You are on page 1of 87

Keval Iklastyo K(202010340311176)

DAFTAR ISI
BAB I 1
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Maksud Dan Tujuan 3
1.3 Manfaat 3
BAB II 4
2.1 Analisa Hidrologi Secara Umum 4
2.1.1 Ketersediaan Data 4
2.1.2 Analisa Frekuensi Debit Banjir 4
2.2 Bangunan Bendung 5
2.2.1 Bendung Tetap (Fixed Weir, Uncontrolled Weir) 5
2.2.2 Penentuan Lokasi Bendung 6
2.2.3 Data Perencanaan 6
2.3 Bangunan Utama Bendung 6
2.3.1 Mercu Bendung 6
2.3.2 Lebar Bendung 9
2.3.3 Lebar Efektif Bendung 10
2.3.4 Tinggi Jagaan Bendung 11
2.4 Pintu Pembilas 12
2.5 Bangunan Pengambilan/Intake 13
2.6 Lantai/Dasar Intake 14
2.7 Bangunan Peredam Energi 14
2.8 Kolam Olak 15
2.9 Kolam Loncat Air 15
2.10 Perlindungan Bagian Hilir 17
2.11 Analisis Stabilitas Bendung 17
2.11.1 Gaya-gaya yang Bekerja 17
BAB III Error! Bookmark not defined.
1. Debit Banjir Rancangan Error! Bookmark not defined.
2. Perencanaan Lebar Saluran Primer Error! Bookmark not defined.
3. Perencanaan Dimensi Pintu Intake Error! Bookmark not defined.
4. Elevasi Mercu Bendung Error! Bookmark not defined.
5. Lebar Bendung Error! Bookmark not defined.

1
Keval Iklastyo K (202010340311176)

6. Lebar Pintu Pembilas Error! Bookmark not defined.


7. Lebar Efektif Mercu Error! Bookmark not defined.
8. Debit Air Diatas Ambang Error! Bookmark not defined.
9. Mercu Bendung Tipe Ogee 1 Error! Bookmark not defined.
10. Profil Muka Air Diatas Ambang Error! Bookmark not defined.
11. Kolam Loncatan Air Error! Bookmark not defined.
12. Kolam Peredam Energi Error! Bookmark not defined.
13. Stabilitas Bendung Error! Bookmark not defined.
Keval Iklastyo K(202010340311176)

BAB I
1.1 Latar Belakang
Tugas Besar Bangunan Air ini merupakan salah satu tugas besar yang
diwajibkan di Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Malang. Secara umum hal - hal yang melatarbelakangi dari diadakannya tugas
besar adalah sebagai syarat untuk melakukan Praktek Kerja Nyata. Hal tersebut
dapat menjadikan motivator bagi kita semua untuk terus belajar secara
mendalam.
Dengan adanya tugas besar ini diharapkan terbentuk insan-insan akademis
yang mampu bersaing dalam ilmu teknik sipil sehingga dalam menapaki era
globalisasi yang makin global kita tidak akan ketinggalan teknologi dari negara
lain. Jika dalam penanganan tugas-tugas besar kurang efektif maka, para
Mahasiswa akan kewalahan ketika menghadapi lapangan karena kurangnya
pengalaman.

1.2 Maksud Dan Tujuan


Diadakannya Tugas Besar Bangunan ini dimaksudkan agar mahasiswa
memiliki gambaran tentang berbagai hal yang berhubungan dengan
perencanaan system bangunan konstruksi yang ada di air sesuai dengan
standart Direktorat jenderal Pengairan

1.3 Manfaat
Tugas Besar Teknik Irigasi dan Bangunan Air bermanfaat sebagai modal
untuk menghadapi lapangan dan sebagai penunjang dalam perkuliahan.
Sehingga dengan adanya Tugas Besar ini diharapkan nantinya bila menghadapi
lapangan sudah terbiasa.

3
Keval Iklastyo K (202010340311176)

BAB II

2.1 Analisa Hidrologi Secara Umum


Analisa hidrologi merupakan suatu analisa awal dalam menangani
penaggulangan banjir dan perencanaan sistem bendung untuk mengetahui
besarnya debit yang akan dialirkan sehingga dapat ditentukan dimensi
penampang melintang bendung..

2.1.1 Ketersediaan Data

1. Data Klimatologi
Klimatologi adalah studi mengenai iklim, secara ilmiah didefinisikan
sebagai kondisi cuaca yang dirata-ratakan selama periode waktu yang panjang.

2. Data Hujan
Data hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas
permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan infiltrasi.

2.1.2 Analisa Frekuensi Debit Banjir


Frekuensi adalah besarnya kemungkinan suatu besaran debit hujan
yang disamai atau dilampaui, Perhitungan debit banjir rencana dimaksudkan
untuk mengingat adanya hubungan antara hujan dan aliran sungai dimana
besarnya aliran dalam sungai ditentukan dari besarnya hujan, intensitas hujan,
luas daerah, lama waktu hujan dan cirri-ciri daerah alirannya.

Metode Log Pearson III


Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson
adalah dengan mengkorvesikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.

● Nilai rerata
Keval Iklastyo K(202010340311176)

● Standar deviasi

● Koefisien kepencengan (Cs)

Besarnya curah hujan rancangan dengan periode ulang T tahun adalah sebagai
berikut:
Log XT = log Xr + K.Sd
K = faktor frekuensi untuk distribusi Log Pearson III yang
besarnya tergantung harga Cs dan Kala ulang T

2.2 Bangunan Bendung


Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang
dibangun melintang pada sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk
meninggikan taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun, sehingga air
dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkan dan
untuk mengendalikan aliran, angkutan sedimen, dan geometri sungai sehingga
air dapat dimanfaatkan secara aman, efektif, efisien, dan optimal.

2.2.1 Bendung Tetap (Fixed Weir, Uncontrolled Weir)


Bendung tetap atau bendung pelimpah adalah jenis bendung yang tinggi
pembendungannya tidak dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung
tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki. Bendung tetap terbuat dari
pasangan batu, dibangun melintang di sungai, sehingga akan memberikan
tinggi air minimum kepada bangunan intake untuk keperluan irigasi, dan

5
Keval Iklastyo K (202010340311176)

merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan


di udik bendung.

2.2.2 Penentuan Lokasi Bendung


Penentuan lokasi bendung diambil dari berbagai pertimbangan-
pertimbangan yang optimum dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Bagian sungai yang lurus dengan bentang terpendek (jarak antara tebing
kiri-tebing kanan).
2. Terdapat alur yang stabil di dekat lokasi bangunan pengambilan (intake
structure).
3. Air sungai yang akan disadap mencukupi meskipun pada saat musim
kemarau.
4. Sedikit sedimen yang masuk pada saat penyadapan.
5. Dampak pembangunan bendung adalah kecil baik ke arah hulu dan hilir.
6. Stabilitas bendung bisa tercapai seiring dengan biaya yang ekonomis.

2.2.3 Data Perencanaan


1. Peta topografi, untuk menentukan tata letak bendung.
2. Data geologi teknik lokasi tapak bendung, untuk menentukan karakteristik
pondasi bendung.
3. Data hidrologi, untuk menentukan besaran debit banjir rencana.
4. Data morfologi sungai, untuk menentukan besaran angkutan sedimen.
5. Data karakteristik sungai, untuk menentukan hubungan antara besaran
debit sungai dengan elevasi muka air banjir.
6. Keadaan batas pada jaringan irigasi, untuk menentukan dimensi bendung
dan bangunan intake.

2.3 Bangunan Utama Bendung

2.3.1 Mercu Bendung


Mercu bendung yaitu bagian atas tubuh bendung dimana aliran dari hulu
dapat melimpah ke hilir. Fungsinya sebagai penentu tinggi muka air minimum
di sungai bagian hulu bendung, Sebagai pengempang sungai dan sebagai
Keval Iklastyo K(202010340311176)

pelimpah aliran sungai, letak mercu bendung bersama-sama tubuh bendung


diusahakan tegak lurus arah aliran yang menuju bendung terbagi rata.

Gambar 2.1. Macam bentuk mercu bendung


(Sumber: KP 02 halaman 50)

2.3.1.1 Mercu Bulat

Gambar 2.2. Bendung dengan mercu bulat


(sumber: KP 02 halaman 52)
Dari Gambar 2.2 tampak bahwa jari-jari mercu bendung pasangan
batu akan berkisar antara 0,3 sampai 0,7 kali H1 maks dan untuk mercu bendung
beton dari 0,1 sampai 0,7 kali Hmaks. Persamaan tinggi energi-debit untuk
bendung ambang pendek dengan pengontrol segi empat adalah:

Q = Cd x

2 2
3 3
x g x Be x H 1
1.5

Dimana :
Q = Debit Rencana, m3/dt

7
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Be = Lebar efektif mercu bendung, m


Cd = Koefisien Debit
g = Gravitasi (9,81 m/s2)
H1 = Tinggi energi, m

Koefisien debit Cd adalah hasil dari :

Grafik 2.1. Harga koefesien C0 sebagai fungsi perbandingan H1/r

Grafik 2.2. Harga koefesien C1 sebagai fungsi perbandingan P/H1

Grafik 2.3. Harga koefesien C2 sebagai fungsi perbandingan P/H1


Keval Iklastyo K(202010340311176)

2.3.1.2 Mercu Ogee

Gambar 2.3. Bentuk-bentuk bendung mercu Ogee


(sumber: KP 02 halaman 57)
Persamaan antara tinggi energy dan debit untuk bending mercu Ogee adalah :

Q = Cd x

2 2
3 3
x g x Be x H 1
1.5

Dimana :
Q = Debit Rencana, m3/dt
Be = Lebar efektif mercu bendung, m
Cd = Koefisien Debit
g = Gravitasi (9,81 m/s2)
H1 = Tinggi energi, m

2.3.2 Lebar Bendung


Lebar mercu bendung yaitu jarak antara dua tembok pangkal bendung
(abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Dalam
penentuan lebar mercu bendung, yang harus diperhatikan :
1. Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup.
2. Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit
desain.

9
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Oleh karena itu, lebar mercu bendung dapat diperkirakan sebagai berikut :
1. Sama lebar dengan rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank
full dishcharge).
2. Umumnya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas sungai
yang stabil.

2.3.3 Lebar Efektif Bendung


Karena adanya pintu bilas dan pilar, maka lebar bendung yang dapat
mengalirkan banjir secara efektif jadi berkurang, yang disebut lebar efektif (Beff).
Pengurangan lebar tersebut disebabkan oleh tiga komponen, yaitu :
1. Tebal pilar.
2. Bagian pintu bilas yang bentuk mercunya berbeda dari mercu bending.
3. Kontraksi pada dinding pengarah dan pilar.
Dalam perhitungan lebar efektif, lebar pembilas yang sebenarnya, diambil
80% dari lebar rencana untuk mengompensasi perbedaan koefisien debit
dibanding mercu bendung yang berbentuk bulat.
Untuk model bendung pada Gambar 2.1. Lebar efektif mercu (Be)
dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya (B), yakni jarak antar pangkal-
pangkal bendung dan/atau tiang pilar, dengan persamaan sebagai berikut:

Be = B – 2 x (n x Kp+Ka) x H1
Dimana :
Be = lebar effektif bendung
B = Lebar Optimal Bendung
Kp = koefisien kontraksi pada pilar
Ka = koefisien kontraksi pada dinding
n = jumlah pilar
H1 = tinggi energi (m)
Harga-harga koefisien Ka dan Kp disajikan pada table 2.1.
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Gambar 2.4. Lebar efektif mercu


(Sumber: KP 02 halaman 49)
Tabel 2.1. Nilai Ka dan Kp

2.3.4 Tinggi Jagaan Bendung


Tinggi Jagaan berfungsi untuk mencegah gelombang atau kenaikan
muka air yang melimpah ke tepi sungai/bendung. Pada umumnya semakin
besar debit yang diangkut, semakin besar pula tinggi jagaan yang harus
disediakan.

Fb = C x V x 1/3 Hd
Atau,

11
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Fb = 0,6 + 0,037 x V x 1/3 Hd

Dimana :
Fb = Tinggi jagaan bendung, m
C = Koefesien debit (0,10)
V = Kecepatan air, m/dt
Hd = Tinggi air diatas bendung, m

2.4 Pintu Pembilas


Pintu pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang
terletak di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk
menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan
muatan sedimen layang masuk ke intake.

1. Pembilas undersluice lurus


a. Mulut undersluice diletakkan di hulu mulut intake dengan arah tegak lurus
aliran menuju intake atau menyudut 45º terhadap tembok pangkal. Lebar
mulut harus lebih besar daripada 1,2 kali lebar intake.
b. Lebar pembilas total diambil 1/6-1/10 dari lebar bentang bendung, untuk
sungai-sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter. Lebar satu lubang
maksimum 2,5 m untuk kemudahan operasi pintu, dan jumlah lubang tidak
lebih dari tiga buah.
c. Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan
termasuk pilar-pilarnya
d. Tinggi lubang undersluice diambil 1,5 m, usahakan lebih tinggi dari 1
meter tetapi tidak lebih tinggi dari 2 meter.
e. Elevasi lantai lubang direncanakan :
✔ Sama tinggi dengan lantai hulu bendung.
✔ Lebih rendah dari lantai hulu bendung.
✔ Lebih tinggi dari lantai hulu bendung.
2. Pintu pembilas bawah
Fungsi pintu bawah adalah untuk pembilasan sedimen yang terdapat di
bawah, di hulu dan disekitar mulut underesluice. Jenis pintu yang dipakai
Keval Iklastyo K(202010340311176)

umumnya yaitu pintu sorong. Untuk satu lubang pintu sorong lebar maksimum
2,5 m sedangkan untuk pintu yang dioperasikan dengan mesin dibuat antara
2,5-5 m.
3. Pilar pembilas
Pilar pembilas berfungsi untuk penempatan pintu-pintu, undersluice dan
perlengkapan lainnya. Lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan
2 m dan sisi bagian dalam antara 1 – 1,5 m.
4. Sponeng dan stang pintu
Sponeng berfungsi untuk menahan tekanan air pada pintu. Ukuran sponeng
bervariasi yaitu 0,25 x 0,25 m atau 0,25 x 0,3 m. Sedangkan stang pintu
berfungsi untuk mengangkat dan menurunkan pintu.
5. Tembok baya-baya
Berfungsi untuk mencegah angkutan sedimen dasar meloncat dari hulu
bendung ke atas plat undersluice. Tinggi mercu tembok baya-baya diambil
antara 0,5 m dan 1 m di atas mercu bendung.
6. Pembilas Shunt Undersluice
Shunt undersluice adalah bangunan undersluice yang penempatannya di
luar bentang sungai dan atau di luar pangkal bendung, di bagian samping
melengkung ke dalam dan terlindung di belakang tembok pangkal.

2.5 Bangunan Pengambilan/Intake


Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi
sebagai penyadap aliran air sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen, serta
menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Pintu
pengambilan diletakkan 10 s/d 15 meter di hulu pintu penguras bending.
Pengambilan di sisi kanan sungai, lay out pengambilan direncanakan
membentuk sudut 45o kea rah hulu. Intake terdiri dari bermacam jenis, yaitu :

1. Intake biasa, yang umum direncanakan yaitu intake dengan pintu berlubang satu
atau lebih dan dilengkapi dengan pintu dinding banjir.
2. Intake gorong-gorong, tanpa pintu di bagian udik. Pintu diletakkan di bagian
hilir gorong-gorong.

13
Keval Iklastyo K (202010340311176)

3. Intake frontal, intake diletakkan di tembok pangkal, jauh dari bangunan


pembilas atau bending.
2.6 Lantai/Dasar Intake
Lantai intake dirancang datar, tanpa kemiringan. Di hilir pintu lantai
dapat berbentuk kemiringan dan dengan bentuk terjunan sekitar 0,5 m. Lantai
intake bila di awal kantong sedimen bisa berbentuk datar dan dengan
kemiringan tertentu. Pintu Sorong

Pintu sorong dipakai dengan tinggi maksimum sampai 3 m dan lebar


tidak lebih dari 3 m. Pintu tipe ini hanya digunakan untuk bukaan kecil, karena
untuk bukaan yang lebih besar alat-alat angkatnya akan terlalu berat untuk
menangggulangi gaya gesekan pada sponeng. Untuk bukaan yang lebih besar
dapat dipakai pintu rol, yang mempunyai keuntungan tambahan karena di
bagian atas terdapat lebih sedikit gesekan, dan pintu dapat diangkat dengan
kabel baja atau rantai baja. Ada dua tipe pintu rol yang dapat dipertimbangkan,
yaitu pintu Stoney dengan roda yang tidak dipasang pada pintu, tetapi pada
kerangka yang terpisah;dan pintu rol biasa yang dipasang langsung pada pintu.
Lebar pintu intake dapat dihitung dengan rumus pengaliran sebagai berikut:

Q =
2
3
x Cd x b x a x
√2
3
x g x h11.5

Dimana :
Q = Debit Rencana, m3/dt
b = Lebar efektif mercu bendung, meter
a = Tinggi bukaan pintu, meter
Cd = Koefisien Debit
g = Gravitasi (9,81 m/s2)
h1 = Tinggi air di hulu, meter

2.7 Bangunan Peredam Energi


Bangunan peredam energi bendung adalah struktur dari bangunan di hilir
tubuh bendung yang terdiri dari beberapa tipe, bentuk dan di kanan kirinya
dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir
Keval Iklastyo K(202010340311176)

dengan bentuk tertentu. Fungsi bangunan ini adalah untuk meredam energi air
akibat pembendungan, agar air di hilir bendung tidak menimbulkan
penggerusan setempat yang membahayakan struktur.

2.8 Kolam Olak


Tipe kolam olak yang akan direncana di sebelah hilir bangunan
bergantung pada energi air yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan
Froude, dan pada bahan konstruksi kolam olak.

2.9 Kolam Loncat Air

Gambar 2.5. Metode perencanaan kolam loncat air


(Sumber: KP 02 halaman 67)
Gambar 2.5 memberikan penjelasan mengenai metode perencanaan. Dari
grafik q versus H1 dan tinggi jatuh 2, kecepatan (v1) awal loncatan dapat
ditemukan dari:

V1 = √ 2 x g x (0,5 x H 1 x Z)
Q
V1 =
Y 1 x Be
Dimana :
Q = Debit rancangan, m3/dt
Be = lebar efektif mercu bending, m
Y1 = kedalaman air diawal loncatan, m
V1 = kecepatan awal loncatan, m/dt

15
Keval Iklastyo K (202010340311176)

g = percepatan gravitasi, 9,81 m/dt2


h1 = tinggi energy diatas ambang, m
z = tinggi jatuh, m
Dengan q = v1 x y1, dan rumus untuk kedalaman konjugasi dalam loncat air
adalah:

Y2
= ½ x ( √ 1+8 x Fr 2−1)
Y1
V1
Dimana : Fr =
√g. Y 1
Dimana :
Y2 = kedalaman air diatas ambang ujung, m
Y1 = kedalaman air diawal loncatan, m
Fr = bilangan froude
g = percepatan gravitasi, 9,81 m/dt2
V1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
Panjang kolam loncat air di belakang Potongan U (Gambar 2.5) biasanya
kurang dari panjang bebas loncatan tersebut adanya ambang ujung (end sill).
Ambang yang berfungsi untuk memantapkan aliran ini umumnya ditempatkan
pada jarak

Lj = 5 x (n + Y2)
Dimana :
Lj = panjang kolam loncat, m
n = tinggi ambang ujung, m
Syarat panjang kolam loncat adalah harus lebih panjang dari pada panjang
loncatan air sehingga loncatan masih atau tetap berada pada kolam loncat.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan panjang loncatan adalah sebagai
berikut:

Lj = 5 x (Y2 – Y1)
Dimana :
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Lj = panjang loncatan air, m


Y2 = kedalaman air diatas ambang ujung, m
Y1 = kedalaman air diawal loncatan, m

2.9.1 Perlindungan Bagian Hilir


Untuk mencegah terjadinya penggerusan saluran di sebelah hilir
bangunan peredam energi, saluran sebaiknya dilindungi dengan pasangan batu
kosong atau rip-rap. Panjang lindungan harus dibuat sebagai berikut :
1. tidak kurang dari 4 kali kedalaman normal maksimum di saluran hilir,
2. tidak lebih pendek dari peralihan tanah yang terletak antara bangunan dan
saluran,
3. tidak kurang dari 1,50 m.

Jika dipakai pasangan batu kosong, maka diameter


batu yang akan dipakai untuk pasangan ini dapat
ditentukan dengan menggunakan Gambar 2.3. Gambar ini
dapat dimasukkan dengan kecepatan rata-rata di atas
ambang kolam. Jika kolam olak tidak diperlukan karena
Fru ≤ 1,7, maka Gambar 2.3 harus menggunakan kecepatan
benturan (impact velocity) Vu :

Vu = √2x gx ∆ z
Gambar 2.3 memberikan ukuran d40 campuran pasangan batu kosong.
Ini berarti bahwa 60% dari pasangan batu tersebut harus terdiri campuran dari
batu-batu yang berukuran sama, atau lebih besar.

2.10 Analisis Stabilitas Bendung

2.10.1 Gaya-gaya yang Bekerja

17
Keval Iklastyo K (202010340311176)

2.10.1.1 Tekanan Air


Gaya tekan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik dan gaya
hidrodinamik. Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah
permukaan air. Tekanan air akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka
bangunan. Oleh sebab itu agar perhitungannya lebih mudah, gaya horisontal
dan vertikal dikerjakan secara terpisah. Tekanan air dinamik jarang
diperhitungkan untuk stabilitas bangunan bendung dengan tinggi energi
rendah.

Gambar 2.6. Jaringan aliran dibawah dam pasangan batu pada pasir
(Sumber: Kp 02 halaman 139)
Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal
memiliki daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah
dibandingkan dengan bidang vertikal. Ini dapat dipakai untuk menghitung gaya
tekan ke atas di bawah bendung dengan cara membagi beda tinggi energi pada
bendung sesuai dengan panjang relatif di sepanjang pondasi.
Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x di
sepanjang dasar bendung dapat dirumuskan sebagai berikut:

Lx
Px = Hx − x ΔH
L
Dimana :
Px = gaya angkat pada x, kg/m2
L = panjang total bidang kontak bendung dan bawah tanah, m
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu samai x, m
ΔH = beda tinggi energy, m
Hx = tinggi energy di hulu bendung, m
Keval Iklastyo K(202010340311176)

2.10.1.2 Tekanan Lumpur


Tekanan lumpur dapat bekerja terhadap muka hulu bendung ataupun
terhadap pintu. Untuk sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 30o untuk
kebanyakan hal, menghasilkan persamaan berikut :

Ps = 1,67 x h2
Dimana :
Ps = tekanan lumpur pada 2/3 kedalaman atas lumpur yang bekerja
secara horizontal
h = tinggi lumpur setiggi mercu bendung, m

1.10.1.3 Gaya Gempa


Koefesien gempa dapat dihitung dengan rumus :

Ad = n x [ac x z]m

ad
E =
g
Dimana :
ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2
n = koefesien jenis tanah
m = koefesien jenis tanah
ac = percepatan kejut dasar, cm/dt2
z = factor yang bergantung pada letak geografis
g = percepatan gravitasi, 9,81 m/dt2
E = koefesien gempa

Tabel 2.2. Koefesien jenis tanah

19
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Sumber: KP 06 halaman 28

2.10.1.4 Berat Bangunan


Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk membuat
bangunan itu. Untuk tujuan-tujuan perencanaan pendahuluan, boleh dipakai
harga-harga berat volume di bawah ini.
pasangan batu 22 kN/m3 (≈ 2.200 kgf/m3)
beton tumbuk 23 kN/m3 (≈ 2.300 kgf/m3)
beton bertulang 24 kN/m3 (≈ 2.400 kgf/m3)

2.10.1.5 Reaksi Pondasi


Reaksi pondasi boleh diandaikan berbentuk trapesium dan tersebar secara
linier. Tekanan vertikal pondasi pada ujung bangunan ditentukan dengan
rumus:
L ∑ MT −∑ MG
e = –
2 ∑V

∑V 6 xe
P = x (1 ± )
L L
Dimana :
P = reaksi pondasi/tegangan, ton/m2
e = eksentrisitas, m
L = panjang pondasi, m
V = total gaya/reaksi vertikal, ton
MG = momen guling, ton.m
MT = momen tahan, ton.m
Keval Iklastyo K(202010340311176)

2.10.1.6 Kebutuhan Stabilitas


Ada tiga penyebab runtuhnya bangunan gravitasi, antara lain yaitu:
1. gelincir (sliding)
a. sepanjang sendi horisontal atau hampir horisontal di atas pondasi.
b. sepanjang pondasi, atau
c. sepanjang kampuh horisontal atau hampir horisontal dalam pondasi.
2. guling (overturning)
a. di dalam bendung
b. pada dasar (base), atau
c. pada bidang di bawah dasar.
3. erosi bawah tanah (piping).

2.10.1.7 Ketahanan Terhadap Gelincir/Geser


Tangen θ, sudut antara garis vertikal dan resultante semua gaya, termasuk
gaya angkat, yang bekerja pada bendung di atas semua bidang horisontal, harus
kurang dari koefisien gesekan yang diizinkan pada bidang tersebut.

∑V x f
Sf =
∑H
Dimana :
Sf = faktor keamanan
V = total gaya/reaksi vertikal, ton
H = total gaya/reaksi horisontal, ton
f = faktor gesekan = tan θ°
Untuk bangunan-bangunan kecil, seperti bangunan-bangunan yang
dibicarakan di sini, di mana berkurangnya umur bangunan, kerusakan besar
dan terjadinya bencana besar belum dipertimbangkan, harga-harga faktor
keamanan (Sf) yang dapat diterima adalah: 1,50 untuk kondisi pembebanan
normal dan 1,20 untuk kondisi pembebanan ekstrem/gempa.
Untuk bangunan-bangunan yang terbuat dari beton, harga yang aman
untuk faktor gelincir yang hanya didasarkan pada gesekan saja ternyata
terlampaui, maka bangunan bisa dianggap aman jika faktor keamanan dari

21
Keval Iklastyo K (202010340311176)

rumus itu yang mencakup geser sama dengan atau lebih besar dari harga-harga
faktor keamanan yang sudah ditentukan.

c x A +∑ V x tg Ø
Sf =
∑H
Dimana :
V = total gaya/reaksi vertikal, ton
H = total gaya/reaksi horisontal, ton
c = kekuatan geser bahan, ton/m2
A = luas dasar yang dipertimbangkan, m2
Harga-harga faktor keamanan jika geser juga dicakup, sama dengan
harga-harga yang hanya mencakup gesekan saja, yakni 1,50 untuk kondisi
normal dan 1,20 untuk kondisi ekstrem. Untuk beton, c (satuan kekuatan geser)
boleh diambil 1.100 kN/m2.

2.10.1.8 Ketahanan Terhadap Guling


Agar bangunan aman terhadap guling, maka resultante semua gaya yang
bekerja pada bagian bangunan di atas bidang horisontal, termasuk gaya angkat,
harus memotong bidang ini pada teras. Tidak boleh ada tarikan pada bidang
irisan mana pun. Besarnya tegangan dalam bangunan dan pondasi harus tetap
dipertahankan pada harga-harga maksimal yang dianjurkan.

∑ MT
Sf =
∑ MG
Dimana :
MG = momen guling, ton.m
MT = momen tahan, ton.m

2.10.1.9 Ketahanan Terhadap Piping


Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat dianjurkan dicek dengan jalan
membuat jaringan aliran/flownet. Metode Lane, disebut metode angka
rembesan Lane (weighted creep ratio method), adalah yang dianjurkan untuk
Keval Iklastyo K(202010340311176)

mengecek bangunan-bangunan utama untuk mengetahui adanya erosi bawah


tanah. Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai. Untuk
bangunan-bangunan yang relative kecil, metode-metode lain mungkin dapat
memberikan hasil-hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit.
Di sepanjang jalur perkolasi, kemiringan yang lebih curam dari 45 0
dianggap vertikal dan yang kurang dari 450. Oleh karena itu, rumusnya adalah:

1
Σ Lv + Σ L H
CL = 3
H
Dimana :
CL = angka rembesan lane
Lv = jumlah panjang vertikal, m
LH = jumlah panjang horisontal, m
H = beda tinggi muka air, m

Tabel 2.3. Harga-harga minimum angka rembesan Lane dan Bligh

23
Keval Iklastyo K (202010340311176)

BAB III
PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN

3.1 Debit Banjir Rancangan


Metode yang digunakan dalam perhitungan debit banjir rancangan adalah
distribusi Log Pearson III, data curah hujan harian dapat dilihat dalam tabel
3.1.

Tabel 3.1 Debit Banjir di Sungai


`Tahun sta x sta y rerata
2002 55 65 60
2003 50 96 73
2004 52 101 76,5
2005 64 125 94,5
2006 90 110 100
2007 73 100 86,5
2008 125 115 120
2009 89 138 113,5
2010 76 112 94
2011 84 96 90
Jumlah 908
Rata rata 90,8

Proses perhitungan curah hujan harian di sungai dengan metode Log Pearson III
adalah sebagai berikut:

1. Tentukan logaritma dari semua nilai Varian X

Contoh perhitungan menggunakan data Curah Hujan Harian 2002,


Tahun : 2002
Curah Hujan Harian : 60 mm

⮚ Log Xi :

Log (Xi) = Log (60)


= 1,77
Keval Iklastyo K(202010340311176)

⮚ Log Xi-Log X :

Log (Xi)-LogXrt = 1,77 – 1,195


= -0,172

Dimana : Log Xrt = Rerata Log Xi

25
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Curah Hujan
No Tahun
Harian
LOG XI (Log X1-Log Xrt) (Log X1-Log Xrt)^2 (Log X1-Log Xrt)^3 (Log X1-Log Xrt)^4

1 2002 60 1,778 -0,172 0,029502 -0,00507 0,0008704


2 2003 73 1,863 -0,087 0,007498 -0,00065 0,0000562
3 2004 76,5 1,884 -0,066 0,004389 -0,00029 0,0000193
4 2005 94,5 1,975 0,026 0,000651 0,00002 0,0000004
5 2006 100 2,000 0,050 0,002509 0,00013 0,0000063
6 2007 86,5 1,937 -0,013 0,000166 0,00000 0,0000000
7 2008 120 2,079 0,129 0,016710 0,00216 0,0002792
8 2009 113,5 2,055 0,105 0,011042 0,00116 0,0001219
9 2010 94 1,973 0,023 0,000539 0,00001 0,0000003
10 2011 90
1,954 0,004 0,000019 0,00000 0,0000000
TOTAL 908 19,499 0,000 0,073026 -0,00253 0,00135406
RERATA 90,8 1,950 0,000 0,007303 -0,00025 0,00013541

Tabel 3.2 Perhitungan Log Pearson III


Keval Iklastyo K(202010340311176)

Perhitungan :
1. Menghitung tinggi hujan rata-rata (d)
n

∑ ❑ LogXi 1 9,49
logX = i=1 = =1,95
n 10
2. Menghitung Standar Deviasi (S)




2
❑(log log X i−log log X )
S= ❑
n−1
0 , 07 3026

3. Menghitung Koefisien Skew (Kemencengan) (Cs)


9
=
=0,0 901


Cs=n . ∑ ❑¿ ¿

4. Menghitung Pengukuran Kurtosis (Ck)

C k=n . ∑ ❑ ¿ ¿

5. Menghitung Koefisien Fungsi G dari Tabel menggunakan Interpolasi

27
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Interpolasi:
X− X 1 Y −Y 1
=
X 2−X 1 Y 2−Y 1
−0 , 48−(−0 , 4) Y −1 , 834
=
−0 , 5−(−0 , 4 ) 1,7 77−1 , 834
Y = 1,78
Maka didapat G sebesar 1,78

⮚ K x S = 1,78 x 0,0901

= 0,16
⮚ LogXT = (K x S) + Log xr

= 0,16 + 1,95
= 2,11
⮚ XT50th = 10LogXT

= 10log2,11
= 128,900 m3/dt

Hasil perhitungan ditabelkan pada tabel 3.4.


Pt% K Sd K*Sd Log Xi Log XT XT
2 1,95 0,0901 0.1756 1.95 2,11 128,900
100 1,97 0,0901 0,1774 1,95 2,12 131,825
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Perhitungan intensitas hujan dengan metode Haspers


Hal terpenting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi curah
hujan. Distribusi curah hujan adalah berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu yang
ditinjau yakni curah hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam setahun), curah hujan
bulanan (jumlah curah hujan dalam sebulan), curah hujan harian (jumlah curah hujan
dalam 24 jam). Harga-harga yang diperoleh ini dapat digunakan untuk menentukan
prospek dikemudian hari dan akhirnya digunakan untuk perencanaan sesuai dengan
tujuan yang dimaksud. Dalam pembahasan data hujan ada 5 buah unsur yang harus
ditinjau, yaitu :
a. Intensitas i, adalah laju hujan = tinggi air persatuan waktu misalnya,
mm/menit, mm/jam, mm/hari.
b. Lama waktu (duration) t, adalah lamanya curah hujan (durasi)
dalam menit atau jam.
c. Tinggi hujan d, adalah jumlah atau banyaknya hujan yang
dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan datar, dalam
mm
d. Frekuensi, adalah frekuensi kejadian, biasanya dinyatakan dengan
waktu ulang (return periode) T, misalnya sekali dalam T (tahun)
e. Luas, adalah luas geografis curah hujan Untuk menghitung
intensitas hujan digunakan rumus Dr. Isiguro (1953).

29
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Diketahui (Soal)
Luas DAS : 240 km2
Panjang Sungai : 22 km
Kemiringan Sungai : 0,0038
Penyelesaian

1+ 0,012 x A 0,7
ɑ=
1+ 0,75 x A 0,7

0,7
1+ 0,012 x 240
ɑ=
1+ 0,75 x 2400,7

ɑ = 0,043 jam

waktu konsentrasi (t)


t = 0,1 x L0,8 x S0,3
t = 0,1 x 240 0,8 x 0,00380,3
t = 1,50 jam

untuk 2 jam < t < 19 jam


t x R 24
r=
t+1
Keval Iklastyo K(202010340311176)

t x R 24
r=
t+1

r=

Dimana,
Pt : Peluang Terlampaui (%)
G : Faktor frekuensi K
Sd : Standar Deviasi

Bangunan Pengambilan (Intake)


Kapasitas pengambilan harus sekurang - kurangnya 120 % (1,2) dari
kebutuhan pengambilan guna menambah fleksibilitas dan agar dapat memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.

Diketahui : Debit di saluran primer = 4,85 m3/dtk

Qn = 1,2 . Qintake
= 1,2 . 5,55 m3/dtk
= 6,66 m3/dtk

Dimensi bangunan pengambilan dapat di hitung dengan menggunakan


rumus sebagai berikut :

Qn = a . b . v

Dimana :
Qn = Debit rencana (m3/dtk)
a = Tinggi bukaan (m)
b = Lebar bersih bukaan (m)
v = Kecepatan pengambilan rencana (m/dtk)

v=m

31
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Dimana :
m = Koefisien debit = 0,8 (pengambilan tenggelam)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m3/dtk)
z = Kehilangan tinggi energy pada bukaan (m)
Keval Iklastyo K(202010340311176)

3.2 Perencanaan Lebar Saluran Primer

Diketahui :
- Q = 6,66 m3/dt
- V = 1,0 – 2,0 m/dt ((KP 2 Hal 113), direncanakan v = 1,0 m/dt
- k = 42,5
- m = 1,5
- Perbandingan b/h (KP 03)
Q (m3/dt) b/h

6 3,1

6,66 x

7,5 3,5

Interpolasi:
7,5−6 6,66−6
=
3,5−3,1 x−3,1
1,5x – 4,65 = 0,664
1,5x = 5,314
x = 3,543

Saluran direncanakan berpenampang Trapesium


X = 3,543
b/h = 3,543

33
Keval Iklastyo K (202010340311176)

b = 3,543 h
Q = A×V
Q = (b+mh)h . V
6,66 m3/dt = (3,543 h + 1,5 h) h x 1,0 m/dt
6,66 m3/dt = (3,543 h2 + 1,5 h2) x 1,0 m/dt
6,66 m3/dt = (5,043 h2) × 1,0 m/dt

h =
√ 6,66
5,043 ×1,0
= 1,15 m ≈ 1,0 m

b = 3,543 h = 3,543 × 1,0 = 3,543 m ≈ 3,5 m


Direncanakan dimensi saluran b = 3,5 m dan h = 1,0 m

Karena Qn = 6,66 m3/dt, maka tinggi jagaan minimum adalan 0,75

Kehilangan Tinggi Energi


Dimensi pintu pengambilan dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut
Qn = a x b x v
Dimana:
Qn = Kapasitas Pengambilan (m3/dt)
a = Tinggi bukaan (m)
b = Lebar bukaan (m)
v = Kecepatan pengambilan rencana (m/dt)
Dengan rumus kecepatan pengambilan rencana sebagai berikut:
V = μ x (2 x g x z)0,5
Dimana:
V = Kecepatan pengambilan rencana (m/dt)
Keval Iklastyo K(202010340311176)

μ= Koefisien debit: untuk bukaan di bawah permukaan air dengan kehilangan


tinggi energi (0,80)
g= Percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8 m/dt)
z = Kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)
Kecepatan perencanaan normal dari KP-02 ditentukan sebesar 1,0-2,0
m/dt karena diharapkan bahwa butiran-butiran berdiameter 0,01-0,04 m dapat
masuk.
Diasumsikan kecepatan 1,5 m/dt untuk mendapatkan nilai z seperti perhitungan
dibawah ini:
V = μ x (2 x g x z)0,5
1 m/dt = 0,8 x (2 x 9,8 m/dt2 x z)0,5
z =0,08 m
z ≈ 0,1 m

3.3 Perencanaan Dimensi Pintu Intake


Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk
saluran dan mencegah masuknya butiran padat dan kasar di dalam saluran.
Persamaan yang di gunakan (KP-02, Halaman 113):
Q = µ . b . a . √(2 . g . Z)
Dimana : Q =debit, (m3/dt)
µ = koefisien debit, 0,80
g = percepatan gravitasi, (9,81 m/dt2)
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m
Saluran Primer Kiri
Diketahui : Q = debit, (m3/dt)
µ = koefisien debit, 0,80
g = percepatan gravitasi, (9,81 m/dt2)
b = 2,5 m
z = 0,10 m
Q = µ . b . a . √(2 . g . z )

35
Keval Iklastyo K (202010340311176)

6,66 m3/dt = 0,8 . 3,5. a .√(2 .9,81.0,10)


6,66 m3/dt = 3,923. a
a = 1,7 m
(di pakai tinggi pintu / bukaan pintu = 1,7 m)
Lebar Pintu = 3,5 m
(di pakai 2 pintu dengan lebar 1,5m dengan 1 pilar pemisah 0,5m)
Keval Iklastyo K(202010340311176)

3.4 Elevasi Mercu Bendung


Muka air rencana di depan pengambilan tergantung pada:
a. Elevasi muka air yang di perlukan untuk irigasi.
b. Beda tinggi kantong lumpur (jika ada) yang di perlukan untuk membilas
sedimen dari kantong.
c. Beda tinggi energi pada bangunan pembilas yang di perlukan untuk membilas
sedimen dekat pintu pengambilan.

Jadi untuk merencanakan tinggi muka air rencana, harus di pertimbangkan pula:
▪ Elevasi sawah tertinggi yang akan diairi.
▪ Tinggi air di sawah.
▪ Kehilangan tinggi energi di saluran dan boks tersier.
▪ Kehilangan energi di bangunan sadap.
▪ Kemiringan saluran primer.
▪ Kehilangan energi di bangunan utama.

Elevasi mercu bendung direncanakan 0,10 m di atas elevasi muka air


pengambilan yang dibutuhkan untuk mencegah kehilangan air pada bendung
karena gelombang.
Data perencanaan
● n = 0,05 (KP 02 Hal 111)
● p = 0,50 – 1,50 m (KP 02 Hal 111), di rencanakan 1,50 m
● d = 0,15 – 0,25 m (KP 02 Hal 111), di rencanakan 0,15 m
● z = 0,15 – 0,30 m (KP 02 Hal 111), di rencanakan 0,20 m
● Elevasi dasar sungai = + 163,05 (diketahui di soal)
● Elevasi dasar intake = Elevasi dasar sungai + p
= (+ 163,05) + 1,50
= + 164,55
● Elevasi dasar saluran primer = Elevasi dasar intake – d
= (+ 164,55) – 0,15
= + 164,4
● Elevasi muka air saluran primer = Elevasi dasar saluran primer + hsaluran p
= (+ 164,4) + 1,0 m

37
Keval Iklastyo K (202010340311176)

= + 165,4
● Tinggi muka air di hilir pintu intake = a + n
= 1,7 m + 0,05 m
= 1,75 m
⮚ Elevasi muka air di hilir pintu intake = Elevasi dasar intake + Tinggi muka
air di hilir pintu intake

= (+164,55) + 1,75
= + 166,3
⮚ Elevasi muka air pengambilan = Elevasi muka air di hilir pintu intake
+z
= (+ 166,3) + 0,20
= + 166,50
⮚ Elevasi Mercu Bendung = Elevasi muka air pengambilan + 0,10
= (+ 166,50 + 0,10)
= + 166,6
⮚ Tinggi Mercu Bendung (P) = Elevasi Mercu Bendung – Elevasi
dasar sungai
= (+ 166,6) – (+ 163,5)
= 3,1 m

Rekapitulasi Elevasi Bangunan Pengambilan


Elevasi Bangunan Pengambilan
Elevasi dasar sungai + 163,05
Elevasi dasar intake + 164,55
Elevasi dasar saluran primer + 164,40
Elevasi muka air saluran primer + 165,40
Elevasi muka air di hilir pintu intake + 166,30
Elevasi muka air di hulu intake + 166,50
Elevasi Mercu Bendung + 166,60
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Sketsa Potongan Memanjang

39
Keval Iklastyo K (202010340311176)

3.5 Lebar Bendung (LB)


Lebar bendung, yaitu jarak antar pangkal-pangkalnya sebaiknya sama
dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Lebar maksimum bendung
hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas yang stabil
(KP-02, Halaman 48).
Diketahui lebar sungai 43,62 m
LB = 1,2 ×43,62 m
= 52,34 m

3.6 Lebar Pintu Pembilas


Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan-bahan
kasar di depan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat di bilas
dengan jalan membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan alirab
terkonsentrasi tepat di depan pengambillan.
Lebar pembilas dapat di peroleh dengan (KP-02, Halaman 116):
● Lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6-
1/10 dari lebar bersih bendung.
● Lebar pembilas sebaiknya di ambil 60% dari lebar total pengambilan
termsuk pilar-pilarnya.
Perhitungan lebar pembilas
Lebar Pembilas = 60% x (lebar pintu intake + pilar pembagi)
60
= x (1,5 x 2) + (1 x 0,5)
100
= 2,3 m ≈ 2 m
( Dipakai 2 pintu pembilas dengan masing-masing 0,5 m dan Lebar pilar
pengarah 0,5 m dan pilar pembagi 0,5 m)

3.7 Lebar Efektif Mercu


Lebar efektif mercu (Be) di hubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya
(B), yakni jarak antara pangkal-pangkal bendung dan/tiang pancang, dengan
persamaan berikut (KP-02, Halaman 49):
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Be = B – 2(n . Kp + Ka) He
Dimana : n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien pangkal bendung
He= tinggi energy, m
Be= lebar efektif mercu
B = lebar mercu
Tabel, Harga koefisien konstraksi:

Diketahui lebar bendung 52,34 m


Lebar Mercu Bendung yang Dilalui Air (B)
B = LB – (npilar pengarahxLpilar pengarah) – (npilar pembagixLpilar pembagi) – (2xtDinding Penahan)
= 52,34 – (2 x 0,5 m) – (2 x 0,5 m) – (2 x 0,5)
= 49,34 m
Lebar Efektif Mercu
Be = B – 2(n . Kp + Ka) He
= 49,34 m – 2(1 x 0,01 + 0.1) He
= 49,34 m – 0,22 He

3.8 Debit Air diatas Ambang


Mencari Nilai Hd dan He
Debit air diatas ambang 🡪 tinggi muka air (H) 🡪 He
Q50 = 103,931 m3/det
Cd = asumsi = 1,3

41
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Q =
2
3
2

x Cd x x g x Be x He3/2
3

103,931 =
2
3
2

x 1,3x x 9,81 x (49,34 – 0,22 He )x He3/2
3
103,931 = 2,223 x (49,34He1,5 – 0,22 He2,5)
He = 0,968
Dari persamaan diatas, didapatkan nilai He dari metode Goal Seek yakni = 0,968

Maka Be dapat dihitung, yaitu :


Be = 49,34 – 0,22 He
= 49,34 – 0,22(0,968)
= 49,127 m

Perhitungan tinggi muka air


V2
He = Hd +
2. g

Q 103,931
V = = = 0,520 m/dt
Be (p+ He) 49,127(3,1+ 0,968)
V2
Hd = He -
2. g
2
0,520
Hd = 0,968 -
2 x 9.81
Hd = 0,954 m

Kontrol Nilai Cd:


⮚ Ogee I
R = 0,5 x Hd ( KP 02 Halaman 57)
= 0,5 x 0,954 m
= 0,477 m

Harga – harga C0 , C1, C2 di tentukan dari gambar 4.5 – 4.6 – 4.7 dari KP 02
Halaman 53 – 54.
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Mencari nilai C0 :
He 0,968
C0 = = =2,029 (lihat gambar 4.5 KP 02 Hal 53)
R 0,477

Dari grafik di atas di dapat nilai C0 = 1,35

Mencari nilai C1 :

P 3,1
C1= = =¿ 3,202 (lihat gambar 4.6 KP 02 Hal 54)
He 0,968

Dari grafik di atas di dapat nilai C1 = 1

Mencari nilai C2 :
P 3,1
C2= = =¿ 3,202 (lihat gambar 4.7 KP 02 Hal 54)
He 0,968

43
Keval Iklastyo K (202010340311176)

(2,672 dianggap 1,5)


Dari grafik di atas di dapat nilai C2 = 1
Kontrol Nilai Cd :
Cd = C0 . C1 . C2
= 1,35 x 1 x 1
= 1,3 (Ok)
Keval Iklastyo K(202010340311176)

3.9 Mercu Bendung Tipe Ogee I


Hd = 0,954 m

Sumber : KP 2 hlm. 57

● Untuk Hilir
R1 = 0,5 x Hd X1 = 0,175 x Hd

= 0,5 x 0,954 = 0,175 x 0,954


= 0,477 m = 0,167 m

R2 = 0,2 x Hd X2 = 0,282 x Hd
= 0,2 x 0,954 = 0,282 x 0,954
= 0,191 m = 0,269 m
● Lengkung Hulu
X1,85 = 2,0 x Hd0,85 x Y

X1,85 = 2,0 x 0,9540,85 x Y


1
Y = . X1,85
1,921
Y = 0,520 . X1,85

● Titik Gradien
Y’ = 1,85 x 0,520 . X0,85

X = 0,962 X0,85

45
Keval Iklastyo K (202010340311176)

( )
1
1 0,85
X =
0,962
X = 1,047 m Y = 0,520. X1,85
= 0,520 . 1,0471,85
= 0,588 m
Koordinat (1,047 ; 0,566)
● Titik Gradien

X Hd Y

0 0.954 0.000
0.05 0.954 0.002
0.1 0.954 0.008
0.15 0.954 0.016
0.2 0.954 0.027
0.25 0.954 0.042
0.3 0.954 0.058
0.35 0.954 0.077
0.4 0.954 0.099
0.45 0.954 0.123
0.5 0.954 0.150
0.55 0.954 0.179
0.6 0.954 0.210
0.65 0.954 0.243
0.7 0.954 0.279
0.75 0.954 0.317
0.8 0.954 0.357
0.85 0.954 0.400
0.9 0.954 0.444
0.95 0.954 0.491
1 0.954 0.540
1.047 0.954 0.588
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Gambar

3.10 Profil Muka Air Diatas Ambang

Persamaan yang di gunakan yaitu :

Q
−√ 2 xgx ( Z + He+Yz )=0
BexYz
Dimana, Q = debit, (m3/dt)
Yz = tinggi muka air di atas ambang, m
g = percepatan gravitasi, (9,8 m/dt2)
e = lebar efektif mercu, m
He = tinggi energy di atas mercu, m
Z = tinggi jatuh, m
⮚ Hasil perhitungan :

Q 103,931 m3/dtk
Be 49,127 m

He 0,968 m

47
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Dari hitungan excel menggunakan goal seek didapat nilai Yz


Q/(Be x Yz) -
NO Z Yz √(2g(Z+He+Yz)) = 0
1 0 0.49 0.00
2 0.1 0.48 0.00
3 0.2 0.47 0.00
4 0.3 0.45 0.00
5 0.4 0.44 0.00
6 0.5 0.43 0.00
7 0.6 0.43 0.00
8 0.7 0.42 0.00
9 0.8 0.41 0.00
10 0.9 0.40 0.00
11 1 0.39 0.00
12 1.1 0.39 0.00
13 1.2 0.38 0.00
14 1.3 0.37 0.00
15 1.4 0.37 0.00
16 1.5 0.36 0.00
17 1.6 0.36 0.00
18 1.7 0.35 0.00
19 1.8 0.35 0.00
20 1.9 0.34 0.00
21 2 0.34 0.00
22 2.1 0.33 0.00
23 2.2 0.33 0.00
24 2.3 0.32 0.00
25 2.4 0.32 0.00
26 2.5 0.32 0.00
27 2.6 0.31 0.00
28 3.7 0.28 0.00
29 2.8 0.30 0.00
30 2.9 0.30 0.00
31 3 0.30 0.00
32 3.1 0.29 0.00
Keval Iklastyo K(202010340311176)

P = 3,1 m

Profil Muka Air

Perhitungan q
Persamaan yang digunakan :
Q
q=
Be
Dimana, q = debit per lebar satuan, m3/dt.m
Q = debit, m3/dt
Be = Lebar efektif mercu, m
Q
q=
Be
103,931
¿
49,127

3
= 2,115 m /dt/m

Perhitungan Hc
Persamaan yang digunakan :

Hc ¿

3 q2
g
Dimana, Hc = kedalaman air kritis, m
q = debit per lebar satuan, m3/dt.m
g = percepatan gravitasi, (9,81 m/dt2)

49
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Hc ¿

3 q2
g


3 2
3 (2,115 m /dt /m)
= 2
9,81 m/dt
= 0,769 m

3.11 Kolam Loncatan Air


Menghitung Kecepatan Awal Loncatan Air

√ 1
V1 = 2 g ( He + z )
2

Dimana, V1 = Kecepatan awal loncatan, m

2
g = Percepatan Gravitasi, (9.81 m/dt )

He = Tinggi energi di atas ambang

z = Tinggi jatuh, m

z = P + 0,5
= 3,1 + 0,5
= 3,6 m

√ 1
V1 = 2 g ( He+ z )
2

√ 1
= 2 x 9,81 x( 0,968+ 3,6)
2
= 8,951 m/dt

Tinggi Awal Loncatan Air, Y1


Q
Persamaan, V1 =
Y 1 x Be
Dimana, Y1 = kedalaman air di awal loncatan air, m
Keval Iklastyo K(202010340311176)

V1 = kecepatan awal loncatan, m/dt


Q = debit, m3/dt
Be = lebar efektif mercu,

Q
⮚ V1 =
Y 1 x Be

103,931
8,951 =
Y 1 x 49,127
Y1 = 0,236

Menghitung Bilangan Froude



Fr = g× y
√ 1

Dimana, yu = Kedalaman air di awal loncatan air, m


Fr = Bilangan Froude
V1 = Kecepatan awal loncatan, m/dt
g = Percepatan gravitasi, (9,81 m/dt2)

Fr = g× y
√ 2

8,951
=
√ 9,81× 0,236
= 5,878 > 1 (Super Kritis) Loncatan ideal dan tetap (steady jump)

Digunakan USBR Tipe III

51
Keval Iklastyo K (202010340311176)
Keval Iklastyo K(202010340311176)

3.12 Kolam Peredam Energi


Desain Peredam Energi Tipe USBR III
Untuk meredam kecepatan yang tinggi di buat suatu konstruksi peredam
energy. Bentuk hidrolisnya merupakan suatu pertemuan antara penampang
miring, lurus, dan lengkung.
Secara garis besar kolam peredam energy di bagi menjadi empat, yaitu:
- Ruang Olak Tipe Vlugter
- Ruang Olak Tipe Schoklitsch
- Ruang Olak Tipe Bucket
- Ruang Olak Tipe USBR
Pemilihan tipe peredam energy tergantung pada
- Keadaan tanah dasar.
- Tinggi perbedaan muka air hulu dan hilir.
- Sedimen yang di angkut aliran sungai.
- Besarnya bilangan Froude .

Perhitungan Ruang Olakan USBR Tipe III

Perhitungan tinggi muka air di hilir bendung (H2)

Perhitungan dalam menentukan tinggi muka air di hilir bendung ditentukan


berdasarkan rumus kontinuitas dan rumus Strickler, sebagai berikut:

53
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Diketahui : Q = 103,931 m3/dt


Lebar sungai (B) = 43,62 m
K = 70 (beton)

I = 0,001

Penyelesaian:
Q =A.V
= A . K . R2/3 . I1/2

=A.K. [ ]
A
P
2/3
. I1/2

A =Bxh
= 43,62 x h
= 43,62h
P = B + 2h
= 43,62 + 2h

Maka :

Q =A.K. [ ]
A
P
2/3
. I1/2

103,931 = 43,62 h . 70 . [ 43,62 h


43,62+ 2h ] 2/3
. 0,0011/2

-Dari perhitungan Goalseek di dapat nilai h = 1,065 m


- V2 = K . R2/3 . I1/2

= 70 . [ 31,72h
31,72+2 h ]2/3
. 0,0011/2

= 70 . [ 43,62.(1,065)
43,62+ 2(1,065) ] 2/3
. 0,0011/2

= 2,237 m/dtk

V2
- He2 = h2 +
2g
Keval Iklastyo K(202010340311176)
2
2,237
= 1,065 +
2. 9,81
= 1,320 m

Menghitung Panjang Loncatan Air


Untuk menghitung panjang loncatan air dapat menggunakan grafik
yang tertera pada buku Bendungan tipe urugan Dr. Suyono Sosrodarsono hal
222.

Diketahui : Fr : 5,878
Y1 = D1 : 0,236 m
Dari grafik di dapat nilai 2,3 , Maka :
L
Y1
2,3 =
L = 2,3 x 0,236 m = 0,543 m

Menghitung Nilai z :
Elevasi tinggi air normal di hulu bendung = Elevasi mercu
= + 166,6 m
Elevasi tinggi air normal di dasar kolam olak/ = Elevasi dasar sungai – He2

Elevasi tinggi energy di hilir bendung = 163,05 – 1,320 m

55
Keval Iklastyo K (202010340311176)

= + 161,73 m

z = Elevasi tinggi air normal di hulu bendung - Elevasi tinggi air normal di
dasar kolam olak
= 166,6 – 161,73
= 4,87 m
Menghitung Dimensi Kolom Olak USBR

⮚ Menghitung tinggi muka air ke dasar kolam olak (t)


t = 2,4 . hc + 0,4 . z
= 2,4 . 0,769 + 0,4 . 4,87
= 3,794 m
⮚ Menghitung tinggi ambang ujung (hilir)

a = 0,28 . hc .
√ hc
z
⮚ Kedalaman Air di Atas Ambang Ujung
y2 1
= ( √ 1+ 8 Fr 2−1)
yu 2
1
y 2= ( √1+8 ( 5,878 ) −1) x 0,236
2
2
y 2=1,962 m

⮚ Blok Muka
● Tinggi blok muka sama dengan nilai yu
y u=0,236 m
● Jarak antar chute blok (Sc) muka senilai yu
y u=0,236 m
● Jarak antar blok muka dan blok halang (La)
¿ 0,82 x y 2
¿ 0,82 x 1,73
¿ 1,609 m

⮚ Blok Halang
● Tinggi blok halang
yu (4 + Fr)
n 3=
6
0,236 (4 +5,878)
n 3=
6
n 3=0,394 m
● Lebar atas blok halang
Keval Iklastyo K(202010340311176)

¿ 0,23 x n 3
¿ 0,23 x 0,394
¿ 0,08 m
● Jarak antar blok halang
¿ 0,75 x n 3
¿ 0,75 x 0,394
¿ 0,262 m
● Jarak antar blok muka dengan ujung kolam
¿ 2,7 x y 2
¿ 2,7 x 1,962
¿ 5,297 m
● Menghitung tinggi Ambang ujung

n = [ Y u(18+ Fr )
18 ]
= [ 0.236 (18+5,878)
18 ]
= 0,313 m
● Panjang loncatan (Lj)
Lj = 2,7 x y2
= 2,7 x 1,962
= 5,297 m (yang digunakan)

57
Keval Iklastyo K (202010340311176)

3.13 Stabilitas Bendung


Desain Struktur Dan Stabilitas Bendung
Keamanan Terhadap Rembesan

Metode Lane
Metode Lane disebut sebagai metode angka rembesan (Lane), adalah
metode yang dianjurkan untuk mencek bangunan-bangunan uttam untuk
mengetahui adanya erosi bawah tanah. Metode ini membandingkan
panjang jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjnag bidang kontak
bangunan/pondsi dengan beda tingg muka air antara kedua sisi bangunan.
(KP 02 Hal 149)
Rumusnya adalah sebagai berikut :

❑ ❑
∑ ❑1 /3 Lh+ ∑
Cw = ❑ ❑
❑ Lv
(KP 02 Hal 149)
Z

Dimana :

Cw = Angka rembesan Lane


∑ Lv = Jumlah panjang vertikal, (m)
∑ LH = Jumlah panjang horisontal, (m)
Z = Beda tinggi muka air, (m)
Tabel 5.1 Harga-harga minimum angka rembesan Lane (CL) KP 02 Hal
150
Keval Iklastyo K(202010340311176)

a) Kondisi Normal
● Panjang jalur rembesan (Ld)
Ld = ∑ 1/3 LH + ∑ LV
= (5,82 m + 12,51 m)
= 18,3 m

● Perhitungan angka rembesan Lane (CL)


Muka air normal di hulu mercu = +166,60 m
Muka air normal di hilir mercu = + 161,73 m
Beda tinggi air di hulu dan hilir mercu (Z) = 166,60 – 161,73
= 4,87 m
CLI = Ld / Z
= 18,33 m / 4,87 m
= 3,76 > CL = 3,0 (Lempung Lunak) ok
b) Kondisi Banjir
● Panjang jalur rembesan (Ld)
Ld = ∑ 1/3 LH + ∑ LV
= (5,82+ 12,51 m)
= 18,33 m

● Perhitungan angka rembesan Lane (CL)


Muka air normal di hulu mercu = + 167,568 m
Muka air normal di hilir mercu = + 165,524 m
Beda tinggi air di hulu dan hilir mercu (Z) = 167,568 – 165,524
= 2,044 m
CLI = Ld / Z
= 18,33m / 2,044 m
= 8,96 > CL = 3,0 (Lempung Lunak) ok

c) Gaya Angkat (Uplift)

59
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Lw
P = (H - z) . γw (KP 02 Hal 140)
Ld
Dimana :
P = Gaya angkat, (kN/m2)
H = Tinggi energi di hulu bendung, (m)
Ld = Panjang rembesan, (m)
L = Total panjang rembesan, (m)
Z = Beda tinggi muka air di hulu dan hilir bendung, (m)

Perhitungan Rembesan
a) Kondisi Normal

Tabel Perhitungan Rembesan Kondisi Normal (Metode Lane)


Panjang Rembesan
ΔH = (Ld/L)
Titik Garis H P = H - ΔH
Vert. Horiz. 1/3 . Horiz Ld xZ

A         0 0 3.10 3.10
  A-B 1     2      
B           0.65 4.10 3.45
  B-C   0.5 0.17 2.17      
C           0.70 4.10 3.40
  C-D 0.5     2.67      
D           0.86 3.60 2.74
  D-E   0.5 0.17 2.83      
E           0.92 3.60 2.68
  E-F 0.5     3.33      
F           1.08 4.10 3.02
  F-G   1 0.33 3.67      
G           1.19 4.10 2.91
  G-H 0.5     4.17      
H           1.35 3.60 2.25
  H-I   0.5 0.17 4.33      
I           1.40 3.60 2.20
  I-J 0.75     5.08      
J           1.64 4.35 2.71
  J-K   0.5 0.17 5.25      
K           1.70 4.35 2.65
  K-L 0.5     5.75      
L           1.86 3.85 1.99
  L-M   0.5 0.17 5.92      
Keval Iklastyo K(202010340311176)

M           1.91 3.85 1.94


  M-N 0.75     6.67      
N           2.16 4.60 2.44
  N-O   1 0.33 7.00      
O           2.26 4.60 2.34
  O-P 1     8.00      
P           2.59 3.60 1.01
  P-Q   1 0.33 8.33      
Q           2.69 3.60 0.91
10.3
     
  Q-R 2   3  
R           3.34 5.60 2.26
10.8
0.50    
  R- S   1.5 3  
S           3.50 5.60 2.10
11.5
     
  S-T 0.68   1  
T           3.72 4.92 1.20
13.6
   
  T-U   6.36 2.12 3  
U           4.41 4.92 0.51
13.8
   
  U-V 0.22     5  
V           4.48 5.14 0.66
14.0
   
  V-W   0.5 0.166667 2  
W           4.53 5.14 0.61
15.0
   
  W-X 1.04     6  
X           4.87 4.38 0
JUMLAH   9.44   4.62       48.59

b) Kondisi Banjir

Tabel Perhitungan Rembesan Kondisi Banjir (Metode


Lane)
Panjang Rembesan
Gari ΔH = (Ld/L) P=H-
Titik Vert H
s Horiz. 1/3 . Horiz Ld xZ ΔH
.
4.06
A         0 0 4.07
8
  A-B 1     1      
5.06
B           0.21 4.85
8
  B-C   0.5 0.17 1.17      

61
Keval Iklastyo K (202010340311176)

5.06
C           0.25 4.82
8
  C-D 0.5     1.67      
4.56
D           0.36 4.21
8
  D-E   0.5 0.17 1.83      
4.56
E           0.39 4.17
8
  E-F 0.5     2.33      
5.06
F           0.50 4.57
8
  F-G   1 0.33 2.67      
5.06
G           0.57 4.49
8
  G-H 0.5     3.17      
4.56
H           0.68 3.89
8
  H-I   0.5 0.17 3.33      
4.56
I           0.72 3.85
8
  I-J 0.75     4.08      
5.31
J           0.88 4.44
8
  J-K   0.5 0.17 4.25      
5.31
K           0.91 4.40
8
  K-L 0.5     4.75      
4.81
L           1.02 3.80
8
  L-M   0.5 0.17 4.92      
4.81
M           1.06 3.76
8
  M-N 0.75     5.67      
5.56
      1.22 4.35
N   8
  N-O   1 0.33 6.00      
5.56
      1.29 4.28
O 8
  0-P 1     7.00      
4.56
    1.50 3.06
P       8
  P-Q   1 0.33 7.33      
4.56
1.58 2.99
Q           8
  Q-R 2     9.33      
6.56
2.01 4.56
R           8
Keval Iklastyo K(202010340311176)

  R- S   6.15 0.50 9.83      


6.56
2.11 4.45
S         8
10.5
0.68        
  S-T 1  
5.88
T         2.26 3.63
  8
12.6
   
  T-U   6.36 2.12 3  
5.88
    2.72 3.17
U       8
12.8
   
  U-V 0.22     5  
6.10
2.76 3.34
V           8
13.0
   
  V-W   0.5 0.166667 2  
6.10
2.80 3.31
W           8
14.0
   
  W-X 1.04     6  
X           3.02 4 0.98
JUMLA
H   9.44   4.62       93.46

63
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Stabilitas Bendung

Dasar Perhitungan :

Dalam perencanaan suatu bendung harus diusahakan agar aman terhadap

bahaya yang mungkin terjadi. Bahaya tersebut dapat berupa gempa di sekitar

bendung yang dapat mengakibatkan bendung terguling, tergeser dan amblas karena

tanah dasar tidak sanggup menahan beban konstruksi.

Untuk memperhitungkan keselamatan yang cukup terhadap bahaya tersebut, maka

perlu ditinjau stabilitas terhadap tubuh bendungnya. Selain akibat gempa (Fg)

stabilitas bendung juga dipengaruhi oleh gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi,

yaitu :

▪ Gaya Vertikal :
1. Gaya vertikal akibat beban konstruksi bendung
2. Gaya vertikal akibat berat air di atas mercu bending
3. Gaya vertikal akibat uplift
▪ Gaya Horizontal :
1. Gaya horizontal akibat tekanan air
2. Gaya horizontal akibat tekanan tanah dan lumpur
3. Gaya horizontal akibat gempa

Data hitung stabilitas bendung sebagai berikut:


γbeton = 2,40 t/m3 Data tanah dasar :
γbatu = 2,20 t/m3 φ = 21,5°
γb = 1,68 t/m3 c = 1,3
γsat = 1,91 t/m3 Koef. Gempa (kh) = 0,18
γw = 1,00 t/m3
Keval Iklastyo K(202010340311176)

1. Stabilitas Bendung Kondisi Normal

A. Gaya Vertikal

1. Gaya Vertikal Akibat Beban Konstruksi (W)

Diketahui : Berat Jenis Konstruksi (γbeton) = 2,4 t/m3


Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γbeton (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)
Jarak Ke Titik X
Gaya Lengan
BJ (t/m³) Notasi Lebar (m) Tinggi (m) Rasio Momen
(t) Momen
(t.m)
(m)
2.4 W1 0.5 1 1 1.200 13.600 16.320
2.4 W2 2 0.5 1 2.400 12.360 29.664
2.4 W3 1 0.5 1 1.200 12.360 14.832
2.4 W4 2 0.75 1 3.600 10.360 37.296
2.4 W5 5 0.5 1 6.000 11.110 66.660
2.4 W6 1 0.75 1 1.800 9.800 17.640
2.4 W7 2.77 0.5 1 3.324 7.900 26.260
2.4 W8 1.5 2 1 7.200 7.610 54.792
2.4 W9 1.56 1.47 1 5.504 8.820 48.542
2.4 W10 1.45 1.47 0.5 2.558 7.500 19.184
2.4 W11 0.75 2.95 1 5.310 9.980 52.994
2.4 W12 1.56 1.47 0.5 2.752 9.120 25.097
2.4 W13 0.49 0.5 0.5 0.294 6.420 1.887
2.4 W14 0.76 0.82 1 1.496 6.480 9.692
2.4 W 15 0.93 0.82 0.5 0.915 0.58 0.531
2.4 W16 6.36 0.5 1 7.632 3.680 28.086
2.4 W17 0.5 0.72 1 0.864 0.250 0.216
2.4 W18 0.47 0.31 0.5 0.175 0.250 0.044
2.4 W19 0.1 0.31 1 0.074 0.050 0.004
2.4 W20 0.5 0.015 0.5 0.009 9.980 0.090
2.4 W21 0.2 0.015 0.5 0.004 10.220 0.037
∑V=         54.310 ∑MT= 449.866

2. Gaya Vertikal Akibat Berat Air di Atas Mercu Bendung (Ww)

Diketahui : Berat Jenis Air (γair) = 1,0 t/m3


Cara Perhitungan :

65
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Gaya = Volume (m3) x γair (t/m3) = ton


Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 8.4 Gaya dan Momen Vertikal Akibat Berat Air

Jarak ke Titik X
Lebar Tinggi
ɣair (t/m3) Notasi Rasio Gaya (t) Lengan
(m) (m) Momen
Momen
(t.m)
(m)
1 Ww1 3.5 3.1 1 15.4 12.1 186.340
∑V= 15.400 ∑MT= 186.340

3. Gaya Vertikal Akibat Uplift (U)

Diketahui : Berat Jenis Air (γair) = 1,0 t/m3


Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γair (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 8.5 Gaya dan Momen Vertikal Akibat Uplift

Jarak ke Titik X
Tinggi ɣair Lengan
Notasi Lebar (m) Rasio Gaya (t) Momen
(m) (t/m3) Momen
(t.m)
(m)
U1 0.5 3.4 1 1 1.700 13.61 23.137
U2 0.5 2.68 1 1 1.340 13.11 17.567
U3 1 2.91 1 1 2.910 12.36 35.968
U4 0.5 2.2 1 1 1.100 11.61 12.771
U5 0.5 2.65 1 1 1.325 11.11 14.721
U6 0.5 1.94 1 1 0.970 10.61 10.292
U7 1 2.34 1 1 2.340 9.86 23.072
U8 1 0.91 1 1 0.910 8.8 8.008
U9 1.5 2.1 1 1 3.150 7.61 23.972
U10 6.36 0.51 1 1 3.244 3.68 11.936
U11 0.5 0.61 1 1 0.305 0.025 0.008
Keval Iklastyo K(202010340311176)

U12 0.5 0.05 1 0.5 0.013 0.033 0.000


U13 6.36 0.69 1 0.5 2.194 4.74 10.401
U14 1.5 0.16 1 0.5 0.120 7.86 0.943
U15 1 0.1 1 0.5 0.050 9.02 0.451
U16 1 0.1 1 0.5 0.050 10.03 0.502
U17 0.5 0.05 1 0.5 0.013 10.7 0.134
U18 0.5 0.06 1 0.5 0.015 11.19 0.168
U19 0.5 0.05 1 0.5 0.0125 11.69 0.146
U20 1 0.11 1 0.5 0.055 12.53 0.689
U21 0.5 0.06 1 0.5 0.015 13.18 0.198
U22 0.5 0.05 1 0.5 0.0125 13.69 0.171
∑V= 21.843 ∑MT= 195.254

B. Gaya Horizontal

1. Gaya Horiozontal Akibat Tekanan Air

Diketahui : Berat Jenis Air (γair) = 1,0 t/m3


Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γair (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 8.6 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Tekanan Air

Jarak ke Titik O
3
Notasi Tinggi (m) ɣair (t/m ) Rasio Gaya (t) Lengan Momen Momen
(m) (t.m)
Pw1 3.1 1 0.5 4.326 3.07 13.281
Pw2 1 1 0.5 2.026 1.37 2.776
∑H= 6.352 ∑MG= 16.056

Jarak ke Titik O
3
Notasi Tinggi (m) ɣair (t/m ) Rasio Gaya (t) Lengan Momen Momen
(m) (t.m)
Pw3 1.04 1 0.5 0.541 0.34 0.184
∑H= 0.541 ∑MG= 0.184

2. Gaya Horizontal Akibat Tekanan Tanah dan Lumpur

Diketahui :

67
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Sudut geser tanah, Ø = 21,5o


Berat jenis tanah (γsat) = 1.91 t/m3
Berat jenis lumpur (γs) = 1,70 t/m3
Berat Jenis Air (γw) = 1,00 t/m3
γ' = γsat – γw = 0.91 t/m3
∅ 21,5
Ka = tan2 x (45 − ) = tan2 x (45 − ) = 0.46
2 2
∅ 21,5
Kp = tan2 x (45 + ) = tan2 x (45 + ) = 2.15
2 2
Cara Perhitungan : Pa
Gaya (ton) = ½ x (Ka x γ’ x H) x H

= ½ x Ka x γ’ x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling
Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen
Cara Perhitungan : Pp
Gaya (ton) = ½ x (Kp x γ’ x H) x H

= ½ x Ka x γ’ x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling
Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen
Cara Perhitungan : Ps
Gaya (ton) = ½ x (γs x H) x H

= ½ x γs x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling
Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen

Tabel 8.7 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Tekanan

Jarak ke Titik X
3
Notasi Ka/Kp Tinggi ɣ' (t/m ) Rasio Gaya (t) Lengan Momen
Momen (m) (t.m)
Pa1 0.46 0.5 0.91 0.5 0.052 1.210 0.063
Pa2 0.46 0.5 0.91 0.5 0.052 1.21 0.063
Pa3 0.46 0.75 0.91 0.5 0.118 0.79 0.093
Pa4 0.46 2 0.91 0.5 0.837 0.21 0.176
Pa5 0.46 0.5 0.91 0.5 0.052 0.075 0.004
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Pa6 0.46 1 0.91 0.5 0.209 1.38 0.289


∑H= 1.321 ∑MG= 0.688
Pp1 2.15 0.5 0.91 0.5 0.245 1.21 0.296
Pp2 2.15 0.5 0.91 0.5 0.245 1.21 0.296
Pp3 2.15 0.5 0.91 0.5 0.245 0.96 0.235
Pp4 2.15 1 0.91 0.5 0.978 0.88 0.861
Pp5 2.15 0.68 0.91 0.5 0.452 0.22 0.100
Pp6 2.15 1.04 0.91 0.5 1.058 0.34 0.360
∑H=         2.164 ∑MT= 2.147
Ps   3.1 1.7 0.5 8.169 3.07 25.077
∑H=         8.169 ∑MT= 25.077

3. Gaya Horizontal Akibat Gempa (G)

Kh = 0,18 (Ketentuan Soal)

Y = Jarak dari titik berat ke ujung dasar pondasi

Tabel 8.8 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Gempa

Notasi F (t) Kh F X Kh Lengan Momen (m) Momen (t.m)

G1 1.200 0.18 0.216 1.540 0.333


G2 2.400 0.18 0.432 1.780 0.769
G3 1.200 0.18 0.216 1.290 0.279
G4 3.600 0.18 0.648 1.670 1.082
G5 6.000 0.18 1.080 1.040 1.123
G6 1.800 0.18 0.324 0.920 0.298
G7 3.324 0.18 0.598 1.790 1.071
G8 7.200 0.18 1.296 0.540 0.700
G9 5.504 0.18 0.991 2.780 2.754
G10 2.558 0.18 0.460 2.530 1.165
G11 5.310 0.18 0.956 3.520 3.364
G12 2.752 0.18 0.495 4.030 1.996
G13 0.294 0.18 0.053 1.710 0.090
G14 1.496 0.18 0.269 1.130 0.304
G15 0.915 0.18 0.165 1.000 0.165
G16 7.632 0.18 1.374 0.470 0.646
G17 0.864 0.18 0.156 0.360 0.056
G18 0.175 0.18 0.031 0.830 0.026
G19 0.074 0.18 0.013 0.880 0.012
G20 0.009 0.18 0.002 5.050 0.008
G21 0.004 0.18 0.001 5.050 0.003
∑H= 9.729 ∑MG= 16.244

69
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Tabel 8.9 Rekapitulasi Nilai dan Gaya Pada Kondisi Normal

MG
Gaya V (t) MT (t.m) H (t)
(t.m)
Akibat Berat Sendiri
54.310 449.866 - -
(w)
Akibat Berat Air (Ww) 15.400 186.340 - -
Akibat Uplift (U) -21.843 -195.254 - -
Tekanan Air (Pw Kiri ) - - 6.352 16.056
Tekanan Air (Pw
- - -0.541 -0.184
Kanan)
Tekanan Aktif (Pa) - - 1.321 0.688
Tekanan Pasif (Pp) - - -2.164 -2.147
Tekanan Lumpur (Ps) - - 8.169 25.077
∑ 47.867 440.952 13.137 39.491
Akibat Gempa - - 9.729 16.244
∑ 47.867 440.952 22.865 55.736
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Kontrol Stabilitas Bendung

a. Pada Kondisi Normal

MG
Gaya V (t) MT (t.m) H (t)
(t.m)
∑ Tanpa Gempa 47.867 440.952 13.137 39.491
∑ Dengan Gempa 47.867 440.952 22.865 55.736

1. Terhadap guling

Rumus : SF =

(Berdasarkan Rumus Buku Desain Bendung Hal 13)


Dimana :
SF = Angka Keamanan
∑MT = Jumlah Momen Tahanan (tm)
∑MG = Jumlah Momen Guling (tm)
Maka :
∑ MT 440,952
Tanpa Gempa : SF = = = 11,07 ≥ 1,50
∑ MG 39,851
ok
∑ MT 440,952
Dengan Gempa : SF = = = 7,84 ≥ 1,25 ok
∑ MG 56,216

2. Terhadap geser

Diketahui : c = kekuatan geser bahan = 1,3 t/m2


B = lebar dasar yang dipertimbangkan =1m
L = panjang dasar yang dipertimbangkan = 13,86 m

Rumus : SF =

(Berdasarkan Rumus Buku Desain Bendung Hal 12)

Dimana :
SF = Angka Keamanan

71
Keval Iklastyo K (202010340311176)

∑V = Jumlah Gaya Vertikal (ton)


∑H = Jumlah Gaya Horizontal (ton)
f = tan Ø = Koefisien geser antara tanah dasar pondasi dengan
dasar pondasi
Maka :
c . A+ f .∑ v
Tanpa Gempa : SF = ≥ 1,50
∑H
21,5 . 47,867
SF = ≥ 1,50
13,137
SF = 2,79 ≥ 1,50 ok

c . A+ f .∑ v
Dengan Gempa : SF = ≥ 1,20
∑H
21,5 . 47,867
SF = ≥ 1,20
22,865
SF = 1,60 ≥ 1,20 ok

3. Terhadap daya dukung


Perhitungan daya dukung ini dipakai rumus daya dukung Terzaghi
Rumus :
q = c. Nc+ γ.D.Nq+1/2.γ.B.Nγ

Dimana:
q = Daya dukung keseimbangan (t/m2)
B = Lebar pondasi (m)
D = Kedalaman pondasi (m)
C = Kohesi
γ = Berat isi tanah (t / m3)
N c, Nq, Nγ = Faktor daya dukung yang tergantung dari besarnya sudut

geser dalam (Φ)

Data tanah dasar :

Φ = 21,50

C = 1,3 t/m2
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Pada perencanaan bendung ini, pondasi ditempatkan pada kedalaman :


Df = +163,05 – (+160,55)
Df = 2,5 m
B = 13,86 m
Parameter tanah dasar pondasi (pasir dan batuan) yaitu :
γt = 1,90 t/m³
Φ = 21,5°
C = 1,3 t/m2
Untuk Φ = 24°, didapat nilai :

Nc = 19,63

Nq = 8,74

Nγ = 6,2

Dengan nilai-nilai diatas maka didapat sebagai berikut :


qultimate = C . Nc + γt . Df . Nq + 0,5 . γt . B . Nγ
qultimate = (1,3 t/m2 . 19,63) + (1,90 t/m³. 2,5 m . 8,74) + (0,5 .
1,90t/m³ . 13,86 m . 6,2)
qultimate = 148,67 t/m²
Berdasarkan harga daya dukung batas, dapat ditentukan daya dukung ijin,
yaitu dengan membagi harga daya dukung atas dengan faktor keamanan (n) .
Dengan mengambil harga faktor keamanan (n) sebesar 3, maka didapat harga
daya dukung ijin sebesar :
qall = qultimate / 3
qall = 148,67 / 3
qall = 49,56 t/m²
Rumus :

e = - σ1 = x (1 )

(Berdasarkan Rumus Buku Desain Bendung Hal 9)

73
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Diketahui ; L = 13,86 m
Tanpa Gempa :
∑ MT −∑ MG L L
e=
∑V
-2 ≤
6
440,952−39,851 13,86 13,86
= 47,867 - 2 ≤
6
= 1,45 m ≤ 2,31 m ok

∑V 6 xe 47,867 6 x 1.45
σ1 = L x (1 + L ) = 13,86 x (1 + 13,86 ) = 5,621

t/m2
∑V 6 xe 47,867 6 x 1,45
σ2 = L x (1 - L ) = 13,86 x (1 - 13,86 ) = 1,287 t/m
2

Kesimpulan :

σ1 = 5,621 t/m2 < 49,56 t/m2 ok

σ2 = 1,287 t/m2 < 49,56 t/m2 ok

Dengan Gempa :
∑ MT −∑ MG L L
e= – ≤
∑V 2 6
440,952−56,216 13,86 13,86
= 47,867 – 2 ≤
6
= 1,1 m ≤ 2,31 m ok

∑V 6 xe 47,867 6 x 1,1
σ1 = L x (1 + L ) = 13,86 x (1 + 13,86 ) = 5,1 t/m2

∑V 6 xe 47,867 6 x 1,1
σ2 = L x (1 - L ) = 13,86 x (1 1 13,86 ) = 1,79 t/m
2

Kesimpulan :

σ1 = 5,1 t/m2 < 49,56 t/m2 ok

σ2 = 1,79 t/m2 < 49,56 t/m2 ok


Keval Iklastyo K(202010340311176)

Tabel 8.17 Rekapitulasi Stabilitas Konstruksi


Keadaan Air Normal Tanpa Gempa
Keadaan Air
Stabilitas
Normal          
  Syarat Fg Fs e σ1 σ2
Terhadap Guling Fg ≥ 1,5 11,07        
Terhadap Geser Fs ≥ 1,5   2,79      
Terhadap Eksentrisitas e ≤ L/6     1,45    
Terhadap Tegangan Tanah σ≤q       5,621 1,287

Tabel 8.18 Rekapitulasi Stabilitas Konstruksi


Keadaan Air Normal Dengan Gempa
Keadaan Air
Stabilitas
Normal          
  Syarat Fg Fs e σ1 σ2
Terhadap Guling Fg ≥ 1,5 7,84        
Terhadap Geser Fs ≥ 1,5   1,06      
Terhadap Eksentrisitas e ≤ L/6     1,1    
Terhadap Tegangan Tanah σ≤q       5,1 1.79

75
Keval Iklastyo K (202010340311176)

2. Stabilitas Bendung Kondisi Banjir

A. Gaya Vertikal

1. Gaya Vertikal Akibat Beban Konstruksi (W)

Diketahui : Berat Jenis Konstruksi (γbeton) = 2,4 t/m3


Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γbeton (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 8.10 Gaya dan Momen Vertikal Akibat Konstruksi

Jarak Ke Titik X
BJ (t/m³) Notasi Lebar (m) Tinggi (m) Rasio Gaya (t) Lengan
Momen
Momen
(t.m)
(m)
2.4 W1 0.5 1 1 1.200 13.600 16.320
2.4 W2 2 0.5 1 2.400 12.360 29.664
2.4 W3 1 0.5 1 1.200 12.360 14.832
2.4 W4 2 0.75 1 3.600 10.360 37.296
2.4 W5 5 0.5 1 6.000 11.110 66.660
2.4 W6 1 0.75 1 1.800 9.800 17.640
2.4 W7 2.77 0.5 1 3.324 7.900 26.260
2.4 W8 1.5 2 1 7.200 7.610 54.792
2.4 W9 1.56 1.47 1 5.504 8.820 48.542
2.4 W10 1.45 1.47 0.5 2.558 7.500 19.184
2.4 W11 0.75 2.95 1 5.310 9.980 52.994
2.4 W12 1.56 1.47 0.5 2.752 9.120 25.097
2.4 W13 0.49 0.5 0.5 0.294 6.420 1.887
2.4 W14 0.76 0.82 1 1.496 6.480 9.692
2.4 W 15 0.93 0.82 0.5 0.915 0.58 0.531
2.4 W16 6.36 0.5 1 7.632 3.680 28.086
2.4 W17 0.5 0.72 1 0.864 0.250 0.216
2.4 W18 0.47 0.31 0.5 0.175 0.250 0.044
2.4 W19 0.1 0.31 1 0.074 0.050 0.004
2.4 W20 0.5 0.015 0.5 0.009 9.980 0.090
2.4 W21 0.2 0.015 0.5 0.004 10.220 0.037
∑V=         54.310 ∑MT= 449.866

2. Gaya Vertikal Akibat Berat Air di Atas Mercu Bendung (Ww)


Keval Iklastyo K(202010340311176)

Diketahui : Berat Jenis Konstruksi (γw) = 1,00 t/m3


Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γbeton (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 8.11 Gaya dan Momen Vertikal Akibat Berat Air

Jarak Ke Titik O
ϒ air Panjang Lengan
Notasi Lebar (m) Rasio Gaya (t) Momen
(t/m3) (m) Momen
(t.m)
(m)
Ww1 1 3.5 1.335 1 4.67 12.09 56.49
Ww2 1 0.873 0.56 0.5 0.24 9.90 2.42
Ww3 1 0.6 0.56 0.5 0.17 8.83 1.48
Ww4 1 0.58 0.5 0.5 0.15 8.65 1.25
Ww5 1 0.58 0.5 0.5 0.15 8.29 1.20
Ww6 1 0.5 0.47 0.5 0.12 8.12 0.95
Ww7 1 0.5 0.47 0.5 0.12 7.79 0.92
Ww8 1 0.48 0.44 0.5 0.11 7.63 0.81
Ww9 1 0.48 0.44 0.5 0.11 7.33 0.77
Ww10 1 0.45 0.42 0.5 0.09 7.18 0.68
Ww11 1 0.45 0.42 0.5 0.09 6.89 0.65
Ww12 1 0.43 0.4 0.5 0.09 6.75 0.58
Ww13 1 0.43 0.4 0.5 0.09 6.47 0.56
Ww14 1 0.41 0.38 0.5 0.08 6.34 0.49
Ww15 1 0.41 0.38 0.5 0.08 6.08 0.47
Ww16 1 0.39 0.95 0.5 0.19 5.95 1.10
Ww17 1 0.39 0.36 0.5 0.07 5.6 0.39
Ww18 1 0.16 1.61 0.5 0.13 5.5 0.71
Ww19 1 0.23 1.61 1 0.37 4.49 1.66
Ww20 1 0.36 0.59 0.5 0.11 4.07 0.43
Ww21 1 0.43 0.59 0.5 0.13 3.28 0.42
Ww22 1 0.43 0.69 1 0.30 2.75 0.82
Ww23 1 0.2 2.05 1 0.41 2.66 1.09
Ww24 1 0.39 1.55 1 0.60 2.41 1.46
Ww25 1 0.44 0.69 0.5 0.15 2.64 0.40
Ww26 1 0.49 0.77 0.5 0.19 1.89 0.36
Ww27 1 0.87 0.77 1 0.67 2.04 1.37
Ww28 1 1.95 1.065 1 2.08 1.104 2.29
Ww29 1 1.65 0.57 1 0.94 0.28 0.26

77
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Ww30 1 0.3 0.57 0.5 0.09 0.32 0.03


Ww31 1 0.6 1.7 1 1.02 9.36 9.55
  ∑V 5.23 ∑MT 92.07

3. Gaya Vertikal Akibat Uplift (U)

Diketahui : Berat Jenis Konstruksi (γw) = 1,00 t/m3


Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γbeton (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 8.12 Gaya dan Momen Vertikal Akibat Uplift

Jarak Ke Titik O
ϒ air Lebar Tinggi Lengan
Notasi Rasio Gaya (t) Momen
(t/m3) (m) (m) Momen
(t.m)
(m)
U1 1 0.5 4.82 0.5 1.205 13.610 16.400
U2 1 0.5 4.17 1 2.085 13.110 27.334
U3 1 1 4.49 0.5 2.245 12.360 27.748
U4 1 0.5 3.85 1 1.925 11.610 22.349
U5 1 0.5 4.4 0.5 1.100 11.110 12.221
U6 1 0.5 3.76 1 1.880 10.620 19.966
U7 1 1 4.28 0.5 2.140 9.860 21.100
U8 1 1 2.99 1 2.990 8.860 26.491
U9 1 1.5 4.45 0.5 3.338 7.610 25.398
U10 1 6.36 3.17 1 20.161 3.670 73.992
U11 1 0.5 3.31 0.5 0.828 0.250 0.207
U12 1 0.5 0.03 1 0.015 0.330 0.005
U13 1 6.36 0.46 0.5 1.463 4.740 6.934
U14 1 1.5 0.11 1 0.165 7.860 1.297
U15 1 1 0.07 0.5 0.035 9.020 0.316
U16 1 1 0.07 1 0.070 10.020 0.701
U17 1 0.5 0.04 0.5 0.010 10.690 0.107
U18 1 0.5 0.04 1 0.020 11.190 0.224
U19 1 0.5 0.04 0.5 0.010 11.690 0.117
U20 1 1 0.08 1 0.080 11.520 0.922
U21 1 0.5 0.04 0.5 0.010 13.190 0.132
U22 1 0.5 0.03 1 0.015 13.690 0.2054
Keval Iklastyo K(202010340311176)

        ∑V 41.79 ∑MT 284.166

79
Keval Iklastyo K (202010340311176)

B. Gaya Horizontal

1. Gaya Horiozontal Akibat Tekanan Air

Diketahui : Berat Jenis Air (γair) = 1,0 t/m3


Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γair (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 8.13 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Tekanan Air

Jarak Ke Titik O
ϒ air Tinggi Lengan
Notasi Rasio Gaya (t) Momen
(t/m3) (m) Momen
(t.m)
(m)
Pw1 1 3.1 0.5 4.805 3.07 14.751
Pw2 1 4.06 0.5 8.2418 3.37 27.775
Pw3 1 1 0.5 0.5 1.37 0.685
  ∑H 13.547 ∑MG 43.211

Jarak Ke Titik O
ϒ air Tinggi Lengan
Notasi Rasio Gaya (t) Momen
(t/m3) (m) Momen
(t.m)
(m)
Pw4 1 1.04 0.5 0.5408 1.57 0.84906
Pw5 1 1.04 1 1.0816 0.52 0.56243
  ∑H 1.6224 ∑MG 1.41149

1. Gaya Horizontal Akibat Tekanan Tanah dan Lumpur

Diketahui :
Sudut geser tanah, Ø = 21,5o
Berat jenis tanah (γsat) = 1.91 t/m3
Berat jenis lumpur (γs) = 1,70 t/m3
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Berat Jenis Air (γw) = 1,00 t/m3


γ' = γsat – γw = 0.91 t/m3
∅ 21,5
Ka = tan2 x (45 − ) = tan2 x (45 − ) = 0.46
2 2
∅ 21,5
Kp = tan2 x (45 + ) = tan2 x (45 + ) = 2.15
2 2
Cara Perhitungan : Pa
Gaya (ton) = ½ x (Ka x γ’ x H) x H

= ½ x Ka x γ’ x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling
Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen
Cara Perhitungan : Pp
Gaya (ton) = ½ x (Kp x γ’ x H) x H

= ½ x Ka x γ’ x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling
Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen
Cara Perhitungan : Ps
Gaya (ton) = ½ x (γs x H) x H

= ½ x γs x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling
Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen

Tabel 8.7 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Tekanan dan Lumpur

Jarak Ke Titik O
Tinggi Lengan
Notasi Ka/Kp ϒ' (t/m3) Rasio Gaya (t) Momen
(m) Moemen
(t.m)
(m)
Pa1 0.46 0.91 0.5 0.5 0.095 1.210 0.115
Pa2 0.46 0.91 0.5 0.5 0.095 1.21 0.115
Pa3 0.46 0.91 0.75 0.5 0.143 0.79 0.113
Pa4 0.46 0.91 2 0.5 0.381 0.21 0.080
Pa5 0.46 0.91 0.5 0.5 0.095 0.075 0.007
Pa6 0.46 0.91 1 0.5 0.190 1.38 0.263
  ∑H 1.000 ∑MG 0.693
Pp1 2.15 0.91 0.5 0.5 0.445 1.21 0.539

81
Keval Iklastyo K (202010340311176)

Pp2 2.15 0.91 0.5 0.5 0.445 1.21 0.539


Pp3 2.15 0.91 0.5 0.5 0.445 0.96 0.427
Pp4 2.15 0.91 1 0.5 0.890 0.88 0.783
Pp5 2.15 0.91 0.68 0.5 0.605 0.22 0.133
Pp6 2.15 0.91 1.04 0.5 0.926 0.34 0.315
        ∑H 3.757 ∑MG 2.736
Ps   1.7 3.1 0.5 8.169 3.07 25.077
  ∑H 8.169 ∑MG 25.077

3. Gaya Horizontal Akibat Gempa (G)

Kh = 0,18 (Ketentuan Soal)

Y = Jarak dari titik berat ke ujung dasar pondasi

Tabel 8.8 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Gempa

Lengan
Momen
Notasi F (t) Kh F x Kh Momen
(t.m)
(m)
G1 1.200 0.18 0.216 1.540 0.333
G2 2.400 0.18 0.432 1.780 0.769
G3 1.200 0.18 0.216 1.290 0.279
G4 3.600 0.18 0.648 1.670 1.082
G5 6.000 0.18 1.080 1.040 1.123
G6 1.800 0.18 0.324 0.920 0.298
G7 3.324 0.18 0.598 1.790 1.071
G8 7.200 0.18 1.296 0.540 0.700
G9 5.504 0.18 0.991 2.780 2.754
G10 2.558 0.18 0.460 2.530 1.165
G11 5.310 0.18 0.956 3.520 3.364
G12 2.752 0.18 0.495 4.030 1.996
G13 0.294 0.18 0.053 1.710 0.090
G14 1.496 0.18 0.269 1.130 0.304
G15 0.915 0.18 0.165 1.000 0.165
G16 7.632 0.18 1.374 0.470 0.646
G17 0.864 0.18 0.156 0.360 0.056
G18 0.175 0.18 0.031 0.830 0.026
G19 0.074 0.18 0.013 0.880 0.012
G20 0.009 0.18 0.002 5.050 0.008
G21 0.004 0.18 0.001 5.050 0.003
  ∑H 9.776 ∑MG 16.244
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Tabel 8.9 Rekapitulasi Nilai dan Gaya Pada Kondisi Banjir

Gaya/Tekan V (t) MT (t.m) H (t) MG (t.m)


Akibat Berat Sendiri (W) 54.30 449.87 - -
Akibat Berat Air (Ww) 5.23 92.07 - -
Akibat Uplift (U) -41.79 - - -284.166
Tekanan Air (Pw) [Kanan] - 1.411 1.622 -
Tekanan Air (Pw) [Kiri] - - -13.547 -43.211
Tekanan Aktif (Pa) - - -1.000 -0.693
Tekanan Pasif (Pp) - 2.736 3.757 -
Tekanan Lumpur (Ps) - - -8.169 -25.077
∑ 17.74 546.08 -17.336 -353.148
Akibat Gempa -   -9.776 -16.244
∑ 17.74 546.080 -27.112 -369.392

Gaya/Tekan V (t) MT (t.m) H (t) MG (t.m)


∑ Tanpa Gempa 17.74 546.08 -17.336 -353.148
∑ Dengan Gempa 17.74 546.080 -27.112 -369.392

1. Terhadap guling

Rumus : SF =

(Berdasarkan Rumus Buku Desain Bendung Hal 13)


Dimana :
SF = Angka Keamanan
∑MT = Jumlah Momen Tahanan (tm)
∑MG = Jumlah Momen Guling (tm)
Maka :
∑ MT 546.08
Tanpa Gempa : SF = = = 1,54 ≥ 1,50
∑ MG 353.148
ok
∑ MT 546.08
Dengan Gempa : SF = = = 1,48 ≥ 1,25 ok
∑ MG 369.392
2. Terhadap geser

Diketahui : c = kekuatan geser bahan = 1,3 t/m2

83
Keval Iklastyo K (202010340311176)

B = lebar dasar yang dipertimbangkan =1m


L = panjang dasar yang dipertimbangkan = 13,86 m

Rumus : SF =

(Berdasarkan Rumus Buku Desain Bendung Hal 12)

Dimana :
SF = Angka Keamanan
∑V = Jumlah Gaya Vertikal (ton)
∑H = Jumlah Gaya Horizontal (ton)
f = tan Ø = Koefisien geser antara tanah dasar pondasi dengan
dasar pondasi
Maka :
c . A+ f .∑ v
Tanpa Gempa : SF = ≥ 1,50
∑H
21,5 .17,74
SF = ≥ 1,50
17,336
SF = 1,83 ≥ 1,50 ok

c . A+ f .∑ v
Dengan Gempa : SF = ≥ 1,20
∑H
21,5 .17,74
SF = ≥ 1,20
27,112
SF = 1,273 ≥ 1,20 ok

3. Terhadap daya dukung


Perhitungan daya dukung ini dipakai rumus daya dukung Terzaghi
Rumus :
q = c. Nc+ γ.D.Nq+1/2.γ.B.Nγ

Dimana:
q = Daya dukung keseimbangan (t/m2)
B = Lebar pondasi (m)
D = Kedalaman pondasi (m)
Keval Iklastyo K(202010340311176)

C = Kohesi
γ = Berat isi tanah (t / m3)
N c, Nq, Nγ = Faktor daya dukung yang tergantung dari besarnya sudut

geser dalam (Φ)

Data tanah dasar :

Φ = 21,50

C = 1,3 t/m2

Pada perencanaan bendung ini, pondasi ditempatkan pada kedalaman :


Df = +163,05 – (+160,55)
Df = 2,5 m
B = 13,86 m
Parameter tanah dasar pondasi (pasir dan batuan) yaitu :
γt = 1,90 t/m³
Φ = 21,5°
C = 1,3 t/m2
Untuk Φ = 21,5°, didapat nilai :

Nc = 19,63

Nq = 8,74

Nγ = 6,2

Dengan nilai-nilai diatas maka didapat sebagai berikut :


qultimate = C . Nc + γt . Df . Nq + 0,5 . γt . B . Nγ
qultimate = (1,3 t/m2 . 19,63) + (1,90 t/m³. 2,5 m . 8,74) + (0,5 .
1,90t/m³ . 13,86 m . 6,2)
qultimate = 148,67 t/m²
Berdasarkan harga daya dukung batas, dapat ditentukan daya dukung ijin,
yaitu dengan membagi harga daya dukung atas dengan faktor keamanan (n) .
Dengan mengambil harga faktor keamanan (n) sebesar 3, maka didapat harga
daya dukung ijin sebesar :
qall = qultimate / 3

85
Keval Iklastyo K (202010340311176)

qall = 148,67 / 3
qall = 49,56 t/m²
Rumus :

e = - σ1 = x (1 )

(Berdasarkan Rumus Buku Desain Bendung Hal 9)


Diketahui ; L = 13,86 m
Tanpa Gempa :
∑ MT −∑ MG L L
e= – ≤
∑V 2 6
546,08−353.148 13,86 13,86
= 17.74 – 2 ≤
6
= 4 m ≥ 2,31 m ok

2.∑ V 2.17.74
=
σ max
( ) ( )
= 3. L −e 3. 13.86 −4 = 4,03 t/m2
2 2

Kesimpulan :

σmax = 4,03 t/m2 < 49,56 t/m2 ok

Dengan Gempa :
∑ MT −∑ MG L L
e= - ≤
∑V 2 6
546,08−369.392 13,86 13,86
= 17.74 - 2 ≤
6
= 3,1 m ≥ 2,31 m ok

2.∑ V 2.17 .74


=
σ max
( ) ( )
= 3. L −e 3. 13.86 −3.1 = 3,08 t/m2
2 2
Keval Iklastyo K(202010340311176)

Kesimpulan :

σmax = 3,08 t/m2 < 49,56 t/m2 ok

Tabel 8.17 Rekapitulasi Stabilitas Konstruksi


Keadaan Air Normal Tanpa Gempa
Stabilitas Keadaan Air Normal        
  Syarat Fg Fs e σ1
Terhadap Guling Fg ≥ 1,5 1k.6      
Terhadap Geser Fs ≥ 1,5   1.83    
Terhadap Eksentrisitas e ≤ L/6     4  
Terhadap Tegangan
σ≤q
Tanah       3.24

Tabel 8.18 Rekapitulasi Stabilitas Konstruksi


Keadaan Air Normal Dengan Gempa
Stabilitas Keadaan Air Normal        
  Syarat Fg Fs e σ1
Terhadap Guling Fg ≥ 1,5 1.48      
Terhadap Geser Fs ≥ 1,5   1,273    
Terhadap Eksentrisitas e ≤ L/6     3,1  
Terhadap Tegangan
σ≤q
Tanah       3,08

87

You might also like