You are on page 1of 127

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PERSPEKTIF TAFSIR

AL-QUR’AN

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
Nursyifa Fauziyah Safari
NIM.11150110000013

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1441 H
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang penting dalam penulisan skripsi,


karena banyak istilah Arab, nama orang, nama tempat, judul buku, nama lembaga dan
lain sebagainya, yang aslinya ditulis dengan huruf Arab dan harus disalin ke dalam
huruf latin. Adapun pedoman transliterasi menurut pedoman penulisan skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin


‫ا‬
‫ث‬ Ś
‫ح‬ ḥ
‫خ‬ Kh
‫ذ‬ Ź
‫ش‬ Sy
‫ص‬ Ṣ
‫ض‬ ḍ
‫ط‬ ṭ
‫ظ‬ Ť
‫ع‬ ᾽
‫غ‬ Ģ
‫ة‬ H

2. Vokal
Vocal Tunggul
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin
َ A
َ I
َ U

3. Mȃdd (Panjang)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin


‫َى … َ ا‬ Ᾱ
‫َى‬ Ῑ
‫َو‬ Ṹ

4. Tȃ’ marbȗtah
Tȃ’ marbȗtah hidup transliterasinya adalah /t/.
Tȃ’ marbȗtah mati ditransliterasinya adalah /h/.
Kalau pada satu kata yang akhirnya katanya adalah Tȃ’ marbȗtah diikuti oleh
kata yang digunakan oleh kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah
maka Tȃ’ marbȗtah itu ditransliterasikan dengan /h/. contoh:

‫ = وحدة الوجود‬Wahdat al-wujứd atau Wahdatul wujứd.


5. Syaddah (Tasydḭd)
Syaddah/tasydid di transliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf
yang diberi tanda syaddah (digandakan).
Contoh : rabbanả, al-ḫaqq, ảduwwun.
6. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf
yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung. Contoh:
al - zalzalah (az zalzalah)
b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya. Contoh: al - syamsu (bukan asy – syamsu),
7. Penulisan Hamzah
a. Bila hamzah terletak di awal kita, maka ia tidak dilambangkan dan ia
seperti a;if, contoh: akaltu, ȗtiya.
b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof, contoh:
ta’kulȗna atau syai’un.
8. Huruf Kapital
Huruf capital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata

sandangnya. Contoh: ْ‫الْقْْرآن‬ = al-Qur’an,

‫ = الْ ْم ْديْْن ْةْ ْال ْمنْْوْرْة‬al-Madinatul Munawwarah

‫ي‬
ْ ْ‫س ْع ْود‬
ْ ‫ = الْ ْم‬al-Mas’ȗdi.
ABSTRAK
Nursyifa Fauziyah Safari (NIM: 11150110000013) Pendekatan Saintifik
Dalam Perspektif Tafsir Al-Qur’an.
Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan yang dikenal di kurikulum 2013,
pada saat itu Menteri Pendidikannya adalah Bapak M Nuh. Pendekatan saintifik
merupakan pengimplementasian dari kurikulum 2013. Pedekatan saintifik ini
melahirkan keunikan terhadap lahirnya kurikulum yang pembelajarannya berbasis
active learning. Pendekatan saintifik ini juga adalah salah satu cara untuk
menyukseskan implementasi dari kurikulum 2013. Pedekatan saintifik ini meliputi
lima tahapan diantaranya yaitu mengamati (observing), menanya (questioning),
mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan
(communicating). Hampir semua guru yang berada di sekolah formal dilatih secara
bertahap berbagai model pembelajaran dan pendekatan, adapun pendekatan yang
diunggulkan adalah pendekatan saintifik, sehingga guru-guru tersebut dalam proses
belajar mengajarnya menggunakan pendekatan saintifik.
Dari pembahasan di atas maka penulis melakukan penelitian dan mengkaji
pendekatan saintifik menurut perspektif tafsir al-Qur'an dan hanya terfokus pada
QS al-Alaq : 1-5, QS an-Nahl : 43, QS al-Baqarah : 22, QS Saba : 46, QS Fusilat :
37.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
menggunakan penelitian kepustakaan dengan mengkaji tafsir al-Quran dan buku-
buku.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada QS al-Alaq : 1-5, QS an-Nahl
: 43, QS al-Baqarah : 22, QS Saba : 46, QS Fusilat : 37 terdapat penjelasan tentang
perintah Allah kepada manusia yang berkatian dengan langkah-langkah pendekatan
saintifik.

Kata Kunci : Pendekatan Saintifik, Tafsir al-Qur'an

i
ABSTRACT

The scientific approach is an approach that is well known in the 2013


curriculum, at that time the Minister of Education was Mr. M. Nuh. The scientific
approach is the implementation of the 2013 curriculum. This scientific approach
gives birth to the uniqueness of the birth of a curriculum based on active learning.
This scientific approach is also one way to succeed the implementation of the 2013
curriculum. This scientific approach involves five stages including observing,
questioning, experimenting, reasoning, and communicating. Almost all teachers in
formal schools are gradually trained in various learning models and approaches,
while the preferred approach is the scientific approach, so that the teachers in the
teaching and learning process use a scientific approach.
From the discussion above, the writer conducts research and studies a
scientific approach according to the perspective of the interpretation of the Qur'an
and only focuses on QS al-Alaq: 1-5, QS an-Nahl: 43, QS al-Baqarah: 22, QS Saba:
46, QS Fusilat: 37.
In this study, the authors used a qualitative research method using library
research by examining the interpretation of the Koran and books.
From the results of the study it can be seen that in the QS al-Alaq: 1-5, QS
an-Nahl: 43, QS al-Baqarah: 22, QS Saba: 46, QS Fusilat: 37 there is an explanation
of Allah's command to humans who are related to the steps scientific approach.

Keywords: Scientific Approach, Tafsir al-Qur'an

ii
KATA PENGANTAR
‫َه‬ ‫َه َه‬
‫ٱلرحِي ِم‬ ‫ٱلرِنَٰمۡح‬ ِ‫ِمۡسِب ٱّلل‬
Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT,
karena dengan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya penulis menyelesaikan skripsi
metode kualitatif penelitian pustaka library research yang berjudul “Konsep
Pendekatan Saintifik dalam Perspektif Tafsir Al Qur’an” Shalawat dan salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun dan mendidik dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.
Sebelum menyusun skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis alami. Dan dari sanalah banyak pelajaran yang bisa penulis ambil baik dari
susah maupun senang. Berkat ridho Allah, kesungguhan hati, kerja keras dan
motivasi, serta bantuan dari berbagai pihak, segala kesulitan dan hambatan tersebut
dapat diatasi. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
kedua orang tua, ibunda tercinta Nuraisah, S.Pd.I dan ayahanda tercinta Asep
Safari, S.Pd.I yang dengan susah payah mengasuh dan mendidik penulis dengan
penuh rasa ikhlas dan kesabaran, menyayangi dan mengasihi, yang tak kenal lelah
setiap harinya bekerja mencari nafkah untuk membiayai penulis sekolah hingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. Kemudian kepada Adik-
adiku tercinta (Nuralvi Rahmi Safari, Nur Aghnia Zakiyah Safari, Nur Zidni Akrimi
Safari, dan Muhammad Zaidan Al-Faqih Safari) yang dengan penuh kasih sayang
telah banyak memberi dukungan dan mengisi hari-hari penulis dengan kegembiraan
dan kebahagiaan. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih untuk yang
teristimewa penulis Muhamad Faiz Suhail yang selalu memberi support, motivasi,
arahan dan selalu menemani untuk berdiskusi dalam proses penulisan dan
pembuatan skripsi ini.
Dan juga tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada :

iii
iv

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA selaku Rektor Univeritas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Abdul Haris , M.Ag dan Bapak Drs. Rusdi Jamil MA selaku
Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Drs. Abdul Haris, M. Ag selaku Dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia memberikan dan meluangkan segenap waktu, tenaga,
pikiran serta kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan serta
motivasinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag, Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan support, motivasi dan masukan, bersedia
membimbimg penulis dari awal semester satu sampai dengan sekarang.
6. Segenap Dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta yang telah memberikan bekal
ilmu dan pengetahuannya selama penulis menjalakan perkuliahan.
7. Seluruh staf perpustakaan umum Univesitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah menyediakan bermacam-macam buku, tafsir dan sebagainya
sehingga mempermudah penulis mencari referensi.
8. Guru-guruku tercinta yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya. Serta do’adan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak sekaligus sahabat-sahabatku, Awaliyah Rizka Safitri, S.KM,
Chika Chyntia, Siti Nurholipah, Fadhila Athiya Rahmah, Suci Nur
Haliza, Nazihah, S.Pd, Maya Jelita Hasibuan, Khairunnisa, Novi
Fatonah, Nadya Safira, S.Pd, Amrina.
10. Seluruh sahabat-sahabtku di PAI angkatan 2015 teman senasib dan
seperjuangan terkhusus kelas PAI-B, yang telah banyak memberikan
v

pengalaman berharga kepada penulis tentang indahnya arti sebuah


persahabatan dan kekeluargaan.
11. Seluruh sahabat dan teman organisasiku, PSM UIN Jakarta, Keluarga
RIMASI, HMJ PAI UIN Jakarta, dan PMII Rayon PAI, yang telah
memeberikan pengalaman berharga dan ilmu bagaimana berorganisasi
yang baik tanpa mengabaikan bidang akademik.
12. Teman-teman di kosan Pondok Fitri yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah penulis berharap dan berdo’a
semoga amal baik mereka yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi
ini mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin Ya
Rabbal’Alamiin...

Jakarta, 15 Oktober 2019


Penulis,

Nursyifa Fauziyah Safari


DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ........................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .......................................................... 8
D. Rumusan Masalah .............................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ................................................................ 9
F. Manfaat Penelitian .............................................................. 9

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................... 11

A. Landasan Teori ..................................................................... 11


1. Pendekatan saintifik ...................................................... 11
a. Pengertian Pendekatan Saintifik .............................. 11
b. Esensi Pembelajaran Saintifik ................................. 13
c. Kriteria Pembelajaran Saintifik.............................. 13
d. Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik ............... 14
2. Pembelajaran ................................................................ 27
a. Pengertian Pembelajaran ......................................... 27
b. Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli .......... 28
c. Fungsi dan Tujuan Pengembangan Pembelajaran . 29
3. Tafsir al-Qur'an ............................................................ 31
a. Definisi Tafsir ........................................................ 31
b. Definisi al-Qur'an .................................................. 32

vi
vii

c. Definisi Tafsir al-Qur'an ...................................... 33


B. Penelitian Relevan ........................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 39

A. Objek dan Waktu Penelitian ............................................ 39


B. Metode Penelitian ............................................................ 39
C. Sumber Data .................................................................... 40
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 41
E. Teknik Analisis Data ..................................................... 42
F. Teknik Penulisan ........................................................... 43

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............ 44

A. Konsep Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran ......... 44


B. Tafsir Ayat-ayat Pendekatan Saintifik ............................. 48
1. Tafsir al-Qur'an Surat al-Alaq ayat 1-5 .................... 48
2. Tafsir al-Qur'an surat an-Nahl ayat 43 ...................... 59
3. Tafsir al-Qur'an surat al-Baqrah ayat 22 ................... 67
4. Tafsir al-Qur'an surat Saba' ayat 46 .......................... 74
5. Tafsir al-Qur'an Surat Fushilat ayat 37 ..................... 81

BAB V PENUTUP ............................................................................ 89

A. Kesimpulan ....................................................................... 89
B. Saran ................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hal yang paling berpengaruh untuk kemajuan suatu
Negara. Pendidikan juga adalah usaha dari manusia dewasa yang telah sadar
akan kemanusiannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan
nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda agar
nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas
hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan hakikat dan kemanusiaanya.1
Pendidikan tidak luput dari pembelajaran, pembelajaran diambil dari kata
belajar yang artinya sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses
berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga adalah proses mengamati dan
memahami sesuatu.2 Kegitan proses pembelajaran dilakukan oleh dua pelaku,
yaitu guru dan siswa. Guru yang bertugas untuk mengajar sedangkan siswa
bertugas untuk belajar. Pembelajaran juga merupakan suatu sistem, yang terdiri
atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode dan evaluasi.3
Pembelajaran bisa diartikan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.4 Pembelajaran juga
merupakan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa
itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk
gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan,
sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

1
Djunaidatul Munawarroh, dk, Filsafat Pendidikan Prespektif Islam Dan Umum (UIN
Jakarta Press,2003) hlm.5
2
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (PT. Raja
Grafindo Persada, 2016) hlm. 1
3
Ibid,.
4
Peraturan Pemerintah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 20

1
2

Dengan demikian, kesadaran dan kepahaman guru dan siswa akan tujuan yang
harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak
bisa ditawar, sehingga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan
yang sama.5
Istilah pembelajaran mengandung makna yang lebih luas dari pada istilah
pengajaran. Pengajaran hanya merupakan upaya transfer of knowledge semata
dari guru kepada siswa, sedangkan pembelajaran memiliki makna yang lebih
luas, yaitu kegiatan yang dimulai dari mendesain, mengembangkan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegitan yang dapat menciptakan
terjadinya proses belajar.6
Pembelajaran mempunyai karekteristik pada setiap satuan
pendidikannya yang terkait erat pada standar kompetensi lulusan dan standar isi.
Standar kompetensi lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran
pembelajaran yang harus dicapai. Standar isi memberikan kerangka konseptual
tentang kegitan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat
kompetensi dan ruang lingkup materi.7
Sesuai dengan standar dan kompetensi lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasikan untuk setiap satuan pendidikan.8 Oleh karena itu bisa diartikan
bahwa pendidikan mempunyai sebuah tujuan. Agar tercapainya tujuan
pendidikan tersebut, maka harus melakukan proses pembelajaran, dan dalam
pembelajaranpun harus berpacu kepada pedoman pembelajaran, dan pedoman
pembelajaran itu sendiri disebut dengan kurikulum. Kurikulum secara
etimologi, berasal dari bahasa Yunani yaitu kata curir dan curere yang
merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, dari sebuah perlombaan yang
telah dibentuk semacam rute pacuan yang harus dilalui oleh para kompetitor

5
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. (Kencana Prenadamedia
Group, Jakarta. 2013), hlm. 26
6
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (PT. Dian Rakyat, 2011), Cet. Ke
3, hlm.9-11
7
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Bab II (Karakteristik Pembelajaran)
8
Ibid.
3

sebuah perlombaan. Sedangkan dalam dunia pendidikan kurikulum adalah


muatan proses, baik formal maupun informal yang diperuntukan bagi pelajar
untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan
mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah.9 Jadi dalam
kurikulum berisikan tentang seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran.
Di Indonesia itu sendiri kurikulum sudah mengalami banyak perubahan
disesuaikan dengan pekembangan zaman. Adapun kurikulum yang sudah
digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut yaitu : kurikulum periode
penjajahan Belanda, kurikulum periode penjajahan Jepang, kurikulum dari masa
peralihan Jepang ke sekutu, kurikulum pasca kemerdekaan, kurikulum rencana
pembelajaran terurai 1952, kurikulum periode 1964, kurikulum periode 1968,
kurikulum periode 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) 2004-2006, kurikulum KTSP ( Kurikulum
Tingkat Satuan Pelajar) dan saat ini menggunakan kurikulum 2013.10 Perubahan
kurikulum ini juga terjadi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan terus
menerus.
Pada saat ini Indonesia menerapkan kurikulum 2013, dalam
Permendikbud No. 67 Tahun 2013 menyatakan bahwa :
Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu dan mencakup dua dimensi kurikulum, kesatu adalah rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua
adalah cara yang digunakan untuk kegitan pembelajaran. 11
Kurikulum 2013 ini merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan
untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan di

9
Nisa, BAB II Kajian Teori Pengertian Kurikulum secara Etimologi, Skripsi UIN Surabaya
(Surabaya: 2013) hlm. 1, Dipublikasikan pada tahun 2013 http://digilib.uinsby.ac.id>bab2
10
Sellya Karisma Aspek Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pada QS.Al-Baqarah,
Theses UIN Malang (2015), Dipublikasikan pada tanggal 27 Juni 2016. http://etheses.uin-
malang.ac.id
11
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka
Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah hlm. 1
4

masa yang akan mendatang.12 Kurikulum 2013 adalah bagian dari strategi
meningkatkan capaian pendidikan. Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya
peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan
(skill), dan pengetahuan (knowledge).13
Kurikulum 2013 juga dikembangkan berdasarkan tantangan internal dan
eksternal dan faktor penyempurnaan pola pikir. Dalam tantangan internal
dikaitakan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar
Nasional Pendidikan yaitu, standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar saran dan
prasarana, standar pengolahan, standar pembiayaan, dan standar penilaian serta
terkait bagaimana mengupayakan sumber daya yang produktif yang memiliki
kompetensi dalam pendidikan agar tidak menjadi beban pendidikan. Untuk
tantangan eksternal adalah kemajuan zaman yang semakin modern, dalam
menghadapi zaman yang semakin modern ini dibutuhkan filterisasi agar
menyaring segala hal dari perkembangan zaman tersebut. Tantangan yang
ketiga penyempurnaan pola pikir, salah satunya yaitu dari pembelajaran pasif
mejadi aktif atau dikenal dengan active learning (siswa yang berperan aktif
dalam pembelajaran) untuk memperkuat pembelajaran aktif ini yaitu dengan
model pendekatan sains, di kurikulum 2013 itu sendiri dikenal dengan
pendekatan saintifik.14
Pendekatan Saintifik adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada aktifitas siswa melalui kegiatan 5M (mengamati, menanya,
mencoba, menalar, mengkomunikasaikan) pada kegiatan pembelajaran di
sekolah. Pendektan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang
memberikan kepada siswa secara luas untuk melakukan eksplorasi (siswa
melakukan pencarian / penjelajahan untuk menemukan hal yang baru) dan
elaborasi (siswa melakukan pembelajaran dengan tekun dan cermat) materi yang

12
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI, (Prenada Media Group : 2015), hlm.5
13
Ibid
14
Sellya Karisma, Op.cit., hlm.2
5

dipelajari, disamping itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mengaktualisasikan kemampunnya melalui kegitan pembelajaran yang telah
dirancang oleh guru.15
E.Mulyasa juga menjelaskan tentang pendekatan saintifik, menurut
beliau pendektan saintifik adalah pendekatan dalam proses pembelajaran lebih
menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegitan yang
memungkinkan mereka untuk secara aktif mengamati, menanya, mencoba,
menalar, mengkomunikasikan, dan membangun jejaring. Empat kemampuan
yang disebutkan pertama adalah untuk membangun kemampuan personal,
sedangkan membangun jejaring merupakan kemampuan interpersonal.
Kemampuan yang ditekankan dalam metode saintifik tersebut, baik yang
berkaitan dengan kemampuan personal maupun kemampuan interpersonal,
dapat diterapkan dalam pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan.16
Pendekatan saintifik juga ada yang menjelaskan sebagai model
pembelajaran, dimana model pembelajaran saintifik ini yang menuntut siswa
beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains. Dalam praktiknya siswa diharuskan
melakukan serangkaian aktivitas selayaknya langkah-langkah penerapan metode
ilmiah. Serangkaian aktivitas dimaksud meliputi pertama, merumuskan
masalah; kedua, mengajukan hipotesis; ketiga, mengumpulkan data; keempat,
mengolah dan menganalisis data; dan kelima, membuat kesimpulan.17 Model
pembelajaran saintifik juga bisa disimpulkan yaitu suatu proses pembelajaran
yang dilakukan untuk memecahkan masalah melalui kegitan perencanaan yang
matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis data yang teliti untuk
menghasilkan suatu simpulan. Guna mampu melaksanakan kegiatan ini siswa
harus dibina kepekaannya terhadap fenomena, kemampuannya mengajukan
pertanyaan, ketelitiannya mengumpulkan data, dan kecermatannya mengolah

15
Yanti Herlanti, Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press, 2015) hlm. 96-98
16
E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2016) Cet. 3, hlm. 99
17
Andi Prastowo, Op.cit., hlm. 249
6

data untuk menjawab pertanyaan, dan akhirnya kemampuannya membuat


simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannya.18
Pendekatan saintifik ini juga bisa disebut dengan langkah-langkah atau
tahapan berpikir dalam proses pembelajaran, karena dengan melakukan 5
langkah yang terdapat di dalam pendekatan saintifik itu seseorang bisa berpikir
secara sistematis.
Pendekatan saintifik sangat fameliar di kurikulum 2013, hampir semua
guru yang melakukan pembelajaran disekolah menggunakan kurikulum 2013
menerapkan pendekatan saintifik. Dari mulai guru TK/RA, guru SD/MI, guru
SMP/MTS dan guru SMA/MA, dalam pembelajarannya guru tersebut
menggunakan pendektan saintifik, baik mata pelajaran sains, sosial, dan tidak
terkecuali juga dengan mata pelajaran keagamaan.
Islam juga mengajarkan manusia untuk terus berkembang dan berubah
menyesuaikan dengan kebutuhan zaman, karena zaman terus mengalami
perubahan maka manusia dituntut untuk lebih kreatif dan berinovasi, bermanfaat
untuk dirinya sendiri dan orang lain. Sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur’an
yang berbunyi :19
ۡۗ ٍۡ ۡۗ
... ‫َّى يُغَيُِرواْ َما بِأَن ُف ِس ِه ۡم‬
ٰ ‫ۗ إِ َّن ٱللَّهَ ََل يُغَيُِر َما بَِقوم َحت‬...
Artinya: “...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (QS. ar-Ra’du
ayat 11)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita selaku umat
manusia untuk terus berkembang dan berubah menyesuaikan dengan
perkembangan zaman, namun bukan berarati kita mengikuti arus negatif
perekembangan zaman tersebut karena dimanapun kita berada malaikat selalu
mengikuti kita. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu

18
Andi Prastowo, Ibid.
19
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006)
7

kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, karena tidak ada tempat
berlindung kecuali Allah SWT.
Allah juga memerintahkan kepada manusia untuk selalu berpikir,
seperti yang dijelaskan dalam ayat al-Qur’an yang berbunyi :
ِ ۡ َۚ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ِۡ ۡ
َ ٰ ِ ِ ِ
‫ب أفَ َل تَققلُو َن‬
َ َ‫نسو َن أَن ُف َس ُكم َوأَنتُم تَت لُو َن ٱلكت‬ َ ‫أَتَأ ُم ُرو َن ٱلن‬
َ َ‫َّاس بٱلبر َوت‬
Artinya:“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang

kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab


(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir”. (QS. al-Baqarah: 44) 20
Selain Allah memerintahkan kita untuk berpikir, Allah juga
memerintahkan kepada kita untuk melakukan pengamatan, bertanya apabila kita
tidak mengetahi, melakukan percobaan, berpikir kritis, dan berbagi ilmu apabila
kita mengetahui.
Perintah Allah kepada umat manusia untuk berpikir, melakukan
pengamatan, bertanya apabila kita tidak mengetahi, melakukan percobaan,
berpikir kritis, dan berbagi ilmu apabila kita mengetahui. banyak sekali
dijelaskan dan dibahas dalam ayat al-Qur’an diantaranya beberapa ayat al-
Qur’an yang membahas tentang perintah Allah tersebut adalah QS al-Alaq : 1-
5, QS an-Nahl : 43, QS al-Baqarah: 22, QS Saba : 46, QS. Fusliat : 37.
Perintah Allah terhadap umat manusia tersebut tahapannya hampir sama
dengan pendekatan saintifik yang di terapkan oleh guru-guru dalam proses
pembelajaran kepada siswanya.
Rista Arvida Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Jurusan
Pendidikan Agama Islam juga melakukan penelitan tentang Pendekatan Saintifik
dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam Perspektif Al-Qur’an hasil penelitian
tersebut menjelaskan bahawa manusia dalam proses memperoleh Ilmu 30 %
diantaranya melalui mengamati atau memperhatikan, selanjutnya melalui
tahapan bertanya, tahapan mencoba, selanjutnya mengasosiasikan dan yang
terakhir mengkomunikasikan. Rista Arvida dalam penelitiannya menggunakan

20
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006)
8

ayat al-Qur’an yaitu Tafsir surat ali-Imran ayat 137 untuk tahapan mengamati,
tafsir surat an-Nahl ayat 43 untuk tahapan bertanya, tafsir surat an-Nisa ayat 40
untuk tahapan mecoba, tafsir surat ali-Imran ayat 110 untuk tahapan menalar
atau mengasosiasikan dan yang terakhir tahapan mengkomunikasikan juga
menggunakan tafsir surat ali-Imran ayat 110.21
Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang hampir
mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Rista, namun fokus penelitian yang
dilakukan oleh penulis dan ayat al-Qur’an yang di kaji oleh penulis sedikit
berbeda dengan penelitian Rista, yaitu tentang “Konsep Pendekatan Saintifik
dalam Perspektif Al- Qur’an” yang hanya terfokus pada kajian tafsir QS al-
Alaq : 1-5, QS an-Nahl : 43, QS al-Baqarah: 22 , QS Saba : 46, QS. Fusliat : 37.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan di Indonesia dalam pembelajarannya terjadi beberapa kali
pergantian kurikulum.
2. Siswa dalam pembelajarannya pada saat ini dituntut untuk aktif dan
beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains, seperti melakukan
pengamatan, aktif untuk bertanya, berperan aktif melakukan percobaan/
bereksperimen, berpikir logis dan kritis, serta berani untuk
mengkomunikasikan hasil dari pengetahuan yang diperolehnya.
Sebagaimana di dalam Al-Qur'an juga banyak sekali ayat yang membahas
tetang itu.

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang telah teridentifikasi dari
pembahasan yang ada dalam latar belakang diatas, maka untuk lebih

21
Rista Arivida, Pendekatan Saintifik Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Perspektif Al-Qur’an, Skripsi UIN Surabaya (Surabaya: 2016) hlm.8, di publikasikan pada 11 April
2016 http://digilib.uinsby.ac.id
9

memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini perlu
pembatasan masalah pembahasannya. Adapun permasalahan yang akan
diungkap hanya membahas pendekatan saintifik dalam pembelajaran
menurut perspektif tafsir al- Qur’an, yaitu Pada QS al-Alaq : 1-5, QS an-
Nahl : 43, QS al-Baqarah: 22, QS Saba : 46, QS Fusliat : 37.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep pendekatan saintifik dalam pembelajaran ?


2. Bagaimana pendapat para mufassir mengenai pendekatan saintifik
dalam pembelajaran dan bagaimana hasil analisis pendekatan saintifik
dalam perspektif tafsir al-Qur’an?

E. Tujuan Penelitian
Dalam sebuah penelitian, tentunya memiliki tujuan yang digunakan
sebagai pedoman dan tolak ukur dari suatu penelitian sehingga dalam
penelitian ini juga mempunyai tujuan penelitian yang berdasarkan dari
rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, adapun Penelitian ini
bertujuan sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan konsep pendekatan saintifik dalam pembelajaran.


2. Memaparkan beberapa pendapat para mufassir tentang pendekatan
saintifik dalam pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis : Penelitian ini secara umum memberikan informasi tentang
konsep pendekatan saintifik dalam perspektif al-Qur’an. Penelitian ini
dapat diguanakan sebagai penambahan kajian pustaka atau khasanah
keilmuan tentang konsep pendekatan saintifik dalam perspektif al-
Qur’an.
2. Praktis :
a. Bagi lembaga Sekolah, dapat menjadi sebuah masukan agar
pendidikan pada sekolah tersebut lebih berinovasi dalam proses
10

pembelajarannya, dan dapat mengintegrasikan antara ilmu


pengetahuan dan ilmu agama.
b. Bagi Pendidik, dapat dipakai sebagai sumber infomasi sehingga
mengetahui bagaimana konsep pendekatan saintifik dalam
pembelajaran menurut perspektif al- Qur’an
c. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi
berkaitan dengan penelitian dengan tema yang sama.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Landasan Teori
1. Pendekatan Saintifik
a. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendeketan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode
pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu
banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya
dengan metode.1
Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik.
Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan
pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis
atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi
dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau
percobaan.2
Pengertian pendekatan saintifik dalam buku Yunus Abidin yang
dipaparkan para ahli sebagai berikut : 3
1) Menurut Barringer et al. mengatakan pembelajaran proses saintifik
merupkan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara
sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang
penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Bertemali dengan tersebut
pembelajaran ini akan melibatkan siswa dalam kegitan masalah
yang kompleks melalui kegitan curah gagasan, berfikir kreatif,
melakukan aktifitas penelitian, dan membangun konseptualisasi
pengetahuan.

1
Hamruni, Strategi Pembelajaran ( Yogyakarta: Insan Madani, 2012), hlm. 6.
2
Sellya Karisma Aspek Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pada QS.Al-Baqarah,
Theses UIN Malang (2015), dipublikasikan pada tanggal 27 Juni 2016 http://etheses.uin-
malang.ac.id
3
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2014) hlm.122

11
12

2) Weinbaum, et al. mengatakan bahwa pembelajaran merupakan


proses membangun makna dari informasi factual dalam kerangka
kerja konseptual. Proses memahami informasi factual dalam
kerangka konseptual memungkinkan siswa untuk mengambil,
mengatur, dan mempertahankan informasi baru tersebut.
3) Creswell mengatakan bahwa “ Reasech is process of steps used to
collect and analyza informations to increased our understanding of
topic or issue.” Lebih lanjut mengatakan “ reseach is a process in
wich you engange in e small set of logical steps 1) post a quesent, 2)
collect data to answer the question, 3) presen and answer to the
question.” Pengertian di atas memandang penelitian sebagai proses
yang dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi
untuk meningkatkan pemahaman kita atas topic atau isu tertentu.
4) Menurut Yunus Abidin dalam bukunya beliua berpendapat model
pembelajaran saintifik proses model pembelajaran yang
menggunakan konsep penelitian untuk diterapkan dalam
pembelajarannya. Dengan kata lain, model sintifik pada dasarnya
adalah model pembelajaran yang diorientasikan guna membina
kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian
aktifitas inkuiri yang menuntut kemampuan berfikir keritis, kreatif,
dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan paham siswa.
Dalam buku lain karya E. Mulyasa, beliau berpendapat bahwa
pedekatan saintifik itu adalah dalam proses pembelajaran lebih
menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegitan yang
memungkinkan mereka untuk secara aktif mengamati, menanya,
mencoba, menalar, mengkomunikasikan, dan membangun jejaring.
Empat kemampuan yang disebutkan pertama adalah untuk membangun
kemaampuan personal, sedangkan memabngun jejaring merupakan
kemampuan intrepersonal. Kemampuan yang ditekankan dalam metode
saintifik tersebut, baik yang berkaitan dengan kemampuan personal
13

maupun kemampuan interpersonal, dapat diterapkan dalam pembelajaran


yang efektif, kreatif, dan menyenangkan.4
Berdasarkan beberapa pemaparan diatas menurut para ahli dapat
disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah proses memecahkan
masalah melalui pengumpulan informasi dilanjutkan dengan berfikir
kritis dan kreatif, serta dapat berkomunikasi dengan baik dalam
meningkatkan pemahaman siswa, dan dalam pembelajaran siswa yang
lebih berperan aktif, atau bisa disebut active learning.

b. Esensis Pembelajaran Saintifik


1) Merujuk pada teknik investigasi atas suatu fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan
pengetahuan sebelumnya.
2) Lebih mengedepankan penalaran induktif, yaitu memandang
fenomena atau situasi secara spesifik untuk kemudian menarik
simpulan secara keseluruhan.
3) Berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,
empiris dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang
spesifik.
4) Memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data observasi atau
eksperimen, mengolah informasi/data, menganalisis, kemudian
memformulasi dan menguji hipotesis.5

c. Kriteria Pembelajaran Saintifik


1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan
sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

4
E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2016) Cet. 3, hlm. 99
5
Ananda Rahmatul Ummah, dkk, Buku Karya Mahasiswa PAI UIN Jakarta, Perencanaan
Pembelajaran (2015), hlm.87
14

2) Penjelasan guru, respons siswa dan interaksi edukatif guru-siswa


terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif,
atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi siswa agar mampu memahami,
menerapkan dan mengembangkan pola berpikir yang rasional
dan objektif dalam merespons materi pembelajaran.
4) Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan.
5) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,
namun menarik sistem penyajiannya.6

d. Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik


Berdasarkan Kemendikbud tahun 2013 langkah-langkah
pembelajaran saintifik meliputi lima langkah, yaitu :7

1) Observing (Mengamati)
2) Questioning (Menanya)
3) Eksperimenting (Mencoba)
4) Associating (Menalar)
5) Communicating (Mengkomunikasikan)

Mengamati Menanya Mencoba Menalar Mengkomunikasikan


mencoba mencoba aa
a mencoba
a a
a
1) Mengamati 4) Menalar
2) Menanya 5) Mengkomunikasikan
3) Mencoba
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai lima langkah tersebut,
peneliti akan membahas dibawah ini:

6
Ibid
7
Peraturan Pemerintah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013
15

1. Mengamati (Observing)
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati
adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan
alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan,
ketelitian, mencari informasi.
Metode mengamati menggunakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik
senang dan tertantang dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan
mengamati dalam rangka kegiatan pembelajaran ini biasanya
memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak dan jika tidak terkendali akan menghamburkan makna
serta tujuan pembelajaran.8
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa
ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik
menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis
dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah berikut ini.
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi.
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi.
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder.
d. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobsevasi.
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

8
Marzuki dkk, Strategi Implementasi Pendekatan Saintifk Dalam Pembelajaran Tematik
di Sekolah Dasar Negeri Kota Sintang. Jurnal Untan, (2015) hlm. 24-26 dipublikasikan pada 04
November 2018, http://jurnal.untan.ac.id
16

f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi,


seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam dan alat-alat lainnya.9
Praktik observasi dalam pembelajaran akan lebih optimal jika
peserta didik dan guru melengkapi diri dengan alat-alat pencatatan dan
alat-alat lain tersebut. Secara lebih luas, alat atau instrumen yang
digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek
(checklist), sekala rentang (rating scale), catatan anecdotal (anecdotal
record), catatan berkala dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar
cek berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau
faktor-faktor yang akan diobservasi. Skala rentang, berupa alat untuk
mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan
anecdotal berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru
mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek
atau objek yang diobservasi.
Kegiatan mengamati dapat dilakukan siswa melalui mengamati,
lingkungan sekitar, mengamati media foto dan gambar, setelah
mengamati peserta didik dapat secara langsung menceritakan kondisi
sebagaimana yang dituntut dalam kompetensi dasar dan indikator dan
mata pelajaran apa saja yang dapat dipadukan dengan media yang
tersedia.10
Pada kegiatan observasi, bentuk keterlibatan peserta didik
dalam observasi dapat berupa.
1) Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk
kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang
sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Disini
peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek,
atau situasi yang diamati.

9
Yanti Herlianti, Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press,2015) hlm 96
10
Yanti Herlianti, Ibid
17

2) Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya


observasi biasa, pada observasi terkendali untuk kepentengingan
pembelajaran, pesrta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan
pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Mereka juga tidak memiliki
hubungan apapun dengan pelaku, objek atau situasi yang diamati.
Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi
terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang
atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran
dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau
eksperimen atas pelaku atau objek yang diobservasi.
3) Observasi partispatif (participatif observation). Pada observasi
partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan
pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini
paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya
stnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik
melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di
bidang pengajaran bahasa, misalnya dengan menggunakan
pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan “bermukim” langsung
ditempat subjek atau komunitas tertentu pada waktu tertentu pula
untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk
melibatkan diri secara langsung dalam situasi kehidupan.11
Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan
observasi dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan
dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur,
seperti dijelaskan berikut ini.
a) Observasi berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka
proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang
ingin diobservasi oleh peserta didik secara sistematis dibawah
bimbingan guru.

11
Yanti Herlianti. Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press, 2015) hlm 97
18

b) Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur


dalam rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku
mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam
kerangka ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau
mengingat dalam memori secara spontan atau subjek, objektif, atau
situasi yag diobservasi.12
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta
didik selama observasi pembelajaran disajikan berikut ini.
1) Cermat,objektif dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi
untuk kepentingan pembelajaran.
2) Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek,
objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogen
subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan
observasi itu dilakukan. Sebelum observasi dilaksanakan, guru dan
peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan
prosedur pengamatan.
3) Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat,
direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas
perolehan observasi.13

2. Menanya (Questioning)
Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan
adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kempuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

12
Ibid, hlm 97-98
13
Yanti Herlianti, Ibid. hlm 98
19

a. Fungsi Bertanya
1) Seorang guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang
menantang bagi siswa, sehingga memancing siswa untuk
bertanya. Melalui bertanya banyak hal yang dapat didapatkan
dari siswa, seperti: Membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan
perhatian peserta didik, tentang suatu tema atau topik
pembelajaran.
2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar,
serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya
sendiri.
3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan rancangan untuk mencari solusi.
4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukan sikap, keterlampilan
dan pemahaman atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5) Membangkitkan keterlampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan dan memberi jawaban secara logis,
sistematis dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi,
berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir dan
menarik simpulan.
7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan
menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosakata, serta
mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta
sigap dalam merespons persoalan yang tiba-tiba muncul.
9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan
kemampuan berempati satu sama lain.14

14
Yanti Herlianti, Ibid. hlm 100
20

b. Kriteria Pertanyaan yang Baik


Agar proses pembelajaran melalui tanya jawab berjalan dengan
baik, ada beberapa kriteria pertanyaan yang baik, yaitu :
1) Singkat dan jelas
2) Menginspirasi jawaban
3) Memiliki fokus
4) Bersifat probling atau divergen
5) Bersifat validatif atau penguatan
6) Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang
7) Merangsang peningkatan tuntunan kemampuan kognitif
8) Merangsang proses interaksi.15

c. Tingkat Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta
didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus
memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan
kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari apa yang rendah
hingga yang lebih tinggi.
1) Peserta didik tidak mudah menanya apabila tidak dihadapkan dengan
media yang menarik. Guru harus mampu menginspirasi peserta didik
untuk mau dan mampu menanya.
2) Pada saat guru mengajukan pertanyaan, guru harus membimbing
atau memandu peserta didik menjadi penyimak yang baik.
3) Pertanyaan guru dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan
verbal.16

15
Yanti Herlianti. Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press, 2015) hlm 100-101
16
Ibid, hlm 103-104
21

3. Mencoba (Experimenting)
Mencoba atau melakukan eksperimen merupakan keterlampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar
dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Untuk
memperoleh hasil belajar yang autentik, peserta didik harus melakukan
percobaan, terutama untuk materi/substansi yang sesuai.
Aplikasi dari kegiatan mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar (sikap, keterampilan
dan pengetahuan). Mencoba atau mengumpulkan informasi/eksperimen
bentuk kegiatan pembelajarannya antara lain melakukan eksperimen;
membaca sumber lain selain buku teks; mengamati
objek/kejadian/aktivitas; dan wawancara dengan narasumber.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulan
informasi/eksperimen adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik,
peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama
untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus
memiliki keterlampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar, Pertama,
guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan murid. Kedua, guru bersama murid mempersiapkan
perlengkapan yang dipergunakan. Ketiga, perlu memperhitungkan
tempat dan waktu. Keempat, guru menyediakan kertas kerja untuk
22

pengarahan kegiatan murid. Kelima, guru membicarakan masalah yang


akan dijadikan eksperimen. Keenam, membagi kertas kerja kepada
murid. Ketujuh, murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan
guru. Dan Kedelapan, guru mengumpulkan hasil kerja murid dan
mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.17
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau
mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba itu akan
dijelaskan berikut ini.
a. Persiapan
1) Menetapkan tujuan eksperimen
2) Mempersiapkan alat atau bahan
3) Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah
peserta didik serta alat atau bahan yang tersedia. Disini guru
menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan
eksperimen atau menciba secara serentak atau dibagi menjadi
beberapa kelompok pararel atau bergiliran.
4) Mempertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar
dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin
timbul.
5) Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan
dan tahap-tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk
hal-hal yang dilarang atau membahayakan.18
b. Pelaksanaan
1) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut
membimbing dan mengamati proses percobaan. Disisni guru
harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-

17
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu Teori Praktik dan Penilaian, (PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta. 2015), hlm. 246.
18
Yanti Herlianti, Op.cit., hlm. 113-114.
23

kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu


berhasil dengan baik.
2) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu
mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan
menghambat kegiatan pembelajaran.19
c. Tindak lanjut
1) Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada
guru
2) Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
3) Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil
eksperimen
4) Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang
ditemukan selama eksperimen
5) Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali
segala bahan dan alat yang digunakan.20

4. Menalar (Associating)
a. Esensi Menalar
Menalar atau mengasosialisasi yang dianut dalam kurikulum
2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan
pelaku aktif. Penalaran atau asosiasi merupakan proses berpikir yang
logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar
(associating) merujuk pada teori belajar asosiasi, yaitu kemampuan
mengelompokan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa
untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori dalam

19
Ibid, hlm. 113-114
20
Yanti Herlianti, Op.cit., hlm 113-114.
24

otak. Pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memori otak


berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya (asosiasi).21
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengasosiasi
atau mengolah informasi adalah sebagai berikut :
1) Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
2) Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menanmbah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan.22
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi
atau mengolah informasi adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.23
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski
penalaran non-ilmiah tidak selalalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di
sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemahan
dari reasoning, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.
Karna itu,istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada
kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori
belajar asosiasi dalam pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemampuan pengelompokkan beragam
ide dan mengasosialisasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi pengalaman memori.24 Aplikasi

21
Ibid, hlm 106-107
22
Dedi, Langkah-langkah Pembelajaran Scientifik, diakses pada hari Senin, 25 Maret 2019
pukul : 14.30 dari http://dedi26.blogspot.com
23
Ibid
24
Yanti Herlianti, Loc.cit. hlm. 106-107
25

pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya


menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
a) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
b) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah.
Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan
disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara
simulasi.
c) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis,
dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang
kompleks (persyaratan tinggi).
d) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati.
e) Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
f) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
g) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau
autentik.
h) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan
memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.25

b. Cara menalar
Ada dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran
deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik
simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang
bersifat umum. Jadi menalar secara induktif adalah proses penarikan
simpulan dari kasusu-kasus yang bersifat nyata secara individual atau
spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum. Kegiatan menalar

25
Rusman, Op.cit. hlm. 238-244.
26

secara induktif lebih banyak berpijak pada obsevasi inderawi atau


pengalaman empirik.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik
simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat
umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif
dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif
adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian
dihubungkan ke dalam bagian-bagian khusus.26

5. Mengkomunikasikan (Communicating)
Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan
hasil pengamatan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang
dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara
berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-
masing individu sehingga portofolio yang dimasukkan ke dalam file
atau map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara
individu.
a. Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat
mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun secara
bersama-sama dalam kelompok atau secara individu.
b. Guru dapat memberikan klarifikasi agar peserta didik mengetahui
dengan tepat apakah yang telah dikerjakan sudah benar-benar ada
atau ada yang harus diperbaiki.
c. Kegiatan mengkomunikasikan dapat diarahkan sebagai kegiatan
konfirmasi (dalam standar proses).27

26
Yanti Herlianti, Op.cit., hlm. 107-108.
27
Rusman, Op.cit., hlm. 247-248
27

2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.28
Pembelajaran juga merupakan sumber yang ada baik potensi yang
bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan
kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun
potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan
sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Dengan demikian, kesadaran dan keterpahaman guru dan siswa akan
tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan
syarat mutlak yang tidak bisa ditawar, sehingga dalam prosesnya ,
guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.29
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik
menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak akan berhasil
tanpa orang yang membantu. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang sistem Pendidkan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 30
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar
dari guru selaku pendidik untuk membuat siswanya belajar, dimana
perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku
dalam waktu yang relative lama karena adanya suatu usaha.

28
Peraturan Pemerintah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 20
29
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. (Kencana Prenadamedia
Group, Jakarta. 2013), hlm. 26
30
Peraturan Pemerintah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 20
28

b. Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli


Dalam buku Benny A. Pribadi disana dijelaskan beberapa
pendapat para ahli tentang pembelajaran :31
1) Garne mendefinisikan bahwa pembelajaran adalah sebagai
“a set of event embedded in purposeful acivities that
facilitate learning”. Pembelajaran adalah serangkaian
aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk
memudahkan terjadinya proses belajar.
2) Patricia L.Smith dan Tillman J.Ragan mengemukakan
bahwa pembelajaran ialah penembangan dan penyampaian
informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi
pencapaian yang spesifik.
3) Yusufhadi Miarso juga berpendapat bahwa pembelajaran
adalah aktivitas atau kegiatan yang berfokus pada kondisi
dan kepentingan pembelajaran (learner centered) istilah
pembelajaran digunakan untuk mengganti istilah
“pengajaran” yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang
berfokus pada guru (teacher centered). Oleh karenanya,
kegitan pengajaran perlu dibedakan dengan proses
pembelajaran.
4) Waleter Dick dan Lou Carey mendefinisikan juga
pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan
yang disampaikan secara struktural dan terencana dengan
menggunakan sebuah atau beberapa jenis media. Proses
pembelajaran mempunyai tujuan agar siswa dapat
mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Dan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tersebut, proses
pembelajaran harus dirancang secara sistematik dan
sistemik.

31
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (PT. Dian Rakyat, 2011), Cet.
Ke 3, hlm.9-11
29

Istilah pembelajaran mengandung makna yang lebih luas dari


pada istilah pengajaran. Pengajaran hanya merupakan upaya transfer
of knowledge semata dari guru kepada siswa, sedangkan pembelajaran
memiliki makan yang lebih luas, yaitu kegiatan yang dimulai dari
mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi kegitan yang dapat menciptakan terjadinya proses
belajar.32
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran adalah proses
yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar
dalam diri individu. Dengan kata lain pembelajaran merupakan suatu
proses belajar internal dalam diri individu.

c. Fungsi dan Tujuan Pengembangan Pembelajaran


1) Pembelajaran adalah proses yang bertujuan
Proses pembelajaran yang dibangun oleh guru adalah
proses yang dirahkan untuk mencapai sutu tujuan. Contoh
Guru melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah, tentu saja ceramah guru
tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan suatu
pembelajaran, begitu juga dengan guru yang menggunakan
pendekatan saintifik dalam proses pembelajarannya,
mereka juga ingin mencapai tujuan pembelajarannya
tersebut. 33
2) Pembelajaran adalah proses kerja sama
Proses pembelajaran minimal akan melibatkan guru dan
siswa. Guru tidak mungkin berjalan sendiri tanpa
keterlibatan siswa. Dalam suatu proses pembelajaran guru
tanpa siswa tidak akan memiliki makna. Karena segala
upaya guru diarahkan untuk membelajarkan siswa.

32
Benny A. Pribadi, Ibid, hlm. 9-10
33
Wina Sanjaya, Op.cit hlm. 31-32
30

Demikian juga siswa tanpa guru dalam proses pembelajaran


tidak mungkin berjalan efektif, apalagi untuk siswa yang
masih memerlukan bimbingan sepenuhnya pada guru,
misalnya siswa pada tingkat pendidikan dasar seperti
SD/MI. Dengan demikian Guru dan siswa harus bekerja
sama secara harmonis.34
3) Proses Pembelajaran adalah proses yang kompleks
Pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi
pembelajaran, tetapi suatu proses pembentukan prilaku
siswa. Siswa adalah organisme yang unik, yang sedang
berkembang. Siswa bukan benda mati yang dapat di atur
begitu saja. Mereka memiliki minat dan bakat yang
berbeda; mereka juga memiliki gaya belajar yang berbeda.
Itulah sebabnya proses pembelajaran adalah proses yang
kompleks. 35
4) Proses Pembelajaran akan efektif manakala
memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang
tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber
belajar
Salah satu kelemahan guru dalam pengolahan
pembelajaran, yaitu kurangnya pemanfaatan sarana dan
prasarana yang tersedia. Dibandingkan dengan profesi lain,
guru termasuk profesi yang sangat lambat dalam
pemanfaatan berbagai sarana prasarana khususnya dalam
memanfaatkan teknologi. Seiring dengan perkembangan
zaman dan ilmu pengetahuan, banyak sekali jenis teknologi
yang bisa dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran.
Seperti LCD, lapotop, email, blog, artikel, dan web site.
Dengan teknologi internet, guru bisa memberikan sumber

34
Wina Sanjaya, Ibid.
35
Wina Sanjaya, Ibid.
31

belajar yang lebih beragam dan mutakhir bagi siswa. Proses


pembelajaran akan efektif manakala guru memanfaatkan
sarana dan prasarana yang tepat. 36

3. Tafsir Al-Qur’an
a. Definisi Tafsir
Tafsir menurut bahasa diambil dari kata “fassara-yufassiru-
tafsiran, yang berarti keterangan atau uraian. Sedangkan tafsir secara
istilah adalah sebagaimana di kemukakan oleh Abu Hayyan yang
dikutip oleh Manna’ al-Qatan ialah ilmu yang membahas tentang
cara pengucapan lafadz-lafadz al-Qur’an, tentang petunjuk-
petunjuk, hukum-hukumnya, baik ketika berdiri sendiri maupun
ketika tersusun dan makna-makna yang di mungkinkan baginya
tersusun serta hal-hal yang melengkapinya.37
Mashuri Sirojuddin Iqbal dan A Fudlali mengutip fari kitab
at-Tasliy karya al-Kilbiy. Tafsir adalah mensyrahkan Al-Qur’an,
menerangkan makna dan menjelaskan apa yang dikehendakinya
dengan nashnya atau denga isyarat, ataupun dengan tujuannya.38
Menurut Ali Hasan al-‘Arid, tafsir adalah ilmu yang
membahas tentang cara mengucapkan lafadz al-Qur’an makna-
makna yang ditunjukkan dan hukum-hukumnya baik ketika berdiri
sendiri ataupun tersusun serta makna-makna yang dimungkinkan
ketika dalam keadaan tersusun.39

36
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI, (Prenada Media Group : 2015), hlm.43
37
A Sa’dullah, Analisis Metode dan Corak Tafsir Ijmali Karya Prof. Dr. Muhibbin Noor,
M.Ag., Skripsi UIN Semarang (Semarang, 2016) diakses pada hari Senin, 25 Maret 2019 pukul :
19.42 dari http://eprints.walisongo.ac.id
38
Mashuri Sirrojuddin Iqbal, dk, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Angkasa, 2005) hlm.
87
39
Ali Hasan al-‘Arid, Sejarah dan Metedoligi Tafsir, Terj. Ahmad Arkom (Jakrta: PT Raja
Graffindo Persada, 1994) hlm.3
32

b. Definisi Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah yang mukjizat, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam bahasa Arab, yang
tertulis dalam mushaf yang bacaannya terhitung sebagai ibadah,
yang diriwayatkan secara mutawatir , yang dimulai dengan surat al-
Fatihaah, dan diakhiri dengan surah an-Naas.40
Ada juga yang pendapat lain mengenai pengertian Al-
Qur’an, yaitu secara harfiah Al-Qur’an berarti “ bacaan sempurna”
merupakan suatu nama pihan Allah SWT yang sungguh tepat, karena
tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis-baca limaribu
tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al-Karim ,
bacaan sempurna lagi mulia.41
Allah menurunkan Al-Qur’an dengan penuh kebenran dan
keseimbangan seperti yang di jelaskan dalam QS. Ash-Shu’ra’ [42]:
17 yang berbunyi:
َۗ ۡ ۡ ِ ‫ٱللَّه ٱلَّ ِذي أَنزَل ۡٱل‬
‫ب بِٱل َح ِق َوٱل ِم َيزا َن‬
َ َٰ
‫ت‬
َ ‫ك‬ َ ٓ ُ
Artinya: Allah-lah yang menurunkan kitab dengan
(membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). (QS.
Ash-Shu’ra’ [42]: 17).42

Dan tidak ada suatu bacaan ciptaan makhluk seperti Al-


Qur’an sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. Al-Isra’ [17]: 88:
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ِ ۡ ِ
‫نس َوٱل ِج ُّن َعلَ َٰٓى أَن يَأتُواْ بِ ِمث ِل ََٰه َذا ٱل ُق ۡرءَ ِان ََل يَأتُو َن بِ ِمثلِ ِه‬
ُ
ِ ‫ت‬
‫ٱۡل‬ ‫قُل لَّئ ِن ٱجتَ َم َع‬

ِ ‫ض ُه ۡم لِبَ ۡع‬
٨٨ ‫ض ظَ ِه ُيرا‬ ۡ ۡ
ُ ‫َولَو َكا َن بَع‬
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,

40
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta: Gema Insani, 2013), hlm. 1.
41
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 2014) hlm. 3
42
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 2014) hlm.4
33

sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang


lain". (QS. Al-Isra’ [17]: 88).43

Jadi bisa disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah


yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai kitab
terakhir penyempurna kitab-kitab sebelumnya dan merupakan
mukzijat untuk nabi Muhammad dan sebagai pedoman bagi seluruh
umat manusia, yang isinya tidak ada sattu makhlukpun yang bisa
merangkai kata seindah isi Al-Qur’an.

c. Definisi Tafsir Al-Qur’an


Al-Qur’an secara teks memang tidak berubah, tetapi penafsiran
atas teks, selalu berubah, sesuai dengan konteks ruang dan waktu
manusia. Karennya Al-Qur’an selalu membuka diri untuk analisis,
dipersepsi dan diinterpretasikan (ditafsirkan) dengan berbagai alat,
metode, dan pendekatan untuk menguak isi sejatinya. Aneka metode
dan tafsir diajukan sebagai jalan untuk membedah makna terdalam dari
Al-Qur’an itu sendiri.44
Jadi pengertian Tafsir Al-Qur’an itu adalah penjelasan atau
keterangan terhadap maksud yang sukar dipahami dari ayat-ayat Al-
Qur’an atau bisa disimpulkan juga dengan menjelaskan makna-makna
Al-Qur’an yang sulit dipahami.

B. Penelitian Yang Relevan


Berdasarkan hasil penelitian peneliti, berikut ini hasil penelitian yang
relevan peneliti, yaitu sebegai berikut :
1. Penelitian yang pertama yaitu skripsi yang dibuat oleh Sellya Karisma
yang berjudul “Aspek Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pada
QS. Al-Baqarah” Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, 12 Oktober 2015. Skripsi ini mejelaskan bahwa aspek

43
M. Quraish Shihab, Ibid, hlm.5
44
Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an, (Penamadani : Jakarta, 2005) hlm. 3
34

saintifik dalam QS. al-Baqarah dan implementasinya dalam


pembelajaran ditemukan 72 ayat yang berkaitan dengan tema penelitian
ini yaitu aspek mengamati dan menanya dalam QS. al-Baqarah.
Ditemukan 13 ayat yang menunjukkan aspek mengamati baik dari segi
simbol maupun aktifitas. Dengan rincian terdiri dari 5 (lima) kata yang
menunjukkan simbol/panca indera, dan 16 (enam belas) kata yang
menunjukkan aktifitas, dalam mengamati ini lebih banyak yang berupa
aktifitas, sedangkan dalam aspek menanya ditemukan 59 ayat yang
sesuai dengan aspek menanya yang teridir dari 17 ayat yang memang
berbentuk kalimat tanya dan 42 ayat yang berupa kalimat penjelasan.
Berdasarkan rincian tersebut menunjukkan bahwa aspek mengamati
lebih banyak yang berupa kalimat penjelasan dari pada kalimat tanya.
Dari hasil penelitian ini aspek menanya yang terdapat dalam QS. Al-
Baqarah lebih banyak yang bersifat penjelasan.45
2. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Kusaeri, Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia, dengan judul “ Telaah
Epistemologis Pendidikan Saintifik Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam” jurnal Studi Keislaman, Vol. 9, No. 2, Maret 2015, ISSN 1978-
3183;344-372. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa
Pendekatan saintifik merupakan serangkaian mekanisme berpikir yang
tidak terpisahkan dalam PAI. Hal ini dibuktikan dengan corak kedua
mekanisme berpikir tersebut yang saling terintegrasi. Selain itu, PAI
tidak mengenal polarisasi keilmuan. Sebaliknya, PAI memiliki
pandangan yang integratif antara ilmu umum dan ilmu agama.
Meskipun demikian, keduanya memiliki karakteristik tersendiri.
Pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pada pengamatan,
penalaran, penemuan, dan pengabsahan. Dimensi ini bersifat empiris,
rasional, logis dan objektif. Sementara itu, PAI bercirikan penonjolan

45
Sellya Karisma, Aspek Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pada QS.Al-Baqarah,
Theses UIN Malang (Malang: 2015) hlm. 2, Dipublikasikan pada tanggal 27 Juni 2016,
http://etheses.uin-malang.ac.id
35

pada dimensi wahyu, panca indra, akal, dan intuisi. Dimensi ini bersifat
suprarasional, empiris, rasional, logis, metaempiris dan terikat nilai.
Dengan karakteristik yang demikian, keduanya tidak bisa berdiri
sendiri-sendiri melainkan terdapat interdependensi antara satu dengan
lainnya.46
3. Penlitian yang ketiga dilakukan oleh Wedra Aprison dan Junaidi,
Isntitut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, yang berjudul
“Pendekatan Saintifik Melihat Arah Pembangunan Karakter Dan
Peradaban Bangsa Indonesia”, Episteme, Vol. 12, No. 2, Desember
2017, DOI : 10.21274/epis.2017.12.2.507-532. Hasil dari penelitian ini
adalah Pendekatan saintifik harus dilihat dalam konteks usaha bangsa
Indonesia dalam menyiapkan generasi mendatang yang berkarakter
intelektual tinggi, menghargai kerja keras. Pendekatan saintifik
memungkinkan pendidikan membekali generasi mendatang dengan
karakter berani bertanggung jawab. Sebab sains dapat menjadi alat
untuk merekonstruksi masyarakat dengan cara yang lebih manusiawi.
Sebagaimana peradaban yang maju saat ini dibangun atas pendekatan
saintifik itu, tentu saja tanpa harus menggerus semua tradisi dan budaya
yang ada sebagai basis dari pembangunan peradaban itu sendiri.47
4. Penelitian yang keempat yaitu penelitian yang berjudul “ Implementasi
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran di Pendidikian Dasar di
Malang” penilitian ini dilakukan oleh Moch. Agus Krisno Budiyanto,
Lud Waluyo dan Ali Mokhtar. Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Malang, journal Proceeding Biology Education
Conference, ISSN : 2528-5742, Vol. 13, No. 1, 2016 : 46-51, hasil dari
penelitian ini adalah bahawa terdapat perbedaan implementasi
pendekatan saintifik dalam pembelajaran diantra guru SD dan SMP, 1)

46
Kusaeri, Telaah Epistemologis Pendidikan Saintifik Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam, Jurnal Studi KeIslaman, (Surabaya: 2015), dipublikasikan pada 08 Juni 2016,
http://islamica.uinsby.ac.id
47
Wedra Aprison, dk, Pendekatan Saintifik Melihat Arah Pembangunan Karakter Dan
Peradaban Bangsa Indonesia, Ejurnal IAIN Tulungagung (Tulungagung: 2017), dipublikasikan
pada tanggal 17 Oktober 2018. http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id
36

Skore rata-rata pengetahuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran


untuk Guru SD sebesar 69,5 sedangkan untuk Guru SMP sebesar 78,5,
2) Skore rata-rata keterampilan implementasi pendekatan saintifik
dalam pembelajaran untuk Guru SD sebesar 70,0 sedangkan untuk
Guru SMP sebesar 81,0, 3) ada perbedaan yang sangat signifikan
pengetahuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antara Guru SD
dan Guru SMP (t-hit > t-tab0,01, 4,407 >2,878), dan 3) ada perbedaan
yang sangat signifikan keterampilan implementasi pendekatan saintifik
dalam pembelajaran antara Guru SD dan Guru SMP (t-hit > t-tab0,01,
33,033 > 2,878).48
5. Penelitian yang kelima yaitu tesis yang dibuat oleh Rangga Sa’adillah
Sandhy Atma Putra, yang berjudul “Pendekatan Saintifik dalam
Perspektif Pendidikan Islam”, Universitas Negeri Islam Suanan Ampel
Surabaya. 16 Februari 2015, Jurnal Pendidikan Islam URI:
http://digilibi.uinsby.ac.id/id/eprint/846. Hasil dari penelitian tersebut
adalah pendekatan saintifik merupakan serangkaian mekanisme
berpikir yang tak terpisahkan dalam tradisi keilmuan pendidikan Islam.
Hal ini dibuktikan dengan corak kedua mekanisme berpikir tersebut
saling bersinergi dan pendidikan Islam tidak mengenal polarisasi
keilmuan. Pendidikan Islam memiliki pandangan yang integratif antara
ilmu umum (ilmu science) dan ilmu agama. Meskipun demikian,
keduanya memiliki karakteristik tersendiri. Pendekatan saintifik
bercirikan penonjolan dimensi pada pengamatan, penalaran, penemuan,
pengabsahan. Dimensi ini bersifat empiris, rasional, logis dan objektif.
Sedangkan pendidikan Islam bercirikan penonjolan pada dimensi
wahyu, pancaindera, akal, dan intuisi. Dimensi ini bersifat
suprarasional, empiris, rasional, logis, meta empiris dan terikat nilai.

48
Moch. Agus Krisno Budiyanto, Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
di Pendidikian Dasar di Malang, Jurnal UNS (Malang: 2016), dipublikasikan pada tanggal 18 Juli
2017. https://jurnal.uns.ac.id
37

Dengan karakteristik yang demikian, kedua-duanya tidak bisa berdiri


sendiri-sendiri harus saling interdependensi satu sama lain.49

Dari kelima jurnal dan penelitaan di atas memiliki kesamaan dan


perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan, diantaranya
persamaannya yaitu sama-sama melakukan penelitan yang membahas
tentang pendekatan saintifik, dan perbedaannya yaitu ;

1. Perbedaan jurnal pertama dan yang peneliti lakukan yaitu, penelitian


yang ada di jurnal hanya terfokus kepada satu surat saja yaitu QS. al-
Baqarah, sedang yang peneliti lakukan yaitu, penelitian pada beberapa
surat diantaranya, QS al-Alaq: 1-5, QS an-Nahl: 43, QS al-Baqarah: 22,
QS Saba: 46, QS Fusliat: 37 untuk meneliti pendekatan saintifik
menurut perspektif tafsir al-Qur'an .
2. Perbedaan jurnal kedua dan yang peneliti lakukan yaitu, penelitian yang
jurnal ke dua meneliti tentang telaah epistimologi pendekatan saintifik,
sedangkan penelitian yang peneliti lakukan yaitu pendekatan saintifik
dalam pembelajaran menurut pespektif tasir al-Qur’an.
3. Jurnal yang ketiga meneliti tentang pendekatan saintifik untuk melihat
arah pembangunan karakter dan peradaban bangsa Indonesia, sedang
penelitian yang peneliti lakukan yaitu studi pustaka yang menggunakan
referensi buku-buku dan tafsir, yaitu pendekatan saintifik dalam
pembelajaran menurut pespektif tafsir al-Qur’an.
4. Penelitian yang keempat hanya fokus meneliti tentang implementasi
pendekatan saintifik dalam pendidikan dasar, sedangkan penelitian
yang peneliti lakukan yaitu meneliti pendekatan saintifik dalam
pembelajaran menurut pespektif tafsir al-Qur’an.
5. Penelitian yang kelima hampir sama dengan penelitian yang peneliti
lakukan namun penelitian yang kelima terfokus meneliti pendekatan

49
Rangga Sa’adillah, Pendekatan Saintifik dalam Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN
Surabaya (Surabaya: 2015), dipublikasikan pada tanggal 16 Februari 2015.
http://digilibi.uinsby.ac.id/id/eprint/846
38

saintifik dalam perspektif pendidikan Islam, sedangkan penelitian yang


peneliti lakukan yaitu meneliti pendekatan saintifik dalam
pembelajaran menurut pespektif tafsir al-Qur’an.
Adanya penelitian relevan ini bukan hanya untuk menyamakan dan
membandingkan saja, tetapi penelitian yang sudah ini dijadikan sumber
rujukan untuk mempermudah penelitian.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian


1. Objek
Objek dalam penelitian ini adalah tafsir al-Qur’an yang terfokus kepada:
a. QS. al-Alaq : 1-5
b. QS. an-Nahl : 43
c. QS. al-Baqarah : 22
d. QS. Saba : 46
e. QS. Fusilat : 37

2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu :
a. Waktu : 1 Maret 2019 – selesai ( + 7 bulan)
b. Tempat : Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena yang
dilakukan peneliti dalam penelitian ini dengan mengumpulkan data dari berbagai
sumber buku. Pengertian penelitian kualitatif itu sendiri adalah penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan meneliti pada kondisi obyek
yang ilmiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci.1
Peneliti menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yakni
mengambil dan mengumpulkan data berbagai pendapat dan pandangan para ahli
yang telah termuat kedalam berbagai tafsir al-Qur’an, buku-buku pendidikan Islam,

1
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, ( Bandung : Alfabeta, 2016),
hlm. 9

39
40

buku-buku pembelajaran dan jurnal-jurnal yang membahas tentang pendidikan


dan pembelajaran.

C. Sumber Data
1. Sumber Primer :
a. Al-Qur’an dan Terjemahnya,
b. Tafsir al-Qur'an dan para Ulama yang meliputi :
1) Tafsir Al-Misbah, karangan M.Quraish Shihab,
2) Tafsir Ibnu Katsir, karangan Abdullah bin Muhammad bin
Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh
3) Tafsir Al-Azhar karangan Buya Hamka
4) Tafsir Al-Maraghi, karangan Ahmad Mustafa Al-Maraghi
5) Tafsir Jalalain karangan Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin
Ahmad.
6) Al-Qur'an dan Tafsir, karangan team Departemen Agama
Republik Indonesia
7) Tafsir Ilmi, karangan Kementerian Agama RI dan LIPI
(Indonesia Institute of Sciences)
8) Tafsir Jawahir, karangan Syekh Thantowi

Sebagaimana disebutkan di atas untuk sumber primer penelitian


pustaka ini adalah menggunakan al-Qur'an dan Tafsir kontemporer yang
dikarang oleh para Ulama, karena sesuai dengan judul yang diambil peneliti
yaitu "Konsep Pendekatan Saintifik dalam Perspektif Tafsir Al-Qur'an".

2. Sumber Sekunder :
Sumber sekunder yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian
adalah buku-buku selain tafsir di atas yang juga relevan dengan pembahasan
skripsi ini seperti :
a. Modul Tafsir Tarbawi karya Salma Harun,
b. Buku Perencanaan Pembelajaran,
41

c. Buku Pembelajaran Tematik menggunakan Saintifik,


d. Buku Pendekatan Saintifik,
e. Buku Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, dll.
Buku-buku yang disebutkan diatas adalah penunjang untuk sumber primer
seperti al-Qur'an, tafsir-tafsir karangan para Ulama kontemporer yang sudah
disebutkan sebelumnya. Selain itu sumber sekunder ini untuk
menyempurnakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, seperti judul
penelitiannya yaitu "Konsep Pendekatan Saintifik dalam Perspektif Tafsir Al-
Qur'an".

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknis pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
suatu penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan.2
Dalam penelitian yang peneliti lakukan ini, untuk teknik pengumpulan
datanya menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi/penggabungan yaitu
dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber data primer dan data
sekunder kemudian akan digabungkan.
Adapun untuk sumber primernya yaitu; Al-Qur’an dan Terjemahnya, Tafsir
Al-Qur'an karangan para Ulama yang meliputi (Tafsir Al-Misbah karangan
M.Quraish Shihab, Tafsir Ibnu Kasir karangan Abdullah, Tafsir Al-Maraghi
karangan Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Azhar karangan Buya Hamka, Al-
Qur'an dan Tafsir karangan team Departemen Agama Republik Indonesia, Tafsir
Ilmi, karangan Kementerian Agama RI dan LIPI (Indonesia Institute of Sciences).
Sumber sekunder yang digunakan oleh peneliti seperti buku-buku pendekatan
saintifik yang membahas tentang konsep tahapan dalam proses pembelajaran, buku
pendidikan yang membahas tentang pembelajaran, Permendikbud yang
memperkuat pembahasan tentang pembelajaran.

2
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, ( Bandung : Alfabeta, 2016),
hlm. 224
42

E. Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul, data kemudian diolah dan dianalisis. Dalam
mengenalisis data, peneliti menggunakan metode content analisis (analisis isi) atau
sering disebut dengan istilah metode tafsir tahlili.
Metode tahlili yaitu suatu metode tafsir yang mufasirnya mencoba
menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya dengan
memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana tercantum dalam mushaf
dan memulai uraiannya dengan mengemukakan kosa kata diikuti dengan penjelasan
mengenai arti global ayat. Dan mengemukakan kolerasi ayat-ayat serta menjelaskan
hubungan ayat tersebut satu sama lain.3
Metode tahlili juga merupakan metode yang paling tua. Metode ini paling
banyak digunakan oleh para mufassir klasik, dan sampai sekarangpun tafsir model
ini masih dominan. Tafsir tahlili menonjolkan pengertian dan kandungan lafadz,
hubungan ayat dengan ayat, sebab-sebab nuzulnya/ turunnya, hadis-hadis Nabi,
aqwal sahabat atau tabi'in, dan pendapat mufassirin lainnya yang ada kaitannya
dengan ayat-ayat yang akan diterangkan artinya tersebut.
Teknik analisis data yang peneliti gunakan yaitu metode content analisis
(analisis isi) atau metode tafsir tahlili. Untuk penulisan skripsi ini peneliti
menuliskan dengan langkah, yaitu pertama penulis menuliskan pembahasan tentang
pendekatan saintifik dalam pembelajaran secara umum, kemudian selanjutnya
peneliti membahas dan menulis pembahasan tafsir dan peneliti menjabarkan hasil
analis atau temuan dari pembahasan tafsir tersebut yang berkaitan dengan
pendekatan saintifik yaitu tahapan mengamati, kedua tahapan bertanya, ketiga
tahapan mencoba, ke empat tahapan menalar atau mengasosiasikan, dan yang
kelima tahapan mengkomunikasikan dari surat al-Alaq : 1-5, lalu dilanjutkan surat
an-Nahl : 43, surat al-Baqarah : 22, surat Saba : 46, dan surat Fusilat : 37.

3
Hamka Hasan, Metedologi Penelitian Tafsir Hadis, (Jakrta : Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), hlm.4
43

F. Teknis Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan
skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Peneliti telah melakukan beberapa rangkaian penelitian, maka peneliti akan
menuangkan hasil penelitian tersebut di Bab IV ini, adapun hasil penelitian tersebut
adalah :

A. Konsep Pendektan Saintifik dalam Pembelajaran


Pendekatan saintifik (saintific approach) adalah suatu pendekatan yang
dikenalkan dalam kurikulum 2013, pendektan saintifik juga adalah salah satu cara
untuk menyukseskan implementasi dari kurikulum 2013. Hampir semua guru yang
berada di sekolah formal dilatih secara bertahap berbagai model pembelajaran dan
pendekatan, adapun pendekatan yang diunggulkan adalah pendekatan saintifik,
sehingga guru-guru tersebut dalam proses belajar mengajarnya menggunakan
pendekatan saintifik.
Pedekatan saintifik dalam proses pembelajaran lebih menekankan pada
keterlibatan siswa dalam berbagai kegitan yang memungkinkan mereka untuk
secara aktif mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan, dan
membangun jejaring. Empat kemampuan yang disebutkan pertama adalah untuk
membangun kemampuan personal, sedangkan membangun jejaring merupakan
kemampuan intrepersonal. Kemampuan yang ditekankan dalam pendekatan
saintifik tersebut, baik yang berkaitan dengan kemampuan personal maupun
kemampuan interpersonal, dapat diterapkan dalam pembelajaran yang efektif,
kreatif, dan menyenangkan.1
Pembelajaran singkatnya adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan
untuk maksud memudahkan terjadinya proses belajar,2 dan di dalam pembelajaran
tersebut terdapat guru dan siswa. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan
saintifik ini menekankan siswanya dalam berbagai kegitan untuk berperan aktif.

1
E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2016) Cet. 3, hlm. 99
2
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (PT. Dian Rakyat, 2011), Cet. Ke
3, hlm.9

44
44

Langkah-langkah yang dijelaskan dalam pendektan saintifik agar siswa aktif


dalam segala kegitan yaitu 5M, diantaranya ;
1. Siswa aktif untuk melakukan pengamatan (Mengamati) Kegiatan belajar
yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang
dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
Metode mengamati menggunakan kebermaknaan proses pembelajaran.
Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek
secara nyata, peserta didik senang dan tertantang dan mudah
pelaksanaannya.3
2. Siswa aktif untuk bertanya (Menanya)
Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kempuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas
dan belajar sepanjang hayat.4
3. Siswa aktif mencoba suatu hal yang baru (Mencoba/ Eksperimen)
Dalam pengaplikasian tahapan mencoba ini dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar siswa yaitu ranah (sikap,
keterampilan dan pengetahuan). Siswa Mencoba atau mengumpulkan
informasi/eksperimen dengan melakukan kegiatan pembelajarannya
antara lain melakukan eksperimen; membaca sumber lain selain buku teks;
mengamati objek/kejadian/aktivitas; dan wawancara dengan narasumber.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulan

3
Marzuki dkk, Strategi Implementasi Pendekatan Saintifk Dalam Pembelajaran Tematik
di Sekolah Dasar Negeri Kota Sintang, Jurnal Untan (2015) hlm. 24-26 dipublikasikan pada 04
November 2018, http://jurnal.untan.ac.id
4
Yanti Herlianti, Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press, 2015) hlm.98
44

informasi/eksperimen adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,


menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan
kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang
hayat.5
4. Siswa aktif menalar (Menalar/ Mengasosiasikan)
Proses menalar atau mengasosialisasi dianut dalam kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
Penalaran atau asosiasi merupakan proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar (associating)
merujuk pada teori belajar asosiasi, yaitu kemampuan mengelompokan
beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori dalam otak. Pengalaman-
pengalaman yang tersimpan di memori otak berinteraksi dengan
pengalaman sebelumnya (asosiasi).6
5. Siswa aktif untuk mengkomunikasikan (Mengkomunikasikan)
Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil
pengamatan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan
dalam tahapan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas dan mengembangkan kemampuan berbahasa
yang baik dan benar.7
Dari 5 langkah yang disebutkan di atas dapat mengembangkan kemampuan
personal dan interpersonal siswa, dan 5 langkah pendekatan saintifik ini dapat
diterapkan dalam pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan untuk siswa
maupun guru.

5
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu Teori Praktik dan Penilaian, (PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta. 2015), hlm. 246.
6
Yanti Herlianti, Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press. 2015) hlm.106-107
7
Ibid., hlm.107-108
44

Adapun dalam penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang


efektif, kreatif dan menyenangkan terdapat beberapa prosedur, diantaranya sebagai
berikut :8
1. Pemanasan dan Apersepsi
Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajaki pengetahuan
siswa, memotivasi dengan cara menyajikan materi yang menarik, dan
mendorong mereka untuk mengetahui hal-hal yang baru. Pemanasan dan
apersepsi bias dilakukan dengan cara memulai pembelajaran dengan hal-
hal yang diketahui dan dipahami oleh siswa, kemudian berkan motivasi
dengan cara memberikan materi yang menarik dan bias berguna untuk
kehidipan mereka, dan selanjutnya menggerakkan siswa agar tertarik
dengan pengetahuan yang baru. 9
2. Eksplorasi
Ditahap eksplorasi ini merupakan kegiatan pembelajaran untuk
mengenalkan bahan ajar dan mengaitkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa. 10
3. Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi adalah kegiatan untuk mengaktifkan siswa dalam
pembentukan kompetensi, dengan megaitkan kompetensi dengan
kehidupan siswa, seperti; libatkan siswa secara aktif dalam proses
pemecahan masalah (problem solving), terutama dengan masalah-masalah
yang aktual.
4. Pembentukan Sikap dan Keterampilan
Untuk pembentukan sikap dan keterampilan pada siswa guru harus
melakukan hal tersebut, diantaranya;
a. Mendorong siswa untuk menerapkan konsep, pengertian dan
kompetensi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
b. Memperaktikan pembelajaran secara langsung.

8
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015) Cet- 6, hlm. 99-101
9
Ibid, hlm. 99-101
10
Ibid, hlm. 99-101
44

c. Dalam pembelajaran menggunakan metode dan media serta sumber


belajar yang paling tepat. 11
5. Penilaian Formatif.
Sebagai guru mengembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran
siswa, menggunakan instrumen yang tepat sesuai dengan kompetensi yang
akan dinilai, dan yang terakhir gunakan hasil penilaian untuk menganalisis
kelemahan atau kekurangan siswa maupun guru. 12

B. Tafsir Ayat–ayat Pendekatan Saintifik


Dalam tafsir al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang penjelasannya berkaitan dengan
pendekatan saintifik, adapun pendekatan saintifik tersebut membahas mengenai
lima proses tahapan dalam pembelajaran, yaitu yang pertama tahap mengamati,
kedua tahap menanya, ketiga tahap mencoba, keempat tahapan mengasosiasikan/
menalar, dan yang kelima mengkomunikasikan. Adapun ayat-ayat yang dipilih oleh
peneliti yaitu: QS al-Alaq : 1-5, QS an-Nahl : 43, QS al-Baqarah : 22, QS Saba :
46, QS Fusilat : 37.

1. Tafsir Al-Qur'an Surat al-Alaq 1-5


a. Qur'an surat al-Alaq ayat 1-5
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ِ ۡ ۡ ۡ
٣ ‫ك ٱۡلَكَرم‬ ‫ب‬
‫ر‬ ‫و‬ ‫أ‬
‫ر‬ ‫ٱق‬ ٢ ‫ق‬‫ل‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ن‬ ‫نس‬ ِ
‫ٱۡل‬ ‫ق‬ ‫ل‬‫خ‬ ١ ‫ق‬ ‫ل‬‫خ‬ ‫ي‬ ‫ذ‬ َّ
‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫ك‬ ِ
‫ب‬‫ر‬ ِ
‫م‬ ‫ٱس‬ِ‫ب‬ ‫أ‬
‫ر‬
َ َُّ َ َ ََ َ ََٰ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ‫ٱق‬
ۡ ِۡ
٥ ‫نس َن َما لَ ۡم يَ ۡعلَ ۡم‬ ِ
‫ٱۡل‬ ‫م‬َّ
‫ل‬ ‫ع‬ ٤ ‫م‬ِ
ََٰ َ َ َ َ ‫ٱلذي َعل َم ب‬
‫ل‬ ‫ق‬‫ٱل‬ َّ ِ َّ
Artinya: "1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 3.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 4. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran qolam/ pena 5. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya".13

11
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Ibid, hlm. 99-101
12
Ibid
13
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 598
44

b. Tafsir surat al- Alaq ayat 1-5

:‫ك‬ ِ
‫ب‬‫ر‬ ِ
‫م‬ ۡ ِ‫ۡٱق ۡرأ ب‬
‫ٱس‬
َ َ َ
(Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu) yakni mulailah membaca
Al-Qur'an dengan menyebut nama Tuhanmu. Dengan kata lain dapat
disebutkan bahwa bacalah bismillah kemudian bacalah Al-Qur'an.14

‫ٱلَّ ِذي َخلَ َق‬


(Yang menciptakan) segala sesuatu.15
ۡ
‫نس َن ِم ۡن َعلَق‬ ِ
ََٰ ‫َخلَ َق‬
‫ٱۡل‬
(Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah) yakni dari 'alaq
atau dari darah kental.16
ۡ ۡ ۡ ۡ
‫ك ٱۡلَكَرم‬
َ ُّ‫ٱق َرأ َوَرب‬
(Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia) yakni lanjutkanlah apa
yang diperitahkan kepadamu, karena Tuhanmu yang memerintakan
kamu untuk membaca adalah yang Mahamulia.17
ۡ
‫ٱلَّ ِذي َعلَّ َم بِٱل َقلَِم‬
(Yang mengajar (manusia) dengan qalam) yakni mengajar manusia
menulis dengan pena. Lafal 'allama me-nashob-kan dua maf'ul. Dan
Qatadah mengatakan bahwa al-qalam merupakan nikmat yang besar
dari Allah, karena seandainya tidak ada qalam, maka agama tidak dapat
ditegakkan dan kehidupan tidak menjadi baik.18
ۡ
‫نس َن َما لَ ۡم يَ ۡعلَ ۡم‬ ِ َّ
ََٰ ‫َعل َم‬
‫ٱۡل‬

14
Asy-Syaikh Muhammad Nawawi, Tafsir Al-Munir (Marah Labid), diterjemahkan oleh
Bahrun Abu Bakar, dkk, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2016) Cet ke-1, Jilid 6, hlm. 801
15
Ibid
16
Ibid
17
Ibid, hlm. 802
18
Ibid, hlm. 802
45

(Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya) yakni


mengajari manusia dengan perantaraan qalam dan tanpa qalam hal-hal
yang terang dan hal-hal yang tersembunyi yang tidak pernah terbetik
dalam hatinya.19
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk
membaca dengan menyebut nama Allah yang telah menciptakan segala
sesuatu. Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa
Nabi Muhammad saw. datang ke Gua Hira yang terletak di atas bukit di
pinggir kota Mekah untuk berkhalwat beberapa malam.20 Kemudian
sekembali beliau pulang mengambil bekal ke rumahnya, datanglah Malaikat
Jibril kepada beliau dan memintanya membaca. Ketika itu Nabi menjawab
bahwa beliau tidak bisa membaca. Namun Malaikat Jibril merangkulnya
sehingga Nabi merasa sesak nafas. Malaikat Jibril melepaskannya, dan Jibril
berkata "Bacalah", Nabi menjawab dengan jawaban yang sama, kejadian
tersebut terjadi berulang 3 kali, sampai ketika perintah yang ke tiga Nabi
mejawab dengan jawaban yang sama dan beliau merasa payah. Maka
Malaikat Jibril membaca surat al-Alaq ayat 1 sampai 5.21 Lalu Nabi saw.
pulang menemui istrinya dengan rasa gumetar dan ketakutan lalu beliau
berkata : "selimutilah aku !", "selimutilah aku!" rasa gumetar dan takutpun
hilang, Nabi saw. menceritakan semua kejadian yang beliau alami kepada
istrinya yang bernama Khadijah, lalu Khadijah menjawab "janganlah
khawatir, sesungguhnya Allah tidak akan menyusahkanmu, Engkau
menghubungkan silaturahmi, berbicara benar, membantu orang-orang yang
tidak mampu, menghormati tamu, dan meringankan kesulitan-kesulitan
penderita ."22
Kemudian Khadijah bersama Nabi saw. pergi kerumah sepupu
Khadijah yang bernama 'Abdil-'Uzza lalu Khadijah dan Nabi mencitakan

19
Asy-Syaikh Muhammad Nawawi, Tafsir Al-Munir, Ibid, hlm. 802
20
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1991) Juz 30, hlm.747
21
Ibid, hlm. 747
22
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, diterjemakan Bahrun Abubakar,
(Semarang, PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993) Cet ke-2, Juz XXX, hlm. 345
45

apa yang telah terjadi kepada Nabi saw. Sepupu Khadijah beragama
Nasrani, dan dia banyak menulis buku dengan bahasa Arab dan Ibrani yang
berasal dari Injil. 'Abdil-'Uzza juga seorang yang tua lagi buta. Sepupu
Khadijah tersebut menceritakan bahwa yang datang kepada Nabi saw.
adalah Jibril yang pernah datang menemui Nabi Isa as, dan menurut sepupu
Khadijah juga, bahwa akan terjadi pengusiran dan banyak orang yang
menentang dan tidak menerima akan kebenaran, dan dia juga berkata
apabila dia masih muda dan perkasa, maka dia akan membantunya, namun
tak lama sepupu Khadijahpun meninggal.23
Dalam ayat ini juga Allah mengungkapkan cara bagaimana Allah
menjadikan manusia, yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia dijadikan
dari sesuatu yang melekat dan diberinya kesanggupan untuk menguasai
segala sesuatu yang ada di bumi ini, serta menundukkannya untuk keperluan
hidupnya dengan ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Dalam ayat ini
dijelaskan pula bahwa Allah memerintahkan Nabi saw. untuk terus
membaca, karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali
dengan mengulang dan membiasakannya.24
Pada mulanya Nabi Muhammad saw. bukanlah seseorang yang pandai
membaca. Beliau adalah ummiy (atau diartikan buta huruf),25 kemudian
Allah SWT memberikan karunia-Nya kepada Nabi Muhammad saw. untuk
pandai membaca. Dengan demikian hilanglah rasa ketakutan Nabi
Muhammad saw. yang beliau kemukakan kepada Jibril ketika meminta
beliau membaca. Kemudian Allah juga menyediakan qolam/pena untuk
menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung antara manusia walaupun
mereka berjauhan tempat atau sebagai penyambung dengan perantaraan
lisan.
Allah menyatakan bahwa Dia menjadikan manusia dari 'Alaq lalu
diajarinya berkomunikasi dengan perantaraan qolam/pena. Pernyataan ini

23
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Ibid, hlm. 345
24
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, Op.cit, hlm. 749
25
Hamka, Juz 'Amma Tafsir Al-Azhar, (Depok : Gema Insani, 2015), Cet ke-1, hlm.254
45

menyatakan bahwa manusia diciptakan dari sesuatu bahan hina dengan


melalui proses, sampai kepada kesempurnaan sebagai manusia sehingga
dapat mengetahui segala rahasia sesuatu. Dan Allah juga melimpahkan
karunia-Nya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah
menjadikan Nabi-Nya pandai membaca. Dialah Tuhan yang mengajarkan
manusia bermacam-macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya
yang menyebabkan dia lebih utama dari pada bintang-bintang.26
Dalam tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim karangan Syekh
Thantawi bahwa Allah SWT, telah memerintahkan kepada manusia untuk
membaca suatu hal dengan menyebut nama Allah yang telah menciptakan
seluruh makhluk. Allah menciptakan manusia dari segumpal darah yang
kental. Allah Maha Pemurah dan tidak ada seorangpun yang dapat
menandingi Kemurahan-Nya. Allah telah mengajarkan manusia menulis
dengan perantaran qolam/pena dari kegelapan yang penuh ketidak tahuan
ke cahaya pengetahuan.27
Dalam tafsir Ibnu Katsir juga dijelaskan bahwa, ayat-ayat ini juga ayat
yang mulia lagi diberkati, ayat ini merupakan permulaan rahmat yang
diturunkan Allah karena kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan
nikmat yang diberikan Allah kepada mereka. Dalam surat ini terkandung
peringatan yang menggugah manusia kepada asal mula penciptaan manusia,
yaitu yang berasal dari 'alaqah (segumpal darah). Allah SWT Maha
Pemurah, Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. Hal ini berarti Allah telah memuliakan dan menghormati
manusia dengan ilmu. Ilmu juga merupakan bobot tersendiri yang
membedakan manusia dengan malaikat. Ilmu itu adakalanya berada di hati,
berada di lisan, adakalanya pula berada dalam tulisan tangan. Oleh karena
itu ilmu itu mengandung tiga aspek yaitu; dihati, lisan dan tulisan.
Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan pada kedua

26
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, Op.cit, hlm. 750
27
Thantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim, (Beirut (Lebanon): Mu'sasah
Musthafa al-Babi al-Halabi, 1998) Juz 25, Jilid 13, hlm.213
45

aspek lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Ikatlah ilmu dengan tulisan, Bahwa
barang siapa yang mengamalkan ilmu yang dikuasainya, maka Allah akan
memberikan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.28
Allah SWT memerintahkan kita untuk membaca, menghimpun
informasi yang sistematis seperti ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan itu
bersifat akumulatif, artinya terus berkembang karena kemampuan manusia
membaca. Membaca yang dijelaskan dalam ayat ini tidak dikhususkan
membaca apa, artinya membaca ini bersifat umum, yaitu meliputi membaca
ayat al-Qur'an dan alam semesta.29
Surat al-Alaq ayat 1-5 juga mengandung makna sebagai peringatan
untuk dua golongan manusia. Diantaranya golongan yang pertama yaitu
manusia yang menggeluti ilmu pengetahuan dan tenggelam dalam
metedologinya sehingga tidak percaya dengan hal yang gaib dan
berakibatkan manusia menjauh, tidak mengenal atau lupa akan Pencipta
seluruh alam semesta beserta isinya, yaitu Allah SWT, dan bahkan
menyisihkan atau meninggalkan agama. Golongan yang kedua yaitu
golongan pemalas, dimana manusia tersebut malas menggunakan akalnya
sehingga tak sempat melihat makna penciptaan alam semesta yang
sempurna ini, sehingga ciptaan Allah terabaikan dan tak menyentuh
kehidupan dalam mencapai derajat ketakwaan yang lebih tinggi.30
Islam berpandangan bahwa tidak ada dikotomi antara sains dan agama.
Agama dan sains tidak dibenturkan satu sama lainnya, tetapi disinergikan
melalui akal manusia. Hasil pemahaman melalui metedologi sains dan ayat-
ayat Qur'aniyah bertujuan menjadikan manusia lebih bertakwa, lebih dekat
dengan Pencipta segalanya, Penguasa pada hari akhir, dan Pemelihara. 31

28
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Lubabut Tafsiir Min
Ibni Katsiir, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar, dk, Tarsir Ibnu Katsir,(Bogor: Pustaka Imam
As-Syafi'i, 2005) Jilid 8, Cet- 1, hlm. 505
29
Salman Harun, Tafsir Tarbawi (Nilai-nilai Pendidikan dalam al-Qur'an), (UIN Jakarta
Press, 2013) hlm. 1-2
30
Team Kementrian Agama RI & LIPI, Tafsir Ilmi (Mengenal Ayat-ayat Sains dalam Al-
Qur'an), (Jakarta: Widya Cahaya, 2015) hlm. XV
31
Ibid
44

Dengan ayat-ayat ini terbukti tentang tingginya nilai membaca atau


mengamati, menulis dan berilmu pengetahuan. Andaikan tidak karena
qolam/pena niscaya banyak ilmu pengetahuan yang tidak terpelihara dengan
baik, banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak ajaran agama yang
hilang, pengetahuan orang dahulu kala tidak dapat dikenal oleh orang-orang
sekarang baik ilmu, seni, dan ciptaan-ciptaan mereka.32
Dalam buku Scientific Indications in the Holy Qur'an dijelaskan bahwa:
The above five verses are the first Quranic verses revealed to the Holy
Prophet of Islam (sm). It is interesting that the first revelation stresses the
need of learning. This verse should be all the more meaningful to us at the
present Teame when about two-thirds of the Muslim Ummah cannot read or
write. It is also interesting to note that one of the objectives of modern
scientific investigations, namely. The creation of man, is mentioned in this
first revelation.33
Man is the only creature who can use the pen for organized systematic
learning. And it is this learning that enables him to do a lot of creative
thinking. This special faculty differentiates man from other creatures. By the
use of The pen man document his experiences, discoveries and intellectual
activities for himself and posterity.34
Records produced by the pen help in teaching the later generations the
collective experience of the past and present formally to society at large
through educational institutions and to individuals through books,
periodicals, radio, television etc. Besides this formal education, there is
informal education which arises from day to day experience by trial and
error and also through unplanned media intuition etc. Accidental scientific
discoveries like discovery of penicillin, x-rays also come under this cat

32
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, Op.cit, hlm. 795
33
Muhammad Abdur Rab, Scientific Indications in the Holy Qur'an, (Dhaka: Islamic
Foundation Bangladesh, 2004), hlm. 583
34
Muhammad Abdur Rab, Scientific Indications in the Holy Qur'an, Ibid, hlm. 583-584
44

Man's knowledge is continually expanding, thanks to gifts he has received


from Allah.35
Sebagaimana penjelasan di atas lima ayat pertama dsalam QS. al-Alaq
ini adalah ayat al-Quran pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. Sangat menarik bahwa wahyu pertama menekankan perlunya belajar.
Ayat ini menjadi lebih bermakna bagi kita, ketika sekitar dua pertiga dari
umat Muslim tidak dapat membaca atau menulis. Yang menarik juga untuk
dicatat dari wahyu pertama ini, bahwa ayat ini membahas tentang
penciptaan manusia, dan bisa dilakukan penelitian ilmiah modern. Bahwa
Allah adalah Tuhan dan Maha Pencipta telah dibahas pada ayat 1 dan 2.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat menggunakan
qolam/pena untuk pembelajaran sistematis yang terorganisir. Dan
pembelajaran inilah yang memungkinkannya melakukan banyak pemikiran
kreatif. Kemampuan khusus ini membedakan manusia dari makhluk lain.
Dengan menggunakan qolam/pena dapat mendokumentasikan
pengalamannya dan kegiatan intelektual untuk dirinya sendiri dan anak
cucunya.
Catatan yang dihasilkan oleh qolam/pena membantu dalam mengajar
generasi selanjutnya, pengalaman yang dikumpulkan dari masa lalu dan
sekarang disampaikan secara formal baik kepada masyarakat, lembaga
pendidikan dan kepada individu melalui buku, majalah, radio, televisi dll.
Selain pendidikan formal ini, ada pendidikan informal yang muncul dari
pengalaman sehari-hari dengan coba-coba dan juga melalui intuisi media
yang tidak direncanakan dll. Penemuan ilmiah yang tidak disengaja seperti
penemuan penisilin, sinar-x juga ada dalam kategori ini. Pengetahuan
manusia terus berkembang. Dan kita harus bersyukur atas nikmat yang telah
Allah berikan kepada kita.

35
Ibid, hlm. 584
44

c. Hasil analisis peneliti mengenai pendekatan saintifik dalam tafsir QS.


al-Alaq ayat 1-5
ۡ ۡ
Dalam tafsir QS. al-Alaq :1-5 berulangkali disebutkan kata ‫ ٱق َرأ‬yaitu
ۡ ۡ
pada ayat 1 dan 4. Kata ‫ ٱق َرأ‬berasal dari kata ‫ يَ ْقَرأ‬- َ‫ قَ َرأ‬yang artinya membaca,
ۡ ۡ
menghimpun, menggabungkan, sedangkan kata ‫ ٱق َرأ‬merupakan fi'il amar
atau kata perintah yang berarti bacalah.36
Yang dimaksud dengan menghimpun dan menggabungkan di atas
adalah menghimpun dan menggabungkan huruf-huruf menjadi kata, frasa,
dan kalimat. Jadi membaca adalah menghimpun informasi. Informasi yang
sistematis adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini bersifat
akumulatif/terhimpun, artinya terus berkembang kerena kemampuan
manusia membaca. Dan perintah membaca tidak disebutkan objeknya, itu
mengandung arti bahwa yang dibaca itu adalah yang bersifat umum, yaitu
membaca yang tersurat seperti al-Qur'an dan yang tersirat seperti alam
semesta.37
Dalam beberapa tafsir dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada
malaikat Jibril, untuk mendatangi Nabi Muhammad saw., dan
menyampaikan perintah Allah untuk membaca, meskipun Nabi Muhammad
menjawab bahwa beliau tidak bisa membaca, tetapi malaikat Jibril tetap
memintanya untuk membaca. Dengan kekuasaan Allah SWT, Nabi
Muhammad saw. bisa membaca, dan Allah SWT memerintahkan kepada
Nabi Muhammad dan kita untuk selalu membaca dengan berulang kali.
Membaca adalah bagian proses dari mengamati, karena proses tersebut
sama-sama memperoleh informasi atau memperoleh pengetahuan baru.38
Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu mendapat atau mengambil
pelajaran melalui proses membaca atau melalui proses mengamati tentang
kehidupan. Dengan melakukan pengamatan kita bisa tau mana yang baik

36
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Op.Cit., hlm.1-2
37
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Ibid., hlm. 1-2
38
Marzuki dkk, Strategi Implementasi Pendekatan Saintifk Dalam Pembelajaran Tematik
di Sekolah Dasar Negeri Kota Sintang, Jurnal Untan (2015) hlm. 24-26 diakses pada hari Kamis
10 Januari 2019 pukul : 16.00 dari http://jurnal.untan.ac.id
44

dan buruk untuk diri kita, dan dari proses membaca dan mengamati itu kita
dapat memperoleh pelajaran berharga.
Dalam dunia pendidikan proses membaca atau mengamati itu adalah
proses yang sangat penting, seperti telah dijelaskan dalam tafsir QS. al-Alaq
:1-5, bahwasannya Allah SWT memerintahkan kepada malaikat Jibril untuk
betemu dengan Rasullah dan meminta Rasul untuk membaca, namun Rasul
menjawab bahwasannya beliau tidak bisa membaca, malaikat merangkul
Rasul dan meminta hal yang sama yaitu membaca, permintaan itu terulang
tiga kali, tetapi beliau masih menjawab dengan jawaban yang sama. Seusai
bertemu malaikat Jibril di Goa Hira, Rasulullah segera pulang ke rumah dan
menceritakan kejadian tersebut kepada istrinya Siti Khadijah, lalu Khadijah
menjawab "janganlah khawatir, sesungguhnya Allah tidak akan
menyusahkanmu, Engkau menghubungkan silaturahmi, berbicara benar,
membantu orang-orang yang tidak mampu, menghormati tamu, dan
meringankan kesulitan-kesulitan penderita."39 Dan benar jawaban dari Siti
Khadijah, dengan kekuasan Allah, Rasulullah bisa membaca, dan Allah
memerintahkan kepada Rasulullah untuk membaca secara berulang-ulang,
karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali dengan
mengulang dan membiasakannya.40
Perintah Allah kepada manusia untuk melakukan pengamatan
ditegaskan juga dalam al-Qur'an surat al-Ghasyiyah ayat 17-20, "Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan
langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?. Dalam tafsir Ibnu Katsir
dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya
untuk melihat kepada makhluk ciptaan-Nya. Dan di jelaskan pula
bahwasannya Syuraih Al-Qadi pernah mengatakan, "Marilah kita keluar
untuk melihat unta bagaimana ia diciptakan, dan bagaimana langit

39
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Op.,cit, hlm.345
40
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, Op.cit, hlm. 794
44

ditinggikan?" Yakni bagaimana Allah SWT meninggikan dari bumi dengan


ketinggian yang tak terpikirkan ini.41
Apabila dalam pembelajaran di kelas hal yang dijelaskan dalam tafsir
surat al-Alaq tersebut dapat terjadi pada siswa. Siswa terkadang merasa
tidak percaya diri, dan tidak mampu karena tidak bisa melakukan
pengamatan atau membaca suatu hal, kita selaku guru harus selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada siswanya, dan kita harus
menjadi fasilitator dan mentor untuk siswa, dan memberikan pembelajaran
tersebut secara berulang-ulang, supaya apapun yang dipelajari dan diamati
oleh siswa tersebut melekat pada dirinya.
Dengan membaca dan mengamati siswa mendapatkan ilmu dan
pengetahuan yang baru, selain itu dengan membaca dan melakukan proses
pengamatan siswa tergerak untuk bertanya, melakukan penelitian dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga apa yang
didapatkan dari proses membaca dan mengamati dapat dikomunikasikan
kepada orang lain. Dengan membaca atau mengamati, peradaban umat
manusia dapat di tingkatkan.
Sebagaimana telah dijelaskan juga dalam Tafsir Ilmi bahwa surat al-
Alaq ayat 1-5 ini merupakan sebuah peringatan untuk dua golongan manusia
yaitu; golongan yang pertama orang yang menggeluti ilmu pengetahuan dan
tenggelam dalam metedologinya sehingga tidak percaya dengan hal yang
gaib dan berakibat orang tersebut jauh dari sang Pencipta alam semesta
Allah SWT dan meninggalkan agama. Kedua yaitu golongan orang
pemalas, yang malas menggunakan akalnya sehingga tidak sempat melihat
makna ciptaan alam semesta yang besar dan indah ini sehingga ciptaan
Allah terabaikan dan tak menyentuh kehidupan dalam mencapai derajat
ketakwaan yang lebih tinggi.42

41
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Lubabut Tafsiir Min
Ibni Katsiir, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar, dk, Tarsir Ibnu Katsir, Op.cit., hlm.458-459
42
Team Kementrian Agama RI & LIPI, Tafsir Ilmi, Op.cit., hlm. XV
44

Sebagaimana hal di atas, kita selaku guru dalam proses pembelajaran


harus bisa mengsinergikan antara ilmu pengetahuan dengan agama, jangan
sampai antara ilmu pengetahuan dan agama saling berbenturan. Dalam
proses pengamatan atau pembalajaran, siswa melakukan pengamatan
mengenai ciptaan Allah dan mengsinergikan ilmu pengetahuan dan agama,
di bawah arahan sang guru, sehingga hasil dari pembelajaran ilmu
pengetahuan yang disinergikan dengan agama ini, menjadikan siswa
tersebut lebih bertakwa dan lebih dekat kepada Allah Pencipta seluruh alam
tanpa mengurangi pemahamannya dalam ilmu pengetahuan.
Setelah siswa melakukan pengamatan, siswa harus menuangkan hasil
pengamatan tersebut dengan tulisan, agar hasil dari pengamatan atau
pembelajaran tersebut terdokumentasikan dan dapat dimanfaatkan oleh
dirinya sendiri maupun dikomunikasikan kepada orang lain.
Pernyataan di atas adalah hasil analisis penulis dalam mengkaji tafsir
Qur'an surat al-Alaq ayat 1-5 terkait dengan proses mengamati, bertanya,
mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan (Proses yang terdapat dalam
tahapana pendekatan saintifik). Namun yang lebih condong terlihat dalam
ayat ini yaitu membahas mengenai proses mengamati dan
mengkomunikasikan.

2. Tafsir Al-Qur'an surat an-Nahl ayat 43


a. Qur'an surat an-Nahl ayat 43

‫إِن كنت ۡم ََّل‬


ِۡ ۡ
‫ٱلذك ِر‬ ََ ‫ُّوح ٓي إِلَ ۡي ِه ۡم فَ ۡسأَلٓواْ أَۡه‬
ِ ‫ك إََِّّل ِرجال ا ن‬ ِ‫ومآ أ َۡرس ۡلنا ِمن قَ ۡبل‬
َ َ َ َ ََ
٤٣ ‫تَ ۡعلَمو َن‬
Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang
lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.43

43
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 273
45

b. Tafsir surat-Nahl ayat 43

‫«وما أرسلنا من قبلك إَّل رجاَّلً نوحي إليهم» َّل مالئكة «فاسألوا أۡهَ الذكر» العلماء‬
‫ فإنهم يعلمونه وأنتم إلى تصديقهم أقرب‬،‫بالتوراة واۡلنجيَ «إن كنتم َّل تعلمون» ذلك‬
.‫من تصديق المؤمنين بمحمد صلى الله عليه وسلم‬
Artinya: (Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kecuali orang-
orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka) bukannya para
malaikat (maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan) yakni para ulama yang ahli dalam kitab Taurat dan kitab
Injil (jika kalian tidak mengetahui) hal tersebut, mereka pasti
mengetahuinya karena kepercayaan kalian kepada mereka lebih dekat
daripada kepercayaan kalian terhadap Nabi Muhammad saw. (Tafsir
Al-Jalalain, An-Nahl 16:43).44

Adh-Dhahak meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, beliau berpendapat


bahwa ketika Allah mengutus Nabi Muhammad saw. maka sebagian bangsa
Arab mengingkarinya. Mereka berkata, 'Bagaimana mungkin Allah yang
demikian Agung mengutus seorang manusia sebagai rasul-Nya.' Maka
Allah menurunkan Qur'an surat Yunus ayat 2 " Patutkan menjadi kebeneran
bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki diantara
mereka, ' Berilah peringatan kepada manusia …'" Sedangkan di dalam
surat ini Allah berfirman, "Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui."
Maksud dari ayat tersebut adalah, tanyakanlah kepada Ahli Kitab, apakah
dahulu rasul mereka itu manusia ataukah malaikat? jika mereka malaikat,
wajarlah jika kamu ingkar. Namun, jika mereka itu adalah manusia maka
jangan heran terhadap keberadaan Nabi Muhammad saw. sebagai rasul.45
Mujahid juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud
dengan "orang yang mempunyai pengetahuan" ialah Ahli Kitab. Ayat ini
bertujuan untuk menerangkan bahwa para rasul terdahulu yang diutus

44
Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Tafsir Jalalain, (Semarang : Anugerah
Ilahi,1997) hlm. 218-219
45
Muhammad Nasib Ar-Rifa'I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, yang
diterjemahkan oleh Syihabbudin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002) hlm. 1031
45

sebelum Nabi Muhammad pun adalah manusia seperti halnya Nabi


Muhammad, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Fushshilat ayat 6
yaitu: "Katakanlah. Bahwasannya aku hanyalah manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku…"
Karena banyak orang yang meragukan kerasulan Nabi Muhammad
saw, maka Allah SWT mengarahkan orang-orang yang meragukan
keberadaan rasul berupa manusia agar mereka bertanya kepada para
pemegang kitab-kitab terdahulu ihwal para nabinya, apakah mereka itu
manusia ataukah malaikat?.46
Selain orang-orang kafir Quraisy tersebut meragukan kerasulan nabi
Muhammad saw. mereka juga meminta Rasul Allah itu seorang malaikat.
Kemudian Allah langsung menjawab bahwa bila malaikat yang diturunkan-
Nya sebagai Rasul maka riwayat mereka akan tamat, sebab bila mereka
membangkang kepada Rasul yang diturukannya dari malaikat maka akan
langsung dimusnahkannya. Adapun ayat yang menjelaskan tentang
penjelasan di atas adalah surat al-An'am ayat 8, yang artinya: "Dan mereka
berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?"
sedangkan kalau Kami turunkan malaikat, tentulah sudah selesai urusan
itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun)".47
Karena itulah Allah menegaskan dalam ayat yang diterangkan ini
bahwa Allah tidak pernah menurunkan Rasul-Nya selain manusia, namun
Rasul bukanlah manusia sembarangan tatapi manusia yang sudah Allah
pilih dan diberi-Nya wahyu. Dengan diutusnya manusia sebagai Rasul,
maka komunikasi bisa lancar, karena ia berbicara dengan bahasa manusia,
dan memberikan contoh teladan juga bisa diberikan melalui kasat mata.48
Dalam al-Qur'an dan tafsirnya yang ditulis oleh Team Departemen
Agama menjelaskan bahwa Allah SWT menyatakan bahwa Allah tidak
mengutus Rasul sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw terkecuali laki-

46
Muhammad Nasib Ar-Rifa'I, Ibid, hlm. 1031
47
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Op.cit, hlm. 62
48
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Ibid, hlm. 62-63
45

laki dari keturunan Adam as sehingga Nabi Muhammad saw diutus untuk
membimbing umatnya agar mereka itu beragama tauhid dan mengikuti
bimbingan wahyu. Maka yang pantas diutus ialah Rasul-rasul dan jenis
mereka dan berbahasa seperti mereka. Pada saat Rasulullah saw diutus
orang-orang Arab menyangkal bahwa Allah tidak mungkin mengutus
utusan yang berasal dari manusia seperti mereka, tetapi apabila Allah
mengutus, maka yang akan diutus adalah seorang malaikat. 49
Mengenai penolakan orang-orang Arab pada kerisalahan Nabi
Muhammad karena ia seorang manusia biasa, diriwayatkan oleh Ad-
Dahhak yang disandarkan kepada Ibnu Abbas bahwa setelah Nabi
Muhammad diutus, orang Arablah yang mengingkari kenabian tersebut,
mereka berkata: "Allah SWT lebih Agung bila Rasul-Nya itu bukan
manusia. Lalu, Allah memerintahkan kepada orang-orang musyrik agar
bertanya kepada orang-orang Ahli Kitab sebelum kedatangan Nabi
Muhammad saw. baik kepada orang-orang Yahudi ataupun kepada orang-
orang Nasara. Apakah di dalam kitab-kitab mereka disebutkan suatu
keterangan bahwa Allah telah mengutus malaikat menjadi seorang rasul.
Maka kalau disebutkan di dalam kitab mereka Allah pernah menurunkan
malaikat sebagai utusan Allah bolehlah mereka itu mengingkari kerisalahan
Muhammad. Akan tetapi jika yang disebutkan didalam kitab mereka Allah
hanya mengirim utusan kepada mereka manusia yang sejenis dengan
mereka maka tidak benarlah apabila orang-orang musyrik itu mengingkari
kerisalahan Muhammad saw. 50
Dijelaskan dalam tafsir al-Azhar Qs. an-Nahl ayat 43, bahwasannya
dalam penggalan pertama ayat 43 ini berartikan “Dan tidaklah Kami
mengutus sebelum engkau melainkan orang-orang laki-laki yang Kami beri
wahyu kepada mereka.” Hal ini diperingatkan kembali bahwa beliau itu
adalah Rasul Allah, dan isi pengajarannya pun sama. Bahkan nasib

49
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990) Jilid V, Juz 13-15, hlm. 388
50
Ibid, hlm. 389-390
45

pertentangannya pun kebanyakan sama. Sebab mereka semua itu adalah


manusia. Orang-orang laki-laki yang tidak lepas dari pada suka dan duka.
Maka diperintahkanlah Nabi Muhammad saw. Menyampaikan kepada
orang-orang itu: “Maka bertanyalah kepada ahli-ahli yang telah
mempunyai peringatan, jika kamu belum mengetahui.”51
Apabila mereka masih kurang percaya akan hal itu, mereka boleh
menanyakan kepada Ahludz-Dzkri, ahli peringatan, yaitu orang-orang
Yahudi dan Nasrani yang telah menerima kitab-kitab dan ajaran dari Nabi-
nabi yang dahulu itu. Kalau mereka orang-orang yang jujur, niscaya mereka
beritahukan hal yang sebenarnya itu. 52
Ahludz Dzikri adalah orang yang ahli peringatan, atau orang-orang yang
berpengetahuan luas. Umum arti ayat menyuruhkan orang tidak tahu
bertanya kepada yang lebih tahu, karena ilmu pengetahuan itu adalah
bersifat umum, dan berfaedah untuk mencari kebenaran. Menurut yang
dirawikan oleh mujahid dari Ibnu Abbas bahwa ahludz-dzikri disini adalah
ahlul kitab. Sebelum ahlul kitab itu dipengaruhi oleh nafsu ingin menang
sendiri, mereka akan mengakui bahwa Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang
terdahulu itu semuanya adalah manusia, yaitu manusia pilihan yang diberi
wahyu oleh Allah.53
Sedangakan menurut Ja'far Al-Baqir menafsirkan bahwa yang
dimaksud dengan ahludz-dizkri ialah kita sendiri, yaitu bahwasannya Ulama
dari umat inilah yang berhak disebut ahludz-dzikri. Sebab beberapa ayat
dalam al-Qur'an menyebutkan bahwa al-Qur'an itulah Adz-Dzikri.54
Dalam Tafsir Tarbawi karya Salman Harun Dosen UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dijelaskan bahwa Allah SWT mejadikan manusia laki-
laki sebagai rasul seperti dalam ayat tersebut terdapat kata ‫ رجال‬yang

51
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) Juz XII-XIV, Cet 1, hlm.248
52
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Ibid, hlm. 249
53
Ibid, hlm. 249
54
Ibid, hlm. 249
44

artinya "laki-laki" yang mgenunjukkan bahwa Rasul itu seorang laki-laki,


tidak ada Rasul Perempuan.55
Dalam al-Qur'an surat an-Nahl ayat 43 Allah SWT juga berfirman
yaitu:
ِۡ ۡ
‫ٱلذك ِر إِن كنت ۡم ََّل تَ ۡعلَمو َن‬ ََ ‫فَ ۡسأَلٓواْ أَۡه‬,...
Artinya: "Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kalian tidak mengetahui".

‫ ٱلذ ِّۡك ِّر‬maksudnya adalah wahyu ‫ أ َ ۡه َل ٱلذ ِّۡك ِّر‬adalah orang-orang yang paham
tetang wahyu, dalam kasus ini maksudnya adalah Ahl Kitab. Jadi bila kaum
musyrikin tidak percaya bahwa Rasul Allah itu adalah juga seorang
manusia, maka bertanyalah kepada Ahl Kitab apakah Rasul-rasul sebelum
Nabi Muhammad seorang manusia, malaikat atau bukan. Pasti jawaban
mereka adalah manusia.56

c. Hasil analisis peneliti mengenai pendekatan saintifik dalam tafsir QS.


An-Nahl ayat 43
Pada Qur'an surat an-Nahl ayat 43 awal terdapat firman Allah SWT
yaitu:
ۡ ۡ ‫ُّوحي‬
ِ ‫ك إََِّّل ِرجال ا ن‬
......‫إِلَي ِهم‬ ِ‫ومآ أ َۡرس ۡلنا ِمن قَ ۡبل‬
ٓ َ َ َ َ ََ
Artinya: "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-
orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka"
Dari firman Allah itu bisa diartikan bahwa itu sebuah pernyataan yang
akan menimbulkan pengamatan, mengapa Allah mengutus Rasul-Nya dari
laki-laki?
Surat an-Nahl ayat 43 ini juga menjelaskan tentang kaum musyrikin
Arab yang tidak percaya atas ke rasulan Nabi Muhammad saw., mereka
menyatakan bahwa Allah terlalu besar dibanding bahwa Rasul-Nya adalah

55
Salman Harun, Op.Cit hlm. 63
56
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Ibid hlm. 63
44

seorang manusia, maka dengan adanya pemikiran seperti itu dari kaum
musyrikin Arab, maka Allah memerintahkan kepada mereka untuk bertanya
kepada orang yang mempunyai pengetahuan. Sebagaimana kelanjutan dari
ayat diatas yaitu:
ِۡ ۡ َ ۡ
‫ٱلذك ِر إِن كنت ۡم ََّل تَ ۡعلَمو َن‬ ََ ‫فَسألٓواْ أَۡه‬,...
Artinya: Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kalian tidak mengetahui".

Ayat di atas menjelaskan apabila kaum musyrikin tidak percaya bahwa


Rasul Allah itu adalah juga seorang manusia, maka bertanyalah kepada
ِۡ
orang yang lebih mengetahui ‫ٱلذك ِر‬ ََ ‫أ َۡۡه‬ (Ahl Kitab) apakah Rasul-rasul

sebelum Nabi Muhammad juga seorang manusia, malaikat atau bukan. Pasti
jawaban mereka adalah manusia.57
Diatas peneliti sudah menuangakan pendapat para muffasir dalam
ِۡ
tafsirnya mengenai arti dari ‫ٱلذك ِر‬ ََ ‫أ َۡۡه‬, sebagian besar para muffasir

berpendapat bahwa ahludz dzikri itu artinya yaitu ahli kitab. Namun,
menurut Ja'far Al-Baqir yang dimaksud ahludz dzikri adalah kita sendiri,
yaitu bahwasannya Ulama dari umat inilah yang berhak disebut ahludz-
dzikri. Sebab beberapa ayat dalam al-Qur'an menyebutkan bahwa al-Qur'an
itulah Adz-Dzikri.58
Pendapat para muffasir ini tidaklah berlawanan. Dalam hal-hal yang
akan ditanyakan mengenai ilmu-ilmu Agama Islam sendiri niscaya kita
bertanya kepada ahludz dzikri dalam hal Islam, dan ilmu-ilmu pengetahuan
yang lain yang lebih umum kita tanyakan kepada ahludz dzikri yang pham
tentang pengetahuan itu pula.
Pertanyaan adalah suatu indikasi sikap kritis seseorang yang muncul
dari sebuah proses penglihatan, pendengaran atau pemikiran seseorang.

57
Salman Harun, Tafsir Tarbawi, Ibid hlm. 63
58
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) Juz XII-XIV, Cet-1, hlm. 249
44

Seperti halnya yang telah dibahas di atas bahwa orang musyrik melihat Nabi
Muhammad saw selaku manusia diutus sebagai Rasul Allah, dan mereka
kaum musyrik itu berpikir mengapa rasul yang diutus oleh Allah adalah
manusia?, nah disanalah terbukti bahwa seseorang akan tergerak untuk
bertanya setelah mereka melakukan pengamatan.
Setelah seseorang melakukan pengamatan maka akan Teambul sebuah
pertanyaan dari dirinya, dan dalam surat an-Nahl ayat 43 Allah
memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang lebih paham di ayat
tersebut Allah menyebutkan ‫( أ َ ۡه َل ٱلذ ِّۡك ِّر‬Ahl Kitab), Allah tidak membatasi
kita untuk bertanya kepada siapapun yang terpenting dia menguasai ilmunya
sekalipun itu adalah ahl Kitab.
Dalam dunia pendidikan, kegiatan mengamati dan bertanya untuk siswa
dapat membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian tentang apa yang
dipelajari di sekolah, selain itu dengan mengamati dan bertanya mampu
menginspirasi dan mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan
mengembangkan pertanyaan dari dirinya dan untuk dirinya. Dengan
mengamati dan bertanya juga bisa membuat siswa lebih terampil dalam
berbicara, berpartisipasi dalam diskusi. Bertanya juga memberikan interaksi
yang positif antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa. Interaksi
ini memberikan komunitas sosial dalam membentuk budaya yang baik. Oleh
karena itu proses mengamati dan bertanya sangat mendukung tercapainya
pemahaman pada siswa tersebut. Khususnya tercapailah bagian proses yang
ada dalam pendekatan saintifik ini.59
Jadi dari penjelasan di atas jelas bahwa tafsir Qur'an surat an-Nahl ayat
43 ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk melakukan
pengamatan dan bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan apabila
kita tidak mengetahui suatu ilmu pengetahuan. Penjelasan tafsir ini
beriringan dengan proses mengamati dan bertanya dalam pendekaan
saintifik yang digunakan dalam kurikulum 2013.

59
Yanti Herlianti, Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian Otentik,
(Jakarta : UIN Press, 2015) hlm.100
44

3. Tafsir al-Qur'an surat al-Baqrah ayat 22


a. Qur'an Surat al-Baqarah ayat 22

‫لس َمآِء َمآء فَأ َۡخَر َج‬‫ٱ‬ ‫ن‬ ِ


‫م‬ ‫ل‬َ‫َنز‬ ‫أ‬‫و‬ ‫ء‬ٓ‫ا‬ ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫ء‬ ٓ‫ا‬ ‫م‬ ‫ٱلس‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ش‬ ‫ر‬ َٰ ِ
‫ف‬ ‫ض‬ ۡ ‫ٱلَّ ِذي جعَ لَكم ۡٱۡل‬
‫َر‬
َّ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ََ
ۡ
٢٢ ‫َندادا َوأَنت ۡم تَ ۡعلَمو َن‬ ۡ ۡ
َ ‫بِِهۦ ِم َن ٱلث ََّم ََٰرت ِرزقا لَّكم فَ َال تَج َعلواْ لِلَّ ِه أ‬
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu
Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui.60

b. Tafsir Surat al-Baqarah ayat 22

‫«الذي جعَ» خلق «لكم اۡلرض فراشا» حال بساطا يفترش َّل غاية في‬
‫الصالبة أو الليونة فال يمكن اَّلستقرار عليها «والسماء بناءً» سقفاً «وأنزل‬
‫من السماء ماءً فأخرج به من» أنواع «الثمرات رزقاً لكم» تأكلونه وتعلفون‬
‫دوابكم «فال تجعلوا لله أنداداً» شركاء في العبادة «وأنتم تعلمون» أنه الخالق‬
.‫ وَّل يكون إلهاً إَّل من يخلق‬،‫وَّل تخلقون‬
Artinya : (Dialah yang telah menjadikan) menciptakan (bagimu bumi
sebagai hamparan), yakni hamparan yang tidak begitu keras dan tidak
pula begitu lunak sehingga tidak mungkin didiami secara tetap (dan
langit sebagai naungan) sebagai atap (dan diturunkan-Nya dari langit
air hujan lalu dikeluarkan-Nya daripadanya) maksudnya bermacam
(buah-buahan sebagai rezeki bagi kamu) buat kamu makan dan kamu
berikan rumputnya pada binatang ternakmu (maka janganlah kamu
adakan sekutu-sekutu bagi Allah), artinya serikat-serikat-Nya dalam
pengabdian (padahal kamu mengetahui) bahwa Dia adalah pencipta,
sedangkan mereka itu tidak dapat menciptakan apa-apa, maka tidaklah
layak disebut dan dikatakan tuhan.61

60
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 5
61
Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Tafsir Jalalain, Op.cit, hlm. 4
44

Allah SWT menerangkan bahwa Dia menciptakan bumi sebagai


hamparan dan langit sebagai atap, menurunkan air hujan, menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan dan menjadikan tumbuh-tumbuhan itu berubah.
Semuanya diciptakan Allah SWT untuk manusia, agar manusia
memperhatikan proses penciptaan itu, merenungkan, mempelajari, dan
mengolahnya, sehingga bermanfaat bagi seluruh umat manusia sesuai
dengan yang telah diturunkan Allah. Karena Dia yang memberikan nikmat-
nikmat itu, maka manusia wajib menyembah Allah SWT saja.62 Allah
memberikan semua nikmat itu agar manusia bertakwa dan melaksanakan
tugas-tugasnya sebagai hamba Allah SWT.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah SWT yang Mahasuci
dan Mahatinggi menjelaskan keEsaan-Nya bahwa Dia yang memberikan
nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan mengeluarkan mereka dari tidak
ada menjadi ada, serta menyempurnakan bagi mereka nikmat lahiriyah dan
nikmat batiniyah, yaitu Dia menjadikan bumi sebagai hamparan seperti tikar
yang dapat diinjak-injak oleh manusia, dan stabil yang dikukuhkan juga
dengan gunung-gunung yang menjulang. 63
Allah juga menciptakan langit sebagai atap, maksud dari langit ini
adalah awan, yakni hujan turun pada saat dibutuhkan oleh manusia. Lalu
Allah mengeluarkan bagi manusia buah-buahan dan taman yang dapat
dilihat sebagi rezeki bagi mereka dan ternak mereka. Allahlah yang Maha
Pencipta, Maha Pemberi Rezeki, dan Maha Menguasai negeri berikut
penghuni dan rezeki mereka. Semua itu menjadikan Allah sebagai satu-
satunya Tuhan yang harus diibadahi tanpa ada sekutu bagi-Nya.64
Oleh karena itu Allah berfirman "Maka janganlah kamu menjadikan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui". Yakni janganlah
kamu menyekutukan Allah dengan beberapa sekutu yang tidak dapat

62
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1991) Jilid 1 Juz 1-3, hlm.73
63
Muhammad Nasib Ar-Rifa'I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, yang
diterjemahkan oleh Syihabbudin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2012) Jilid 1, hlm. 75
64
Ibid
44

memberikan manfaat dan madharat, padahal kamu mengetahui bahwa tiada


Tuhan selain Allah yang membarikan rezeki kepada kamu.65
Sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam tafsir Ibnu Katsir Allah
telah memberikan nikmat lahir dan batin kepada manusia, maka untuk itu
manusia harus memanfaatkan dan menjadikan bumi yang tehampar ini
bermanfaat lahir dan batin, material dan spiritual. Jangan biarkan bumi ini
tanpa dikelola dengan baik. Makmurkan bumi ini dengan kemaslahatan
hidup, dengan mengingat bahwa sebagaimana ada makhluk yang
diciptakan-Nya sebelum kita, ada juga makhluk yang akan datang sesudah
kita. Yang sebelum kita telah memanfaatkan bumi ini tanpa
menghabiskannya, bahkan masih menyisakan banyak untuk kita, maka
demikan pula kita selaku manusia jangan habiskan atau rusak bumi ini,
ingatlah generasi susudah kita nanti.66
Allah menjadikan bumi terhampar bukan berarti dia ciptakan demikian.
Bumi diciptakan Allah bulat telur. Itu adalah hakikat ilmiah yang sulit
dibantah. Keterhamparannya tidak bertentangan dengan kebulatannya.
Allah menciptakannya bulat untuk menunjukkan betapa hebat ciptaan-Nya
itu. Lalu Allah menjadikan yang bulat itu terhampar bagi manusia, yakni
kemanapun mereka melangkah kaki, mereka akan melihat atau akan
mendapatkannya terhampar. Itu dijadikan Allah agar manusia dapat meraih
manfaat sebanyak mungkin dari dijadikan bumi demikian. 67
Allah juga telah menjadikan bumi begitu mudah dan nyaman untuk
dihuni manusia, sehingga kehidupan tidak ubahnya bagaikan kasur yang
terhampar dan siap ditiduri. Sungguh banyak yang tidak menyadari hal ini.
Seandainya Allah mencabut salah satu sarana kenyamanan atau tidak
menyempurnakannya, niscaya manusia akan mengalami kesulitan hidup.
Camkanlah apa yang akan terjadi bila udara yang dihirup terkena polusi atau

65
Ibid
66
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2001), hlm.121-122
67
M. Quraish Shihab, Ibid, hlm. 121-122
45

lingkungan tercemar. Allah tidak menciptakannya demikian karena Allah


menjadikan bumi agar dihuni dengan nyaman.68
Sebagaimana telah dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir juga Allah bukan
hanya menciptakan bumi dan menjadikannya sebagai hamparan, tetapi
Allah juga menciptakan langit sebagai atap. Ini juga mengisyaratkan bahwa
di atas langit dunia yang disebut ini, ada aneka langit yang lain, yang tidak
sesuai dengan kondisi manusia secara umum. Aneka langit itu bila tidak
dihalangi oleh atap langit dunia, atau bila manusia berada di luar bangunan
ini, niscaya hidupnya atau kenyamanan hidupnya akan terganggu. 69
Bukan hanya itu, Allah juga menyiapkan segala sarana kehidupan di
dunia, material dan immaterial. Allah juga menurunkan sebagian air dari
langit, yakni hujan melalui hukum-hukum alam yang di tetapkan-Nya.
Untuk mengatur turunnya hujan. Air yang turun dari langit hanya sebagian
air, karena ada air yang bersumber dari bumi juga. Air hujan adalah air yang
menguap dari bagian bumi dalam bentuk awan yang kemudian turun
kembali ke bumi. Allah menghasilkan dengan hujan itu buah-buahan
sebagai bagian rezeki untuk kamu. 70
Syekh Thantowi dalam tafsirnya al-jawahir menjelaskan bahwa Allah
telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai
naungan/atap. Dari langit-langit yang tinggi diturunkannya air hujan, lalu
dari air hujan ini mengahasilkan buah-buahan dari bermacam-macam buah,
sebagai rezeki bagi kamu dan sebagai makanan untuk makhluk/binatang,
maka janganlah menyekutukan Allah, padahal kamu mengetahui.71
Jangan sampai kamu menyekutukan Allah padahal kamu mengetahui,
manusia adalah satu keluarga yang tinggal dengan singkat di muka bumi ini,
dan bumi hanya menawarkan keindahan semata kepadanya, di bumi
terdapat gunung-gunung yang menjulang tinggi, lautan, sawah-sawah, dan

68
Ibid.
69
Ibid.
70
M. Quraish Shihab, Ibid, hlm. 121-122
71
Thantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim, (Beirut (Lebanon): Mu'sasah
Musthafa al-Babi al-Halabi, 1998) Juz 1, Jilid 1, hlm.31
45

pepohonan yang hijau, yang mewarnai keindahan bumi, sedang langit


sebagai atap menghampar berwarna biru, tanpa adanya penyanggah.
Apakah manusia tidak merasa heran bahwa bumi itu sudah tua dan lama
namun penampilannya indah?. Itulah salah satu keagungan Allah sang
Pencipta segalanya, dan tidak ada satupun yang menandingi-Nya.72
Dalam buku Scientific Indications in the Holy Qur'an dijelaskan bahwa,
banyak ayat al-Qur'an yang membahas bahwa Allah telah menciptakan
bumi sebagai hamparan dan permukaan yang datar. Ayat-ayat ini
menyiratkan bahwa bumi itu rata dan dengan demikian tidak konsisten
dengan fakta ilmiah bahwa bumi itu bulat. Pernyataan itu menimbulkan pro
dan kontra, untuk menyelasaikan kontradiksi yang tampak ini maka harus
dilakukan penelitian.73
Kita tahu bahwa semakin besar sebuah bola, semakin sedikit dalam
kelengkungan permukaanya, begitupun dengan bumi, dan dalam kehidupan
sehari-hari kita hanya berurusan dengan sebagian kecil dari permukaanya,
bagian ini dianggap sama rata untuk semua tujuan praktis. Tingkat
kelengkungan bumi yang disyaratkan dalam bagian ini adalah tak terlihat;
bahkan jarak jauh satu mil di permukaan bumi akan menundukkan
(mengandung) di pusat bumi sudut yang sangat kecil kurang dari satu-tujuh
puluh derajat. Dalam konteks ini, dapat dinyatakan bahwa secara matematis
permukaan bidang bisa dinyatakan sebagai permukaan bola yang radiusnya
cenderung tak tebatas. 74
Langit adalah atap bagi bumi, Allah SWT telah memberi tahu melalui
surat al-Baqarah ayat 22 ini bahwa atmosfer yang umumnya dikenal sebagai
langit berfungsi sebagai pelindung yang bermanfaat dan menutupi kepala
manusia. Ada beberapa lapisan di atmosfer yang mengandung campuran
beberapa gas dan lapisan terionisasi yang menyelimuti bumi.

72
Ibid, hlm. 33
73
Muhammad Abdur Rab, Scientific Indications in the Holy Qur'an, Op.Cit., hlm. 34-37
74
Ibid
45

Perincian yang membahas tentang langit dan atmosfer luar ini baru
diketahui oleh kita selama abad ini. Proses-proses yang melindungi dan
bermanfaat seperti yang ditemukan ini menunjukkan kasih sayang Allah
kepada makhluknya tak terhingga.75
Allah SWT menurunkan hujan dari langit dan menghasilkan rezeki
untuk manusia dari buah-buahan. Air adalah salah satu persyaratan paling
mendasar untuk semua tanaman dalam pemeliharaannya, pertumbuhannya,
reproduksinya dan untuk bertahan hidup mereka. Semua reaksi metabolic di
dalam sel tanaman terjadi pada sebuah media yang mengandung air dan
melalui agensi berbagai nutrisi mineral diambil dari soll dan zat makanan
yang disiapkan diangkut ke berbagai organ tanaman. 76
Tidak bisa disebutkan satu-persatu Kekuasaan Allah yang telah
diberikan kepada kita, begitu Maha Pemurah dan Penyayangnya Allah
kepada makhluknya. Salah satunya kekuasaan Allah yaitu menciptakan
atmosfer dan tanah untuk menyediakan makanan bagi mereka dalam bentuk
salah satu makanan paling penting yaitu, berbagai jenis buah-buahan lezat
yang memiliki warna-warna yang menyenangkan, rasa yang
membangkitkan selera, rasa dan tekstur yang menenangkan. Seharusnya
manusia harus selalu bersyukur kepada-Nya.77
Dari penjelasan tafsir al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 22 di atas
dijelaskan bahwa Allah sudah memberikan rezeki yang berlimapah kepada
kita selaku manusia, yaitu dengan memberikan bumi sebagai hamparan
untuk berpijak dan bisa dijadikan kita lahan berladang, membuat rumah dan
memanfaatkan semua yang ada di bumi ini dengan sebaik-baiknya, selain
itu, Allah juga menjadikan langit sebagai atap, dan memberikan air, baik air
hujan yang berasal dari penguapan air menjadi awan dan menjadi hujan,
selain itu air yang bersumber dari bumi, dan dengan air itu kita bisa
berlandang, bertani hingga hasilnya kita bisa nikmati.

75
Ibid
76
Muhammad Abdur Rab, Ibid, hlm. 36
77
Ibid, hlm.37
45

c. Hasil analisis peneliti mengenai pendekatan saintifik dalam tafsir QS.


al-Baqarah ayat 22
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT menjadikan bumi sebagai
hamparan dan langit sebagai atap, Allah juga menurunkan air hujan dari
langit, lalu Allah menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezeki untuk manusia, karena itulah kita selaku manusia janganlah
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kita sebagai manusia
mengetahui. Dari arti Qur'an Surat al-Baqarah ayat 22 ini bisa dimaknai juga
bahwa Allah menciptakan semuanya untuk manusia, agar manusia
memperhatikan proses penciptaan itu, merenungkan, mempelajari, dan
mengolahnya, sehingga bermanfaat bagi seluruh umat manusia sesuai
dengan yang telah diturunkan Allah. Karena Dia yang memberikan nikmat-
nikmat itu, maka manusia wajib menyembah Allah SWT saja. 78 Allah
memberikan semua nikmat itu agar manusia bertakwa dan melaksanakan
tugas-tugasnya sebagai hamba-Nya.
Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa Allah SWT,
memerintahkan kita sebagai manusia untuk melakukan pengamatan, dan
mencoba memanfaatkan segala nikmat yang telah Allah berikan kepada
kita, dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, selain itu Allah juga
memerintahkan kita untuk berpikir.
Dalam pembelajaran di sekolah siswa juga dituntut untuk melakukan
pengamatan, bertanya dan melakukan eksperimen/ percobaan, agar siswa
tersebut bisa mengembangkan potensi yang dia miliki. Selain itu dengan
melakukan pengamatan, rasa ingin tahu siswa akan semakin tinggi,
sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.79
Dengan bertanya juga bisa membuat siswa bangkit rasa ingin tahunya,
menambah banyak ilmu dan informasi, menjadikan siswa aktif dalam

78
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1991) Jilid 1 Juz 1-3, hlm.73
79
Yanti Herlianti, Op.cit., hlm 96
44

belajar, membuat siswa lebih terampil dalam berbicara, merangsang siswa


untuk berinteraksi, dan meningkatkan kemampuan kognitifnya.80 Kegiatan
eksperimen atau percobaan juga dapat mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar (sikap, keterampilan dan pengetahuan) siswa. 81
Pernyataan di atas adalah hasil analisis peneliti dalam mengkaji tafsir
Qur'an surat al-Baqarah ayat 22. Dan tafsir Qur'an surat al-Baqarah ayat 22
ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk
melakukan pengamatan, bertanya dan melakukan percobaan atau
eksperimen. Penjelasan tafsir Qur'an surat al-Baqarah ayat 22 ini beriringan
dengan beberapa proses dalam pendekatan saintifik.

4. Tafsir al-Qur'an surat Saba' ayat 46


a. Qur'an surat Saba' ayat 46
ۡ ْۚ ْۚ
ِ ‫۞ق َۡ إِنَّمآ أ َِعظكم بِ َٰو ِح َدة أَن تَقومواْ لِلَّ ِه م ۡث نَى وف َٰرد َٰى ث َّم تَتَ َف َّكرواْ ما بِص‬
‫احبِكم ِمن ِجنَّة إِن‬ َ َ َ َ َ َٰ َ َ َ
ۡ ۡ
٤٤ ‫ۡه َو إََِّّل نَ ِذير لَّكم بَي َن يَ َدي َع َذاب َش ِديد‬
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan
kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan
ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang
Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia
tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi)
azab yang keras.82

b. Tafsir surat Saba' ayat 46

‫«قَ إنما أعظكم بواحدة» ۡهي «أن تقوموا لله» أي ۡلجله «مثنى» أي اثنين‬
‫اثنين «وفرادى» واحدا واحدا «ثم تتفكروا» فتعلموا «ما بصاحبكم» محمد‬
‫«من جنة» جنون «إن» ما «ۡهو إَّل نذير لكم بين يدي» أي قبَ «عذاب‬
.‫شديد» في اآلخرة إن عصيتموه‬

80
Yanti Herlianti, Ibid , hlm. 100
81
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu Teori Praktik dan Penilaian, (PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta. 2015), hlm. 246.
82
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 434
44

Artinya : (Katakanlah! "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan


kepada kalian suatu hal saja) yaitu (supaya kalian menghadap Allah)
dengan ikhlas hanya karena-Nya (dua-dua) yakni berduaan (atau sendiri-
sendiri) satu persatu (kemudian kalian pikirkan tentang -Muhammad-)
sehingga kalian mengetahui (tidak ada pada diri kawan kalian ini) yakni
Nabi Muhammad (penyakit gila sedikit pun) yakni kegilaan (tidak lain dia
hanyalah pemberi peringatan bagi kalian sebelum) kalian menghadapi
(azab yang keras.") di akhirat nanti jika kalian mendurhakainya.83

Dalam tafsir Qur'an surat Saba' ayat 46 ini dijelaskan bahwa Allah
SWT, memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk menyampaikan
kepada orang-orang kafir yang mengira Nabi Muhammad sebagai orang
gila. "Sesungguhnya aku hanya memperingatkan kalian suatu hal saja,
yaitu: supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau
sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada
penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Hendaknya kamu bersatu dan
membulatkan niat secara tulus karena Allah SWT tanpa dipengaruhi oleh
kecenderungan dan juga tanpa fanatisme. Lalu sebagian kamu menanyakan
kepada sebagian yang lain, 'Apakah Muhammad mempunyai penyakit gila?'
kemudian sebagian kamu menjawab sebagian lain dengan tulus. Kemudian
kamu pikirkan (Tentang Muhammad) Yakni hendaklah seseorang
merenungkan perihal Nabi Muhammad dan menanyakannya kepada orang
lain tentang perihalnya jika dia sulit untuk menilainya. Hendaknya pula dia
memandang kepada dirinya sendiri. Karena itu disebutkan oleh firman Allah
SWT: yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua
atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Nabi Muhammad
saw.) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu.84
Dalam tafsir Al-Misbah tulisan M.Quraish Shihab dijelaskan bahwa
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad yaitu: "Katakanlah,
wahai Muhammad, kepada mereka, 'Bahwasannya aku memerintahkan
kalian untuk memiliki satu sikap dasar. Yaitu agar kalian–dengan

83
Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Tafsir Jalalain, Op.cit, hlm. 355
84
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Syekh, Tafsir Ibnu Katssir,
diterjemahkan oleh M.Abdul Ghoffar, ( Bogor : Pustaka Imam Syafi'i, 2004) Jilid VI, hlm. 583-585
44

mengikhlaskan diri kepada Allah dan menjauhi sikap taklid–melakukan


pencarian dan perenungan secara tulus ikhlas, baik hal itu kalian lakuan
secara terpisah berdua-dua agar kalian saling membantu dalam
permenungan, ataupun secara sendiri-sendiri agar kalian dapat
mencermatinya secara lebih objektif dan mendalam. Setelah itu, pikirkanlah
mengenai hal-ihwal kawan kalian (Muhammad) yang berada di tengah-
tengah kalian dan kalian ketahui sendiri kenormalan akalnya. Sama sekali
Muhammad tidak menderita penyakit gila saat menyampaikan pesan-pesan
suci ini. Sungguh, Muhammad tidak lain hanyalah seorang pemberi
peringatan akan siksa yang pedih yang ada di hadapan kalian'".85
Dalam tafsir al-Azhar dijelaskan bahwa Allah berfirman dengan awalan
“Katakanlah!” yaitu sebagai bimbingan kepada UtusanNya dalam
menghadapi manusia, terutama kaumnya sebagai landasan pertama dari
da’wah Islam ini. “Katakanlah! Hanya satu saja nasihat yang akan aku
berikan kepadamu.” (penggalan ayat 46). Sebagai ini atau puncak dari
segala seuan dan dakwah, “(yaitu) bahwa kamu menghadap Allah berdua-
berdua dan sendiri-sendir.” Dalam ayat ini terkandung anjuran kepada
pribadi mereka masing-masing seketika mereka tersisih dari kelompok
orang banyak. Dihadapan orang banyak pemimpin-pemimpin Quraisy telah
menyebarkan propaganda bahwa al-Qur’an yang dibawa oleh Muhammad
itu adalah usaha nabi Muhammad untuk menghalangi mereka dari
menyembah apa yang disembah nenek-moyang (menyembah berhala),
kemudian dituduh pula bahwa al-Qur’an itu hanya dusta yang dikarang-
karang saja oleh Nabi Muhammad, dan ketiga dituduh bahwa Nabi
Muhammad itu hanya sihir yang nyata.86
Di sini Nabi diperintahkan Allah menganjurkan orang-orang itu supaya
berfikir sendiri-sendiri, direnungkan dan ditinjau kedalam hati sendiri.

85
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ( Jakarta : Lentera Hati, 2002) Vol.11, hlm. 407
86
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), Juz XXII, Cet 1, hlm. 189-
190
44

Sebab seluruh kaum itu tetap percaya kepada Allah Yang Esa. Mereka
menyembah berhala hanya sebagai perantara saja.87
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kita untuk memusatkan
persembahan semata-mata kepada Allah itu adalah berdua-dua. Artinya
ajaklah seorang teman yang dekat mengadakan pertukaran pikiran dan
persamaan paham. Dengan cara demikianlah akan sama terbebaslah diri dan
teman dari pengaruh orang banyak yang menghasut dengan propaganda
yang bukan-bukan, sampai menuduh Nabi Muhammad itu gila. “Kemudian
tu hendaklh kmu pikirkan,” yaitu setelah mengahadap seluruh ingatan
kepada Allah Yang Maha Tunggal Pencipta Alam hendaklah berpikir lagi!
Pikirkan segala butir kata dan seruan, ajakan dan da’wah yang disampaikan
oleh Nabi Muhammad kepada kamu, sejak ayat-ayat pertama mulai turun
sampai sekarang. Niscaya pikiranmu yang jernih dan tidak terpengaruh itu
akan dapat mengambil kesimpulan: “Tidaklah ada pada teman kamu itu
sakit gila.” Tidak mungkin butir kata yang begitu mendalam akan Teambul
dari pikiran orang gila. “Dianya lain tidak hanyalah menjadi Pengacam
bagi kamu di hadapan azab yang sangat.”88
Dalam Tafsir yang ditulis oleh Team Departemen Agama Republik
Indonesia, dijelaskan bahwa dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan
kepada Nabi Muhammad saw. agar memperingatkan dan menasehati
kaumnya supaya tidak cepat-cepat mendustakan kerasulan dan al-Qur'an
yang dibawanya, sebaiknya mereka itu menggunakan waktunya untuk
menghadap Allah dengan ikhlas, memikirkan dan merenungkan dengan
sungguh-sungguh apa yang telah dibawa Nabi Muhammad baik itu sendiri-
sendiri ataupun bersama-sama, semoga dengan demikian mereka dapat
mencapai kebenaran dengan sebenar-benarnya, menemukan jalan yang
lurus yang diridhoi Allah SWT, mengakui segala kebenaran apa yang
dibawa oleh Rasulullah saw. Mereka juga dianjurkan untuk berpikir dan
merenung di dalam suasana yang tenang cukup hanya sendiri atau berduaan

87
Ibid
88
Ibid
44

secara berkelompok. Karena biasanya apabila beramai-ramai, pikiran didak


fokus dan tidak konsen, sehingga apa yang dipikirkan dan direnungkan tidak
tentu arah dan tujuannya. Tidak mencapai apa yang menjadi tujuan dan di
citra-citakan. Allah SWT juga menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw.
teman mereka itu bukannlah seseorang yang gila, bukan pula pembohong,
tetapi Nabi Muhammad itu adalah seorang yang memberi peringatan agar
mereka tidak di Teampa azab yang perih akibat dsari keingkaran dan
kedurhakaan mereka terhadap perintah Allah SWT.89
Dalam tafsir Jawahir karya Syekh Thantawi dijelaskan bahwa,
Sesungguhnya Allah memberikan peringatan kepada manusia satu hal saja.
Kita sebagai manusia harus berdiri dan bekerja keras dalam menjalankan
segala urusan, bangkit, dan menjalankannya dengan penuh rasa ikhlas
karena Allah SWT, dan pikirkanlah urusan tentang Nabi Muhammad saw.
dengan berdua-berdua atau sendiri. Dengan berpikir secara berdua-berdua,
maka mereka dapat saling bertukar pikiran, dan dengan berpikir sendiri
maka mereka dapat berpikir dengan sendirinya dengan bijaksana, pernahkah
kamu melihat laki-laki (Nabi Muhammad) gila. Dan ini adalah firman Allah
"tidak ada pada diri kawan kalian ini (yakni Nabi Muhammad) penyakit
gila sedikit pun" dan coba juga pikirkan apakah kawan kalian ini gila atau
tidak?. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum
(mengahadapi azab yang keras. 90
Dalam Tafsir Ibnu Katsir juga dijelaskan bahwa pada ayat ini Allah
SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. supaya memperingati
dan menasehati kaumnya agar jangan cepat-cepat mendustakan kerasulan
dan al-Qur'an yang dibawanya. Sebaiknya mereka itu mempergunakan
waktunya untuk menghadap Allah dengan penuh rasa ikhlas, memikirkan
dan merenungkan dengan sunggguh-sungguh apa yang telah dibawa Nabi

89
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990) Jilid VIII, Juz 22-24 Cet 1, hlm. 118
90
Thantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim, (Beirut (Lebanon): Mu'sasah
Musthafa al-Babi al-Halabi, 1998) Juz 16, Jilid 8, hlm.121
44

Muhammad saw. baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama, semoga


dengan itu mereka bisa mencapai kebenaran yang sebenarnya, menemukan
jalan yang lurus yang diridhai oleh Allah SWT, menerima kebenaran yang
dibawanya, membuka selubung yang menutup mata mereka sehingga
mereka dengan rela dan penuh rasa ikhlas mengakui kebenaran apa yang
dibawa oleh Rasulullah saw itu. Mereka juga di anjurkan berpikir dan
merenung didalam suasana yang tenang hanya cukup seorang, atau berdua,
berkelompok, karena biasanya apabila berkumpul beramai-ramai, pikiran
sering terganggu atau tidak konsentrasi, sehingga apa yang dipikirkan dan
direnungkan itu tidak tentu arah dan tujuannya, tidak sampai kepada
sasaran yang diinginkan dan apa yang dicita-citakan. Dan dalam ayat ini
Allah SWT menegaskan bahwa Muhammad teman mereka itu bukanlah
seorang yang gila tidak ada sedikitpun penyakit gila padanya dan dia bukan
pula seorang pembohong, tetapi Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang
pemberi peringatan agar mereka itu tidak diTeampa azab yang keras akibat
keingkaran dan kedurhakaan mereka terhadap perintah-perintah Allah
subhanahu wa ta’ala Hal ini ditegaskan juga dalam suatu hadis sabda
Rasulullah saw. : Sesungguhnya saya ini pemberi peringatan bagi engkau
sekalian sebelum (menghadapi) azab yang keras. (H.R. Bukhari dari Ibnu
Abbas).91
Jadi dalam tafsir Qur'an surat Saba' ayat 46 ini dijelaskan tentang
perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk memperingatkan
kepada orang-orang kafir, agar jangan mendustakan kerasulan Nabi
Muhammad saw dan al-Qur'an yang dibawanya, dan Allah SWT
memerintahkan kepada mereka untuk menghadap Allah dengan penuh rasa
ikhlas, memikirkan dan merenungkan dengan sungguh-sungguh apa yang
telah dibawa oleh Nabi Muhammad, dipikirkan dengan sendiri-sendiri, atau
berdua-berdua, semoga dengan mereka berpikir mereka dapat mencapai
kebenaran yang sebenarnya. Allah SWT juga menegaskan bahwa Nabi

91
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Syekh, Tafsir Ibnu Katssir,
Op.cit., hlm.584
45

Muhammad saw. teman mereka itu bukanlah seorang yang gila, tidak ada
sedikitpun penyakit gila pada Nabi Muhammad saw., dan Nabi Muhammad
saw bukanlah seorang pembohong, beliau hanyalah seorang pemberi
peringatan agar mereka tidak di Teampa azab yang keras karena ulah
kesalahan mereka.

c. Hasil analisis peneliti mengenai pendekatan saintifik dalam tafsir QS. Saba
ayat 46
Dalam tafsir Qur'an surat Saba' ayat 46 ini menjelaskan tentang perintah
Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk memperingatkan kepada orang-
orang kafir, agar tidak mendustakan kerasulan Nabi Muhammad saw dan al-
Qur'an yang dibawanya, dan Allah SWT memerintahkan untuk menghadap
Allah dengan penuh rasa ikhlas, memikirkan dan merenungkan dengan
sungguh-sungguh apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad, dipikirkan
dengan sendiri-sendiri, atau berdua-berdua, semoga dengan mereka berpikir
mereka dapat mencapai kebenaran yang sebenarnya. Allah SWT juga
menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw. teman mereka itu bukanlah
seorang yang gila, tidak ada sedikitpun penyakit gila pada Nabi Muhammad
saw., dan Nabi Muhammad saw bukanlah seorang pembohong, beliau
hanyalah seorang pemberi peringatan agar mereka tidak di Teampa azab yang
keras karena ulah kesalahan mereka.
Dalam pembelajaran siswa diajak untuk berpikir yang logis dan sistematis.
Siswa diajak untuk berpikir kritis tidak kolot atau tidak jumud, siswa juga
dituntut untuk berpikir ilmiyah berdasarkan fakta-fakta empiris. Dalam al-
Quran pembahasan terhadap manusia yang berpikir itu sangatlah banyak,
manusia menggunakan analoginya untuk meraih pengetahuan. Allah
memerintakan berulang-ulang dalam al-Quran pada manusia agar mereka
berpikir tentang dirinya, masyarakat, alam sekitar dan fenomena yang terjadi.
Dalam QS. Saba ayat 46 yang artinya “Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak
memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap
Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu
45

pikirkan ...”92 disana sangatlah jelas bahwa Allah memerintahkan kita untuk
berpikir dan ayat ini yang mendasarinya.
Seseorang dalam berpikir harus melalui beberapa syarat utama yaitu harus
bersungguh-sungguh, giat, bertanggung jawab, dan bermanfaat, apabila syarat
ini terpenuhi dalam proses berpikir, maka bagaimanapun hasilnya Allah akan
memberikan toleransi. Jika ada ada kekeliruan dalam berpikir, Allah tetap
memberinya pahala. Begitu mulianya Allah menciptakan manusia kerana
didalamnya ada kekuatan untuk berpikir. Dalam al Quran sangat tegas
mejelaskan bahwa kedudukan orang-orang yang tidak menggunakan akal dan
melenyapkannya hingga tidak berpikir, tidak memperhatikan, dan tidak
merenung serta tidak memanfaatkan alam semesta yang dianugerahkan Allah
sangatlah tercela.
Dalam pembelajaran, siswa menggunakan daya pikir mereka untuk
berpikir, selain itu guru berperan penting untuk memberikan motivasi dan
fasilitas untuk siswa dalam berpikirnya, guru memberikan sajian metode yang
menarik dan tepat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

5. Tafsir al-Qur'an Surat Fushilat ayat 37


a. Qur'an surat Fushilat ayat 37
ۡ ۡ
ِ ‫َّهار َوٱلش َّۡمس َوٱل َق َم ْۚر ََّل تَ ۡسجدواْ لِلش َّۡم‬
‫س َوََّل لِل َق َم ِر‬ ۡ ِِ ۡ ِ
َ ‫َومن ءَايََٰته ٱلَّيَ َوٱلن‬
ْۤ ۡ
٣٣ ‫ٱسجدواْ لِلَّ ِْۤه ٱلَّ ِذي َخلَ َقه َّن إِن كنت ۡم إِيَّاه تَ ۡعبدو َن‬‫َو‬
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang,
matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi
sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak
sembah.93

b. Tafsir surat Fushilat ayat 37

‫«ومن آياته الليَ والنهار والشمس والقمر َّل تسجدوا للشمس وَّل للقمر‬

92
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 434
93
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 481
45

.»‫واسجدوا لله الذي خلقهن» أي اآليات اۡلربع «إن كنتم إياه تعبدون‬

Artinya: (Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam,


siang, matahari, dan bulan. Janganlah kalian bersujud kepada matahari
dan jangan pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang
menciptakannya) yang telah menciptakan keempat tanda-tanda tersebut
(jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah.).94

Maksud dari tafsir Qur'an surat Fusshilat ayat 37 ini menjelaskan bahwa
diantara kekuasaan Allah terhadap makhluk-Nya adalah pergantian diantara
malam dengan siang.95 Sebagaimana yang telah kita ketahui pada beberapa
ayat yang sebelumnya dan kita alami setiap masa adalah sangat erat
hubungannya dengan diri kita sendiri. Pergantian malam dengan siang
adalah siklus dalam hidup kita. Akan naik atau jatuh, akan jaya atau runtuh.
Matahari dan bulanpun demikian. Terbitnya matahari menandakan siang;
maka ramailah orang yang melakukan segala aktivitas berusaha mencari
penghidupan. Sedangkan terbenamnya Matahari segala sesuatu menjadi
gelap dan haripun malam, dan alampun kelam. Manusia tidak bergerak lagi
karena kesepian malam. Sebab itu ada orang menyangka bahwa peredaran
mataharilah yang menentukan hidup kita. Hari itu sendiri di dalam bahasa
kuno artinya ialah Tuhan. Matahari berarti Mata dan Tuhan. Sebab itu maka
datanglah sabda Tuhan selanjutnya. "Janganlah kamu sujud kepada
matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi sujudlah Kepada Allah Yang
Menciptakan semuanya itu, jikalau adalah kamu kepada-Nya saja hendak
menyembah." Sebab malam dan siang, matahari dan bulan, bukanlah Tuhan
semuanya itu hanyalah tanda kekuasaan Allah. Mereka sendiri tidaklah
bergerak, tidaklah beredar kalau Allah tidak mengizinkan. Apalagi masih
banyak makhluk Allah, alam lain yang berlipat ganda beribu kali besarnya
dari matahari dan bulan itu. Bahkan yang satu juta kalinya matahari

94
Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Tafsir Jalalain, Op.cit, hlm.393
95
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath –Thabari, diterjemahkan oleh
Misbah, dkk, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009) hlm. 758
45

besarnya. Oleh sebab itu tumpukanlah sembahanmu kepada Allah SWT,


Tuhan semesta Alam yang Maha Pencipta segalanya. 96
Menurut Tafsir yang ditulis oleh Team Departemen Agama Republik
Indonesia, ayat ini menjelaskan bahwa diantara tanda-tanda kebesaran dan
kekuasaan Allah yaitu adanya malam sebagai waktu istirahat, siang sebagai
waktu bekerja dan berusaha, matahari yang memancarkan sinarnya, bulan
yang bercahaya, Dia yang mengatur perjalanan planet-planet pada garis
edarnya di cakrawala sehingga dengan demikian diketahui perhitungan
tahun, bulan, hari, dan waktu.97
Setelah Allah SWT menerangkan tanda-tanda kekuasaan dan
kebesaran-Nya, Dia memperingatkan hamba-hamba-Nya, agar jangan
sekali-kali bersujud kepada tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya itu,
seperti bulan, bintang, matahari dan sebagainya. Jangan sekali-kali
memuliakan dan menyembah dan mengganggap ada kekuatan gaib
padanya. Karena semuanya itu hanyalah Allah Yang Menciptakan,
Menguasai, Mengatur, dan menentukan ada atau tidaknya. 98
Ayat ini menerangkan dan mengingatkan bahwa manusia adalah
makhluk Allah yang paling mulia diantara makhluk-makhluk yang
diciptakan-Nya. Karena itu tidak pantas manusia memuliakan, menganggap
keramat dan menghormati makhluk Allah yang lebih rendah daripada-Nya.
Yang patut disembah, dimuliakan dan dihormati oleh sesuatu yang paling
berkuasa dan paling mulia adalah Allah SWT. Seandainya ada manusia yang
menyembah dan memuliakan makhluk, selain Allah SWT berarti manusia
itu telah merendahkan dirinya sendiri. 99
Dalam buku Scientifik Indications in the Holy Qur'an dijelaskan bahwa
malam dan siang adalah tanda-tanda Allah, matahari dan bulan juga adalah
sebagi tanda-tanda kekuasaan Allah, Banyak orang yang memuja matahari

96
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001) Juz 24, hlm. 245
97
Sunhadji, dkk (Team Departemen Agama Republik Indonesia), al-Qur'an dan Tafsirnya
UII, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990) Jilid VIII, Juz 22-24, Cet-1, hlm. 667
98
Ibid.
99
Ibid., hlm. 668
44

dan bulan, sedangkan Allah Yang Menciptakan dan Memelihara dunia, dan
Allah lah satu-satu-Nya yang layak untuk disembah.100
Syekh Thantawi menjelaskan dalam tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an
al-Karim, Allah SWT berfirman dan firman-firman Allah di kumpulkan
dalam al-Qur'an, "Dari sebagian ayat-ayat-Nya ialah malam dan siang,
matahari dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan bulan,
karena mereka adalah makhluk, sama seperTeamu". Mengenai hal ini telah
dikembangkan dan dijabarkan sebelumnya ketika meringkas interpretasinya
dalam surat pertama. Dan Allah berfirman, " Sujudlah kepada Allah Yang
Menciptakan semua makhluk" dari empat hati nurani "Jikalau adalah kamu
kepada-Nya saja hendak menyembah". Dan janganlah melanggar untuk
bersujud atau lebih spesifiknya adalah beribadah, kepada matahari dan
bulan, mereka berfikir dengan bersujud kepada matahari dan bulan lebih
dekat dengan Allah, padahal itu membuatnya sesat.101
Qur'an surat Fussilat ayat 37 ini juga adalah ayat yang mempertegas
jawaban pertanyaan atau kejanggalan dari Nabi Ibrahim ketika proses
mencari tuhan. Nabi Ibrahim as. oleh Allah SWT dibekali dengan akal dan
pikiran yang sangat baik dan murni, sehingga beliau dapat menemukan
kejanggalan-kejanggalan dalam hidupnya. Nabi Ibrahim mempunyai ayah
yang bernama Aazar bin Tahur, Ayah Nabi Ibrahim adalah seorang pemahat
atau pembuat berhala, ayahnya Nabi Ibrahim adalah penyembah berhala.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Nabi Ibrahim telah dibekali akal
dan pikiran yang murni oleh Allah, maka Nabi Ibrahim mendapat
kejanggalan dari apa yang telah disembah oleh ayahnya. Menurut Nabi
Ibrahim berhala dalah patung yang dibuat oleh manusia, dan berhala adalah
benda mati, tidak dapat memberikan manfaat untuk manusia, menurutnya
lebih bermanfaat manusia dibandingkan berhala itu. Setelah itu Nabi
Ibrahim mulai berpikir ketika melihat alam semesta, Nabi Ibrahim mulai

100
Muhammad Abdur Rab, Op.Cit., hlm. 477
101
Thantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim, (Beirut (Lebanon): Mu'sasah
Musthafa al-Babi al-Halabi, 1998) Juz 19, Jilid 10, hlm.96
44

mengira bahwa bintang merupakan Tuhan yang pantas disembah olehnya.


Setelah merenungi kembali Nabi Ibrahim melihat Bulan lebih dekat dan
bersinar lebih terang dibandingkan bintang, lalu Nabi Ibrahim mengira
bahwa bulanlah sebagai Tuhan yang pantas untuk disembah, Namun ketika
siang hari bulan dan bintangpun tidak bersinar lagi, di siang hari Nabi
Ibrahim melihat matahari yang bersinar lebih kuat dan lebih besar
dibandingkan bulan, disana Nabi Ibrahim berpendapat bahwa mataharilah
Tuhan yang pantas untuk disembah. Namun beliau kembali kecewa lantaran
matahari kembali hilang ketika malam. Karena Allah telah membekali Nabi
Ibrahim akal dan pikiran yang sangat baik dan murni, dengan izin Allah
Nabi Ibrahim berhasil menemukan bahwa Allah lah Yang Maha Esa dan
pantas untuk disembah sebagai pemilik alam semesta dan seisinya. 102
Dari keyakinan Nabi Ibrahim yang memiliki keyakinan bahwa Allah
SWT yang pantas untuk disembah, Nabi Ibrahim ingin menyampaikan
kepada orang-orang dan mengajak orang-orang yang menyembah berhala
untuk menyembah Allah SWT, dan Nabi Ibrahim ingin menyampaikan
kepada orang-orang musyrik bahwa Allahlah yang Maha Esa, Tuhan
pemilik alam semesta beserta isinya, dan Allah lah yang pantas untuk
disembah. 103
Jadi singkatnya dalam tafsir Qur'an surat Fusillat ayat 37 ini, Allah telah
memberikan proses pembelajaran kepada Nabi Ibrahim dalam proses
pencarian Tuhan, dan Allah juga telah memberikan jawaban dan keyakinan
kepada Nabi Ibrahim bahwa Allah yang pantas untuk disembah dan Allah
Maha Esa pemilik alam semesta berseta isinya. Allah juga memerintahkan
Nabi Ibrahim untuk menyampaikan kepada orang-orang musyrik bahwa
Allah yang pantas untuk disembah dan Allah Maha Esa pemilik alam
semesta berseta isinya dan mengajak orang-orang tersebut untuk
menyembah Allah.

102
http://ipospedia.com berita islami, Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan dan Kebenaran
Secara Singkat, (2018) diakses pada hari Rabu, 17 Juli 2019, pukul 22.00 WIB
103
Ibid
44

c. Hasil analisis peneliti mengenai pendekatan saintifik dalam tafsir QS.


Fusshilat ayat 37
Dalam al-Qur'an surat Fusshilat ayat 37 ini menjelaskan tentang kekuasaan
Allah mengenai pergantian diantara malam dengan siang. Pergantian malam
dengan siang adalah siklus dalam hidup kita. Akan naik atau jatuh, akan jaya
atau runtuh. Matahari dan bulan juga demikian. Terbitnya matahari
menandakan siang; maka ramailah orang yang melakukan segala aktivitas
berusaha mencari penghidupan. Sedangkan terbenamnya Matahari segala
sesuatu menjadi gelap dan haripun malam, dan alampun kelam. Manusia tidak
melakukan aktivitas dan mereka beristirahat. Sebab itu ada orang menyangka
bahwa peredaran mataharilah yang menentukan hidup kita. Hari itu sendiri di
dalam bahasa kuno artinya ialah Tuhan. Matahari berarti Mata dan Tuhan.
Sebab itu maka datanglah sabda Tuhan selanjutnya. "Janganlah kamu sujud
kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi sujudlah Kepada Allah
Yang Menciptakan semuanya itu, jikalau adalah kamu kepada-Nya saja
hendak menyembah".104 Sebab malam dan siang, matahari dan bulan, bukanlah
Tuhan semuanya itu hanyalah tanda kekuasaan Allah. Mereka sendiri tidaklah
bergerak, tidaklah beredar kalau Allah tidak mengizinkan.

Ayat ini juga mempertegas jawaban pertanyaan atau kejanggalan dari Nabi
Ibrahim ketika proses mencari Tuhan. Ketika itu Nabi Ibrahim merasakan
kejanggalan terhadap apa yang disembah oleh ayah dan orang-orang di
sekitarnya, dengan pemikiran murni dari akalnya yang telah dibekali oleh
Allah, Nabi Ibrahim mulai berpikir dan melihat alam semesta seperti matahari,
bulan dan bintang itu adalah Tuhan, namun Nabi Ibrahim juga merasa heran
dan berpikir kembali, mengapa matahari hilang ketika di malam hari, bulan dan
bintang menghilang ketika di siang hari, ini semua pasti ada yang

104
http://ipospedia.com berita islami, Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan dan Kebenaran
Secara Singkat, (2018) diakses pada hari Rabu, 17 Juli 2019, pukul 22.00 WIB
44

menciptakannya. Disanalah Nabi Ibrahim as. meyakini bahwa Allah adalah


Tuhan pencipta seluruh alam dan Tuhan yang harus disembah.105

Dari proses pencarian Tuhan yang di lakukan oleh Nabi Ibrahim ini apabila
di kaitkan dalam pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencari informasi, melakukan pengamatan dan menyimpulkan informasi yang
siswa peroleh. Setelah menyimpulkan informasi siswa menyampaikan atau
mengkomunikasikan hasil yang mereka peroleh.

Mengkomunikasikan dalam pendekatan saintifik merupakan tahapan yang


ke lima. Mengkomunikasikan adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
menyampaikan hasil pengamatan, menyimpulkan hasil analisis secara lisan,
tertulis atau disampaikan melalui media lainnya. Dalam pembelajaran tahapan
mengkomunikasikan dalam pendekatan saintifik ini mengembangkan
kompetensi siswa dalam bersikap jujur, teliti, toleransi, berpikir kritis,
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan jelas dan singkat, selain itu
mengembangkan kompetensi siswa dalam menata bahasa yang baik dan benar.
Dari proses pembelajaran ini diharapkan siswa berkomitmen terhadap
keyakinannya. Dan bisa menerapkan sikap-sikap di atas dalam kehidupan
sehari-hari.

Keyakinan Nabi Ibrahim terhadap Tuhannya adalah Allah merupakan


pembelajaran yang memberikan hasil serta tujuan. Sebagaimana dalam Qur'an
Surat Fusshilat ayat 37 “Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan
janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang
menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah (QS
Fusshilat:37).106

Proses pembelajaran ini menyiapkan siswa selaku generasi penerus


Memiliki kepercayaan diri, dalam melakukan pengamatan, membuat

105
Ibid.
106
Op.Cit., Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
(Jakarta: Maghfiroh Pustaka, 2006) hlm. 481
44

kesimpulan, dan menyampaikan pendapat. Kita selaku pendidik atau guru


berperan untuk menjadi motivator dan fasilitator. Dan kita selaku guru tidak
memberikan komentar negatif yang mematahkan semangat siswa. Apabila
siswa terdapat kesalahan dalam penyampaian kita selaku guru harus memberi
pemahaman yang baik tanpa menyinggung dan mematahkan semangat siswa.
Karena tugas dari guru adalah memberikan motivasi dan menjadi fasilitator
untuk siswanya. Jadi ayat ini dapat menimbulkan sebuah pengamatan dan
menghasilkan sebuah kesimpulan yang harus dikomunikasikan.
BAB V
PENUTUP
Pada Bab penutup dalam penelitian ini, penulis menyajikan kesimpulan
berdasarkan analisis hasil penelitian dan memberikan saran untuk perbaikan ke
depannya.

A. Simpulan

Sebagaimana yang telah dituliskan sebelumnya peneliti melakukan


penelitian tentang "Konsep Pendekatan Saintifik dalam Perspektif Tafsir Al-
Qur'an" yang terfokus pada QS al-Alaq : 1-5, QS an-Nahl : 43, QS al-Baqarah : 22,
QS Saba : 46, QS Fusilat : 37. Adapun hasil dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa :

Pendekatan saintifik adalah salah satu cara untuk menyukseskan


implementasi dari kurikulum 2013. Pedenkatan saintifik itu sendiri meliputi lima
tahapan yaitu; Mengamati (Observing), Menanya (Questioning), Mencoba
(Experimenting), Menalar (Associating), dan Mengkomunikasikan
(Communicating).

Pendekekatan saintifik dalam perspektif tafsir al-Qur'an :


ۡ ۡ
a) Pada QS al-Alaq : 1-5 terdapat dua kata kunci yaitu ‫ ٱق َرۡأ‬yang artinya bacalah,

dan kata ‫ۡقَلم‬artinya pena, dapat dijelaskan bahwa ini merupakan perintah Allah

kepada manusia untuk membaca dengan menyebut nama Allah, yaitu membaca
yang tersurat seperti al-Qur'an dan yang tersirat seperti alam semesta. Dengan
membaca bisa membuat seseorang bergerak untuk bertanya, melakukan
pengamatan dan mengembangkan ilmunya dengan berfikir, setelah mendapat
pengetahuan maka pengetahuan itu akan dikomunikasi salah satunya
menyampaiannya ditulis menggunakan pena kepada yang lain agar semakin
berkembang ilmu pengetahuan tersebut. Jadi jelas dalam surat ini terdapat 5
langkah-langkah pendekatan saintifik.

98
89

b) Pada Qs. an-Nahl : 43, terdapat ayat yang berbunyi Kami tidak mengutus
sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu, ayat ini
mengandung makna dan dapat menimbulkan sebuah pengamatan dan
pertanyaan. Dan dalam ayat ini juga terdapat kalimat Maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui, disini jelas
bahwa Allah memerintah kita untuk bertanya kepada orang yang memiliki
pengetahuan apabila kita tidak mengetahui. Jadi dalam ayat ini terdapat dua
langkah dalam pendekatan saintifik yaitu, mengamati dan menanya.
c) Pada Qs. al-Baqarah: 22; Allah SWT menjadikan bumi sebagai hamparan dan
langit sebagai atap, dan menurunkan air hujan dari langit yang menghasilkan
buah-buahan sebagai rezeki untuk manusia. Allah menciptakan semuanya untuk
manusia, agar manusia memperhatikan proses penciptaan itu, merenungkan,
mempelajari, dan mengolahnya, sehingga bermanfaat bagi seluruh umat manusia
sesuai dengan yang telah diturunkan Allah. Karena Allah yang memberikan
nikmat-nikmat itu, maka manusia wajib menyembah Allah SWT saja. Dari
penjelaskan di atas dapat di artikan bahwa perintah Allah itu selaras dengan
langkah-langkah yang ada dalam pendekatan saintifik.
d) Qs. Saba: 46, dari ayat tersebut dijelaskan bahawa Allah SWT memerintahkan
kita untuk berfikir, dan dalam pendekatan saintifik berfikir itu sama seperti
tahapan menalar.
e) Qs. Fushilat: 37; Malam dan siang, matahari dan bulan, bukanlah Tuhan
semuanya itu hanyalah tanda kekuasaan Allah. Mereka sendiri tidaklah
bergerak, tidaklah beredar kalau Allah tidak mengizinkan. Ayat ini juga
mempertegas jawaban pertanyaan atau kejanggalan dari Nabi Ibrahim ketika
proses mencari Tuhan. Isi ayat ini akan menimbulkan sebuah pengamatan dan
menghasilkan sebuah kesimpulan yang harus dikomunikasikan. Pengamatan
dan kumikasi itu adalah suatu proses yang terdapat pada pendekatan saintifik.

B. Saran
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan sedikit sumbangan
berupa pemikiran yang digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu
89

pendidikan, bermanfaat sebagai acuan dalam pembelajaran dan menguatkan teori


yang sudah ada. Adapun saran yang dapat penulis sumbangkan antara lain:
1. Untuk lembaga sekolah, berikanlah inovasi dalam proses pembelajaran,
fasilitas seperti teknologi, seni dan mengintegritaskan antara ilmu
pengetahuan dan agama. Karena, sekolah memiliki peran yang besar dalam
membantu menciptakan generasi bangsa. Dengan demikian diharapkan dapat
mendorong kemampuan berfikir siswa secara kritis, kreatif, menambah rasa
ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan dan mengintegritaskan dengan Ilmu
Agama.
2. Sebagai seorang guru harus melakukan proses pembelajaran dengan baik,
menjadi fasilitator dan motivator. Guru mampu menjadi fasilitas bagi anak
didiknya agar dapat merekonstruksi kemampuan yang telah dimiliki. Selain
itu guru juga harus mampu memotivasi bagi siswa untuk selalu aktif meraih
prestasi. Dalam dalam pembelajarannya guru harus bisa mengintegrasikan
antara ilmu pengetahuan dan agama.
3. Untuk peneliti selanjutnya, karena keterbatasan yang dimiliki penulis, penulis
hanya menggunakan lima ayat saja yang diteliti, dan peneliti hanya
menggunakan kurang lebih 9 tafsir untuk melakukan penelitian ini, untuk itu
penulis berharap agar peneliti selanjutnya dapat memperbaiki kekurangan
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

A Sa’dullah, Analisis Metode dan Corak Tafsir Ijmali Karya Prof. Dr. Muhibbin
Noor, M.Ag. Skripsi UIN Semarang 2016: http://eprints.walisongo.ac.id
Senin, 25 Maret 2019 pukul : 19.42.

Abidin, Yunus. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.


Bandung: PT. Refika Aditama. 2014.

Ahmad, Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin. Tafsir Jalalain. Semarang :


Anugerah Ilahi. 1997.

al-‘Arid, Ali Hasan. Sejarah dan Metedoligi Tafsir. Terj. Ahmad Arkom. Jakrta:
PT Raja Graffindo Persada. 1994.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maragi. diterjemakan Bahrun Abubakar.


Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang. Cet ke-2, Juz XXX. 1993.

Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama Republik Indonesia. Jakarta:


Maghfiroh Pustaka. 2006.

Al-Sheikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq. Lubabut Tafsiir
Min Ibni Katsiir, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar, dk, Tarsir Ibnu
Katsir, Bogor: Pustaka Imam As-Syafi'i, Jilid 8, Cet- 1. 2005.

Jilid VI. 2004.

Aprison, Wedra, dk. Pendekatan Saintifik Melihat Arah Pembangunan Karakter


dan Peradaban Bangsa Indonesia. Ejurnal IAIN Tulung Agung 2017:
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id 17 Oktober 2018.

Arivida, Rista. Pendekatan Saintifik Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam


Perspektif Al-Qur’an. Skripsi 2016: http://digilib.uinsby.ac.id 11 April
2016.

49
49

Ar-Rifa'I, Muhammad Nasib. Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
yang diterjemahkan oleh Syihabbudin. Jakarta: Gema Insani Press, Jilid 1.
2012.

Press. 2002.

Ath-Thabari, Abu Ja'far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath –Thabari, diterjemahkan
oleh Misbah, dkk. Jakarta: Pustaka Azzam. 2009.

Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir. Jakarta: Gema Insani. 2013.

Budiyanto, Moch. Agus Krisno. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam


Pembelajaran di Pendidikian Dasar di Malang. Jurnal UNS 2016:
https://jurnal.uns.ac.id 18 Juli 2017.

Dedi. Langkah-langkah Pembelajaran Scientifik. http://dedi26.blogspot.com 25


Maret 2019.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur'an dan Tafsirnya. Yogyakarta :


PT. Dana Bhakti Wakaf. Jilid 1 Juz 1-3. 1991.

E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung, PT. Remaja


Rosdakarya. 2016.

. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, Cet- 6. 2015.

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, Juz XII-XIV, Cet 1, 1982.

. Juz 'Amma Tafsir Al-Azhar. Depok: Gema Insani. Cet ke-1. 2015.

. Tafsir Al-Azhar. Jakarta : Pustaka Panjimas, Juz 24. 2001.

. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, Juz XXII, Cet 1, 1998.

Hamruni. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. 2012.

Harun, Salman. Tafsir Tarbawi (Nilai-nilai Pendidikan dalam al-Qur'an). UIN


Jakarta Press. 2013
49

Hasan, Hamka. Metedologi Penelitian Tafsir Hadis. Jakarta : Lembaga Penelitian


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.

Herlanti, Yanti. Pembelajaran Tematik Menggunakan Sainstifik dan Penilaian


Otentik. Jakarta : UIN Press. 2015.

Iqbal, Mashuri Sirrojuddin, dk. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Angkasa, 2005.

Karisma, Sellya. Aspek Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pada QS.Al-


Baqarah. Theses UIN Malang: 2015. http://etheses.uin-malang.ac.id 27 Juni
2016.

Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan dan Kebenaran Secara Singkat. Berita Islami.
2018: http://ipospedia.com Rabu, 17 Juli 2019. pukul 22.00 WIB.

Kusaeri, Telaah Epistemologis Pendidikan Saintifik Mata Pelajaran Pendidikan


Agama Islam. Jurnal Studi KeIslaman. Surabaya. 2015.
http://islamica.uinsby.ac.id 08 Juni 2016.

Marzuki, dkk. Strategi Implementasi Pendekatan Saintifk Dalam Pembelajaran


Tematik di Sekolah Dasar Negeri Kota Sintang. Jurnal Untan 2015:
http://jurnal.untan.ac.id 04 November 2018.

Munawarroh, Djunaidatul, dk. Filsafat Pendidikan Prespektif Islam Dan Umum.


UIN Jakarta Press. 2003.

Nawawi, Asy-Syaikh Muhammad. Tafsir Al-Munir (Marah Labid). diterjemahkan


oleh Bahrun Abu Bakar,dkk. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Cet ke-1.
Jilid 6. 2016.

Nisa. BAB II Kajian Teori Pengertian Kurikulum secara Etimolog. Skripsi UIN
Surabaya (Surabaya. 2013) http://digilib.uinsby.ac.id>bab2 .

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 65


Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Bab
II Karakteristik Pembelajaran.
49

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. nomor 67 Tahun 2013. Tentang


Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah
Ibtidaiyah.

Peraturan Pemerintah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013.

Peraturan Pemerintah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan


Nasional pasal 1 ayat 20.

Prastowo, Andi. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik


Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI. Jakarta: Prenada
Media Group. 2015.

Pribadi, Benny A. Model Desain Sistem Pembelajaran. PT. Dian Rakyat. 2011.

Rab, Muhammad Abdur. Scientific Indications in the Holy Qur'an. Dhaka: Islamic
Foundation Bangladesh. 2004.

Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2016.

Sa’adillah, Rangga. Pendekatan Saintifik dalam Perspektif Pendidikan Islam.


Skripsi UIN Surabaya 2015: http://digilibi.uinsby.ac.id/id/eprint/846 16
Februari 2015.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana


Prenadamedia Group. 2013.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati. Vol.11. 2002.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an.


Jakarta: Lentera Hati, 2001.

. Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati, Vol.11. 2002.

Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan. 2014.

Shihab, Umar. Kontekstualitas Al-Qur’an. Penamadani: Jakarta. 2005.


49

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.


2016.

Sunhadji, dkk,.Team Departemen Agama Republik Indonesia. al-Qur'an dan


Tafsirnya UII. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, Jilid 1 Juz 1-3. 1991.

. Team Departemen Agama Republik Indonesia. al-Qur'an dan


Tafsirnya UII. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, Jilid V, Juz 13-15, 1990.

. Team Departemen Agama Republik Indonesia. al-Qur'an dan


Tafsirnya UII. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf. Jilid VIII, Juz 22-24, Cet-
1. 1990.

. Team Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur'an dan


Tafsirnya. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf. Juz 30. 1991.

Team Kementrian Agama RI & LIPI. Tafsir Ilmi (Mengenal Ayat-ayat Sains dalam
Al-Qur'an). Jakarta: Widya Cahaya. 2015.

Thantawi. al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim, Beirut Lebanon: Mu'sasah


Musthafa al-Babi al-Halabi, Juz 1, Jilid 1, 1998.

. Juz 16, Jilid 8, 1998.

. Juz 19, Jilid 10. 1998.

. Juz 25, Jilid 13. 1998.

Ummah, Ananda Rahmatul., dkk. Buku Karya Mahasiswa PAI UIN Jakarta.
Perencanaan Pembelajaran. 2015.
BIODATA PENULIS
NURSYIFA FAUZIYAH SAFARI
dilahirkan di Sukabumi, pada 09 Juni 1997, Anak
pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak
Asep Safari dan Ibu Nuraisah. Ia berasal dari
Sukabumi, yang beralamatkan di Jl. Veteran no.1,
Kp.Gunungguruh, Desa. Cikujang, Kec.
Gunungguruh, Kab.Sukabumi, Jawa Barat. Dan
sekarang berdomisili di Jl. Kertamukti, Gg. H. Nipan
RT 01/08 No.67, Pisangan, Ciputat, Tangerang

Selatan, Banten 15419 Riwayat Pendidikan penulis, penulis pernah sekolah di RA.
Nuurusshibyan pada tahun 2000-2003, SDN 4 Gunungguruh Sukabumi pada tahun
2003-2009, MTs. Al-Falah Sukabumi pada tahun 2009-2012, MAN 1 Kota
Sukabumi pada tahun 2012-2015, selanjutnya pada tahun 2015 melanjutkan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan Jurusan PAI
(Pendidikan Agama Islam).

Penulis menyelesaikan Skripsi dengan Judul "Pendekatan Saintifik dalam


Perspektif Tafsir Al-Qur'an" sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Agama Islam.

You might also like