Professional Documents
Culture Documents
Nursyifa Fauziyah Safari-Fitk
Nursyifa Fauziyah Safari-Fitk
AL-QUR’AN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Nursyifa Fauziyah Safari
NIM.11150110000013
1. Konsonan
2. Vokal
Vocal Tunggul
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin
َ A
َ I
َ U
3. Mȃdd (Panjang)
4. Tȃ’ marbȗtah
Tȃ’ marbȗtah hidup transliterasinya adalah /t/.
Tȃ’ marbȗtah mati ditransliterasinya adalah /h/.
Kalau pada satu kata yang akhirnya katanya adalah Tȃ’ marbȗtah diikuti oleh
kata yang digunakan oleh kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah
maka Tȃ’ marbȗtah itu ditransliterasikan dengan /h/. contoh:
ي
ْ ْس ْع ْود
ْ = الْ ْمal-Mas’ȗdi.
ABSTRAK
Nursyifa Fauziyah Safari (NIM: 11150110000013) Pendekatan Saintifik
Dalam Perspektif Tafsir Al-Qur’an.
Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan yang dikenal di kurikulum 2013,
pada saat itu Menteri Pendidikannya adalah Bapak M Nuh. Pendekatan saintifik
merupakan pengimplementasian dari kurikulum 2013. Pedekatan saintifik ini
melahirkan keunikan terhadap lahirnya kurikulum yang pembelajarannya berbasis
active learning. Pendekatan saintifik ini juga adalah salah satu cara untuk
menyukseskan implementasi dari kurikulum 2013. Pedekatan saintifik ini meliputi
lima tahapan diantaranya yaitu mengamati (observing), menanya (questioning),
mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan
(communicating). Hampir semua guru yang berada di sekolah formal dilatih secara
bertahap berbagai model pembelajaran dan pendekatan, adapun pendekatan yang
diunggulkan adalah pendekatan saintifik, sehingga guru-guru tersebut dalam proses
belajar mengajarnya menggunakan pendekatan saintifik.
Dari pembahasan di atas maka penulis melakukan penelitian dan mengkaji
pendekatan saintifik menurut perspektif tafsir al-Qur'an dan hanya terfokus pada
QS al-Alaq : 1-5, QS an-Nahl : 43, QS al-Baqarah : 22, QS Saba : 46, QS Fusilat :
37.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
menggunakan penelitian kepustakaan dengan mengkaji tafsir al-Quran dan buku-
buku.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada QS al-Alaq : 1-5, QS an-Nahl
: 43, QS al-Baqarah : 22, QS Saba : 46, QS Fusilat : 37 terdapat penjelasan tentang
perintah Allah kepada manusia yang berkatian dengan langkah-langkah pendekatan
saintifik.
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
َه َه َه
ٱلرحِي ِم ٱلرِنَٰمۡح ِِمۡسِب ٱّلل
Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT,
karena dengan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya penulis menyelesaikan skripsi
metode kualitatif penelitian pustaka library research yang berjudul “Konsep
Pendekatan Saintifik dalam Perspektif Tafsir Al Qur’an” Shalawat dan salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun dan mendidik dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.
Sebelum menyusun skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis alami. Dan dari sanalah banyak pelajaran yang bisa penulis ambil baik dari
susah maupun senang. Berkat ridho Allah, kesungguhan hati, kerja keras dan
motivasi, serta bantuan dari berbagai pihak, segala kesulitan dan hambatan tersebut
dapat diatasi. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
kedua orang tua, ibunda tercinta Nuraisah, S.Pd.I dan ayahanda tercinta Asep
Safari, S.Pd.I yang dengan susah payah mengasuh dan mendidik penulis dengan
penuh rasa ikhlas dan kesabaran, menyayangi dan mengasihi, yang tak kenal lelah
setiap harinya bekerja mencari nafkah untuk membiayai penulis sekolah hingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. Kemudian kepada Adik-
adiku tercinta (Nuralvi Rahmi Safari, Nur Aghnia Zakiyah Safari, Nur Zidni Akrimi
Safari, dan Muhammad Zaidan Al-Faqih Safari) yang dengan penuh kasih sayang
telah banyak memberi dukungan dan mengisi hari-hari penulis dengan kegembiraan
dan kebahagiaan. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih untuk yang
teristimewa penulis Muhamad Faiz Suhail yang selalu memberi support, motivasi,
arahan dan selalu menemani untuk berdiskusi dalam proses penulisan dan
pembuatan skripsi ini.
Dan juga tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada :
iii
iv
1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA selaku Rektor Univeritas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Abdul Haris , M.Ag dan Bapak Drs. Rusdi Jamil MA selaku
Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Drs. Abdul Haris, M. Ag selaku Dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia memberikan dan meluangkan segenap waktu, tenaga,
pikiran serta kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan serta
motivasinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag, Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan support, motivasi dan masukan, bersedia
membimbimg penulis dari awal semester satu sampai dengan sekarang.
6. Segenap Dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta yang telah memberikan bekal
ilmu dan pengetahuannya selama penulis menjalakan perkuliahan.
7. Seluruh staf perpustakaan umum Univesitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah menyediakan bermacam-macam buku, tafsir dan sebagainya
sehingga mempermudah penulis mencari referensi.
8. Guru-guruku tercinta yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya. Serta do’adan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak sekaligus sahabat-sahabatku, Awaliyah Rizka Safitri, S.KM,
Chika Chyntia, Siti Nurholipah, Fadhila Athiya Rahmah, Suci Nur
Haliza, Nazihah, S.Pd, Maya Jelita Hasibuan, Khairunnisa, Novi
Fatonah, Nadya Safira, S.Pd, Amrina.
10. Seluruh sahabat-sahabtku di PAI angkatan 2015 teman senasib dan
seperjuangan terkhusus kelas PAI-B, yang telah banyak memberikan
v
ABSTRAK ......................................................................................................... i
vi
vii
A. Kesimpulan ....................................................................... 89
B. Saran ................................................................................. 90
1
Djunaidatul Munawarroh, dk, Filsafat Pendidikan Prespektif Islam Dan Umum (UIN
Jakarta Press,2003) hlm.5
2
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (PT. Raja
Grafindo Persada, 2016) hlm. 1
3
Ibid,.
4
Peraturan Pemerintah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 20
1
2
Dengan demikian, kesadaran dan kepahaman guru dan siswa akan tujuan yang
harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak
bisa ditawar, sehingga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan
yang sama.5
Istilah pembelajaran mengandung makna yang lebih luas dari pada istilah
pengajaran. Pengajaran hanya merupakan upaya transfer of knowledge semata
dari guru kepada siswa, sedangkan pembelajaran memiliki makna yang lebih
luas, yaitu kegiatan yang dimulai dari mendesain, mengembangkan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegitan yang dapat menciptakan
terjadinya proses belajar.6
Pembelajaran mempunyai karekteristik pada setiap satuan
pendidikannya yang terkait erat pada standar kompetensi lulusan dan standar isi.
Standar kompetensi lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran
pembelajaran yang harus dicapai. Standar isi memberikan kerangka konseptual
tentang kegitan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat
kompetensi dan ruang lingkup materi.7
Sesuai dengan standar dan kompetensi lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasikan untuk setiap satuan pendidikan.8 Oleh karena itu bisa diartikan
bahwa pendidikan mempunyai sebuah tujuan. Agar tercapainya tujuan
pendidikan tersebut, maka harus melakukan proses pembelajaran, dan dalam
pembelajaranpun harus berpacu kepada pedoman pembelajaran, dan pedoman
pembelajaran itu sendiri disebut dengan kurikulum. Kurikulum secara
etimologi, berasal dari bahasa Yunani yaitu kata curir dan curere yang
merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, dari sebuah perlombaan yang
telah dibentuk semacam rute pacuan yang harus dilalui oleh para kompetitor
5
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. (Kencana Prenadamedia
Group, Jakarta. 2013), hlm. 26
6
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (PT. Dian Rakyat, 2011), Cet. Ke
3, hlm.9-11
7
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Bab II (Karakteristik Pembelajaran)
8
Ibid.
3
9
Nisa, BAB II Kajian Teori Pengertian Kurikulum secara Etimologi, Skripsi UIN Surabaya
(Surabaya: 2013) hlm. 1, Dipublikasikan pada tahun 2013 http://digilib.uinsby.ac.id>bab2
10
Sellya Karisma Aspek Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pada QS.Al-Baqarah,
Theses UIN Malang (2015), Dipublikasikan pada tanggal 27 Juni 2016. http://etheses.uin-
malang.ac.id
11
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka
Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah hlm. 1
4
masa yang akan mendatang.12 Kurikulum 2013 adalah bagian dari strategi
meningkatkan capaian pendidikan. Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya
peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan
(skill), dan pengetahuan (knowledge).13
Kurikulum 2013 juga dikembangkan berdasarkan tantangan internal dan
eksternal dan faktor penyempurnaan pola pikir. Dalam tantangan internal
dikaitakan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar
Nasional Pendidikan yaitu, standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar saran dan
prasarana, standar pengolahan, standar pembiayaan, dan standar penilaian serta
terkait bagaimana mengupayakan sumber daya yang produktif yang memiliki
kompetensi dalam pendidikan agar tidak menjadi beban pendidikan. Untuk
tantangan eksternal adalah kemajuan zaman yang semakin modern, dalam
menghadapi zaman yang semakin modern ini dibutuhkan filterisasi agar
menyaring segala hal dari perkembangan zaman tersebut. Tantangan yang
ketiga penyempurnaan pola pikir, salah satunya yaitu dari pembelajaran pasif
mejadi aktif atau dikenal dengan active learning (siswa yang berperan aktif
dalam pembelajaran) untuk memperkuat pembelajaran aktif ini yaitu dengan
model pendekatan sains, di kurikulum 2013 itu sendiri dikenal dengan
pendekatan saintifik.14
Pendekatan Saintifik adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada aktifitas siswa melalui kegiatan 5M (mengamati, menanya,
mencoba, menalar, mengkomunikasaikan) pada kegiatan pembelajaran di
sekolah. Pendektan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang
memberikan kepada siswa secara luas untuk melakukan eksplorasi (siswa
melakukan pencarian / penjelajahan untuk menemukan hal yang baru) dan
elaborasi (siswa melakukan pembelajaran dengan tekun dan cermat) materi yang
12
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI, (Prenada Media Group : 2015), hlm.5
13
Ibid
14
Sellya Karisma, Op.cit., hlm.2
5
15
Yanti Herlanti, Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press, 2015) hlm. 96-98
16
E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2016) Cet. 3, hlm. 99
17
Andi Prastowo, Op.cit., hlm. 249
6
18
Andi Prastowo, Ibid.
19
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006)
7
kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, karena tidak ada tempat
berlindung kecuali Allah SWT.
Allah juga memerintahkan kepada manusia untuk selalu berpikir,
seperti yang dijelaskan dalam ayat al-Qur’an yang berbunyi :
ِ ۡ َۚ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ِۡ ۡ
َ ٰ ِ ِ ِ
ب أفَ َل تَققلُو َن
َ َنسو َن أَن ُف َس ُكم َوأَنتُم تَت لُو َن ٱلكت َ أَتَأ ُم ُرو َن ٱلن
َ ََّاس بٱلبر َوت
Artinya:“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
20
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006)
8
ayat al-Qur’an yaitu Tafsir surat ali-Imran ayat 137 untuk tahapan mengamati,
tafsir surat an-Nahl ayat 43 untuk tahapan bertanya, tafsir surat an-Nisa ayat 40
untuk tahapan mecoba, tafsir surat ali-Imran ayat 110 untuk tahapan menalar
atau mengasosiasikan dan yang terakhir tahapan mengkomunikasikan juga
menggunakan tafsir surat ali-Imran ayat 110.21
Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang hampir
mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Rista, namun fokus penelitian yang
dilakukan oleh penulis dan ayat al-Qur’an yang di kaji oleh penulis sedikit
berbeda dengan penelitian Rista, yaitu tentang “Konsep Pendekatan Saintifik
dalam Perspektif Al- Qur’an” yang hanya terfokus pada kajian tafsir QS al-
Alaq : 1-5, QS an-Nahl : 43, QS al-Baqarah: 22 , QS Saba : 46, QS. Fusliat : 37.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan di Indonesia dalam pembelajarannya terjadi beberapa kali
pergantian kurikulum.
2. Siswa dalam pembelajarannya pada saat ini dituntut untuk aktif dan
beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains, seperti melakukan
pengamatan, aktif untuk bertanya, berperan aktif melakukan percobaan/
bereksperimen, berpikir logis dan kritis, serta berani untuk
mengkomunikasikan hasil dari pengetahuan yang diperolehnya.
Sebagaimana di dalam Al-Qur'an juga banyak sekali ayat yang membahas
tetang itu.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang telah teridentifikasi dari
pembahasan yang ada dalam latar belakang diatas, maka untuk lebih
21
Rista Arivida, Pendekatan Saintifik Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Perspektif Al-Qur’an, Skripsi UIN Surabaya (Surabaya: 2016) hlm.8, di publikasikan pada 11 April
2016 http://digilib.uinsby.ac.id
9
memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini perlu
pembatasan masalah pembahasannya. Adapun permasalahan yang akan
diungkap hanya membahas pendekatan saintifik dalam pembelajaran
menurut perspektif tafsir al- Qur’an, yaitu Pada QS al-Alaq : 1-5, QS an-
Nahl : 43, QS al-Baqarah: 22, QS Saba : 46, QS Fusliat : 37.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Dalam sebuah penelitian, tentunya memiliki tujuan yang digunakan
sebagai pedoman dan tolak ukur dari suatu penelitian sehingga dalam
penelitian ini juga mempunyai tujuan penelitian yang berdasarkan dari
rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, adapun Penelitian ini
bertujuan sebagai berikut :
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis : Penelitian ini secara umum memberikan informasi tentang
konsep pendekatan saintifik dalam perspektif al-Qur’an. Penelitian ini
dapat diguanakan sebagai penambahan kajian pustaka atau khasanah
keilmuan tentang konsep pendekatan saintifik dalam perspektif al-
Qur’an.
2. Praktis :
a. Bagi lembaga Sekolah, dapat menjadi sebuah masukan agar
pendidikan pada sekolah tersebut lebih berinovasi dalam proses
10
1
Hamruni, Strategi Pembelajaran ( Yogyakarta: Insan Madani, 2012), hlm. 6.
2
Sellya Karisma Aspek Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pada QS.Al-Baqarah,
Theses UIN Malang (2015), dipublikasikan pada tanggal 27 Juni 2016 http://etheses.uin-
malang.ac.id
3
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2014) hlm.122
11
12
4
E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2016) Cet. 3, hlm. 99
5
Ananda Rahmatul Ummah, dkk, Buku Karya Mahasiswa PAI UIN Jakarta, Perencanaan
Pembelajaran (2015), hlm.87
14
1) Observing (Mengamati)
2) Questioning (Menanya)
3) Eksperimenting (Mencoba)
4) Associating (Menalar)
5) Communicating (Mengkomunikasikan)
6
Ibid
7
Peraturan Pemerintah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013
15
1. Mengamati (Observing)
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati
adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan
alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan,
ketelitian, mencari informasi.
Metode mengamati menggunakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik
senang dan tertantang dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan
mengamati dalam rangka kegiatan pembelajaran ini biasanya
memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak dan jika tidak terkendali akan menghamburkan makna
serta tujuan pembelajaran.8
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa
ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik
menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis
dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah berikut ini.
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi.
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi.
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder.
d. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobsevasi.
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
8
Marzuki dkk, Strategi Implementasi Pendekatan Saintifk Dalam Pembelajaran Tematik
di Sekolah Dasar Negeri Kota Sintang. Jurnal Untan, (2015) hlm. 24-26 dipublikasikan pada 04
November 2018, http://jurnal.untan.ac.id
16
9
Yanti Herlianti, Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press,2015) hlm 96
10
Yanti Herlianti, Ibid
17
11
Yanti Herlianti. Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press, 2015) hlm 97
18
2. Menanya (Questioning)
Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan
adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kempuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
12
Ibid, hlm 97-98
13
Yanti Herlianti, Ibid. hlm 98
19
a. Fungsi Bertanya
1) Seorang guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang
menantang bagi siswa, sehingga memancing siswa untuk
bertanya. Melalui bertanya banyak hal yang dapat didapatkan
dari siswa, seperti: Membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan
perhatian peserta didik, tentang suatu tema atau topik
pembelajaran.
2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar,
serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya
sendiri.
3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan rancangan untuk mencari solusi.
4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukan sikap, keterlampilan
dan pemahaman atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5) Membangkitkan keterlampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan dan memberi jawaban secara logis,
sistematis dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi,
berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir dan
menarik simpulan.
7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan
menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosakata, serta
mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta
sigap dalam merespons persoalan yang tiba-tiba muncul.
9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan
kemampuan berempati satu sama lain.14
14
Yanti Herlianti, Ibid. hlm 100
20
c. Tingkat Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta
didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus
memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan
kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari apa yang rendah
hingga yang lebih tinggi.
1) Peserta didik tidak mudah menanya apabila tidak dihadapkan dengan
media yang menarik. Guru harus mampu menginspirasi peserta didik
untuk mau dan mampu menanya.
2) Pada saat guru mengajukan pertanyaan, guru harus membimbing
atau memandu peserta didik menjadi penyimak yang baik.
3) Pertanyaan guru dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan
verbal.16
15
Yanti Herlianti. Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press, 2015) hlm 100-101
16
Ibid, hlm 103-104
21
3. Mencoba (Experimenting)
Mencoba atau melakukan eksperimen merupakan keterlampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar
dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Untuk
memperoleh hasil belajar yang autentik, peserta didik harus melakukan
percobaan, terutama untuk materi/substansi yang sesuai.
Aplikasi dari kegiatan mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar (sikap, keterampilan
dan pengetahuan). Mencoba atau mengumpulkan informasi/eksperimen
bentuk kegiatan pembelajarannya antara lain melakukan eksperimen;
membaca sumber lain selain buku teks; mengamati
objek/kejadian/aktivitas; dan wawancara dengan narasumber.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulan
informasi/eksperimen adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik,
peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama
untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus
memiliki keterlampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar, Pertama,
guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan murid. Kedua, guru bersama murid mempersiapkan
perlengkapan yang dipergunakan. Ketiga, perlu memperhitungkan
tempat dan waktu. Keempat, guru menyediakan kertas kerja untuk
22
17
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu Teori Praktik dan Penilaian, (PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta. 2015), hlm. 246.
18
Yanti Herlianti, Op.cit., hlm. 113-114.
23
4. Menalar (Associating)
a. Esensi Menalar
Menalar atau mengasosialisasi yang dianut dalam kurikulum
2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan
pelaku aktif. Penalaran atau asosiasi merupakan proses berpikir yang
logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar
(associating) merujuk pada teori belajar asosiasi, yaitu kemampuan
mengelompokan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa
untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori dalam
19
Ibid, hlm. 113-114
20
Yanti Herlianti, Op.cit., hlm 113-114.
24
21
Ibid, hlm 106-107
22
Dedi, Langkah-langkah Pembelajaran Scientifik, diakses pada hari Senin, 25 Maret 2019
pukul : 14.30 dari http://dedi26.blogspot.com
23
Ibid
24
Yanti Herlianti, Loc.cit. hlm. 106-107
25
b. Cara menalar
Ada dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran
deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik
simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang
bersifat umum. Jadi menalar secara induktif adalah proses penarikan
simpulan dari kasusu-kasus yang bersifat nyata secara individual atau
spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum. Kegiatan menalar
25
Rusman, Op.cit. hlm. 238-244.
26
5. Mengkomunikasikan (Communicating)
Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan
hasil pengamatan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang
dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara
berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-
masing individu sehingga portofolio yang dimasukkan ke dalam file
atau map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara
individu.
a. Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat
mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun secara
bersama-sama dalam kelompok atau secara individu.
b. Guru dapat memberikan klarifikasi agar peserta didik mengetahui
dengan tepat apakah yang telah dikerjakan sudah benar-benar ada
atau ada yang harus diperbaiki.
c. Kegiatan mengkomunikasikan dapat diarahkan sebagai kegiatan
konfirmasi (dalam standar proses).27
26
Yanti Herlianti, Op.cit., hlm. 107-108.
27
Rusman, Op.cit., hlm. 247-248
27
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.28
Pembelajaran juga merupakan sumber yang ada baik potensi yang
bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan
kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun
potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan
sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Dengan demikian, kesadaran dan keterpahaman guru dan siswa akan
tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan
syarat mutlak yang tidak bisa ditawar, sehingga dalam prosesnya ,
guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.29
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik
menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak akan berhasil
tanpa orang yang membantu. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang sistem Pendidkan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 30
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar
dari guru selaku pendidik untuk membuat siswanya belajar, dimana
perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku
dalam waktu yang relative lama karena adanya suatu usaha.
28
Peraturan Pemerintah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 20
29
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. (Kencana Prenadamedia
Group, Jakarta. 2013), hlm. 26
30
Peraturan Pemerintah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 20
28
31
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (PT. Dian Rakyat, 2011), Cet.
Ke 3, hlm.9-11
29
32
Benny A. Pribadi, Ibid, hlm. 9-10
33
Wina Sanjaya, Op.cit hlm. 31-32
30
34
Wina Sanjaya, Ibid.
35
Wina Sanjaya, Ibid.
31
3. Tafsir Al-Qur’an
a. Definisi Tafsir
Tafsir menurut bahasa diambil dari kata “fassara-yufassiru-
tafsiran, yang berarti keterangan atau uraian. Sedangkan tafsir secara
istilah adalah sebagaimana di kemukakan oleh Abu Hayyan yang
dikutip oleh Manna’ al-Qatan ialah ilmu yang membahas tentang
cara pengucapan lafadz-lafadz al-Qur’an, tentang petunjuk-
petunjuk, hukum-hukumnya, baik ketika berdiri sendiri maupun
ketika tersusun dan makna-makna yang di mungkinkan baginya
tersusun serta hal-hal yang melengkapinya.37
Mashuri Sirojuddin Iqbal dan A Fudlali mengutip fari kitab
at-Tasliy karya al-Kilbiy. Tafsir adalah mensyrahkan Al-Qur’an,
menerangkan makna dan menjelaskan apa yang dikehendakinya
dengan nashnya atau denga isyarat, ataupun dengan tujuannya.38
Menurut Ali Hasan al-‘Arid, tafsir adalah ilmu yang
membahas tentang cara mengucapkan lafadz al-Qur’an makna-
makna yang ditunjukkan dan hukum-hukumnya baik ketika berdiri
sendiri ataupun tersusun serta makna-makna yang dimungkinkan
ketika dalam keadaan tersusun.39
36
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI, (Prenada Media Group : 2015), hlm.43
37
A Sa’dullah, Analisis Metode dan Corak Tafsir Ijmali Karya Prof. Dr. Muhibbin Noor,
M.Ag., Skripsi UIN Semarang (Semarang, 2016) diakses pada hari Senin, 25 Maret 2019 pukul :
19.42 dari http://eprints.walisongo.ac.id
38
Mashuri Sirrojuddin Iqbal, dk, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Angkasa, 2005) hlm.
87
39
Ali Hasan al-‘Arid, Sejarah dan Metedoligi Tafsir, Terj. Ahmad Arkom (Jakrta: PT Raja
Graffindo Persada, 1994) hlm.3
32
b. Definisi Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah yang mukjizat, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam bahasa Arab, yang
tertulis dalam mushaf yang bacaannya terhitung sebagai ibadah,
yang diriwayatkan secara mutawatir , yang dimulai dengan surat al-
Fatihaah, dan diakhiri dengan surah an-Naas.40
Ada juga yang pendapat lain mengenai pengertian Al-
Qur’an, yaitu secara harfiah Al-Qur’an berarti “ bacaan sempurna”
merupakan suatu nama pihan Allah SWT yang sungguh tepat, karena
tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis-baca limaribu
tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al-Karim ,
bacaan sempurna lagi mulia.41
Allah menurunkan Al-Qur’an dengan penuh kebenran dan
keseimbangan seperti yang di jelaskan dalam QS. Ash-Shu’ra’ [42]:
17 yang berbunyi:
َۗ ۡ ۡ ِ ٱللَّه ٱلَّ ِذي أَنزَل ۡٱل
ب بِٱل َح ِق َوٱل ِم َيزا َن
َ َٰ
ت
َ ك َ ٓ ُ
Artinya: Allah-lah yang menurunkan kitab dengan
(membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). (QS.
Ash-Shu’ra’ [42]: 17).42
ِ ض ُه ۡم لِبَ ۡع
٨٨ ض ظَ ِه ُيرا ۡ ۡ
ُ َولَو َكا َن بَع
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
40
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta: Gema Insani, 2013), hlm. 1.
41
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 2014) hlm. 3
42
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 2014) hlm.4
33
43
M. Quraish Shihab, Ibid, hlm.5
44
Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an, (Penamadani : Jakarta, 2005) hlm. 3
34
45
Sellya Karisma, Aspek Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pada QS.Al-Baqarah,
Theses UIN Malang (Malang: 2015) hlm. 2, Dipublikasikan pada tanggal 27 Juni 2016,
http://etheses.uin-malang.ac.id
35
pada dimensi wahyu, panca indra, akal, dan intuisi. Dimensi ini bersifat
suprarasional, empiris, rasional, logis, metaempiris dan terikat nilai.
Dengan karakteristik yang demikian, keduanya tidak bisa berdiri
sendiri-sendiri melainkan terdapat interdependensi antara satu dengan
lainnya.46
3. Penlitian yang ketiga dilakukan oleh Wedra Aprison dan Junaidi,
Isntitut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, yang berjudul
“Pendekatan Saintifik Melihat Arah Pembangunan Karakter Dan
Peradaban Bangsa Indonesia”, Episteme, Vol. 12, No. 2, Desember
2017, DOI : 10.21274/epis.2017.12.2.507-532. Hasil dari penelitian ini
adalah Pendekatan saintifik harus dilihat dalam konteks usaha bangsa
Indonesia dalam menyiapkan generasi mendatang yang berkarakter
intelektual tinggi, menghargai kerja keras. Pendekatan saintifik
memungkinkan pendidikan membekali generasi mendatang dengan
karakter berani bertanggung jawab. Sebab sains dapat menjadi alat
untuk merekonstruksi masyarakat dengan cara yang lebih manusiawi.
Sebagaimana peradaban yang maju saat ini dibangun atas pendekatan
saintifik itu, tentu saja tanpa harus menggerus semua tradisi dan budaya
yang ada sebagai basis dari pembangunan peradaban itu sendiri.47
4. Penelitian yang keempat yaitu penelitian yang berjudul “ Implementasi
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran di Pendidikian Dasar di
Malang” penilitian ini dilakukan oleh Moch. Agus Krisno Budiyanto,
Lud Waluyo dan Ali Mokhtar. Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Malang, journal Proceeding Biology Education
Conference, ISSN : 2528-5742, Vol. 13, No. 1, 2016 : 46-51, hasil dari
penelitian ini adalah bahawa terdapat perbedaan implementasi
pendekatan saintifik dalam pembelajaran diantra guru SD dan SMP, 1)
46
Kusaeri, Telaah Epistemologis Pendidikan Saintifik Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam, Jurnal Studi KeIslaman, (Surabaya: 2015), dipublikasikan pada 08 Juni 2016,
http://islamica.uinsby.ac.id
47
Wedra Aprison, dk, Pendekatan Saintifik Melihat Arah Pembangunan Karakter Dan
Peradaban Bangsa Indonesia, Ejurnal IAIN Tulungagung (Tulungagung: 2017), dipublikasikan
pada tanggal 17 Oktober 2018. http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id
36
48
Moch. Agus Krisno Budiyanto, Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
di Pendidikian Dasar di Malang, Jurnal UNS (Malang: 2016), dipublikasikan pada tanggal 18 Juli
2017. https://jurnal.uns.ac.id
37
49
Rangga Sa’adillah, Pendekatan Saintifik dalam Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN
Surabaya (Surabaya: 2015), dipublikasikan pada tanggal 16 Februari 2015.
http://digilibi.uinsby.ac.id/id/eprint/846
38
METODOLOGI PENELITIAN
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu :
a. Waktu : 1 Maret 2019 – selesai ( + 7 bulan)
b. Tempat : Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena yang
dilakukan peneliti dalam penelitian ini dengan mengumpulkan data dari berbagai
sumber buku. Pengertian penelitian kualitatif itu sendiri adalah penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan meneliti pada kondisi obyek
yang ilmiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci.1
Peneliti menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yakni
mengambil dan mengumpulkan data berbagai pendapat dan pandangan para ahli
yang telah termuat kedalam berbagai tafsir al-Qur’an, buku-buku pendidikan Islam,
1
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, ( Bandung : Alfabeta, 2016),
hlm. 9
39
40
C. Sumber Data
1. Sumber Primer :
a. Al-Qur’an dan Terjemahnya,
b. Tafsir al-Qur'an dan para Ulama yang meliputi :
1) Tafsir Al-Misbah, karangan M.Quraish Shihab,
2) Tafsir Ibnu Katsir, karangan Abdullah bin Muhammad bin
Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh
3) Tafsir Al-Azhar karangan Buya Hamka
4) Tafsir Al-Maraghi, karangan Ahmad Mustafa Al-Maraghi
5) Tafsir Jalalain karangan Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin
Ahmad.
6) Al-Qur'an dan Tafsir, karangan team Departemen Agama
Republik Indonesia
7) Tafsir Ilmi, karangan Kementerian Agama RI dan LIPI
(Indonesia Institute of Sciences)
8) Tafsir Jawahir, karangan Syekh Thantowi
2. Sumber Sekunder :
Sumber sekunder yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian
adalah buku-buku selain tafsir di atas yang juga relevan dengan pembahasan
skripsi ini seperti :
a. Modul Tafsir Tarbawi karya Salma Harun,
b. Buku Perencanaan Pembelajaran,
41
2
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, ( Bandung : Alfabeta, 2016),
hlm. 224
42
3
Hamka Hasan, Metedologi Penelitian Tafsir Hadis, (Jakrta : Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), hlm.4
43
F. Teknis Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan
skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Peneliti telah melakukan beberapa rangkaian penelitian, maka peneliti akan
menuangkan hasil penelitian tersebut di Bab IV ini, adapun hasil penelitian tersebut
adalah :
1
E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2016) Cet. 3, hlm. 99
2
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (PT. Dian Rakyat, 2011), Cet. Ke
3, hlm.9
44
44
3
Marzuki dkk, Strategi Implementasi Pendekatan Saintifk Dalam Pembelajaran Tematik
di Sekolah Dasar Negeri Kota Sintang, Jurnal Untan (2015) hlm. 24-26 dipublikasikan pada 04
November 2018, http://jurnal.untan.ac.id
4
Yanti Herlianti, Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press, 2015) hlm.98
44
5
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu Teori Praktik dan Penilaian, (PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta. 2015), hlm. 246.
6
Yanti Herlianti, Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press. 2015) hlm.106-107
7
Ibid., hlm.107-108
44
8
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015) Cet- 6, hlm. 99-101
9
Ibid, hlm. 99-101
10
Ibid, hlm. 99-101
44
11
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Ibid, hlm. 99-101
12
Ibid
13
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 598
44
:ك ِ
بر ِ
م ۡ ِۡٱق ۡرأ ب
ٱس
َ َ َ
(Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu) yakni mulailah membaca
Al-Qur'an dengan menyebut nama Tuhanmu. Dengan kata lain dapat
disebutkan bahwa bacalah bismillah kemudian bacalah Al-Qur'an.14
14
Asy-Syaikh Muhammad Nawawi, Tafsir Al-Munir (Marah Labid), diterjemahkan oleh
Bahrun Abu Bakar, dkk, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2016) Cet ke-1, Jilid 6, hlm. 801
15
Ibid
16
Ibid
17
Ibid, hlm. 802
18
Ibid, hlm. 802
45
19
Asy-Syaikh Muhammad Nawawi, Tafsir Al-Munir, Ibid, hlm. 802
20
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1991) Juz 30, hlm.747
21
Ibid, hlm. 747
22
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, diterjemakan Bahrun Abubakar,
(Semarang, PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993) Cet ke-2, Juz XXX, hlm. 345
45
apa yang telah terjadi kepada Nabi saw. Sepupu Khadijah beragama
Nasrani, dan dia banyak menulis buku dengan bahasa Arab dan Ibrani yang
berasal dari Injil. 'Abdil-'Uzza juga seorang yang tua lagi buta. Sepupu
Khadijah tersebut menceritakan bahwa yang datang kepada Nabi saw.
adalah Jibril yang pernah datang menemui Nabi Isa as, dan menurut sepupu
Khadijah juga, bahwa akan terjadi pengusiran dan banyak orang yang
menentang dan tidak menerima akan kebenaran, dan dia juga berkata
apabila dia masih muda dan perkasa, maka dia akan membantunya, namun
tak lama sepupu Khadijahpun meninggal.23
Dalam ayat ini juga Allah mengungkapkan cara bagaimana Allah
menjadikan manusia, yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia dijadikan
dari sesuatu yang melekat dan diberinya kesanggupan untuk menguasai
segala sesuatu yang ada di bumi ini, serta menundukkannya untuk keperluan
hidupnya dengan ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Dalam ayat ini
dijelaskan pula bahwa Allah memerintahkan Nabi saw. untuk terus
membaca, karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali
dengan mengulang dan membiasakannya.24
Pada mulanya Nabi Muhammad saw. bukanlah seseorang yang pandai
membaca. Beliau adalah ummiy (atau diartikan buta huruf),25 kemudian
Allah SWT memberikan karunia-Nya kepada Nabi Muhammad saw. untuk
pandai membaca. Dengan demikian hilanglah rasa ketakutan Nabi
Muhammad saw. yang beliau kemukakan kepada Jibril ketika meminta
beliau membaca. Kemudian Allah juga menyediakan qolam/pena untuk
menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung antara manusia walaupun
mereka berjauhan tempat atau sebagai penyambung dengan perantaraan
lisan.
Allah menyatakan bahwa Dia menjadikan manusia dari 'Alaq lalu
diajarinya berkomunikasi dengan perantaraan qolam/pena. Pernyataan ini
23
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Ibid, hlm. 345
24
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, Op.cit, hlm. 749
25
Hamka, Juz 'Amma Tafsir Al-Azhar, (Depok : Gema Insani, 2015), Cet ke-1, hlm.254
45
26
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, Op.cit, hlm. 750
27
Thantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim, (Beirut (Lebanon): Mu'sasah
Musthafa al-Babi al-Halabi, 1998) Juz 25, Jilid 13, hlm.213
45
aspek lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Ikatlah ilmu dengan tulisan, Bahwa
barang siapa yang mengamalkan ilmu yang dikuasainya, maka Allah akan
memberikan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.28
Allah SWT memerintahkan kita untuk membaca, menghimpun
informasi yang sistematis seperti ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan itu
bersifat akumulatif, artinya terus berkembang karena kemampuan manusia
membaca. Membaca yang dijelaskan dalam ayat ini tidak dikhususkan
membaca apa, artinya membaca ini bersifat umum, yaitu meliputi membaca
ayat al-Qur'an dan alam semesta.29
Surat al-Alaq ayat 1-5 juga mengandung makna sebagai peringatan
untuk dua golongan manusia. Diantaranya golongan yang pertama yaitu
manusia yang menggeluti ilmu pengetahuan dan tenggelam dalam
metedologinya sehingga tidak percaya dengan hal yang gaib dan
berakibatkan manusia menjauh, tidak mengenal atau lupa akan Pencipta
seluruh alam semesta beserta isinya, yaitu Allah SWT, dan bahkan
menyisihkan atau meninggalkan agama. Golongan yang kedua yaitu
golongan pemalas, dimana manusia tersebut malas menggunakan akalnya
sehingga tak sempat melihat makna penciptaan alam semesta yang
sempurna ini, sehingga ciptaan Allah terabaikan dan tak menyentuh
kehidupan dalam mencapai derajat ketakwaan yang lebih tinggi.30
Islam berpandangan bahwa tidak ada dikotomi antara sains dan agama.
Agama dan sains tidak dibenturkan satu sama lainnya, tetapi disinergikan
melalui akal manusia. Hasil pemahaman melalui metedologi sains dan ayat-
ayat Qur'aniyah bertujuan menjadikan manusia lebih bertakwa, lebih dekat
dengan Pencipta segalanya, Penguasa pada hari akhir, dan Pemelihara. 31
28
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Lubabut Tafsiir Min
Ibni Katsiir, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar, dk, Tarsir Ibnu Katsir,(Bogor: Pustaka Imam
As-Syafi'i, 2005) Jilid 8, Cet- 1, hlm. 505
29
Salman Harun, Tafsir Tarbawi (Nilai-nilai Pendidikan dalam al-Qur'an), (UIN Jakarta
Press, 2013) hlm. 1-2
30
Team Kementrian Agama RI & LIPI, Tafsir Ilmi (Mengenal Ayat-ayat Sains dalam Al-
Qur'an), (Jakarta: Widya Cahaya, 2015) hlm. XV
31
Ibid
44
32
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, Op.cit, hlm. 795
33
Muhammad Abdur Rab, Scientific Indications in the Holy Qur'an, (Dhaka: Islamic
Foundation Bangladesh, 2004), hlm. 583
34
Muhammad Abdur Rab, Scientific Indications in the Holy Qur'an, Ibid, hlm. 583-584
44
35
Ibid, hlm. 584
44
36
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Op.Cit., hlm.1-2
37
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Ibid., hlm. 1-2
38
Marzuki dkk, Strategi Implementasi Pendekatan Saintifk Dalam Pembelajaran Tematik
di Sekolah Dasar Negeri Kota Sintang, Jurnal Untan (2015) hlm. 24-26 diakses pada hari Kamis
10 Januari 2019 pukul : 16.00 dari http://jurnal.untan.ac.id
44
dan buruk untuk diri kita, dan dari proses membaca dan mengamati itu kita
dapat memperoleh pelajaran berharga.
Dalam dunia pendidikan proses membaca atau mengamati itu adalah
proses yang sangat penting, seperti telah dijelaskan dalam tafsir QS. al-Alaq
:1-5, bahwasannya Allah SWT memerintahkan kepada malaikat Jibril untuk
betemu dengan Rasullah dan meminta Rasul untuk membaca, namun Rasul
menjawab bahwasannya beliau tidak bisa membaca, malaikat merangkul
Rasul dan meminta hal yang sama yaitu membaca, permintaan itu terulang
tiga kali, tetapi beliau masih menjawab dengan jawaban yang sama. Seusai
bertemu malaikat Jibril di Goa Hira, Rasulullah segera pulang ke rumah dan
menceritakan kejadian tersebut kepada istrinya Siti Khadijah, lalu Khadijah
menjawab "janganlah khawatir, sesungguhnya Allah tidak akan
menyusahkanmu, Engkau menghubungkan silaturahmi, berbicara benar,
membantu orang-orang yang tidak mampu, menghormati tamu, dan
meringankan kesulitan-kesulitan penderita."39 Dan benar jawaban dari Siti
Khadijah, dengan kekuasan Allah, Rasulullah bisa membaca, dan Allah
memerintahkan kepada Rasulullah untuk membaca secara berulang-ulang,
karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali dengan
mengulang dan membiasakannya.40
Perintah Allah kepada manusia untuk melakukan pengamatan
ditegaskan juga dalam al-Qur'an surat al-Ghasyiyah ayat 17-20, "Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan
langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?. Dalam tafsir Ibnu Katsir
dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya
untuk melihat kepada makhluk ciptaan-Nya. Dan di jelaskan pula
bahwasannya Syuraih Al-Qadi pernah mengatakan, "Marilah kita keluar
untuk melihat unta bagaimana ia diciptakan, dan bagaimana langit
39
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Op.,cit, hlm.345
40
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, Op.cit, hlm. 794
44
41
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Lubabut Tafsiir Min
Ibni Katsiir, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar, dk, Tarsir Ibnu Katsir, Op.cit., hlm.458-459
42
Team Kementrian Agama RI & LIPI, Tafsir Ilmi, Op.cit., hlm. XV
44
43
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 273
45
«وما أرسلنا من قبلك إَّل رجاَّلً نوحي إليهم» َّل مالئكة «فاسألوا أۡهَ الذكر» العلماء
فإنهم يعلمونه وأنتم إلى تصديقهم أقرب،بالتوراة واۡلنجيَ «إن كنتم َّل تعلمون» ذلك
.من تصديق المؤمنين بمحمد صلى الله عليه وسلم
Artinya: (Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kecuali orang-
orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka) bukannya para
malaikat (maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan) yakni para ulama yang ahli dalam kitab Taurat dan kitab
Injil (jika kalian tidak mengetahui) hal tersebut, mereka pasti
mengetahuinya karena kepercayaan kalian kepada mereka lebih dekat
daripada kepercayaan kalian terhadap Nabi Muhammad saw. (Tafsir
Al-Jalalain, An-Nahl 16:43).44
44
Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Tafsir Jalalain, (Semarang : Anugerah
Ilahi,1997) hlm. 218-219
45
Muhammad Nasib Ar-Rifa'I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, yang
diterjemahkan oleh Syihabbudin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002) hlm. 1031
45
46
Muhammad Nasib Ar-Rifa'I, Ibid, hlm. 1031
47
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Op.cit, hlm. 62
48
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Ibid, hlm. 62-63
45
laki dari keturunan Adam as sehingga Nabi Muhammad saw diutus untuk
membimbing umatnya agar mereka itu beragama tauhid dan mengikuti
bimbingan wahyu. Maka yang pantas diutus ialah Rasul-rasul dan jenis
mereka dan berbahasa seperti mereka. Pada saat Rasulullah saw diutus
orang-orang Arab menyangkal bahwa Allah tidak mungkin mengutus
utusan yang berasal dari manusia seperti mereka, tetapi apabila Allah
mengutus, maka yang akan diutus adalah seorang malaikat. 49
Mengenai penolakan orang-orang Arab pada kerisalahan Nabi
Muhammad karena ia seorang manusia biasa, diriwayatkan oleh Ad-
Dahhak yang disandarkan kepada Ibnu Abbas bahwa setelah Nabi
Muhammad diutus, orang Arablah yang mengingkari kenabian tersebut,
mereka berkata: "Allah SWT lebih Agung bila Rasul-Nya itu bukan
manusia. Lalu, Allah memerintahkan kepada orang-orang musyrik agar
bertanya kepada orang-orang Ahli Kitab sebelum kedatangan Nabi
Muhammad saw. baik kepada orang-orang Yahudi ataupun kepada orang-
orang Nasara. Apakah di dalam kitab-kitab mereka disebutkan suatu
keterangan bahwa Allah telah mengutus malaikat menjadi seorang rasul.
Maka kalau disebutkan di dalam kitab mereka Allah pernah menurunkan
malaikat sebagai utusan Allah bolehlah mereka itu mengingkari kerisalahan
Muhammad. Akan tetapi jika yang disebutkan didalam kitab mereka Allah
hanya mengirim utusan kepada mereka manusia yang sejenis dengan
mereka maka tidak benarlah apabila orang-orang musyrik itu mengingkari
kerisalahan Muhammad saw. 50
Dijelaskan dalam tafsir al-Azhar Qs. an-Nahl ayat 43, bahwasannya
dalam penggalan pertama ayat 43 ini berartikan “Dan tidaklah Kami
mengutus sebelum engkau melainkan orang-orang laki-laki yang Kami beri
wahyu kepada mereka.” Hal ini diperingatkan kembali bahwa beliau itu
adalah Rasul Allah, dan isi pengajarannya pun sama. Bahkan nasib
49
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990) Jilid V, Juz 13-15, hlm. 388
50
Ibid, hlm. 389-390
45
51
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) Juz XII-XIV, Cet 1, hlm.248
52
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Ibid, hlm. 249
53
Ibid, hlm. 249
54
Ibid, hlm. 249
44
ٱلذ ِّۡك ِّرmaksudnya adalah wahyu أ َ ۡه َل ٱلذ ِّۡك ِّرadalah orang-orang yang paham
tetang wahyu, dalam kasus ini maksudnya adalah Ahl Kitab. Jadi bila kaum
musyrikin tidak percaya bahwa Rasul Allah itu adalah juga seorang
manusia, maka bertanyalah kepada Ahl Kitab apakah Rasul-rasul sebelum
Nabi Muhammad seorang manusia, malaikat atau bukan. Pasti jawaban
mereka adalah manusia.56
55
Salman Harun, Op.Cit hlm. 63
56
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Ibid hlm. 63
44
seorang manusia, maka dengan adanya pemikiran seperti itu dari kaum
musyrikin Arab, maka Allah memerintahkan kepada mereka untuk bertanya
kepada orang yang mempunyai pengetahuan. Sebagaimana kelanjutan dari
ayat diatas yaitu:
ِۡ ۡ َ ۡ
ٱلذك ِر إِن كنت ۡم ََّل تَ ۡعلَمو َن ََ فَسألٓواْ أَۡه,...
Artinya: Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kalian tidak mengetahui".
sebelum Nabi Muhammad juga seorang manusia, malaikat atau bukan. Pasti
jawaban mereka adalah manusia.57
Diatas peneliti sudah menuangakan pendapat para muffasir dalam
ِۡ
tafsirnya mengenai arti dari ٱلذك ِر ََ أ َۡۡه, sebagian besar para muffasir
berpendapat bahwa ahludz dzikri itu artinya yaitu ahli kitab. Namun,
menurut Ja'far Al-Baqir yang dimaksud ahludz dzikri adalah kita sendiri,
yaitu bahwasannya Ulama dari umat inilah yang berhak disebut ahludz-
dzikri. Sebab beberapa ayat dalam al-Qur'an menyebutkan bahwa al-Qur'an
itulah Adz-Dzikri.58
Pendapat para muffasir ini tidaklah berlawanan. Dalam hal-hal yang
akan ditanyakan mengenai ilmu-ilmu Agama Islam sendiri niscaya kita
bertanya kepada ahludz dzikri dalam hal Islam, dan ilmu-ilmu pengetahuan
yang lain yang lebih umum kita tanyakan kepada ahludz dzikri yang pham
tentang pengetahuan itu pula.
Pertanyaan adalah suatu indikasi sikap kritis seseorang yang muncul
dari sebuah proses penglihatan, pendengaran atau pemikiran seseorang.
57
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Ibid hlm. 63
58
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) Juz XII-XIV, Cet-1, hlm. 249
44
Seperti halnya yang telah dibahas di atas bahwa orang musyrik melihat Nabi
Muhammad saw selaku manusia diutus sebagai Rasul Allah, dan mereka
kaum musyrik itu berpikir mengapa rasul yang diutus oleh Allah adalah
manusia?, nah disanalah terbukti bahwa seseorang akan tergerak untuk
bertanya setelah mereka melakukan pengamatan.
Setelah seseorang melakukan pengamatan maka akan Teambul sebuah
pertanyaan dari dirinya, dan dalam surat an-Nahl ayat 43 Allah
memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang lebih paham di ayat
tersebut Allah menyebutkan ( أ َ ۡه َل ٱلذ ِّۡك ِّرAhl Kitab), Allah tidak membatasi
kita untuk bertanya kepada siapapun yang terpenting dia menguasai ilmunya
sekalipun itu adalah ahl Kitab.
Dalam dunia pendidikan, kegiatan mengamati dan bertanya untuk siswa
dapat membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian tentang apa yang
dipelajari di sekolah, selain itu dengan mengamati dan bertanya mampu
menginspirasi dan mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan
mengembangkan pertanyaan dari dirinya dan untuk dirinya. Dengan
mengamati dan bertanya juga bisa membuat siswa lebih terampil dalam
berbicara, berpartisipasi dalam diskusi. Bertanya juga memberikan interaksi
yang positif antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa. Interaksi
ini memberikan komunitas sosial dalam membentuk budaya yang baik. Oleh
karena itu proses mengamati dan bertanya sangat mendukung tercapainya
pemahaman pada siswa tersebut. Khususnya tercapailah bagian proses yang
ada dalam pendekatan saintifik ini.59
Jadi dari penjelasan di atas jelas bahwa tafsir Qur'an surat an-Nahl ayat
43 ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk melakukan
pengamatan dan bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan apabila
kita tidak mengetahui suatu ilmu pengetahuan. Penjelasan tafsir ini
beriringan dengan proses mengamati dan bertanya dalam pendekaan
saintifik yang digunakan dalam kurikulum 2013.
59
Yanti Herlianti, Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press, 2015) hlm.100
44
«الذي جعَ» خلق «لكم اۡلرض فراشا» حال بساطا يفترش َّل غاية في
الصالبة أو الليونة فال يمكن اَّلستقرار عليها «والسماء بناءً» سقفاً «وأنزل
من السماء ماءً فأخرج به من» أنواع «الثمرات رزقاً لكم» تأكلونه وتعلفون
دوابكم «فال تجعلوا لله أنداداً» شركاء في العبادة «وأنتم تعلمون» أنه الخالق
. وَّل يكون إلهاً إَّل من يخلق،وَّل تخلقون
Artinya : (Dialah yang telah menjadikan) menciptakan (bagimu bumi
sebagai hamparan), yakni hamparan yang tidak begitu keras dan tidak
pula begitu lunak sehingga tidak mungkin didiami secara tetap (dan
langit sebagai naungan) sebagai atap (dan diturunkan-Nya dari langit
air hujan lalu dikeluarkan-Nya daripadanya) maksudnya bermacam
(buah-buahan sebagai rezeki bagi kamu) buat kamu makan dan kamu
berikan rumputnya pada binatang ternakmu (maka janganlah kamu
adakan sekutu-sekutu bagi Allah), artinya serikat-serikat-Nya dalam
pengabdian (padahal kamu mengetahui) bahwa Dia adalah pencipta,
sedangkan mereka itu tidak dapat menciptakan apa-apa, maka tidaklah
layak disebut dan dikatakan tuhan.61
60
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 5
61
Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Tafsir Jalalain, Op.cit, hlm. 4
44
62
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1991) Jilid 1 Juz 1-3, hlm.73
63
Muhammad Nasib Ar-Rifa'I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, yang
diterjemahkan oleh Syihabbudin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2012) Jilid 1, hlm. 75
64
Ibid
44
65
Ibid
66
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2001), hlm.121-122
67
M. Quraish Shihab, Ibid, hlm. 121-122
45
68
Ibid.
69
Ibid.
70
M. Quraish Shihab, Ibid, hlm. 121-122
71
Thantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim, (Beirut (Lebanon): Mu'sasah
Musthafa al-Babi al-Halabi, 1998) Juz 1, Jilid 1, hlm.31
45
72
Ibid, hlm. 33
73
Muhammad Abdur Rab, Scientific Indications in the Holy Qur'an, Op.Cit., hlm. 34-37
74
Ibid
45
Perincian yang membahas tentang langit dan atmosfer luar ini baru
diketahui oleh kita selama abad ini. Proses-proses yang melindungi dan
bermanfaat seperti yang ditemukan ini menunjukkan kasih sayang Allah
kepada makhluknya tak terhingga.75
Allah SWT menurunkan hujan dari langit dan menghasilkan rezeki
untuk manusia dari buah-buahan. Air adalah salah satu persyaratan paling
mendasar untuk semua tanaman dalam pemeliharaannya, pertumbuhannya,
reproduksinya dan untuk bertahan hidup mereka. Semua reaksi metabolic di
dalam sel tanaman terjadi pada sebuah media yang mengandung air dan
melalui agensi berbagai nutrisi mineral diambil dari soll dan zat makanan
yang disiapkan diangkut ke berbagai organ tanaman. 76
Tidak bisa disebutkan satu-persatu Kekuasaan Allah yang telah
diberikan kepada kita, begitu Maha Pemurah dan Penyayangnya Allah
kepada makhluknya. Salah satunya kekuasaan Allah yaitu menciptakan
atmosfer dan tanah untuk menyediakan makanan bagi mereka dalam bentuk
salah satu makanan paling penting yaitu, berbagai jenis buah-buahan lezat
yang memiliki warna-warna yang menyenangkan, rasa yang
membangkitkan selera, rasa dan tekstur yang menenangkan. Seharusnya
manusia harus selalu bersyukur kepada-Nya.77
Dari penjelasan tafsir al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 22 di atas
dijelaskan bahwa Allah sudah memberikan rezeki yang berlimapah kepada
kita selaku manusia, yaitu dengan memberikan bumi sebagai hamparan
untuk berpijak dan bisa dijadikan kita lahan berladang, membuat rumah dan
memanfaatkan semua yang ada di bumi ini dengan sebaik-baiknya, selain
itu, Allah juga menjadikan langit sebagai atap, dan memberikan air, baik air
hujan yang berasal dari penguapan air menjadi awan dan menjadi hujan,
selain itu air yang bersumber dari bumi, dan dengan air itu kita bisa
berlandang, bertani hingga hasilnya kita bisa nikmati.
75
Ibid
76
Muhammad Abdur Rab, Ibid, hlm. 36
77
Ibid, hlm.37
45
78
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1991) Jilid 1 Juz 1-3, hlm.73
79
Yanti Herlianti, Op.cit., hlm 96
44
«قَ إنما أعظكم بواحدة» ۡهي «أن تقوموا لله» أي ۡلجله «مثنى» أي اثنين
اثنين «وفرادى» واحدا واحدا «ثم تتفكروا» فتعلموا «ما بصاحبكم» محمد
«من جنة» جنون «إن» ما «ۡهو إَّل نذير لكم بين يدي» أي قبَ «عذاب
.شديد» في اآلخرة إن عصيتموه
80
Yanti Herlianti, Ibid , hlm. 100
81
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu Teori Praktik dan Penilaian, (PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta. 2015), hlm. 246.
82
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 434
44
Dalam tafsir Qur'an surat Saba' ayat 46 ini dijelaskan bahwa Allah
SWT, memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk menyampaikan
kepada orang-orang kafir yang mengira Nabi Muhammad sebagai orang
gila. "Sesungguhnya aku hanya memperingatkan kalian suatu hal saja,
yaitu: supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau
sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada
penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Hendaknya kamu bersatu dan
membulatkan niat secara tulus karena Allah SWT tanpa dipengaruhi oleh
kecenderungan dan juga tanpa fanatisme. Lalu sebagian kamu menanyakan
kepada sebagian yang lain, 'Apakah Muhammad mempunyai penyakit gila?'
kemudian sebagian kamu menjawab sebagian lain dengan tulus. Kemudian
kamu pikirkan (Tentang Muhammad) Yakni hendaklah seseorang
merenungkan perihal Nabi Muhammad dan menanyakannya kepada orang
lain tentang perihalnya jika dia sulit untuk menilainya. Hendaknya pula dia
memandang kepada dirinya sendiri. Karena itu disebutkan oleh firman Allah
SWT: yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua
atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Nabi Muhammad
saw.) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu.84
Dalam tafsir Al-Misbah tulisan M.Quraish Shihab dijelaskan bahwa
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad yaitu: "Katakanlah,
wahai Muhammad, kepada mereka, 'Bahwasannya aku memerintahkan
kalian untuk memiliki satu sikap dasar. Yaitu agar kalian–dengan
83
Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Tafsir Jalalain, Op.cit, hlm. 355
84
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Syekh, Tafsir Ibnu Katssir,
diterjemahkan oleh M.Abdul Ghoffar, ( Bogor : Pustaka Imam Syafi'i, 2004) Jilid VI, hlm. 583-585
44
85
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ( Jakarta : Lentera Hati, 2002) Vol.11, hlm. 407
86
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), Juz XXII, Cet 1, hlm. 189-
190
44
Sebab seluruh kaum itu tetap percaya kepada Allah Yang Esa. Mereka
menyembah berhala hanya sebagai perantara saja.87
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kita untuk memusatkan
persembahan semata-mata kepada Allah itu adalah berdua-dua. Artinya
ajaklah seorang teman yang dekat mengadakan pertukaran pikiran dan
persamaan paham. Dengan cara demikianlah akan sama terbebaslah diri dan
teman dari pengaruh orang banyak yang menghasut dengan propaganda
yang bukan-bukan, sampai menuduh Nabi Muhammad itu gila. “Kemudian
tu hendaklh kmu pikirkan,” yaitu setelah mengahadap seluruh ingatan
kepada Allah Yang Maha Tunggal Pencipta Alam hendaklah berpikir lagi!
Pikirkan segala butir kata dan seruan, ajakan dan da’wah yang disampaikan
oleh Nabi Muhammad kepada kamu, sejak ayat-ayat pertama mulai turun
sampai sekarang. Niscaya pikiranmu yang jernih dan tidak terpengaruh itu
akan dapat mengambil kesimpulan: “Tidaklah ada pada teman kamu itu
sakit gila.” Tidak mungkin butir kata yang begitu mendalam akan Teambul
dari pikiran orang gila. “Dianya lain tidak hanyalah menjadi Pengacam
bagi kamu di hadapan azab yang sangat.”88
Dalam Tafsir yang ditulis oleh Team Departemen Agama Republik
Indonesia, dijelaskan bahwa dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan
kepada Nabi Muhammad saw. agar memperingatkan dan menasehati
kaumnya supaya tidak cepat-cepat mendustakan kerasulan dan al-Qur'an
yang dibawanya, sebaiknya mereka itu menggunakan waktunya untuk
menghadap Allah dengan ikhlas, memikirkan dan merenungkan dengan
sungguh-sungguh apa yang telah dibawa Nabi Muhammad baik itu sendiri-
sendiri ataupun bersama-sama, semoga dengan demikian mereka dapat
mencapai kebenaran dengan sebenar-benarnya, menemukan jalan yang
lurus yang diridhoi Allah SWT, mengakui segala kebenaran apa yang
dibawa oleh Rasulullah saw. Mereka juga dianjurkan untuk berpikir dan
merenung di dalam suasana yang tenang cukup hanya sendiri atau berduaan
87
Ibid
88
Ibid
44
89
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990) Jilid VIII, Juz 22-24 Cet 1, hlm. 118
90
Thantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim, (Beirut (Lebanon): Mu'sasah
Musthafa al-Babi al-Halabi, 1998) Juz 16, Jilid 8, hlm.121
44
91
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Syekh, Tafsir Ibnu Katssir,
Op.cit., hlm.584
45
Muhammad saw. teman mereka itu bukanlah seorang yang gila, tidak ada
sedikitpun penyakit gila pada Nabi Muhammad saw., dan Nabi Muhammad
saw bukanlah seorang pembohong, beliau hanyalah seorang pemberi
peringatan agar mereka tidak di Teampa azab yang keras karena ulah
kesalahan mereka.
c. Hasil analisis peneliti mengenai pendekatan saintifik dalam tafsir QS. Saba
ayat 46
Dalam tafsir Qur'an surat Saba' ayat 46 ini menjelaskan tentang perintah
Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk memperingatkan kepada orang-
orang kafir, agar tidak mendustakan kerasulan Nabi Muhammad saw dan al-
Qur'an yang dibawanya, dan Allah SWT memerintahkan untuk menghadap
Allah dengan penuh rasa ikhlas, memikirkan dan merenungkan dengan
sungguh-sungguh apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad, dipikirkan
dengan sendiri-sendiri, atau berdua-berdua, semoga dengan mereka berpikir
mereka dapat mencapai kebenaran yang sebenarnya. Allah SWT juga
menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw. teman mereka itu bukanlah
seorang yang gila, tidak ada sedikitpun penyakit gila pada Nabi Muhammad
saw., dan Nabi Muhammad saw bukanlah seorang pembohong, beliau
hanyalah seorang pemberi peringatan agar mereka tidak di Teampa azab yang
keras karena ulah kesalahan mereka.
Dalam pembelajaran siswa diajak untuk berpikir yang logis dan sistematis.
Siswa diajak untuk berpikir kritis tidak kolot atau tidak jumud, siswa juga
dituntut untuk berpikir ilmiyah berdasarkan fakta-fakta empiris. Dalam al-
Quran pembahasan terhadap manusia yang berpikir itu sangatlah banyak,
manusia menggunakan analoginya untuk meraih pengetahuan. Allah
memerintakan berulang-ulang dalam al-Quran pada manusia agar mereka
berpikir tentang dirinya, masyarakat, alam sekitar dan fenomena yang terjadi.
Dalam QS. Saba ayat 46 yang artinya “Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak
memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap
Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu
45
pikirkan ...”92 disana sangatlah jelas bahwa Allah memerintahkan kita untuk
berpikir dan ayat ini yang mendasarinya.
Seseorang dalam berpikir harus melalui beberapa syarat utama yaitu harus
bersungguh-sungguh, giat, bertanggung jawab, dan bermanfaat, apabila syarat
ini terpenuhi dalam proses berpikir, maka bagaimanapun hasilnya Allah akan
memberikan toleransi. Jika ada ada kekeliruan dalam berpikir, Allah tetap
memberinya pahala. Begitu mulianya Allah menciptakan manusia kerana
didalamnya ada kekuatan untuk berpikir. Dalam al Quran sangat tegas
mejelaskan bahwa kedudukan orang-orang yang tidak menggunakan akal dan
melenyapkannya hingga tidak berpikir, tidak memperhatikan, dan tidak
merenung serta tidak memanfaatkan alam semesta yang dianugerahkan Allah
sangatlah tercela.
Dalam pembelajaran, siswa menggunakan daya pikir mereka untuk
berpikir, selain itu guru berperan penting untuk memberikan motivasi dan
fasilitas untuk siswa dalam berpikirnya, guru memberikan sajian metode yang
menarik dan tepat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
«ومن آياته الليَ والنهار والشمس والقمر َّل تسجدوا للشمس وَّل للقمر
92
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 434
93
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 481
45
.»واسجدوا لله الذي خلقهن» أي اآليات اۡلربع «إن كنتم إياه تعبدون
Maksud dari tafsir Qur'an surat Fusshilat ayat 37 ini menjelaskan bahwa
diantara kekuasaan Allah terhadap makhluk-Nya adalah pergantian diantara
malam dengan siang.95 Sebagaimana yang telah kita ketahui pada beberapa
ayat yang sebelumnya dan kita alami setiap masa adalah sangat erat
hubungannya dengan diri kita sendiri. Pergantian malam dengan siang
adalah siklus dalam hidup kita. Akan naik atau jatuh, akan jaya atau runtuh.
Matahari dan bulanpun demikian. Terbitnya matahari menandakan siang;
maka ramailah orang yang melakukan segala aktivitas berusaha mencari
penghidupan. Sedangkan terbenamnya Matahari segala sesuatu menjadi
gelap dan haripun malam, dan alampun kelam. Manusia tidak bergerak lagi
karena kesepian malam. Sebab itu ada orang menyangka bahwa peredaran
mataharilah yang menentukan hidup kita. Hari itu sendiri di dalam bahasa
kuno artinya ialah Tuhan. Matahari berarti Mata dan Tuhan. Sebab itu maka
datanglah sabda Tuhan selanjutnya. "Janganlah kamu sujud kepada
matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi sujudlah Kepada Allah Yang
Menciptakan semuanya itu, jikalau adalah kamu kepada-Nya saja hendak
menyembah." Sebab malam dan siang, matahari dan bulan, bukanlah Tuhan
semuanya itu hanyalah tanda kekuasaan Allah. Mereka sendiri tidaklah
bergerak, tidaklah beredar kalau Allah tidak mengizinkan. Apalagi masih
banyak makhluk Allah, alam lain yang berlipat ganda beribu kali besarnya
dari matahari dan bulan itu. Bahkan yang satu juta kalinya matahari
94
Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Tafsir Jalalain, Op.cit, hlm.393
95
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath –Thabari, diterjemahkan oleh
Misbah, dkk, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009) hlm. 758
45
96
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001) Juz 24, hlm. 245
97
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990) Jilid VIII, Juz 22-24, Cet-1, hlm. 667
98
Ibid.
99
Ibid., hlm. 668
44
dan bulan, sedangkan Allah Yang Menciptakan dan Memelihara dunia, dan
Allah lah satu-satu-Nya yang layak untuk disembah.100
Syekh Thantawi menjelaskan dalam tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an
al-Karim, Allah SWT berfirman dan firman-firman Allah di kumpulkan
dalam al-Qur'an, "Dari sebagian ayat-ayat-Nya ialah malam dan siang,
matahari dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan bulan,
karena mereka adalah makhluk, sama seperTeamu". Mengenai hal ini telah
dikembangkan dan dijabarkan sebelumnya ketika meringkas interpretasinya
dalam surat pertama. Dan Allah berfirman, " Sujudlah kepada Allah Yang
Menciptakan semua makhluk" dari empat hati nurani "Jikalau adalah kamu
kepada-Nya saja hendak menyembah". Dan janganlah melanggar untuk
bersujud atau lebih spesifiknya adalah beribadah, kepada matahari dan
bulan, mereka berfikir dengan bersujud kepada matahari dan bulan lebih
dekat dengan Allah, padahal itu membuatnya sesat.101
Qur'an surat Fussilat ayat 37 ini juga adalah ayat yang mempertegas
jawaban pertanyaan atau kejanggalan dari Nabi Ibrahim ketika proses
mencari tuhan. Nabi Ibrahim as. oleh Allah SWT dibekali dengan akal dan
pikiran yang sangat baik dan murni, sehingga beliau dapat menemukan
kejanggalan-kejanggalan dalam hidupnya. Nabi Ibrahim mempunyai ayah
yang bernama Aazar bin Tahur, Ayah Nabi Ibrahim adalah seorang pemahat
atau pembuat berhala, ayahnya Nabi Ibrahim adalah penyembah berhala.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Nabi Ibrahim telah dibekali akal
dan pikiran yang murni oleh Allah, maka Nabi Ibrahim mendapat
kejanggalan dari apa yang telah disembah oleh ayahnya. Menurut Nabi
Ibrahim berhala dalah patung yang dibuat oleh manusia, dan berhala adalah
benda mati, tidak dapat memberikan manfaat untuk manusia, menurutnya
lebih bermanfaat manusia dibandingkan berhala itu. Setelah itu Nabi
Ibrahim mulai berpikir ketika melihat alam semesta, Nabi Ibrahim mulai
100
Muhammad Abdur Rab, Op.Cit., hlm. 477
101
Thantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim, (Beirut (Lebanon): Mu'sasah
Musthafa al-Babi al-Halabi, 1998) Juz 19, Jilid 10, hlm.96
44
102
http://ipospedia.com berita islami, Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan dan Kebenaran
Secara Singkat, (2018) diakses pada hari Rabu, 17 Juli 2019, pukul 22.00 WIB
103
Ibid
44
Ayat ini juga mempertegas jawaban pertanyaan atau kejanggalan dari Nabi
Ibrahim ketika proses mencari Tuhan. Ketika itu Nabi Ibrahim merasakan
kejanggalan terhadap apa yang disembah oleh ayah dan orang-orang di
sekitarnya, dengan pemikiran murni dari akalnya yang telah dibekali oleh
Allah, Nabi Ibrahim mulai berpikir dan melihat alam semesta seperti matahari,
bulan dan bintang itu adalah Tuhan, namun Nabi Ibrahim juga merasa heran
dan berpikir kembali, mengapa matahari hilang ketika di malam hari, bulan dan
bintang menghilang ketika di siang hari, ini semua pasti ada yang
104
http://ipospedia.com berita islami, Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan dan Kebenaran
Secara Singkat, (2018) diakses pada hari Rabu, 17 Juli 2019, pukul 22.00 WIB
44
Dari proses pencarian Tuhan yang di lakukan oleh Nabi Ibrahim ini apabila
di kaitkan dalam pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencari informasi, melakukan pengamatan dan menyimpulkan informasi yang
siswa peroleh. Setelah menyimpulkan informasi siswa menyampaikan atau
mengkomunikasikan hasil yang mereka peroleh.
105
Ibid.
106
Op.Cit., Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
(Jakarta: Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 481
44
A. Simpulan
dan kata ۡقَلمartinya pena, dapat dijelaskan bahwa ini merupakan perintah Allah
kepada manusia untuk membaca dengan menyebut nama Allah, yaitu membaca
yang tersurat seperti al-Qur'an dan yang tersirat seperti alam semesta. Dengan
membaca bisa membuat seseorang bergerak untuk bertanya, melakukan
pengamatan dan mengembangkan ilmunya dengan berfikir, setelah mendapat
pengetahuan maka pengetahuan itu akan dikomunikasi salah satunya
menyampaiannya ditulis menggunakan pena kepada yang lain agar semakin
berkembang ilmu pengetahuan tersebut. Jadi jelas dalam surat ini terdapat 5
langkah-langkah pendekatan saintifik.
98
89
b) Pada Qs. an-Nahl : 43, terdapat ayat yang berbunyi Kami tidak mengutus
sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu, ayat ini
mengandung makna dan dapat menimbulkan sebuah pengamatan dan
pertanyaan. Dan dalam ayat ini juga terdapat kalimat Maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui, disini jelas
bahwa Allah memerintah kita untuk bertanya kepada orang yang memiliki
pengetahuan apabila kita tidak mengetahui. Jadi dalam ayat ini terdapat dua
langkah dalam pendekatan saintifik yaitu, mengamati dan menanya.
c) Pada Qs. al-Baqarah: 22; Allah SWT menjadikan bumi sebagai hamparan dan
langit sebagai atap, dan menurunkan air hujan dari langit yang menghasilkan
buah-buahan sebagai rezeki untuk manusia. Allah menciptakan semuanya untuk
manusia, agar manusia memperhatikan proses penciptaan itu, merenungkan,
mempelajari, dan mengolahnya, sehingga bermanfaat bagi seluruh umat manusia
sesuai dengan yang telah diturunkan Allah. Karena Allah yang memberikan
nikmat-nikmat itu, maka manusia wajib menyembah Allah SWT saja. Dari
penjelaskan di atas dapat di artikan bahwa perintah Allah itu selaras dengan
langkah-langkah yang ada dalam pendekatan saintifik.
d) Qs. Saba: 46, dari ayat tersebut dijelaskan bahawa Allah SWT memerintahkan
kita untuk berfikir, dan dalam pendekatan saintifik berfikir itu sama seperti
tahapan menalar.
e) Qs. Fushilat: 37; Malam dan siang, matahari dan bulan, bukanlah Tuhan
semuanya itu hanyalah tanda kekuasaan Allah. Mereka sendiri tidaklah
bergerak, tidaklah beredar kalau Allah tidak mengizinkan. Ayat ini juga
mempertegas jawaban pertanyaan atau kejanggalan dari Nabi Ibrahim ketika
proses mencari Tuhan. Isi ayat ini akan menimbulkan sebuah pengamatan dan
menghasilkan sebuah kesimpulan yang harus dikomunikasikan. Pengamatan
dan kumikasi itu adalah suatu proses yang terdapat pada pendekatan saintifik.
B. Saran
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan sedikit sumbangan
berupa pemikiran yang digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu
89
A Sa’dullah, Analisis Metode dan Corak Tafsir Ijmali Karya Prof. Dr. Muhibbin
Noor, M.Ag. Skripsi UIN Semarang 2016: http://eprints.walisongo.ac.id
Senin, 25 Maret 2019 pukul : 19.42.
al-‘Arid, Ali Hasan. Sejarah dan Metedoligi Tafsir. Terj. Ahmad Arkom. Jakrta:
PT Raja Graffindo Persada. 1994.
Al-Sheikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq. Lubabut Tafsiir
Min Ibni Katsiir, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar, dk, Tarsir Ibnu
Katsir, Bogor: Pustaka Imam As-Syafi'i, Jilid 8, Cet- 1. 2005.
49
49
Ar-Rifa'I, Muhammad Nasib. Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
yang diterjemahkan oleh Syihabbudin. Jakarta: Gema Insani Press, Jilid 1.
2012.
Press. 2002.
Ath-Thabari, Abu Ja'far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath –Thabari, diterjemahkan
oleh Misbah, dkk. Jakarta: Pustaka Azzam. 2009.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, Juz XII-XIV, Cet 1, 1982.
. Juz 'Amma Tafsir Al-Azhar. Depok: Gema Insani. Cet ke-1. 2015.
Iqbal, Mashuri Sirrojuddin, dk. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Angkasa, 2005.
Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan dan Kebenaran Secara Singkat. Berita Islami.
2018: http://ipospedia.com Rabu, 17 Juli 2019. pukul 22.00 WIB.
Nisa. BAB II Kajian Teori Pengertian Kurikulum secara Etimolog. Skripsi UIN
Surabaya (Surabaya. 2013) http://digilib.uinsby.ac.id>bab2 .
Pribadi, Benny A. Model Desain Sistem Pembelajaran. PT. Dian Rakyat. 2011.
Rab, Muhammad Abdur. Scientific Indications in the Holy Qur'an. Dhaka: Islamic
Foundation Bangladesh. 2004.
Team Kementrian Agama RI & LIPI. Tafsir Ilmi (Mengenal Ayat-ayat Sains dalam
Al-Qur'an). Jakarta: Widya Cahaya. 2015.
Ummah, Ananda Rahmatul., dkk. Buku Karya Mahasiswa PAI UIN Jakarta.
Perencanaan Pembelajaran. 2015.
BIODATA PENULIS
NURSYIFA FAUZIYAH SAFARI
dilahirkan di Sukabumi, pada 09 Juni 1997, Anak
pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak
Asep Safari dan Ibu Nuraisah. Ia berasal dari
Sukabumi, yang beralamatkan di Jl. Veteran no.1,
Kp.Gunungguruh, Desa. Cikujang, Kec.
Gunungguruh, Kab.Sukabumi, Jawa Barat. Dan
sekarang berdomisili di Jl. Kertamukti, Gg. H. Nipan
RT 01/08 No.67, Pisangan, Ciputat, Tangerang
Selatan, Banten 15419 Riwayat Pendidikan penulis, penulis pernah sekolah di RA.
Nuurusshibyan pada tahun 2000-2003, SDN 4 Gunungguruh Sukabumi pada tahun
2003-2009, MTs. Al-Falah Sukabumi pada tahun 2009-2012, MAN 1 Kota
Sukabumi pada tahun 2012-2015, selanjutnya pada tahun 2015 melanjutkan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan Jurusan PAI
(Pendidikan Agama Islam).