya.

Diversifikasi konglomerat

Konglomerat adalah perusahaan multi-industri – yaitu kombinasi dari beberapa entitas


bisnis yang beroperasi di industri yang sama sekali berbeda di bawah satu grup perusahaan,
biasanya melibatkan perusahaan induk dan banyak anak perusahaan. Konglomerat seringkali
besar dan multinasional.

Manfaat Diversifikasi pada Bisnis

Pertama dan terpenting, perusahaan melakukan diversifikasi untuk mencapai


profitabilitas yang lebih besar. Diversifikasi digunakan oleh bisnis untuk membantu mereka
berekspansi ke pasar dan industri yang saat ini belum mereka jelajahi. Ini dicapai dengan
menambahkan produk, layanan, atau fitur baru yang akan menarik pelanggan di pasar baru ini.
Dengan memperluas jangkauan dan daya tarik mereka, bisnis dapat menjelajahi jalan baru
untuk penjualan, dan pada gilirannya, memiliki potensi untuk meningkatkan keuntungan
mereka secara signifikan. Selain mencapai profitabilitas yang lebih tinggi, perusahaan memilih
melakukan diversifikasi karena berbagai alasan lain. Misalnya, diversifikasi juga dapat
memungkinkan perusahaan untuk meminimalkan risiko penurunan industri, meningkatkan
citra merek, dan juga dapat digunakan sebagai mekanisme pertahanan untuk melindungi
perusahaan dari persaingan yang kuat. Di sisi lain, strategi diversifikasi bukannya tanpa
kelemahan. Dari empat strategi pertumbuhan yang diusulkan oleh Ansoff, diversifikasi bukan
hanya yang paling berisiko tetapi juga yang paling kompleks.
Risiko strategi diversifikasi

Tidak seperti strategi penetrasi pasar, strategi diversifikasi dianggap berisiko tinggi
tidak hanya karena risiko yang melekat terkait dengan pengembangan produk baru, tetapi juga
karena kurangnya pengalaman bisnis dalam bekerja di pasar baru. Ketika sebuah perusahaan
memilih untuk melakukan diversifikasi, mereka secara sadar menempatkan diri mereka pada
posisi yang sangat tidak pasti karena mempelajari pasar yang baru. Selain itu, diversifikasi
sering kali membutuhkan perluasan sumber daya manusia dan keuangan yang signifikan, yang
terkadang dapat berdampak buruk pada alokasi sumber daya di industri inti. Sangat penting
bagi perusahaan untuk mengevaluasi risiko secara menyeluruh dan menilai kemungkinan
mencapai hasil yang menguntungkan sebelum memutuskan untuk mengejar diversifikasi.

Pengertian Strategi Multibisnis.


Menurut James Brian Quinn (1980) strategi merupakan “pola atau rencana yang
mengintregasika tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan, urutan-urutan aksi ke dalam
keseluruhan yang terkait”. Sedangkan Menurut William Hence (1985) mendifinisikan strategi
sebagai “konsentrasi dari sumber-sumber pada peluang- peluang bagi keunggulan
kompetitif”. Dari dua definisi itu dapat dipahami bahwa strategi adalah cara untuk mencapai
tujuan dengan melibatkan semua faktor andalan dalam organisasi secara strategik. Perusahaan
multi bisnis adalah perusahaan yang memiliki dan mengelola lebih dari satu bisnis. Di
Indonesia saja contohnya sangat banyak. Misalnya kelompok bisnis cipaganti yang memiliki
bisnis di bidang transportasi darat (taksi, travel, dan rental mobil). Bisnis pariwisata (tour,
ticketing, dan penyewaan bis), bisnis perhotelan, bisnis kargo, bisnis tambang (emas, batu
bara), bisnis Pendidikan dan pelatihan, bisnis elektronika dan multimedia.
Awalnya perusahaan Multi Bisnis merupakan satu perusahaan yang mempunyai satu
produk yang sangat sukses di pasar. Operasionalisasi perusahaan dikendalikan dengan struktur
fungsional, sehingga lebih mudah mengendalikan kegiatan-kegiatan pemasaran, produksi,
SDM dan tentunya keuangan. Kemudian perusahaan melakukan pengembangan bisnis dengan
memasuki wilayah yang berbeda atau meningkatkan jenis produk yang ditawarkan. Strategi
bertumbuhanya yang dipilih perusahaan pada tahap ini umumnya adalah integrasi horizontal
yaitu terus bertumbuh melalui perluasan bisnisnya saat ini, dengan masih mempertahankan
struktur produk-pasar yang sama dengan saat ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
perluasan geografis, dari satu wilayah ke wilayah lain. Setelah bertumbuh secara horizontal
tidak lagi memberikan manfaat yang signifikan umumnya perusahaan akan bertumbuh melalui
integrasi vertical yaitu pemicu strategi ini terutama adalah keinginan perusahaan untuk
mengendalikan kegiatan-kegiatan atau sumber daya yang sangat signifikan bagi bisnisnya.

Fase Proses Manajemen Strategi Dalam Kaitan Dengan Strategi bisnis:


1. Formulasi strategi meliputi penilaian terhadap lingkungan dan pengembangan strategi.
2. Implementasi strategi dan evaluasi.
3. Formulasi Strategi

Proses formulasi strategi yang juga disebut sebagai perencanaan strategik meliputi beberapa
kegiatan yang sistematis:
a) Metetapkan arah strategik organisasi
b) Mengindentififikasi lingkungan dan analisis SWOT.
c) Merumuskan tujuan-tujuan strategik.
d) Mengembangkan alternatif-alternatif strategik.
e) Memilih strategik.

Identifikasi Linkungan Dan Analisis SWOT


Perencanaan perlu mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan bisnis yang relevan
dengan kondisi perusahaan saat ini dan melakukan analisis tentang kekuatan, kelemahan,
peluang, dan tantangan dalam lingkungan bisnis.
1) Merumuskan Tujuan Strategik.
Pada fase ini, rumusan visi, misi dean tujuan itu, diterjemahkan ke dalam tujuan-tujuan
strategik yaitu tujuan-tujuan yang dirumuskan pada tingkat korporat atau pada level puncak
dalam hierarki manajerial. Kemudian tujuan-tujuan pada tingkat korporat atau organisasi,
diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan strategik pada tingkat fungsional atau divisional (divisi
pemasaran, divisi SDM, dan sebagainya) dan operasional (unit).
2) Mengembangkan Alternatif Strategi.
Strategi-strategi bisnis, terkait dengan misi dan tujuan yang diemban organisasi. Strategi
SDM adalah upaya menyediakan SDM yang memiliki kompetensi dan motivasi yang tinggi
melalui fungsi-fungsi MSDM. Kualitas SDM yang tersedia diharapkan mampu mendukung
implementasi strategi bisnis tertentu sebagai upaya mencapai misi dan tujuan yang telah
digariskan.
3) Memilih Strategi.
Strategi bisnis yang dirancang masih bersifat intended strategy yaitu strategi dalam
tatanan konseptual yang dirumuskan oleh manajer puncak melalui proses pengembalian
keputsan yang rasional yang dikembangkan sebagai rencana strategis. Jika dalam implementasi
terdapat keadaan-keadaan yang tidak terduga sehingga strategi yang diterapkan menjadi kurang
evektif dalam pencapaian tujuan maka strategi harus direvisi. Oleh sebab itu, dalam perumusan
strategi pada tingkat korpora untuk mengurangi kemungkinan bias dalam konsep intended
strategy, para manajer tingkat bawah, dapat dilibatkan dalam proses perumusan strategi-
strategi yang secara fundamental dikembangkan dari pengalaman yang mereka peroleh
dilapangan.
4) Implementasi Strategi Dan Evaluasi
Proses ini meliputi kegiatan-kegiatan, menghubungkan harapan-harapan dengan
organisasi, orang-orang, peningkatan kinerja dan mengevaluasi evektifitasstrategi.
Faktor-faktor atau pilar yang harus dipertimbangkan dalam proses implementasi :
a. Desain tugas.
b. Struktur organisasi.
c. Kompensasi.
d. Sistem.
e. Proses.
f. Teknologi.

Kepemimpinan Strategis
Kepemimpinan strategis adalah kemampuan seseorang untuk mengantisipsi,
memimpikan, mempertahankan fleksibilitas, berpikir secara strategis, dan bekerja dengan
orang lain untuk memulai perubahan yang akan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi
organisasi. Kepemimpinan strategis adalah suatu proses memberikan arah dan inspirasi yang
diperlukan untuk membuat dan melaksanakan visi organisasi, misi dan strategi untuk mencapai
tujuan organisasi. Kepemimpinan startegis harus melibatkan manajer di bagian atas, tengah,
dan tingkat yang lebih rendah dari organisasi.
Pemimpin strategis yang efektif antara lain memiliki keterampilan untuk:
1. Mengantisipasi dan meramalkan kejadian dalam lingkungan eksternal organisasi yang
memiliki potensi untuk mempengaruhi kinerja organisasi.
2. Mencari dan mempertahankan keunggulan kompetitif dengan membangun kompetensi inti
dan memilih pasar yang tepat untuk bersaing.
3. Mengevaluasi implementasi strategi dan hasil secara sistematis dan membuat penyesuaian
startegis.
4. Membangun tim karyawan yang sanga efektif, efisien, dan termitivasi.
5. Menentukan tujuan dan prioritas yang tepat untuk mencapai serta menjadi komunikator yang
efektif.
Pemimpin harus memiliki kredibilitas dan reputasi yang hebat, agar ia mampu
memberikan inspirasi dan motivasi kepada setiap orang. Pemimpin harus memotivasi dan
menginspirasi setiap orang dalam setiap detik kehidupan mereka, untuk bersemangat dan
bangkit bersama dengan perubahan baru. Pemimpin harus membuat setiap orang menyadari
bahwa perubahan itu penting, untuk mengubah hal-hal yang telah ketinggalan zaman dengan
hal-hal baru yang sesuai peradaban.
Karakteristik kepemimpinan strategis adalah sebagai berikut:
1. Visioner, missioner, dan strategis yakni memiliki, memahami dan mengkomunikasikan
dan merealisasikan strategi serta memiliki pengetahuan, terampil, dan berwawasan luas.
2. Berorientasi pada perubaha menunjukkan bahwa pemimpin menyukai dan selalu terlibat
dalam perubahan, memiliki tujuan dan arah yang jelas, future-oriented dan suka
menetapkan prioritas.
3. Mampu membangun relasi yang kuat tergambar dari selalu bertindak bijaksana,
melibatkan bawahan dalam mengembangkan ide, member kesempatan kepada bawahan
untuk membuat keputusan, selalu menyelesaikan tanggung jawa dengan segera dan
memiliki jejaring social luas dengan berbagai pihak.
4. Memilki personal style dan personal skill seperti proaktif, pengendalian emosi,
bersemangat, peduli terhadap bawahan, bekerja melampaui uang dan kekuasaan serta
berani mengambil resiko.
Budaya Organisasi
Sweeney dan Mc Farlen (2002 : 334) mengemukakan bahwa budaya secara ideal
mengkomunikasikan secara jelas pesan-pesan tentang bagaimana kita melakukan sesuatu atau
bertindak berperilaku disekitar sini. Budaya organisasi adalah seperangkat perilaku, perasaan,
dan kerangka psikologis yang terinternalisasi sangat mendalam dan dimiliki bersama oleh
anggota organisasi. Para ahli berpendapat bahwa definisi budaya organisasi memiliki tiga hal
yang merupakan cirri khas dari budaya organisasi tersebut antara lain:
a. Dipelajari
b. Dimiliki bersama
c. Diwariskan dari generasi ke generasi
Faktor yang paling penting bagi organisasi adalah bagaimana seorang pemimpin, ketua
ataupun manajer sebuah organisasi dapat menciptakan dan memelihara suatu budaya
organisasi yang kuat dan jelas. Kepemimpinan dengan budaya organisasi saling terkait, jika
pemimpin hidup dalam berbagai budaya, maka dia merupakan instrument dalam mengelola
dan mengembangkan budaya, oleh karena itu salah satu kewajiban pemimpin adalah
memahami apa yang dihadapi dan apa yang dikerjakan jika mencoba mengelola budaya.
Sebaliknya kewajiban bagi pemimpin adalah menciptakan budaya. Seorang pemimpin
strategis dalam membangun budaya organisasi yang dipimpinnya harus berperan menjadi
sosok dari budaya yang akan dibangunnya, pemimpin harus mampu membantu bawahan
untuk menciptakan rasa memiliki jati diri bagi para pekerjanya. Tanpa adanya ikatan pribadi
(rasa memiliki) karyawan terhadap organisasi, seorang pemimpin akan kesulitan untuk
menterjemahkan visi, misi dan tujuannya dalam memimpin organisasi. Pemimpin juga harus
dapat membantu menciptkan stabilitas organisasi sebagai suatu system social, dimana orang-
orang yang ada didalam organisasi merupakan satu kesatuan social yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Pada intinya peran kepemimpinan startegis dalam budaya
organisasi yakni adalah bagaimana seorang pemimpin mampu mengarahkan dan membawa
anggota organisasi memahami kondisi lingkungan strategisnya sebagaibagian dalam
mencapai tujuan organisasi.

You might also like