Professional Documents
Culture Documents
RMK Tugas Kelompok 6
RMK Tugas Kelompok 6
Dosen Pengampu :
Dr. Gerianta Wirawan Yasa, S.E., M.Si.
Disusun Oleh:
Made Widananda Vira Suksma Paramachintya (2107531256)
I Gusti Ayu Dianita Martha Kamalini (2107531257)
Ni Ketut Trisna Ardani (2107531258)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ringkasan yang berjudul Konsep Dasar PPh Badan,
Laba Fiskal, Kompensasi Kerugian Dan Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan. Adapun
tujuan penulisan dari ringkasan ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. Gerianta
Wirawan Yasa, S.E., M.Si. Selain itu, ringkasan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Konsep Dasar PPh Badan, Laba Fiskal, Kompensasi Kerugian Dan
Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Gerianta Wirawan Yasa, S.E., M.Si
selaku Dosen Mata Kuliah Perpajakan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah Perpajakan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan ringkasan ini.
Kami menyadari, ringkasan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dan perbaikan ringkasan ini pada masa
yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................................ 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
2.1. Konsep Dasar PPh Badan............................................................................................... 3
2.2. Laba Fiskal ................................................................................................................... 11
2.3. Kompensasi Kerugian .................................................................................................. 12
2.4. Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan ............................................................... 15
BAB III .................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.4. Apa saja penghasilan kena pajak wajib pajak badan?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengatahui konsep dasar PPh badan
1.3.2. Untuk mengetahui laba fiskal
1.3.3. Untuk mengetahui kompensasi kerugian
1.3.4. Untuk mengetahui penghasilan kena pajak wajib pajak badan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa
lain selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Pajak Penghasilan Badan atau PPh Badan adalah pajak yang dikenakan atas
penghasilan suatu perusahaan. Sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan (UU PPh), penghasilan suatu badan atau perusahaan yang dimaksud adalah
“Setiap penambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Wajib
Pajak Badan, baik dari dalam maupun luar negeri, dengan keperluan apa pun termasuk
misalnya menambah kekayaan, konsumsi, investasi, dan lain sebagainya.”
4
1) kantor perwakilan negara asing;
2) organisasi-organisasi internasional dengan syarat
• Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
• tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran para anggota.
3) unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
• pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
• pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
• penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan
• pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
5
k keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n premi asuransi;
o iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
q penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s surplus Bank Indonesia.
6
c Pajak Penghasilan Pasal 23
PPh Pasal 23 adalah pajak yang mengatur atas pemotongan pajak yang dilakukan
oleh pemungut pajak dari Wajib Pajak ketika terjadi transaksi yang merujuk pada:
• Transaksi dividen atau pembagian keuntungan saham
• Royalti, bunga, hadiah dan penghargaan
• sewa, dan penghasilan lain yang berkaitan dengan penggunaan aset selain
tanah dan transfer bangunan atau jasa.
d Pajak Penghasilan Pasal 25
PPh Pasal 25 mengatur atas angsuran pajak yang berasal dari jumlah pajak
penghasilan terutang menurut SPT PPh dikurangi PPh yang telah dipungut serta
PPh yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan boleh dikreditkan.
e Pajak Penghasilan Pasal 26
PPh Pasal 26 mengatur pajak yang dikenakan atas penghasilan yang bersumber
dari Indonesia dan diterima Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap
(BUT) di Indonesia.
f Pajak Penghasilan Pasal 29
PPh Pasal 29 mengatur atas jumlah pajak terutang suatu perusahaan dalam satu
tahun pajak lebih besar dari jumlah kredit pajak yang telah dipotong oleh pihak
lain, serta telah disetorkan. Maka nilai lebih pajak terutang tersebut harus
dibayarkan sebelum SPT PPh Badan dilaporkan.
g Pajak Penghasilan Pasal 15
PPh Pasal 15 mengatur atas laporan pajak yang berhubungan dengan Norma
Perhitungan Khusus untuk golongan Wajib Pajak tertentu, termasuk Wajib Pajak
Badan yang bergerak pada:
• Sektor pelayaran atau penerbangan internasional
• Perusahaan asuransi luar negeri
• Pengeboran minyak, gas dan geothermal
• Perusahaan dagang asing
• Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangunan serah guna.
h Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2)
PPh Pasal 4 ayat (2) berkaitan dengan pajak yang dipungut dari penghasilan yang
dipotong dari:
• Bunga deposito dan tabungan lainnya
7
• Bunga obligasi dan surat utang negara
• Bunga simpanan yang dibayarkan koperasi
• Hadiah undian
• Transaksi saham dan sekuritas lainnya
• Serta transaksi lain sebagaimana diatur dalam peraturan yang ditetapkan.
2 Jenis Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Berikut jenis pajak badan dari PPN:
a Pajak Pertambahan Nilai
PPN adalah merupakan pajak yang dibebankan untuk transaksi atas Barang Kena
Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP). Nilai PPN biasanya ditambahkan pada
harga pokok barang atau jasa yang diperjualbelikan tersebut.
b Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan atas
barang atau produk yang dianggap bukan sebagai barang kebutuhan pokok.
Barang tersebut biasanya dikonsumsi oleh masyarakat kalangan tertentu yang
pada umumnya merupakan masyarakat berpenghasilan tinggi.
8
1 Menghitung penghasilan selama setahun
Perhitungan selama setahun secara keseluruhan dari penghasilan yang diperoleh
dalam satu tahun pajak kecuali penghasilan yang bukan objek pajak dan yang
dikenakan PPh Final.
2 Mengurangi dari biaya-biaya
Pengurangan biaya-biaya yang dikeluarkan yaitu pengeluaran langsung atau tidak
langsung dan berhubungan dengan kegiatan usaha. Biaya yang dimaksud seperti
biaya sewa, pembelian barang, biaya yang terkait dengan pekerjaan atau jasa, biaya
bunga, biaya perjalanan, royalti, premi asuransi, biaya penyusutan/amortisasi, biaya
promosi dan penjualan, biaya pengelolaan limbah, administrasi, dan biaya sejenis
lainnya.
3 Biaya yang tidak dapat dikurangi
Wajib Pajak Badan juga harus mengeluarkan biaya yang tidak dapat dikurangi
diantaranya pembagian laba/dividen, sisa hasil usaha koperasi atau biaya
kepentingan pribadi pemegang saham, maupun biaya lain dalam aturan perpajakan.
Apabila biaya yang tidak dapat dikurangi sudah masuk dalam pembukuan, maka
harus dikeluarkan lebih dahulu melalui koreksi fiskal.
Jika penghasilan bruto setelah pengurangan biaya-biaya hasilnya rugi dan tidak
dikenakan Penghasilan Kena Pajak, maka kerugian dapat dikompensasi dengan penghasilan
Tahun Pajak berikutnya yang berlaku 5 tahun berturut-turut.
9
a) Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan penawaran umum saham
(IPO/Initial Public Offering), sesuai dengan peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal sesuai PP 77 tahun 2013 sampai dengan PP 56 tahun 2015
yaitu
b) Saham yang dimaksud huruf a harus dimiliki paling sedikit 300 pihak.
c) Masing-masing pihak yang dimaksud huruf b hanya dapat memiliki saham kurang
dari 5% dari seluruh saham yang ditempatkan.
d) Ketentuan yang dimaksud dalam huruf a, b, dan c harus dipenuhi dalam waktu
paling singkat dalam jangka waktu satu tahun pajak.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka cara menghitung pajak penghasilan badan adalah
sebagai berikut:
PT AAA memiliki jumlah Penghasilan Kena Pajak badan adalah senilai
Rp2.000.000.000, maka tarif PPh badan yang harus dibayarkan adalah 25% x
Rp2.000.000.000 = Rp500.000.000.
Dan perlu diketahui, penghasilan yang dipotong dengan Pajak Penghasilan yang
bersifat final, tidak termasuk dalam ketentuan ini. Tarif pajak final diatur dalam aturan
tersendiri berdasarkan Peraturan Pemerintah.
10
2.2. Laba Fiskal
Laba fiskal (taxable profit) dalam akuntansi pajak merupakan laba atau rugi dalam suatu
perusahaan selama satu periode pajak yang umumnya meliputi satu tahun pajak (dihitung
berdasarkan aturan perpajakan). Laba fiskal dapat dihitung berdasarkan pada aturan
perpajakan dan laba fiskal itu sendiri Laba fiskal ini dapat menjadi acuan dasar perhitungan
pajak penghasilan (PPh) pada sebuah perusahaan nantinya. Pada umumnya, laba fiskal dapat
disebut juga dengan penghasilan kena pajak atau rugi pajak (tax loss).
Laba fiskal atau penghasilan kena pajak (PKP) dapat dihitung dengan cara laba akuntansi
atau laba komersial yang dikurangi atau ditambah dengan koreksi fiskal. Laba komersial
dalam akuntansi perpajakan dapat diartikan sebagai laba atau rugi bersih yang terjadi pada
sebuah perusahaan selama satu periode. Laba ini belum dikurangi atas suatu beban pajak
yang diterima atau beban pajak penghasilan yang terutang. Pada laba komersial, semua
pendapatan dan biaya pada suatu perusahaan telah dihitung atau dilaporkan, termasuk
pendapatan yang merupakan objek maupun bukan objek pajak penghasilan, juga biaya yang
boleh dan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak. Dengan adanya laba
komersial, maka sebuah perusahaan dapat mengetahui apakah bisnis yang dijalankan oleh
perusahaan tersebut memberikan keuntungan atau malah memberikan kerugian bagi
perusahaan itu sendiri.
Laba fiskal diperoleh dari laba komersial yang telah melalui koreksi fiskal. Koreksi
fiskal atau yang biasa disebut dengan Rekonsiliasi fiskal adalah penyesuaian ataupun koreksi
yang dilakukan oleh wajib pajak atas tanggungan pajaknya sebelum melakukan perhitungan
Pajak Penghasilan (PPh). Koreksi fiskal dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan
pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak.
Perbedaan tersebut biasanya terdiri dari:
1. Beda Tetap
Penghasilan dan biaya yang diakui pada perhitungan laba neto dalam akuntansi
komersial namun tidak diakui dalam perhitungan akuntansi pajak. Contoh dari
penghasilan adalah bunga yang didapatkan dari deposito, sumbangan, dan hibah,
sedangkan contoh dari biaya adalah biaya pajak penghasilan, biaya sanksi perpajakan,
dan biaya sumbangan.
2. Beda Waktu
Penghasilan dan biaya yang diakui oleh akuntansi komersial ataupun sebaliknya namun
tidak diakui sekaligus oleh akuntansi pajak, biasanya dikarenakan perbedaan metode
11
pengakuan. Contoh dari penghasilan adalah pendapatan laba selisih kurs dan contoh dari
biaya adalah biaya sewa serta biaya penyusutan.
Adapun koreksi fiskal dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
1. Koreksi fiskal positif, yaitu koreksi fiskal yang dapat menyebabkan penambahan
penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan (PPh) terutang. Contoh dari koreksi fiskal
positif adalah biaya pajak penghasilan.
2. Koreksi fiskal negatif, yaitu koreksi fiskal yang dapat menyebabkan pengurangan
penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan (PPh) terutang. Contoh koreksi fiskal
negatif adalah penghasilan dari bunga deposito.
12
perpajakannya dalam perusahaan. Perhitungan fiskal bagi perusahaan berfungsi sebagai
informasi keuangan perusahaan yang nantinya akan ditujukan secara khusus ke otoritas pajak
sebagai salah satu bentuk kepatuhan pajak (tax compliance). Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut akan diketahui apakah wajib pajak mengalami kerugian fiskal atau tidak.
Kompensasi kerugian fiskal dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kompensasi Kerugian Secara Horizontal
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan menjelaskan bahwa
karena Undang-Undang ini menganut penghasilan dalam arti luas maka semua jenis
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak digabungkan untuk
mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian, apabila dalam satu tahun pajak
suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan
dengan penghasilan lainnya (kompensasi horizontal), kecuali
a usaha yang menderita kerugian tersebut dikenai pajak dengan tarif yang bersifat
final atau dikecualikan dari objek pajak. Kerugian cabang di luar negeri tidak boleh
dikompensasikan dengan penghasilan dalam negeri, atau
b kerugian yang diderita di luar negeri, karena kerugian tersebut akan
dikompensasikan secara vertikal di luar negeri
Contoh:
Bu Darmi memiliki 2 toko. Toko kesatu menjalankan usaha menjual baju dan toko
kedua menjual buku. Dalam tahun 2011, usaha penjualan baju mendapatkan laba fiskal
sebesar Rp700.000.000., sedangkan penjualan buku menderita kerugian fiskal sebesar
Rp300.000.000.
Penghasilan neto fiskal Bu Darmi tahun pajak 2011 adalah
Toko baju 700.000.000
Toko buku (300.000.000)
Penghasilan Neto Fiskal Rp 400.000.000
13
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 tahun.” Ayat
pertama yang tercantum itu sendiri membahas tentang pengurangan yang antara lain :
1 Adanya pengurangan biaya langsung atau tidak terkait dengan kegiatan usaha.
2 Adanya penyusutan untuk pengeluaran agar mendapat harta berwujud dan adanya
amortisasi untuk pengeluaran agar mendapat hak, serta atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari setahun
3 Adanya iuran dana pensiun yang disahkan oleh Menteri Keuangan.
4 Adanya kerugian akibat penjualan dan pengalihan harta yang dimiliki dan dalam hal
itu digunakan dalam perusahaan terkait.
5 Adanya kerugian yang diakibatkan karena adanya selisih kurs mata uang asing.
6 Adanya pengurangan untuk biaya penelitian serta pengembangan atas perusahaan
yang dilakukan di Indonesia.
7 Adanya biaya beasiswa, pelatihan, serta magang.
8 Adanya Piutang yang ternyata tidak dapat ditagih.
9 Adanya sumbangan yang dialokasikan untuk penanggulangan bencana nasional yang
telah diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Namun, terdapat perbedaan perlakuan kompensasi kerugian apabila wajib pajak
mendapat fasilitas pasal 31A UU PPh. Wajib pajak ini diberikan tambahan kompensasi
vertikal menjadi lebih dari 5 tahun hingga maksimal 10 tahun. Fasilitas yang dimaksud
adalah wajib pajak yang melakukan penanaman modal pada bidang-bidang tertentu atau
daerah-daerah tertentu, seperti jika menanam modal pada pertambangan di luar daerah
terpencil (kompensasi kerugian paling lama 8 tahun) dan penanaman modal di dalam
daerah terpencil (kompensasi kerugian paling lama 10 tahun).
Contoh Sederhana Perhitungan Kompensasi Kerugian Fiskal (Vertikal)
Pada 2014, PT Sinar Rembulan mengalami kerugian fiskal sebanyak Rp 300 juta.
Kerugian tersebut dapat dikompensasikan hingga tahun 2019, dengan uraian sebagai
berikut:
14
2018 Laba (Rp 30.000.000) 95.000.000
2019 Laba (Rp 75.000.000) 20.000.000
15
harus dibayar dan dilaporkan oleh Wajib Pajak Badan, yakni Pajak Penghasilan Badan dan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Penghasilan Kena Pajak merupakan suatu dasar penghitungan untuk menentukan
besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Penghasilan kena pajak sebagai dasar penetapan
tarif pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dalam suatu tahun pajak dihitung dengan cara
mengurangkan dari penghasilan seperti yang dimaksud dalam UU PPh Pasal 4 ayat (1)
dengan pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 7 ayat
(1), serta Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf g.
• Mekanisme Perhitungan PPh Badan
Berikut adalah mekanisme perhitungan pajak penghasilan badan yang harus diketahui
sebelum cara menghitung Pajak Penghasilan Badan:
A Penghasilan Kena Pajak
1 Menghitung PKP Menggunakan Pembukuan
Untuk Wajib Pajak Badan, besarnya PKP sama dengan penghasilan netonya. Yaitu
penghasilan bruto dikurangi dengan biaya- biaya yang diperkenankan oleh undang-
undang PPh yang berlaku. Biaya yang dapat dikurangkan sebagaimana diatur dalam
ketentuan fiskal adalah biaya yang terkait dengan upaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan (3M). Biaya-biaya ini diatur dalam UU PPH
Pasal 6, diantaranya:
a) Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha, contohnya biaya pembelian lahan, biaya promosi dan penjualan yang
diatur berdasarkan PMK No. 02/PMK/03/2010.
b) Biaya penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
c) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
d) Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta perusahaan untuk 3M
e) Kerugian selisih kurs mata uang asing
f) Biaya penelitian yang dilakukan di Indonesia
g) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
h) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
i) Sumbangan penanggulangan bencana nasional, sumbangan penelitian yang
dilakukan di Indonesia, sumbangan biaya pembangunan infrastruktur sosial,
sumbangan fasilitas pendidikan, sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
16
Sementara di dalam perusahaan, terdapat biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan
(non-deductible expense). Biaya ini diatur dalam Pasal 9 UU HPP, di antaranya:
a) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
b) Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota.
c) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan.
d) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi.
e) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
f) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
g) Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b UU HPP.
h) Pajak penghasilan.
i) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib
pajak orang pribadi atau orang yang menjadi tanggungannya.
j) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham. Sanksi administrasi
berupa bunga, denda, kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan
k) Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk
dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A UU PPH
Biaya yang termasuk ke dalam deductible expense tidak dapat digunakan sebagai
pengurang untuk menghitung penghasilan kena pajak. Karena itu, ada baiknya
untuk memisahkan terlebih dahulu antara deductible expense dan non-deductible
expense dalam menghitung PPh Badan. Biaya-biaya yang termasuk ke dalam non-
deductible expense ini akan menimbulkan koreksi fiskal positif, dan biaya-biaya
yang termasuk ke dalam deductible expense akan menimbulkan koreksi fiskal
17
negatif. Selanjutnya, didapatkan penghasilan neto fiskal, yaitu penghasilan neto
yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri, baik dari kegiatan usaha maupun
bukan, setelah melewati proses rekonsiliasi fiskal yang berdasarkan ketentuan
perpajakan.
Rumus:
PKP WP Badan = Penghasilan Bruto – Biaya yang Diperkenankan UU PPh
18
c Tarif yang dikenakan sebesar 5% lebih rendah daripada tarif normal.
19
pembukuan yang benar, penghitungan PKP dilakukan berdasarkan catatan yang tertulis
di pembukuan. Anda dapat melihat contoh perhitungan PPh badan.
Norma Penghitungan Penghasilan Neto yang dimaksud dapat Anda lihat pada pasal 14
UU No. 36 Tahun 2008 tentang PPh. Berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku,
Norma Penghitungan Penghasilan Neto dibagi dalam 2 jenis berdasarkan jumlah
peredaran bruto, yaitu:
1. Peredaran Bruto hingga Rp50 Miliar
➢ Kurang dari Rp 4,8 Miliar : 50% x 25% x PKP
➢ Lebih Dari Rp 4,8 Miliar s/d Rp 50 Miliar : [(50% x 25%) x PKP memperoleh
fasilitas] + [25% x PKP tidak memperoleh fasilitas]
2. Peredaran Bruto di Atas Rp 50 Miliar
PPh badan terutang dengan peredaran bruto di atas Rp 50 miliar akan dihitung
berdasarkan ketentuan umum atau tanpa fasilitas pengurangan tarif, yaitu 25% x
PKP.
20
pengurangan tarif menurut Pasal 31E. Fasilitas pengurangan tarif juga bukan merupakan
pilihan, sehingga wajib pajak yang memenuhi ketentuan wajib mengikuti ketentuan
pengurangan tarif tersebut.
21
BAB III
KESIMPULAN
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, Badan merupakan sekumpulan orang atau modal yang merupakan satu kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha. Subjek pajak dibedakan menjadi
subjek pajak dalam negeri, subjek pajak luar negeri dan tidak termasuk subjek pajak. Yang
termasuk dalam objek pajak diatur dalam Pasal 4 Ayat Undang-Undang PPh. Jenis pajak
yang harus dibayar dan dilaporkan oleh Wajib Pajak Badan, yakni Pajak Penghasilan Badan
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Ketentuan Perhitungan Pajak Penghasilan Badan
terdapat dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)
Pasal 28 Ayat (1). Sedangkan tarif pajak diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan
(UU PPh) Pasal 17
Laba fiskal (taxable profit) dalam akuntansi pajak merupakan laba atau rugi dalam
suatu perusahaan selama satu periode pajak yang umumnya meliputi satu tahun pajak. Laba
fiskal atau penghasilan kena pajak (PKP) dapat dihitung dengan cara laba akuntansi atau laba
komersial yang dikurangi atau ditambah dengan koreksi fiskal. Sedangkan Koreksi fiskal
adalah penyesuaian ataupun koreksi yang dilakukan oleh wajib pajak atas tanggungan
pajaknya. Kompensasi kerugian fiskal adalah skema ganti rugi yang dilakukan oleh wajib
pajak badan maupun wajib pajak orang pribadi yang berdasarkan pembukuannya mengalami
kerugian. Terdapat 2 macam kompensasi kerugian fiskal, yaitu kompensasi kerugian secara
horizontal dan kompensasi kerugian secara vertikal.
Penghasilan kena pajak sebagai dasar penetapan tarif pajak bagi Wajib Pajak dalam
negeri dalam suatu tahun pajak dihitung dengan cara mengurangkan dari penghasilan seperti
yang dimaksud dalam UU PPh Pasal 4 ayat (1) dengan pengurangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 7 ayat (1), serta Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf e, dan huruf g. Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan meliputi mekanisme
perhitungan pph badan, perubahan tarif pajak badan selama pandemi, serta Ketentuan
Tentang Pajak PPh Badan Usaha
22
DAFTAR PUSTAKA
Fitriya. (2022, Agustus 29). PPh Badan: Ketahui Jenis, Tarif, Hitung, Bayar dan Lapor Pajak.
Retrieved October 16, 2022, from https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-badan-
jenis-tarif-hitung-dan-lapor-pajak/
ayopajak.com. (2021, Februari 10). Cara Menghitung PPh Badan Terutang. Retrieved
October 16, 2022, from https://ayopajak.com/cara-menghitung-pph-badan-terutang/
Kholifah, S. (2022, September 13). Laba Fiskal: Pengertian, Cara Hitung, Dan Contohnya:.
Retrieved October 16, 2022, from http://komputerisasi-akuntansi-
d4.stekom.ac.id/informasi/baca/Laba-Fiskal-Pengertian-Cara-Hitung-dan-
Contohnya/8c891b6069a0593f671d9c779513ae995bb0a8b0#:~:text=Laba%20Fiskal
%20atau%20dalam%20bahasa,perusahaan%20selama%20satu%20periode%20pembu
kuan.
Admin ZF. (2021, Februari 19). Mengenal Apa Itu Istilah Laba Fiskal Dalam Perpajakan.
Retrieved October 16, 2022, from https://flazztax.com/2021/02/19/mengenal-apa-itu-
istilah-laba-fiskal-dalam-perpajakan/
Nofalia, I. (2021, Oktober 29). Laba Fiskal: Pengertian, Cara Hitung, dan Contohnya.
Retrieved October 16, 2022, from https://www.finansialku.com/laba-fiskal-
pengertian-cara-hitung-dan-contohnya/
Handoko, C. (2016, September 14). Kompensasi Kerugian. Kabar Pajak. Retrieved October
16, 2022, from http://www.kabarpajak.com/2012/10/kompensasi-kerugian.html
Maulida, R. (2019, November 3). Pengertian Kompensasi Kerugian Fiskal. Retrieved
October 16, 2022 https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/kompensasi-
kerugian-fiskal
OnlinePajak. (2022, September 15). Tarif pph Badan Terbaru Dalam Penghitungan pajak
badan. Retrieved October 16, 2022, from https://www.online-pajak.com/tentang-
efiling/tarif-pph-
badan#:~:text=Berdasarkan%20Pasal%2017%20ayat%20(1,dikenakan%20kepada%2
0badan%20adalah%2022%25.
23