You are on page 1of 12

Pengorganisasian Dalam Pendidikan Islam {91

PENGORGANISASIAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

QURRATA AKYUNI
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh,
E-mail: akyuni.qurrata@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kajian ini membahas pentingnya pengorganisasian dalam pendidikan,
pengorganisasian dibutuhkan untuk mencapai tujuan suatu lembaga
pendidikan. Lembaga pendidikan sudah semestinya mempunyai organisasi
yang baik agar tujuan pendidikan tercapai sepenuhnya. Dengan organisasi
yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan
kekuasaan yang berlebihan (otoriter), suasana kerja dapat lebih berjiwa
demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang
bertanggung jawab. Dalam Islam, amanah harus diberikan kepada orang-
orang yang berhak yaitu orang-orang yang memiliki kompetensi intelektual
dan manajerial, dalam organisasi harus diberi amanah dalam jabatan tertentu
sesuai kemampuannya.

Kata Kunci: Pengorganisasian, Pendidikan Islam

A. PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk multidimensional. Oleh karena
itu banyak sebutan yang diberikan kepadanya misalnya manusia
sebagai makhluk ekonomi, makhluk sosial, makhluk iptek, makhluk
imtaq dan makhluk organisasional. Manusia adalah makhluk
organisasi, oleh karena itu begitu ia dilahirkan ke dunia ini ia menjadi
anggota organisasi genetis yang disebut anggota organisasi keluarga.
Di samping itu begitu manusia lahir ia juga langsung menjadi anggota
92}
Vol.10, No. 2, Juli 2018

rukun tetangga, rukun warga, kelurahan, kecamatan, kabupaten,


provinsi dan warga negara Indonesia bahkan menjadi warga dunia.
Jadi manusia sejak dilahirkan tidak dapat dipisahkan dari
organisasi, manusia disebut makhluk organisasi karena sejak lahir
manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Setiap
hari manusia berhubungan dengan organisasi walaupun pengalaman
organisasi itu ada yang menyenangkan ataupun tidak, ada yang
positif dan ada pula negatif, tetapi manusia tetap saja memerlukan
organisasi. Adanya pertentangan ini sebagai konsekuensi bahwa
manusia pada hakikatnya tidak sama atau penuh dengan perbedaan.
Perbedaan ini terjadi antara lain karena latar belakang pendidikan,
pengalaman, status sosial ekonomi, budaya, usia, dan sebagainya.
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur
atau susunan yaitu dalam penyusunan/penempatan orang-orang
dalam suatu kelompok kerjasama, dengan maksud menempatkan
hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak
dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan
tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola
kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.

B. Pembahasan
1. Pengertian Pengorganisasian
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama
yaitu sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya
sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-
badan pemerintahan. Kedua merujuk pada proses pengorganisasian
yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para
anggota sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif.
Pengorganisasian Dalam Pendidikan Islam {93

Sedangkan organisasi itu sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan


orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Handoko pengorganisasian yaitu;
1. Perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai suatu tujuan organisasi.
2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang
secara logika dapat dilaksanakan untuk satu orang.
3. Pengadaan atau pengembangan suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan pekerjaan anggota organisasi menjadi
kesatuan yang terpadu dan harmoni.1

Ditambahkan oleh Handoko pengorganisasian ialah


pengaturan kerja bersama sumber daya keuangan, fisik, dan manusia
dalam organisasi. Pengorganisasian merupakan penyusunan struktur
organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang
dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya.
Menurut Melayu S.P. Hasibuan:
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan,
pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang
pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan,
menetapkan wewenang yang secara relatif yang didelegasikan
kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas
tersebut.2

Organisasi menurut Wendrich dalam Husaini Usman


Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan adalah proses mendesain
kegiatan-kegiatan dalam struktur organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.3 Sedangkan Sutarto mendefinisikan organisasi

1
Handoko. T. Hani, Manajemen, (Yogyakarta:BPFE, 2003), hal. 168.
2
Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 118.
3
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), hal. 128.
94}
Vol.10, No. 2, Juli 2018

sebagai kumpulan orang, proses pembagian kerja, dan sistem kerja


sama atau sistem sosial.4
Meskipun para ahli manajemen memberikan definisi berbeda-
beda tentang organisasi, namun dapat kita simpulkan bahwa
organisasi merupakan proses kerja sama dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Definisi ini
bersifat umum dan berlaku bagi semua organisasi termasuk organisasi
pendidikan.
Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam
tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada
orang yang sesuai dengan kemampuannya dan mengalokasikan
sumber daya serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas
pencapaian tujuan organisasi.
2. Tujuan dan Manfaat Organisasi
Sebuah organisasi harus memiliki tujuan yang jelas, jika tidak
maka organisasi tersebut tidak akan terarah. Manusia perlu
berorganisasi dengan beberapa tujuan, menurut Karta Sapoetra tujuan
organisasi diantaranya:
a) Organizing yang efektif akan menyebabkan masing-masing
anggota suatu organisasi mengetahui kelompok-kelompok
aktivitas apa yang dilaksanakan.
b) Dengan organizing yang tepat, akan didapat ketegasan, kejelasan
dalam hubungan-hubungan kerja dalam suatu organisasi.
c) Hubungan yang tetap dan diinginkan diantara aktivitas-aktivitas
dan pelaksanaan akan tercapai, organizional ini jauh lebih besar
manfaatnya dari pada sekelompok usaha-usaha individual.
d) Organizing yang baik berarti juga pendelegasian wewenang
dilakukan dengan mantap, sehingga mereka menerima limpahan
wewenang yang dapat bertanggung jawab.

4
Husaini Usman, Manajemen…, hal 129.
Pengorganisasian Dalam Pendidikan Islam {95

e) Organizing yang efektif berarti pemanfaatan dengan sebaik


mungkin komponen manusia dan hubungan yang tepat antara
pekerjaan tertentu, orang-orang, pelaksanaan dan fasilitas diteliti
lebih lanjut dan diseimbangkan sedemikian rupa sehingga dapat
diperoleh efektifitas dan efisiensi kerja.5

3. Proses Pengorganisasian
Ernest Dale dalam Nanang Fatah Landasan Manajemen
Pendidikan memberikan pengorganisasian sebagai sebuah proses yang
berlangkah jamak. Proses pengorganisasian itu sebagai berikut:
a) Perincian pekerjaan
b) Pembagian kerja
c) Penyatuan pekerjaan
d) Koordinasi pekerjaan
e) Monitoring dan Reorganisasi6

Tahap pertama, yang harus dilakukan dalam merinci pekerjaan


adalah menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi. Tahap kedua, membagi seluruh beban kerja
menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh
perseorangan atau perkelompok. Di sini perlu diperhatikan bahwa
orang-orang yang akan diserahi tugas harus didasarkan pada
kualifikasi tidak dibebani terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan.
Tahap ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara
yang rasional dan efisien. Pengelompokan tugas yang saling berkaitan
jika organisasi sudah membesar atau kompleks. Penyatuan kerja ini
biasanya disebut departementalisasi.
Tahap keempat, menetapkan mekanisme kerja untuk
mengkoordinasikan pekerjaan dalam suatu kesatuan yang harmonis.
Pada setiap orang dan setiap bagian melaksanakan pekerjaan atau
aktivitas kemungkinan timbul konflik di antara anggota dan

5
G. Karta Sapoetra, Dasar-dasar Manajemen Perusahaan, (Bandung:
Armico, 1982), hal. 42.
6
Nanang Fatah, Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1996), hal. 72.
96}
Vol.10, No. 2, Juli 2018

mekanisme pengkoordinasian memungkinkan setiap anggota


organisasi untuk tetap bekerja efektif. Tahap kelima, melakukan
monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan dan meningkatkan efektivitas. Karena
pengorganisasian merupakan suatu proses yang berkelanjutan.
Diperlukan penilaian ulang terhadap keempat langkah sebelumnya
secara terprogam atau berkala untuk menjamin konsistensi, efektif,
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan.

4. Struktur Organisasi
Pada struktur organisasi tergambar posisi kerja, jenis kerja
yang harus dilakukan, hubungan atasan bawahan, kelompok,
komponen atau bagian, tingkat manajemen dan saluran komunikasi.
Suatu struktur organisasi menspesifikasi pembagian kegiatan kerja
dan menunjukkan bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda
itu dihubungkan. Struktur itu juga menunjukkan hierarki dan struktur
wewenang organisasi serta memperlihatkan hubungan pelapornya.
Menurut Stoner struktur organisasi dibangun oleh lima unsur yaitu
spesialisasi, aktivitas, stantardisasi aktivitas, koordinasi aktivitas,
sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan serta ukuran
unit kerja.
Spesialisasi aktivitas mengacu pada spesifikasi tugas
perorangan dan kelompok di seluruh organisasi atau pembagian kerja
dan penyatuan tugas tersebut ke dalam unit kerja
(departementalisasi). Standar aktivitas merupakan prosedur yang
digunakan organisasi untuk menjamin kelayakgunaan aktivitas.
Banyak dari prosedur ini ditetapkan dengan memformulasikan
aktivitas dan hubungan dalam organisasi. Menstandardisasi berarti
menjadikan seragam dan konsisten pekerjaan yang harus dilakukan
bawahan, biasanya dengan menggunakan peraturan, uraian jabatan,
program seleksi, orientasi kerja dan keterampilan kerja.
Koordinasi aktivitas adalah prosedur yang memadukan fungsi-
fungsi dalam organisasi seperti fungsi primer dalam suatu badan
Pengorganisasian Dalam Pendidikan Islam {97

usaha, pemasaran, produksi dan penjualan merupakan fungsi garis


yang secara langsung menyumbangkan pada pencapaian tujuan
organisasi memerlukan koordinasi.7
Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan
mengacu pada lokasi kekuasaan pengambilan keputusan. Sentralisasi
adalah proses konsentrasi wewenang dan pengambilan keputusan
pada tingkat atas suatu organisasi. Sentralisasi dilakukan agar
diperoleh manfaat ekonomi dan pengendalian berbagai hal
berdasarkan kebijakan, prosedur dan pemantauan yang
distandarisasikan. Bawahan semata-mata sebagai pelaksana.
Keuntungan sistem sentralisasi antara lain pengaturan yang sama bagi
semua unit dalam organisasi. Kelemahannya bawahan tidak
berkembang dan putusan oleh atasan menyita waktu yang lama,
terlebih jika data ada pada bawahan. Untuk mengatasi hal itu
dilakukan pendelegasian wewenang pada semua tingkat organisasi
yang disebut desentralisasi. Desentralisasi vertikal adalah pembagian
wewenang formal berdasarkan garis komando (dari atas ke bawah).
Sedangkan desentralisasi horizontal memerlukan wewenang
bertindak tidak secara hierarki melainkan bergantung pada keahlian
(wewenang fungsional).
Desentralisasi semakin perlu manakala organisasi semakin
berkembang. Dengan berkembangnya organisasi maka organisasi
yang berdasarkan desentralisasi tidak dapat mewadahi masalah-
masalah yang timbul. Dengan demikian pengorganisasian
menyangkut penentuan pekerjaan, pembagian kerja, penetapan
mekanisme untuk mengkoordinasikan kegiatan. Salah satu hasil dari
proses ini struktur organisasi yang merupakan prosedur formal
manajemen organisasi. Struktur ini dibentuk sangat bergantung pada
tujuan organisasi dan strategi yang akan dipergunakan untuk
mencapai tujuan itu.

7
Nanang Fatah, Landasan Manajemen…, hal. 73.
98}
Vol.10, No. 2, Juli 2018

5. Organisasi Formal dan Nonformal


Organisasi sebagai wadah dapat bersifat formal dan dapat pula
bersifat nonformal, masing-masing mempunyai tujuan. Perbedaan
antara organisasi formal dan organisasi nonformal yaitu:
a. Formal:
1. Hubungan individu jelas(terstruktur dalam organisasi)
2. Pemimpin diangkat dengan surat keputusan
3. Pengendalian prilaku melalui penghargaan dan hukuman
4. Kapasitas pimpinan tergantung penghargaan dan hukuman
5. Resmi
b. Nonformal:
1. Hubungan individu tergantung kekeluargaan, kedekatan
pertemanan
2. Pemimpin dipilih tanpa surat keputusan
3. Pengendalian prilaku melalui pemenuhan kebutuhan
4. Kapasitas pimpinan tergantung kelompoknya
5. Tidak resmi8

6. Organisasi Sekolah
Organisasi merupakan aktivitas dalam membagi kerja,
mengelompokkan jenis pekerjaan, memberi wewenang, menetapkan
saluran perintah dan tanggung jawab kepada para pelaksana.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah semestinya
mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini
tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam
lingkungan sekolah adalah kepala sekolah, guru, karyawan dan
murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah
departemen yang bersangkutan. Di negara kita kepala sekolah adalah
jabatan tertinggi di sekolah, sehingga sebagai pemimpin kepala
sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia ditempatkan pada
tempat paling atas.
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas
dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah

8
Husaini Usman, Manajemen… hal. 180.
Pengorganisasian Dalam Pendidikan Islam {99

untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai


dengan kemampuan, fungsi dan wewenang yang telah ditentukan.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui
apa tugas dan wewenang kepala sekolah, tugas guru, tugas karyawan
sekolah.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala
sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter),
suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya
partisipasi aktif dari semua pihak yang bertannggung jawab.
Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui
kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS
(organisasi siswa intra sekolah). Oleh Karena itu dalam memikirkan
pembentukan organisasi sekolah maka fungsi dan peranan OSIS tidak
boleh dilupakan.9

7. Pengorganisasian Dalam Pandangan Islam


Pengorganisasian segala sumber daya untuk mengoptimalkan
kemampuan masing-masing pribadi hingga terwujud kerja sama
dalam mencapai tujuan melalui pelaksanaan rencana.
Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2 berfirman yang
artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan.”

Dalam kehidupan organisasi yang di dalamnya berisi


kumpulan sejumlah orang adanya pembagian bidang pekerjaan
adanya koordinasi di mana kerja sama berlangsung dan usaha
mencapai tujuan bersama(organisasi) yang sekaligus menampung
tujuan individu. Pembagian pekerjaan menciptakan adanya pemimpin
dan anggota di mana dengan otoritas dan keteladanannya

9
Suryo subroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta:Rineka Cipta,
2004), hal. 140.
100}
Vol.10, No. 2, Juli 2018

mempengaruhi para anggota untuk bekerja secara sukarela dan


bersama-sama mencapai tujuan.
Dalam surat An-Nisa’ ayat 58 yang artinya:
“Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil.
Sesungguhnya sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu.”

Suatu yang diwakilkan kepadanya dan menyadari benar bahwa ia


akan dimintai pertanggungjawaban tersebut di hadapan Allah. Orang-
orang yang menerima amanah berarti harus
mempertanggungjawabkannya kepada Allah dan organisasi yang
memberikan kepercayaan tersebut. Amanah harus diberikan kepada
orang-orang yang berhak yaitu orang-orang yang memiliki
kompetensi intelektual dan manajerial, dalam organisasi harus diberi
amanah dalam jabatan tertentu sesuai kemampuannya, sebab
profesionalisme sangat dihargai dalam Islam.

C. PENUTUP
Organisasi secara umum merupakan memberi struktur atau
susunan yaitu dalam penyusunan/penempatan orang-orang dalam
suatu kelompok kerjasama, dengan maksud menempatkan hubungan
antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan
tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas
dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola
kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

G. Karta Sapoetra, Dasar-dasar Manajemen Perusahaan, (Bandung:


Armico, 1982),
Habiburrahim, H. (2017). Developing an English Education
Department Curriculum. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 5(1), 1-14.
Pengorganisasian Dalam Pendidikan Islam {101

doi:10.26811/peuradeun.v5i1.114
Handoko. T. Hani, Manajemen, (Yogyakarta:BPFE, 2003)
Hughes, K., & Batten, L. (2016). The Development of Social and Moral
Responsibility in Terms of Respect for the Rights of
Others. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 147-160.
doi:10.26811/peuradeun.v4i2.93
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara, 2006.
I. Gitosudarmo, Prinsip Dasar Manajemen, Yogyakarta: BPFE-UGM,
1983.
Idris, S., & Tabrani ZA. (2017). Realitas Konsep Pendidikan
Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. JURNAL
EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 96–113.
https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420
Lewis, M., & Ponzio, V. (2016). Character Education as the Primary
Purpose of Schooling for the Future. Jurnal Ilmiah Peuradeun,
4(2), 137-146. doi:10.26811/peuradeun.v4i2.92
M. Thoha, Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1993.
Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1996.
Nufiar, N., & Idris, S. (2016). Teacher Competence Test of Islamic
Primary Teachers Education in State Islamic Primary Schools
(MIN) of Pidie Regency. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(3), 309-320.
doi:10.26811/peuradeun.v4i3.105
R. Steer, Efektivitas Organisasi (Terjemahan), Jakarta: Erlangga, 1980.
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta:Rineka Cipta,
2004.
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan, Jakarta: Ciputat Pres,
2005.
Tabrani ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan
Modern). Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.
102}
Vol.10, No. 2, Juli 2018

Tabrani ZA. (2011). Dynamics of Political System of Education


Indonesia. International Journal of Democracy, 17(2), 99–113.
Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia.
International Journal of Democracy, 18(2), 271–284.
Tabrani ZA. (2014c). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner
(Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 2(2), 211–234.
Tabrani ZA. (2014d). Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Islam Perspektif
Pedagogik Kritis. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 13(2), 250–270.
https://doi.org/10.22373/jiif.v13i2.75
Tabrani ZA. (2015a). Arah Baru Metodologi Studi Islam. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Tabrani ZA. (2015b). Persuit Epistemology of Islamic Studies (Buku 2 Arah
Baru Metodologi Studi Islam). Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Tabrani ZA. (2016). Perubahan Ideologi Keislaman Turki (Analisis
Geo-Kultur Islam dan Politik Pada Kerajaan Turki Usmani).
JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2), 130–146.
https://doi.org/10.22373/je.v2i2.812
Tabrani ZA. (2017). Menggugat Logika Nalar Rasionalisme Aristoteles.
Yogyakarta: Mizan.
Walidin, W., Idris, S., & Tabrani ZA. (2015). Metodologi Penelitian
Kualitatif & Grounded Theory. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press.
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia,
1998.

You might also like