You are on page 1of 10

RINGKASAN MATERI KULIAH

Konsep Dasar PPh Wajib Pajak dan Orang Pribadi (WPOP)


EKA321/A4

Dosen Pengampu :
Dr. Gerianta Wirawan Yasa, S.E., M.Si.

Disusun Oleh:
Made Widananda Vira Suksma Paramachintya (2107531256)
I Gusti Ayu Dianita Martha Kamalini (2107531257)
Ni Ketut Trisna Ardani (2107531258)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
1. PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PPh OP adalah pengenaan pajak terhadap subjek pajak milik orang pribadi atas
penghasilan atau pendapatan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Orang Pribadi
adalah subjek pajak penghasilan yang mencakup orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia maupun di luar Indonesia.

2. SUBJEK PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


Sesuai Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), subjek Pajak Penghasilan Orang
Pribadi adalah orang atau pihak yang bertanggung jawab atas pajak penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam Tahun Pajak maupun bagian Tahun Pajak Artinya, subjek
pajak penghasilan yakni orang yang harus membayar PPh dan disebut sebagai Wajib Pajak
(WP), yang ditetapkan melalui kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Namun subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh OP ini terbagi menjadi 2 jenis,
yakni:
a Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri
Merujuk pada Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020, subjek PPh Orang
Pribadi Dalam Negeri adalah WP Orang Pribadi yang merupakan Warga Negara
Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA), yang:
- Bertempat tinggal di Indonesia
- Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
- Atau dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia
PPh Orang Pribadi Dalam Negeri ini dikenakan pada bagi WP OP yang telah menerima
atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP).
b Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi Luar Negeri
Masih sesuai UU Cipta Kerja, sedangkan subjek PPh Orang Pribadi Luar Negeri WP
Orang Pribadi, yang:
- Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
- WNA yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan
- WNI yang berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
serta memenuhi persyaratan
3. OBJEK PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah penghasilan yang merupakan setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh orang pribadi, baik berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah
kekayaan yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Jenis-Jenis Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi Merujuk Pasal 4 ayat (1) UU PPh
No. 36 Tahun 2008, berikut jenis-jenis objek PPh Orang Pribadi:
a Penghasilan dari Pekerjaan
Penghasilan yang merupakan objek PPh Orang Pribadi dari pekerjaan ini meliputi:
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
undang-undang
2) Hadiah dari pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3) Penghasilan dari Usaha atau Pekerjaan Bebas
Objek PPh Orang Pribadi yang merupakan penghasilan dari usaha atau pekerjaan
bebas adalah:
a) Laba usaha
b) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan atau pekerjaan bebas.
b. Penghasilan dari Modal (Investasi)
Penghasilan dari modal atau investasi yang merupakan objek pajak penghasilan orang
pribadi / PPh Orang Pribadi diantaranya:
1) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk
a) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
b) Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena
pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota
c) Keuntungan pengalihan harta dalam likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha; atau reorganisasi dengan
nama dan dalam bentuk apa pun
d) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan badan keaagamaan, badan pendidikan, badan sosial,
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro kecil, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro
kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan
e) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan
2) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang
3) Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian laba dari sisa hasil
usaha koperasi
4) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
5) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
c. Penghasilan lain-lain
Sedangkan penghasilan lain-lain yang masuk dalam kategori objek pajak penghasilan
orang pribadi / PPh Orang Pribadi adalah:
1) Hadiah dari undian
2) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
3) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
4) Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
5) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
6) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
7) Penghasilan dari usaha berbasis Syariah
8) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU yang mengatur mengenai KUP
9) Surplus Bank Indonesia

4. TARIF PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI


Tarif pajak penghasilan orang pribadi yang berlaku saat ini di Indonesia adalah sebagai
berikut:
a Penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp. 50 juta dikenakan tarif pajak 5%
b Di atas Rp. 50 juta s.d. Rp. 250 juta dikenakan tarif pajak 15%
c Diatas Rp. 250 juta s.d. Rp. 500 juta dikenakan tarif pajak 25%
d Diatas Rp. 500 juta dikenakan tarif pajak 30%

5. JENIS-JENIS PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


Berdasarkan penghasilan yang diterima oleh orang pribadi, maka wajib pajak orang
pribadi dapat dibagi menjadi :
a Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari pekerjaan.
Contoh : Pegawai swasta, Pegawai BUMN dan PNS.
b Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari
c Usaha. Contoh : Pengusaha toko emas, Pengusaha Industri Mie Kering
d Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari Pekerjaan
bebas. Contoh : Dokter, Notaris, Akuntan, Konsultan
e Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan lain yang tidak
bersifat final (sehubungan dengan pemodalan). Contoh : Bunga pinjaman, royalti, sewa
(yang bukan usaha pokoknya)
f Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan yang bersifat final.
Contoh : Bunga deposito, hadiah undian.
g Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan yang bukan objek
pajak. Contoh : bantuan, sumbangan
h Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari luar negeri.
Contoh : bunga, royalti dari luar negeri (PPh Pasal 24)
i Wajib pajak orang pribadi yang menerima penghasilan dari berbagai sumber.Contoh :
Pegawai swasta tetapi juga mempunyai usaha rumah makan, PNS tetapi membuka
praktek dokter

6. PERBEDAAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN


USAHA DAN YANG TIDAK MELAKUKAN USAHA/PEKERJAAN BEBAS
a Kewajiban Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Tidak Melakukan Kegiatan
Usaha Atau Pekerjaan Bebas
1) WPOP Karyawan yang hanya memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas (berstatus sebagai karyawan) dan hanya bekerja pada satu pemberi kerja tidak
memiliki kewajiban untuk membayar pajak sendiri setiap bulan atas penghasilan
yang diterima/ diperoleh seubungan dengan pekerjaan.WP Orang Pribadi ini juga
tidak memiliki kewajiban untuk membuat laporan (Surat Pemberitahuan Masa) ke
Kantor Pelayanan Pajak setiap bulan. Perusahaan tempat wajib pajak bekerja
(pemberi kerja) memiliki kewajiban untuk memotong pajak atas penghasilan
sehubungan pekerjaan yang dibayarkan/terutang kepada karyawannya setiap bulan
dan menyetorkannya ke Kas Negara serta melaporkannya ke kantor pelayanan pajak
setempat. Oleh karena itu gaji yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi yang
berstatus sebagai karyawan adalah gaji bersih setelah dipotong pajak
penghasilan.Pajak yang terutang atas Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan
dikenal dengan istilah PPh Pasal 21.s
2) WPOP Karyawan yang memperoleh penghasilan lain yang bukan obyek PPh Final.
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas (WPOP Karyawan) yang memperoleh penghasilan lain selain dari
satu pemberi kerja, baik karena bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja maupun
memiliki penghasilan lain selain dari pekerjaan dan penghasilan lain tersebut bukan
merupakan obyek PPh final. Besarnya PPh Pasal 25 yang harus dibayar oleh
wajib pajak dihitung berdasarkan PPh yang terutang dalam SPT Tahunan
tahun sebelumnya setelah dikurangi dengan pemotongan yang dilakukan pihak
lain yang dapat dikreditkan dan dibagi 12 (dua belas). Jatuh tempo pembayaran PPh
pasal 25 adalah tanggal 15 bulan berikutnya.Jika jatuh tempo pembayaran jatuh pada
hari libur, maka pembayaran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Pembayaran Angsuran PPh pasal 25 ini, wajib dilaporkan ke 5 kantor pelayanan
pajak tempat wajib pajak terdaftar paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
b. WPOP Karyawan yang memperoleh penghasilan lain yang merupakan obyek PPh Final.
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha ataupekerjaan
bebas (WPOP Karyawan) yang memperoleh penghasilan lain selain darisatu pemberi
kerja, dan memiliki penghasilan lain yang merupakan obyek PPh final, maka selain
diwajibkan untuk melaporkan SPT Tahunan (SPT 1770-S) juga memiliki kewajiban
untuk membayar dan melaporkan PPh final pasal 4 (2). Jenis penghasilan lain yang
merupakan obyek PPh final dan pembayaran PPh- nya wajib dilakukan sendiri oleh
penerima penghasilan (Wajib pajak) adalah sebagai berikut :
- Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan;
- Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan;
- Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi ;
c Kewajiban Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan Kegiatan Usaha atau
Pekerjaan Bebas. Bagi wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan Usaha atau
pekerjaan bebas, setelah terdaftar di kantor pelayanan pajak dan memperoleh NPWP
maka akan memiliki kewajiban pajak yang harus dilaksanakan. Wajib Pajak Orang
Pribadi yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas selaku pemberi kerja selain
diwajibkan untuk membayar dan melaporkan pajak yang terutang atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya sendiri juga diwajibkan untuk menyetorkan dan
melaporkan PPh yang terutang atas penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada
karyawannya. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak Orang Pribadi yang
melakukann kegiatan usaha/pekerjaan bebas setelah memperoleh NPWP adalah sebagai
berikut :
1) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa)
2) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)

7. SKEMA PEMBAGIAN MEKANISME PERHITUNGAN PPH ORANG PRIBADI


Skema pembagian mekanisme perhitungan Pajak Penghasilan bagi wajib Pajak Orang
Pribadi yang berbeda, yang melakukan usaha atau pekerjaan, yakni:
1) Jika Peredaran Bruto > Rp4,8 Miliar
Apabila WP Orang Pribadi yang melakukan usaha atau pekerjaan dengan peredaran
bruto lebih dari Rp4,8 miliar setahun, wajib melakukan pembukuan dan PPh dihitung
berdasarkan Mekanisme Umum.
2) Jika Peredaran Bruto < Rp4,8 Miliar
Ketika WP Orang Pribadi / objek pajak penghasilan orang pribadi yang melakukan usaha
atau pekerjaan memiliki peredaran bruto kurang dari Rp4,8 miliar setahun, dapat
memilih metode perhitungan pajak penghasilan, yaitu:
a Melakukan Pencatatan
PPh dihitung berdasarkan Norma Perhitungan Penghasilan Neto (Pasal 17 UU PPh
No. 38 Tahun 2008), atau PPh dihitung berdasarkan PP No. 23 Tahun 2018.
b Memilih Pembukuan
Jika memilih pembukuan, maka PPh dihitung berdasarkan Mekanisme Umum.

8. KEWAJIBAN WAJIB PAJAK


Kewajiban pajak subjektif orang pribadi dimulai pada saat orang pribadi tersebut
dilahirkan, berada, atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat
meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. Apabila kewajiban
pajak subjektif orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia hanya meliputi
sebagian dari tahun pajak, maka bagian tahun pajak tersebut menggantikan tahun pajak.
Sebagai subjek pajak, orang pribadi dapat dikategorikan sebagai subjek pajak dalam negeri
atau subjek pajak luar negeri. Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai
kewajiban untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri penghitungan pembayaran dan
pelaporan pajak terutangnya. Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri
untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) . Wajib Pajak Orang Pribadi yang
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP adalah :
a Orang Pribadi yang menjalakan usaha atau pekerjaan bebas;
b Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, yang memperoleh
penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib mendaftarkan diri paling
lambat pada akhir bulan berikutnya;
c Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta;
d Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai tempat usaha
berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
e Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi kedudukan wajib pajak dengan mengisi
formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan administrasi. Selain mendatangi
Kantor Pelayanan Pajak, Wajib Pajak Orang Pribadi dapat pula mendaftarkan diri secara
online melalui e-registration di website Direktorat Jenderal Pajak www.pajak.go.id.
Selain mendapatkan NPWP, Wajib Pajak dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP) dan kepadanya akan diberikan Nomor Pengkuhan Pengusaha Kena
Pajak (NPPKP)
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah. (2022, July 20). Belajar Pajak: Apa Itu pajak Penghasilan Orang Pribadi?.
Pajakku.com. Retrieved October 5, 2022, from
https://www.pajakku.com/read/60012a5f5bddc138006e2ee6/Belajar-Pajak:-Apa-Itu-
Pajak-Penghasilan-Orang-Pribadi
Fitriya. (2022, May 22). Pajak Penghasilan Orang Pribadi: Ulasan Lengkap pph Orang
Pribadi. Klikpajak. Retrieved October 5, 2022, from https://klikpajak.id/blog/pajak-
penghasilan-orang-pribadi/
Prabandaru, A. (2022, August 15). Wajib Pajak pribadi: Ketentuan Dan Kewajiban
perpajakannya. Klikpajak. Retrieved October 5, 2022, from
https://klikpajak.id/blog/wajib-pajak-pribadi-ketentuan-dan-kewajiban-
perpajakannya/
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG
PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983
TENTANG PAJAK PENGHASILAN

You might also like