You are on page 1of 18
Allah Swt. berfirman: Selle ig sscce ee Joie 88) BN Ls Uh955 So Ge UKE Ol ad 2 SJB & 5 RAB UE O55 PLoS rary eet Oia att eet plead 38 A) B55 iS Gls © tol Ske jp i8ly IL, Bs 55 “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Orang-orang yang men-zhihar istrinya di antara kamu, (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh- sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Orang-orang yang men-zhihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka eapeae, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. 563, Mengetahui apa yan, lak yang diajarkan kepada kamu, dan Allal Nats ee a (alban te erika. Baran apa Ye eal nee Cee Maka siapa yang rais dua bulan berturut turut sebelum ee ae wishin Devuleaptan tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam Pu si hukum-hukum Allah, supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan ih (QS. Al-Mujadilah [58]: 1-4) dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.” (QS. Al- Muy Tafsir per Kata “Samiallahu”: kata “as-sam’ ” dan “al-bashar” (mendengar dan melihat) adalah dua sifat seperti “al-‘ilm” (mengetahui), ‘al-qudrah” (mampu), es ‘al- iradah” (berkehendak). Keduanya termasuk sifat Allah. Makna “as-sami’” adalah yang mengetahui benar suara-suara tanpa harus mempunyai telinga, karena suara-suara tersebut tidak tersembunyi dari-Nya. Abu As-Su’ud berkata: “Sifat mendengarnya Allah artinya pengijabahan doa-doa yang dipanjatkan kepada-Nya, dan ia bukan sekadar pengetahuan Allah Swt. dengan segala sesuatu. Sebagaimana makna yang tertera dalam firman Allah: pe yeh a2 on sh, OUI ats dil; “..dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua...” (QS. Al-Mujadilah [58]: 1). Maksudnya, Dia mendengar apa saja yang mereka berdua bicarakan.®! = oe berarti mengajukan gugatan kepadamu tentang suaminya. Makna -mujadalah” sendiri adalah adu argumen dan perdebat; i dengan ini adalah hadits; e ee eee “Tidaklah suatu kaum diberikan k i Sa ‘an Kemahiran dalam del Maksud hadits di atas adalah perdebatan dalane 1. Al-Alusi berkata: Yatamdss”: berasal dar al dari kata “a Las. yan, kemudian dikonotasikay 2 Yaa bert rs, ta ¥ den, enempel, menempelk; Pan iroals wee pleas mak Karena jim, oe e80ta badandenses ae 4 5 a a menyentuh dan Nata al-iltimas di sini adalah hyentuh sesuatu dengan kata q Miskinan”: yang dimaksud de; ia ngan mi apa-apa. Ada yang mengatakan miskin Be adalah seorang yang tidak mempunyai kebutuhan keluarganya. Makna asal “miski aan orang yang tidak mampu memenuhi yang rendah] in secara bahasa adalah “al-khadhi*” [orang Maksud dalam konteks ini j 5 S ini juga meli i ; daripada fakir. Sungguh para ulaene ae aa rea tapi miskin lebih baik keadaannya dalam lafazh maka mempunysi makna ne a ‘Kata miskin dan fakir jika berkumpul keduanya, maka maknanya jadi sama, ue 1g berbeda, namun ketika dipisahkan antara ‘Hudid”: makna “al-haddy” eee ‘haddu” adalah sesuatu yang memisahkan antara dua hal agi ‘ara yang satu dengan yang lain. Atau supaya yang satu tidak semena-mena terhadap yang lain. Bentuk jamaknya adalah “hudad” ‘Huditdullahi”: berarti segala sesuatu yang telah Allah jelaskan keharaman dan kehalalannya, lalu Allah memerintahkan agar tak ada sesuatu pun yang dilanggar sehingga melampaui dari yang diperintahkan-Nya. Atau, Allah melarang sesuatu dan melarang agar tidak menyalahi aturan itu. Dalam konteks ini, firman Allah “Wa tilka hudadulldhi” batasan-batasan atau dinding pemisah antara mendurhakai Allah dengan menaati-Ny a, bentuk kedurhakaan_ 8 Ps gan) y terhadap-Nya adalah melakukan zhihar, sedang bentuk ketaatan pada-Nya adalah melaksanakan kafarat.©”' Makna Global Sesungguhnya Allah Swt. adalah Zat Yang Maha Mendengar lagi Maha oe memperkenankan permintaan seorang pendoa yang memanjatkan doa ae aya. Adalah wanita ini mendatangi Rasulullah Saw. guna mengadukan kezaliman suami terhaday aramkan i da i dirinya dengan ucapan yang, digunakan pac oe a, Sang suami menghi ya yi : masa Jahiliyah. Akankah ung! pengharaman dalar n Islam kapan tersebut mengandung dan Lisan Al-Arab 668 Rah Al-Matin, jl. XVII, hal. 11; dan Lisin senate irjil AL-Bahr. 669 Lisin Al-Arab, Zad Al-Masir jl. VIII, hal. 185. dan 4 al TI, hal. 18. 67 sn ra dan Re ALA PP aan “AbeAzhin, ji. XV, hal 288. 671 Lisan Al-Arabs dan Al-Jami’ li Akar Al 567 conan jihar) lalu dia menghadapkan epada-Nya. Yakni Zat yang tiday {ilangit. la sendiri mengadukan perdebat dengan Rasulullah Allah untuk memanjatkan doa Kk ik di bumi maupun ¢ | bahwa ia tidak mempunyai suami, irnya semakin tua, anak nbunyi dari-Nya, ba a Allah meluapkan > atau penolon, Sementara umu 1 bersama suaminya, itu artinya k-anaknya bersamanya, mereka tidak ada penop kecil, Jika ia menempa ya. Dan jika ia mempertahankan anal erek kan merek naknya mas oka pergi dar mi kelaparan. akan mer emauannya, akan Rasulullah Saw. tidak menetapkan hukum berdasarkan kemauan vos tg tae diinenaiieiti wabye yang turun darl Tuhannye. SemicDient 17 7 een ait % ‘arena itu, Rasulullah Saw. tidak diturunkan suatu hukum mengenai zhihar. Oleh ki memutuskan haram atas zhihar, akan tetapi beliau hi aal ; haram untuk suamimu.” Sehingga wanita anya mengatakan, “Aku tidak berpendapat melainkan dirimu menjadi itupun berbantah-bantahan dengan Rasul Saw. Allah pun akhirnya memperkenankan doa wanita yang lemah dan hidup sendirian. Lalu turunlah wahyu supaya Nabi Saw. mengatakan kepada sang suami: “Istrimu yang telah engkau zhihar bukanlah ibumu, sebab ibumu adalah wanita yang benar- benar melahirkanmu sehingga ia menjadi haram untukmu. Bagaimana bisa engkau menyatakan hal yang dibolehkan oleh Allah untukmu sebagai perkara yang diharamkan atasmu? Sesungguhnya engkau telah mengatakan perkataan yang dimurkai oleh hukum syariat di samping merupakan kebohongan dan kedustaan. Kendatipun demikian, Allah adalah Maha memaafkan orang yang berbuat salah yang mau bertaubat. Allah Maha Pengampun bagi orang yang mentaati hukum-hukum syariat, dan mentaati apa yang diperintahkan yang telah diturunkan kepada Nabi-Nya. ‘Maka siapa yang bersumpah zhihar kepada istrinya dengan mengatakan: “Kamu bagiku adalah haram seperti punggung ibuku” kemudian hendak membatalkan perkataan, dan kembali pada apa yang dibolehkan oleh Allah untuknya atas istrinya. Maka yang wajib dilaksanakan oleh sang suami adalah memerdekakan seorang budak sebelum dia mencampuri istrinya. Inilah ketetapan hukum bagi siapa yang telah melakukan sumpah zhihar agar orang-orang Mukmin mengambil pelajaran dan mengetahui bahwa Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi sangat teliti atas apa yang telah mereka lakukan, maka wajib bagi mereka menahan diri dari yang dilarang oleh Allah, Maka barang siapa yang tidak mendapati budak, yakni karena tidak memiliki Sie ies Mashed ne ee, eee x paprase selama dua bulan berturut-turut sebelum. ealiaalie in i 'ya. Apabia dia adalah orang lemah yang tidak kuat berpuasa, yang bisa bertambah parah karena puasa, maka hendaklah dia memberi makan sebanyak 60 orang miskin dengan sesuatu yang membuat mereka kenyang. conan jnilah hukum Allah pada sumpah ihr ais giturunkan dari sisi All har agar kamu sek, ah Swt. lalu mengi . z engiki apa saja yang ditetapkan oleh syariat ae fa < » janganlal alian mempercayai bahwa ini ‘a dapat mengambil sikap atas kamu menerjangnya Ragam Qira'ah Pertama, firman Al « ailaha* ———- — Sut Qad samiallahu” {Sungguh, Allah telah mendengar] (QS. # ae J: 1)? Jumhur ulama membaca dengan menampakkan dal. Sementara Abu Amru, Hamzah, dan Al-Kisa'i membacanya dengan melebur huruf dal ke dalam huruf sin. Al-Kisa’i berkata: “Barang siapa membaca ‘Qad samiallahu’ dengan menjelaskan huruf dal maka berarti dia orang ‘Ajam (non-Arab). Namun, Al-Alusi berkata, “Jangan menghiraukan pernyataan tersebut, karen dua pendapat di atas adalah fasih dan mutawatir, bahkan jumhur ulama membac dal dengan jelas”*” Kedua, firman Allah Swt. kepadamu (Muhammad) tentang suaminya. ( e ulama “tujddiluka” dari kata “al-mujadalal yang oe es Namun, ia juga dibaca “uhdwiruka’ yang juga ae Ketiga, firman Allah Swt “yyzhahirana min ms yi ‘Al-Mujadilah {58}: 3 ee ta dah ya’ dan mengasrah ha’. Semi ” den; eae Siew cninee iced “Yaahehahhain dengan mentasydid 2 ’, Ibnu Katsir, dan oe dan ya° difathah, dan ha’ sekaligus, sementare Ae svyohehdhariina” dengan memfathah a af membaca Lameah Kisa'i,dan Khalafmen cata “Tyjadiluka fi zaujiha” [yang mengajukan gugate 1 (QS. ‘Al-Mujadilah [58]: 4)? Qira'ah jumby nya mengajukan gugatan. j mengajukan keberatan [Orang-orang yang m™é ).” Al-Hasan dan ‘Ash ent oe Ini merupanan penaapat ang arunya merena nemvan os bull permulaan, yaitu, “Engkau bagiku seperti pune ung i mazhab Zhahiri.* Sebab Turun Ayat Pertama, Aisyah r.a, mengisahkan: Alb tabsdeadi Mendengarkan suara. Pada suatu ketika memang Maha Rasululla h Saw. Ketika itu aku berada di pinggir rumah sambil mendengarkan percakapan pe mpuan tersebut. Namun, tidak seluruhnya aku dengarkan, ada sebagian yang sayup-S@y up bagiku. Panu itu : har-nya). Dia berkata, “Ya Rasulullah, rutku telah melahirkan (bayi) untuknya erpisah (disapih) tahu-tahu dia men- “Allah Tabaraka wa Tai gadu kepada datanglah seorang wanita me mengadukan polah suaminya (yang men-zhih suamiku telah menguji anak-anakku, padahal pet sehingga setelah usia lanjut dan anakku telah b zhihar-ku. Ya Allah, aku mengadukan hal ini kepada-Mu- Perempuan itu terus saja berkomat-kamit dengan kalimat tersebut, hingga Jibril turun dengan membawakan ayat-ayat tersebut. 682 Kedua, Ibnu Abbas mengatakan: “Sudah menjadi kebiasaan Jahiliyah, apabila seorang suami mengatakan “Anti alaiyya kazhahri ummi [engkau (hai Istriku) seperti punggung ibuku]: Maka, si istri tersebut menjadi haram atas suami. Ungkapan seperti itu dikenal dengan istilah zhihar. Zhihar pertama dalam Islam yaitu peristiwa Aus (yang men-zhihar istrinya) lalu dia menyesal. Untuk itu, dia menyuruh istrinya menghadap Rasulullah Saw. untuk menanyakan kasusnya itu. Maka ia pun datang. Lalu turunlah ayat-ayat di atas”* Ketiga, Khaulah binti Malik bin Tsa'labah berkisah: “Suamiku, Aus bin Tsamit men-zhihar aku, lalu aku menghadap Rasulullah Saw. untuk mengadukan persoalanku itu, tetapi beliau malah mendebatku seraya mengatakan, “Takutlah engkau kepada Allah, bahwa suamimu itu adalah anak pamanku.’ Aku tidak pernah putus asa hingga turun ayat ‘Sungguh Allah mendengarkan perkataan perempuan yang mengadu kepadamu tentang suaminya ...sampai perintah memerdekakan hamba sahaya. 681 Al-Bayan fii 'rabi Al-Qurin, jil. II, hal. 426, 682. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan An-Nasa’i. Kisah ini juga diriwayatkan oleh Al-Wahidi dalam Ashab An-Nuctl, juga diriwayatkan oleh Ath-Thabari, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, yang ia nilai sahih dan disepakati oleh Adz-Dzahabi, Ibnu Majah juga meriwayatkannya dalam Sunan-nya dengan sanad yang sahih, demikian pula Al-Baihaqi dalam Sunan-nya, 683. Diriwayatkan oleh Al-Baihagi dalam Sunan-nya, As-Suyuthi dalam Ad-Durr Al-Mantstir dan ia menisbahkannya kepada Ibnu Mardawaih dan An-Nahas. 572 Beliau bersabda, ‘Meme : erdekakan h lamba sahaya,? ya, Lalu Rasulullah Saw, bersabda, soe » Kalay Kujawab, ‘Dia (suamiku) tidak mi: begitu puasa dua bulan berturut-turut, 3 ban; Kalau begitu hendaklah Kujawab, ‘Ya Rasulullah, ia sudah t tua Maka sabdanya, igka, tidak mungkin kuat puasa’ ie dia memberi makan enam puluh orang Kujawab, ‘la tidak a chan eee Punya apa-apa, yang bisa dipergunakan untuk sedekah’ a Ras’ zs al = uu. z Saw., “Akan kubantu dengan se-araq (sekarung) kurma. pats ‘ujawab, “Ya Rasulullah, aku sendiri juga akan membantunya dengan sekarung kurma. Sabdanya kemudian, ‘Bagus..., pulanglah dan berikanlah dua karung kurma itu kepada enam puluh orang miskin, dan kembalilah engkau kepada anak pamanmu itu’.” Perawi mengatakan, “al-‘Araq adalah 60 sha’ (652.8 kg). Kelembutan Tafsir Pertama, morfem “qad” ( apabila masu n suatu kepastian a elah Jalu), Kemudian, dengan arti “kadang-ki etna (kata kerja yang menunjukkan masa yang akan ata e “Qad yanzilu al-mathar [kadang hyjan turun]’ itu dermawan juga.” Akan tetap!, elit i Uk berarti “pasti’, baik masuk pada fi il Allah Swt- berfirman: ahli bahasa Arab dikatakan sebagai k pada fril madhi (kata kerja adang” apabila sungguh) oleh ahli- yang menunjukkan masa t masuk pada fril mudhari” Dalam ungkapan Arab dicontohkan, dan “Qad yajidu al-bakhil [kadang ae : morfem “gad” dalam firman Allah Taala 4 4 Misalnya a madhi maupun pada fi i] mudhari. Mi be oui is ing di antara kamu yang menghalang-halang + weano-0rdl reer urturut? ~ran) se dapda Kasulullah Say « ”) SePerti yang : aku kena (peristiwa puluh orang miskiny» Nala becity rik el f » berikaniah Kujawab, “Dem “atu watsag kur , i Zat ya aq kurma untuk e Dg men, enam jam tadianna ee gu malam tadi saya seperti bing aig hast detail : atang Ban membawa kel Sabla Rasulege iat, kareng awa kebenaran, benar-benar Kal ar ” mat begita erga ke Ai e Some silah ke rumay fae j é diberinya Lay, Berikantan at Ban Zura si pemik Se-watsag k lah (pembe mci rian itu) kepada ena edang sisanyq untukmu bersama amuse kaumki a 8 SUsah dan pena Li @ani Zuraigy itu seraya kukatakan, diri Nabi Saw. keluasan dan Pandangan yang g “rang senang, tetapi kudapati pada untuk minta sedekah kepada kalianrn 8 Se" 8#t bak, yaity belay menyuruh aku sedekah, nanti engkay akan puluh orang miskin yang Begitulah, lalu ; “Kudapati kalian sedan, Kandungan Hukum berartitalak. Bahkan dipandang talak yang paling ng suatu penyamaan istri dengan ibu yang jelas 'ma-lamanya, dengan pernikahan cara apa pun. hapus hukum tersebut, dan menjadikan zhihar ini sebagai penyebab haramnya Seorang istri bagi suaminya, sehingga suaminya membayar kafarat terlebih dahulu. Tetapi tidak menetapkan sebagai talak sebagaimana yang berlaku pada zaman Jahiliyah. Jadi, kalau seorang laki-laki men-zhihar istrinya tetapi dengan maksud_talak, maka tetap menjadi zhihar; dan sebaliknya menjadi talak. 8% 1 y} a yj Penilaian di sini adalah “ungkapan” yang dipergunakannya, bukan semata-mata niat sehingga satu sama lain tidak bisa saling mengganti. Ibnul Qayim berkata: ; “Ini, adalah karena zhihar yang oleh kebiasaan Jahiliyah dipandang sebagai talak itu telah dihapus. Maka tidak layak kalau hukum yang telah dihapus itu diulang kembali. Lagi pula, Aus bin Shamit, sebagai subjek bagi sebab 8 i iat menjatuhkan talak seperti yang biasa turunnya ayat ini memang berniat menj gis Late nae iliyah itu dengan memper} Oe ee pis Bie bukan talak. Dan memang hukum karenanya ia dikenakan 1 hningga tidak perlu lagi mempergunakan kata zhihar ini sudah cukup jelas, sehings its ini dinilai hasan 1 Majah, dan Al-Hakim. Hadits ini dinilai haram bagi seorang anak untuk sela: Kemudian Islam datang untuk meng! dvi, Abu Dawud, Tbn 691 Diriwayatkan oleh At-Tirmi "ALFawa ‘id, il. 1 hal. 620. oleh At-Tirmidzi. Lihat, Jam Ee conthaenctome telah dibatalkan oleh Allah itu kindyah (sndiran) terhadap hukum Y2Pe te akan Sedang hukum Allah adalah lebih sega eos akan perkataan yang mungkar® Aya yangberbunyh ‘Dan eure para Babkans ol Yale fsa Syafiliyah (ahli-ahli figih bermazhab Syaft'i) sae ees _ cial ae g masih tetap memberlakukannya berartid pees Beh eae eerberiokuts nihar ini, dan tidak boleh lah sepakat atas haramnya 2 Para ulama pun telah sepakat tas BOP a ada la ath é Seah aiid uatu kedus! dipergunakan, sebab zhihar itu suatu 132 fan zhihar ni terlarang,JadiKalay berbeda dengan talak. Talak memang dibena berbeda dengan talak. Talak n en eee erarti dia melakukan perbuatan ada seseorang mengatakai haram dan harus membayar kafarat. © Kedua, Beberapa konsekuensi hukum zhihar rinya, maka ada dua akibat hukum: Apabila seorang suami men-zhihar ist sampai ia membayar kafarat. Hal tersebut, Pertama, haram mencampuriistrinya, berdasar firman Allah, “Maka dia harus memerdekakan seorang hamba sahaya, sebelum mereka berdua itu bersentuhan (QS. Al-Mujadilah [58]: 3).” Kedua, wajib membayar kafarat untuk rujuk dengan istrinya. Hal tersebut berdasarkan firman Allah Swt., “Dan orang-orang yang men-chihar istri-istri mereka kemudian mereka hendak kembali (mencabut) apa yang mereka katakan itu, maka merdekakanlah seorang hamba sahaya... (QS. Al-Mujadilah [58]: 3)” Sedang maksud “kembali” itu akan diuraikan kemudian pada bagian ketiga. Sebagaimana diharamkannya menyentuh jimak, dilarang juga seluruh pendahuluannya, seperti: mencium, berpelukan dan lain-lain. Inilah pendapat jumhur. Namun, menurut Imam Asy-Syafii, dalam salah satu pendapatnya, yang diharamkannya itu adalah “al-wath” (persetubuhan) saja. Dan kata “masis” (menyentuh) merupakan kindyah (sindiran) tentang jimak. Alasan-alasan Masing-masing pendapat tersebut menyandarkan alasannya pada dalil-dalil berikut: Alasan jumhur Pertama, keumuman firman Allah, “Sebelum mereka berdua itu bersentuhan (QS. Al-Mujadilah [58): 3).” Kalimat tersebut meliputi seluruh kegiatan istimta’ (hubungan seksual). 692 Lihat, Al-jdmi’ li Ahkdm Al-Qur dn Al-Azhim, Rah Al-Maiini, Al-Bahr Al-Muhith, dan Al-Figh ‘ala Madzéhib Al-Arbaiah. 578 conthaenctome Kedua, ungkapan « mengandung konsekue TH pungeung ibuky” sara fad adalah suatu pers mend itn kesi ae seksual dan seluruh mac an kelvgg nah’ batamnya mengadakan hubungan asan seks dengan ibunya, maka ne begitu jugalah aku juga ba : i Mea bagi suami yang men-zhihar istrinya, aman yang am kegiat hukum ini sebagai Konsekuensi penyamaa halnya konsekuensi Ketiga, Rasulullah Saw, i memerintahi untuk i'tizal ( kan laki-lak ; menwinghiag Cane laki-laki yang men-zhihar istrinya itu aun) istrinya, sampai dia membayar kafarat Alasan Ats-Tsauri dan Imam Asy-Syafi Pertama, ayat tersebut menyebutkan kata “masis” at Kedua, keharaman jimak ini tid lak mempengaruhi sah: y dengan haid,sekalipun diharamkan meng Sie ip zadakan hubungan seksual dengan perempuan yang sedang haid, tetapi tidak haram bersenang-senang di luar kemaluan, tau “massa” yang berarti jimak. Pendapat kami Menurut penulis (Ash-Shabuni), pendapat jumhur itulah yang lebih benar, karena siapa yang bermain-main di sekeliling daerah larangan, dia hampir jatuh ke daerah larangan itu, Lebih-lebih—seperti yang dikatakan oleh Imam Al-Fakhr Ar-Razi— bahwa Imam Asy-Syafi'i sendiri mempunyai dua pendapat, satu di antaranya ialah, diharamkan jimak saja. Dan yang kedua, diharamkan seluruh segi kepuasan seks, dan ia juga menyatakan, inilah pendapat yang paling jelas. Ketiga, Apa maksud kata “kembali”? Para ulama ahli fiqih (fuqaha) berbeda pendapat tentang pengertian “kembali” dalam firman Allah, “Kemudian mereka kembali/mencabut apa yang mereka ucapkan itu (QS. Al-Mujadilah [58]: 3)”, dalam beberapa pendapat: Pertama, Abu Hanifah berpendapat, “kembali” yaitu suatu ungkapan yang berarti kesungguhan untuk melakukan jimak dan bersentuhan. Kedua, Imam Asy-Syafi'i mengatakan, “kembali” yang dimaksud, ialah menahan istri ;-zhihar, padahal ia bisa mencerainya. — See aid dan Na mengatakan,“kembali” yang cea ee yang keras untuk melakukan jimak saja, atau untuk ee dan meni aa ee Keempat, mazhab Zhahiri, mengatakan, pent es il kedua kali, karena jika tidak diulang, berarti zhihar itu tidak ja be a Ta ‘Tiga pendapat pertama hampir sama, Karena kembali a a 693 Alsi i Algkim Al-Qur’ds AL‘Azhim, jl. XVI. hal, Hi iast ee “ 423; Al-Bahr Al-Mubith jl. VIU hal. 2333: At Tah Al-Kable P 579 gal sesudah di-zhihar tanpg u tings an perempuan it eS melakukan jimak atau on ‘ka ‘ a Sven danke rkeingin sal talak; semuanya itu menunjukkan pada pen dengan istrinya lagi sebagaimana semula oe ‘ oe ai berikut: M sendiri dengan sebag Jai, mak Kalimat tersebut adalah seba8a) OOTY sin untuk menghalalkan apa yang telah dinyata i ang keras untuk melakukan jimal - enghitung ada tujuh pen: jalah mereka mencabut kembali kemauannya apat. Dalam hal ini, Imam Qurthubi m vat tersebut Al-Farra’ mengatakan, maksud ayat tersebu tucapkan itu. Bis arti membat: pa yang diucapkan itu, apa yang telah diucapk bera mbatalkan apa yang d : : : ce isa juga berartin Dalil mazhab Zhahiri ; “ ” id dalam Ulama mazhab Zhahiri mengatakan, bahwa “kembali yang ee ‘ a i aa di atas berarti mengulangi zhihar. Jadi, kafarat itu tidak ada, ee ae aes aie ‘Mereka juga mengatakan, bahwa “kembali kepada sesuatu” itu berai gerjakan sesuatu tersebut untuk kedua kali, sebagaimana firman Allah: 42 15 WI St 8s 35 “Dan jika mereka dikembalikan (ke dunia lagi), niscaya mereka kembali (mengerjakan) apa yang dilarangnya itu.” (QS. Al-Anvam [6]: 28). Jadi, kalau zhihar tidak diulang, maka haram (bercampur dengan istri itu) tidak akan terjadi, Pendapat ini dibantah oleh az-Zujaj. la mengatakan: Ini, adalah pendapat orang yang tidak mengetahui lughat. Sementara Abu Ali Al-Farisi mengatakan, pengertian “kembali? di sini tidak seperti mereka (golongan Zhahiri katakan), sebab kembali kepada sesuatu itu kadang- Kadang terjadi pada sesuatu yang belum pernah dikerjakan sebelumnya. Oleh karena itu, akhirat disebut “tempat kembali” padahal di situ belum ada seorang pun (yang keluar dari situ) yang kemudian dia akan kembali lagi ke situ. Al-Hudzali mengatakan: sisal el Fl sie ot SSE gil 3e5 Anak muda itu kembali Seperti sudah tua Yang tak mau berkata kecuali yang benar Dan orang-orang yang mencela pun berhenti Tbnu Al-Arabi mengatakan: “Yang seperti itu adalah kebodohan Dawud azh-Zhahiri dan Anggapan itu jelas batil (tidak benar), sebab yang pernah men-zhihar menuturkan, Para pengikutnya. beberapa Tiwayat orang-orang bahwa tidak seorang pun di antara conthaenctome mereka itu yang Mengulang uy icapan dah berter " ntanga Sebab Allah Swe, menyitati kat, y fa ) em bag, mengulangi ucapan yang h; wajib memb ‘kembali’ seperti itu su Zhihar-nya itu, Lagi n dengan pengertian nbali’ itu sebagai uca im nana mungkin bisa dikat ‘aram dan jalan y; at katara SA Yang er Pula, pengertian yang sebenarnya, pan mungkar dan akan, ‘Jika engkau larang itu, maka engkau dosa, Oleh karena itu, Menurut kami (ash-Shabuni), ay maksud kata “kembali” itu Skah 'Pa yang dikatakan oleh j Jumhur fugaha, bahwa ™engulangi ucapan zhihar, tetapi kembali untuk ma’riif) da hubungan seksual itulah yang benar rdf) dan kemauan keras untuk mengadakan hubungan itu, tetapi kemudian dia berkemauan lagi kepadanya, maka dia diharuskan membayar eras itu eras supaya istrinya itu bisa kembali kafarat lantaran kemauannya yang k Adapun apa yang dikatakan oleh mazhab Zhahiri jelas batil, tidak berdasarkan dalil. Tetapi semata pengaruh paham yang salah, hingga mengaburkan mereka tethadap beberapa hukum syara. Kiranya cukup sebagai bukti atas kebatilan pendapat mereka tersebut, yakni riwayat kasus Aus bin Shamit itu sendiri. Dia tidak pernah mengulangi ucapan zhihar-nya itu, tetapi oleh Rasulullah Saw. diharuskan membayar kafarat. Juga kasus Salamah bin Shakhr, yang oleh Rasulullah Saw. diharuskan membayar kafarat, padahal ia tidak mengulangi ucapan zhihar-nya. Kesemuanya itu adalah alasan yang jelas, Tidak pantas seseorang berpendapat melawan sabda Nabi yang maksum. Keempat, Apakah zhihar-nya non Muslim itu dipandang sah? Dalam hal ini, ulama-ulama mazhab Hanafi dan Maliki berpendapat, zhihar- nya kafir dzimmi dinilai tidak sah. Karena dalam firman Allah lentanay pie) itu dipergunakan kata-kata “minkum’” (diantara kamu), sedangkan “minkum’ itu adalah untuk orang Islam. Jadi, selain Muslim tidak terkena hukum tersebut. Me juga mengatakan bahwa kafir dzimmi itu tidak termasuk golongan yang terkena a di mana kafarat itu sendiri menyebutkan pembebasan hamba a dan re : karena puasa itu tidak terkena kepada selain muslim, maka zhihar-nya a ‘ ea tidak sah. Sebab zhihar itu menurut para ulama haruslah keluar dari mul suami yang berakal, baligh lagi Muslim hab Syafii, sebagaimana in sah, eens konsekuensinya, maka begitu pula dengan zhihar-nys. hhukum talaknyakafirdzimmi tu dipandang Mereka ‘Ab Qur'dAl-Achi, j XVI, bal. 281 a 694 Ibna ktm AL-Qur’ dm Arf ti Akar ral ‘Zid Al-Masir, il. VIUh hal. 184 581 at berupa pembebasan juga mengatakan, kafir dzimmi itu diwajibkan membayar kafarat berupa p seorang hamba sahaya atau memberi makan enam puluh orang miskin ae Oe mereka tidak dikenakan kafarat puasa, karena puasa itu ibadah yang hanya sah untul orang Islam. Menurut kami (ash-Shabuni), yang betul adalah pendapat Jumhur. Alasan mereka kat cukup kuat. Adapun dengan adanya “pembebasan hamba dan puasa’ dalam kafarat itu cukup ku Pp alasan dengan memahami kata “minkum” (di antara kaum) itu, tidak begitu kuat, Karena ayat tersebut diungkapkan guna mengecam dan mencela. Karena, zhihar itu hanya dikenal di kalangan bangsa Arab sehingga di dalam ayat tersebut tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan hukum zhihar ini berlaku buat mereka (yang bukan beragama Islam). Wallahu alam, Kelima, Apakah zhihar juga berlaku terhadap hamba perempuan? Para ulama berbeda pendapat dalam masalah tersebut yang kami ringkas sebagai berikut: Pertama, lama Hanafiyah, Malikiyah dan Syafiiyah berpendapat, zhihar-nya seorang lelaki terhadap hamba perempuannya itu dipandang tidak sah, dan tidak terjadi konsekuensi hukum. Karena dalam firman Allah itu disebutkan “min nisa ‘ihim” (dari perempuan-perempuan mereka), yang di situ dipergunakan kata-kata “nisa’” (perempuan) yang biasa dipergunakan untuk istri, bukan hamba sahaya, Hal tersebut berdasarkan firman Allah dalam konteks lain: BUI ESE GH Sgt sf “(dan janganlah perempuan-perempuan menampakkan ‘perhiasan/kecantikannya, mmelainkan kepada) atau kepada sesama perempuan Muslimah, atau kepada hamba sahaya mereka.” (QS, An-Nur [24]: 31) Di situ jelas ada pemisahan antara keduanya, Jadi, yang dimaksud “perempuan- perempuan mereka” dalam ayat tersebut ialah Perempuan-perempuan merdeka (yakni istri-istri mereka sendiri). Kedua, menurut Imam Malik, zhihar itu sah bagi hamba sahaya secara mutlak, Karena hamba sahaya (dalam hal hukum ini) sama dengan Perempuan merdeka. Ketiga, Imam Ahmad berpendapat, lelaki yang mengatakan kalimat zhihar kepada hamba sahayanya itu tidak dinilai sebagai zhihar,tetapi dia dikenakan kafarat. 695 Ri Al-Main, jl. XXVIL al. ALY Alki AL-Quran AI-Azhiny, ji XVII, hal. 276; dan Al- Bahr Al-Muhith, jl. VII, hal. 233, 696, AlJasash, Abi Al-Qur‘, Il hal 21; ArT Albi VI hl, 150 Zéd Al-Masir, jl. VIII, hal. 189; dan Rah Al-Matni, jil. XXVIM, hal, 10, Keenam, Zhihar-nya ig apakah bisa akat, ba suaminya. Jadi, misalny, vist tidak ber Ya ada seoran /enang menyatakan chalet ina Bistri mengs ka-zhahri ummi”, maka Ucapan terseb mengatakan key berakibat hukum sama sekali, Ucay. tk dipand ca Y Pannya i tbnu Al-Arabi menilai pendapatq Beier i penghalalan dan pengharaman dalam berada di tangan Perempuan. Sement: salah satu kaulnya, 3 Para ulama figih sep, dinilai sah? zhihar kepada Pada suaminya, “Anta ‘laiyya lang sebagai zhihar dan tidak ap sia-sia belaka, a ioe benar, karena melepas dan mengikat, Pernikahan itu berpangkal dari laki-laki, tidak ara itu, diriwayatkan dari | bahwa istri yang mengucapkan kal sl oe Sg " t | i at bila dia disetubuhi oleh aca (ieee nace a. Inilah yang dipilih oleh Al- Ketujuh, Apakah zhihar itu Khusus deni (ibuku)? Dalam hal ini ada dua Pendapat: gan penyebutan kata ummi Pertama, jumbur berpendapat, bahwa zhihar itu khusus mempergunakan kata- kata “umm? sebab itulah yang tertera dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Jad ka seorang suami mengatakan kepada istrinya “Anti alaiyya ka-zhahri ummi”, maka ucapannya itu dapat dinilai sebagai zhihar, tetapi jika dia mengatakan “Anti ‘alaiyya ka-zhahri ukhti” (engkau seperti punggung saudara perempuanku), maka ucapan semacam itu tidak dinilai sebagai zhihar. Kedua, menurut Abu Hanifah dan Imam Asy-Syafi'i dalam salah satu kaulnya, bahwa dapat digiyaskan dengan umm (ibu) semua mahramnya (saudara, keponakan, cucu dan sebagainya). Sebab, zhihar itu menurut anggapan mereka adalah seorang lelaki_menyamakan istrinya—dalam hal haramnya—dengan salah seorang mahramnya yang haram dinikah untuk selama-lamanya, baik karena jalur nasab, semenda ataupun susuan. Sebab illahnya ialah haram untuk selamanya. Adapun nya “ukhti” (saudara perempuan) “ummi” (ibu) hormatan dan penghargaan, tidaklah dinilai fa sebuah riwayat dari Abu lengar seorang seorang suami yang memanggil istri dalam hubungannya dengan peng tetapi hukumnya makrub, karena adi “Sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah mendenger ‘ukhaiyah’ (adik kecilku),lalu beliau membencinya dan sebagai zhihar, Tumaimah, ia berkata, lelaki memanggil istrinya melarangnya.”** 697 ihat AP Fgh is Bue |-Jashash, Akar 697 Lihat, ALFigh ‘ala Madzahib Al-Arbaah; Thou ‘Al-Arabi, Alkam Al-Qur’n; dan Al-Jas AL-Qur'an. 698 Hadits tersebut mursal, se dalam Takhrij As-Sunan, jil 1H, sadiamkannya, demikian seperti yang tereantum ‘Al-Mundziri me i rit Jam’ Al-Fawa ‘id, jl. Is hal. 620. hhal. 136, Lihat pula; 583 conahaencitome De cueemee but, kafarat zhihar yaitu: memerdekakan Jam ayat tersebut, ka berturut-turut. Day Menurut yang tersurat dal Teagan puasa dua bulan be Dan hamba sahaya. Jika tidak mampu diganti dens: am puluh orang miskin, engan mem jika tidak mampu, maka diganti dengan " - ah pendapat para ular beri makan en: a tentang sifat kafarat tersebut Yang perlu dijelaskan di sini ial masing-masing: a. Memerdekakan hamba sahaya RNP R ISIE, Menurut eksplisit ayat tersebut, hamba sahaya di sini adala jenis hamba, sekalipun kafir. Menurut ulama Hanafiyah, kafarat it : hamba sahaya baik kafir maupun yang beriman, pria maupun w nm muda, bahkan yang masih menyusu pun boleh. Karena sebutan tu dapat dilakukan dengan memerdekakan anita, tua maupun semuanya itu, Menurut ulama mazhab Syafi'i dan Maliki, bahwa dipersyaratkan hamba yang beriman. Jadi, selain hamba yang beriman tidak sah untuk kafarat. peer karena dalam ayat qafl (ayat yang membicarakan soal pembunuhan yang di situ disebutkan adanya pembayaran diyat/kafarat) disebutkan “Haruslah memerdekakan seorang hamba yang beriman (QS. An-Nisa’ [4]: 92)’, dalam ilmu usul figih disebutkan, “Yang mutlak itu dibawa pada arti yang mugayyad (terbatas):” Antara kedua ayat tersebut (kafarat zhihar dan kafarat pembunuhan) dikompromikan dalam hal sama-sama tidak diperkenankan yang disebabkan oleh perbuatannya itu. Namun, menurut mazhab Hanafi, redaksi yang mutlak tidak lantas diinterpretasikan sebagai redaksi yang dibatasi, kecuali masalahnya atau kasusnya sama. Sebab, hal tersebut akan melahirkan konsekuensi logis yang mengarah pada satu masalah yang mewujud dalam bentuk mutlak dan terbatasi, Puasa untuk membayar kafarat sumpah, misalnya, menurut bacaan yang masyhur puasa tersebut mutlak, dan harus dilaksanakan berturut-turut menurut bacaan yang juga masyhur,°” Perdebatan masalah ini dapat dilihat dalam kitab figih dan usul fiqih. Sedangkan menurut Imam Ahmad, dalam hal ini terdapat dua riwayat,7% b. Puasa dua bulan berturut-turut memerdekakan hamba sahaya. Hitungannya berdasarkan Perhitungan hilal (bulan), tanpa dibedakan apakah bulan itu Senap atau ganjil (29 hari atau 30 hari). Tetapi, kalau a 699 Rik Al-Maiini, jl. XXVIII, hal. 11. 700 Zad Al-Masir,jil, VINI, hal. 185. BRA conan ia berpuasa tanpa hitungan bu lan mak enurut pendap; aka dia ha el menurat pendapat lama tina harus berpuasa selama 60 har demikian Namun, menurut ulama-tilam datangnya hilal rat’ baru, kemudian berpu ang pertama t ah dan Malikiy = asa seb rtama tadi disempurnakan de, tadi berpuasa di pertengahan bulan, mals ‘i jan, maka ‘ah, ia harus berptiasa sampai ‘an penuh berdasar perhitungan hilal, "gan hitungan (misalnya yang pertama arus digenapkan sampai 30 hari),” sedan c Memberi makan 60 orang miskin Bagi orang yang tidak mampu mel; kc ; sake ser akties laksanakan puasa dua bulan berturut-turut fengahan, Karena usia lanjut atau karena sakit yang kronis atau ad: yang a Tarangan puasa dari dokter, maka dia harus memberi makan 60 orang miskin.™ g ementara tentang ukurannya, para ulama berbeda pendapat: Abu Hayy: Pe us at berpendapat, bahwa eksplisit ayat mengindikasikan bentuk makanan ae 7 tetapi kemudian bisa ditakhshishkan dengan makanan yang menjadi ebiasaan saat turunnya ayat tersebut, yai ibatasi ae 1ya ayat tersebut, yaitu makanan mengenyangkan, tanpa dibatasi Imam Malik dan Asy-Syafii berpendapat, makanan yang kurang dari 60 orang, tidaklah cukup sebagai pembayar kafarat. Sedang Abu Hanifah mengatakan, Seandainya orang tersebut memberi makan setiap hari kepada seorang miskin sebanyak % sha’ (1,35 kg) sampai mencapai jumlah 60 hari, maka yang demikian itu dipandang cukup. Kesembilan, Apakah kafarat itu harus dilaksanakan sebelum berhubungan? Pertama, Abu Hanifah berpendapat, seorang suami yang. men-zhihar istrinya itu apabila telah mencampuri sebelum membayar kafarat, maka dia dipandang berdosa dan durhaka kepada Allah, Sedang kafaratnya itu sendiri gugur; Karena batas waktunya telah habis. Kedua, jumbur fugaha berpendapat, bahwa orang tersebut dipandang berdosa dan durhaka kepada Allah, tetapi harus beristighfar dan taubat serta menahan diri tidak bercampur sementara waktu sampai kafaratnya dibayar. Abu Bakar Ar-Razi mengatakan: “Bahwa zhihar itu tidak mengharuskan adanya kafarat, Yang mak el haramnya bercampur, sementara haramnya bercampur itu tidak bisa ihapus hha, 14; dan At-TafirAL-Kabir, ji. VIM hal. 234- 701 Rah Al-Maiani, jl. XXVUL, 702. Rah Al-Mai, ji. XXVIIL bal 14: 703 Al-Bahr Al-Mubith, jl. VI, bal 234 585 erlaksana, melainkan dengan kafarat, Jadi, kalau bercampurnya itt a ae oe maka kafarat pun tiada, Misalnya, si perempuan itu terlanj eh ion juga masih hidup, tetap saja si aki-laki tidak dikenakan katara. Seba 21 67 itu hanya berkonsekuensi haramnya bercampur yang ee yaitu sampai dibayarnya kafarat. Selama kafarat itu belum dibayar, dila api jika hubungan seks itu telah dilakukan, melakukan hubungan seks. ie i abkan maka zhihar dan kafarat pun gugur bersamaan. Yang demikian itu disel Allah menggantungkan hukum zhihar dan sesuatu yang mewajibkan kafarat itu dengan menunaikan kafarat tersebut sebelum dilakukannya hubungan seks, sebagaimana firman Allah, ‘Sebelum mereka berdua itu bersentuhan (QS. Al-Mujadilah [58]: 4).’ Jadi, kalau sentuhan itu telah berlangsung, maka syarat pun telah habis, sehingga berdasarkan ayat tersebut kafarat itu tidak lagi wajib. Karena setiap kewajiban itu mesti terbatas oleh waktu atau berkait dengan syarat. Jadi, apabila waktu telah berlalu dan syarat berdasar telah gugur, maka perkataan yang pertama menjadi tidak wajib. Pendapat Abu Bakar Ar-Razi ini dibantah dengan dildlah lain yang menerangkan tentang kewajiban yang sama dalam waktu kedua. Begitulah halnya hukum zhihar ini apabila telah terjadi hubungan seks antara suami istri Ketika kafarat belum terbayar. Tetapi yang jelas dari Nabi Saw. sendiri, bahwa beliau pernah bersabda kepada seorang lelaki yang mengadakan hubungan seks dengan istrinya sebelum kafaratnya dibayar, sebagai berikut: BES & 355 Hy ‘“Minta ampunlah engkau kepada Allah, dan jangan engkau ulangi (hubungan seks itu) selama kafarat belum engkau bayar? Jadi, haramnya mengadakan hubungan seks untuk kedua kalinya sesudah dilakukannya yang pertama tadi itu tetap ada berdasarkan Sunnah?” Yang betul adalah pendapat Jumhur, yaitu si laki-laki itu tetap berdosa lantaran perbuatannya ini (hubungan seks sebelum membayar kafarat) dan kafarat pun masih tetap wajib dibayar untuk sekali saja. Wallahu a’lam, Kesimpulan Pertama, Allah akan selalu mengabulkan pengaduan orang yang is ikhlas dalam doanya itu, Sees 704 AL‘ashash, Aiki AL-Qur ‘én, ji HL, hal. 420, Haditsdiriwayatkan 7 . Ich , Ad-Daruquthni, At-Tirmidzi, dan Abu Dawud, mere leh You Math, An-Nasa's conthaenctome Kedua, tidak boleh menyerupaka akan Ketiga, tidak boleh meng, kafaratnya dibayar, istri dengan m ahramnya adakan hubung an seks dengan istri yang di-zhihar sebelum Keempat, kafarat itu bertingkat, d an, sing- fae masing-masing tingkat itu tidak bisa dilalui lak bisa dilakukan, Kelima, bukum Allah mutlak harus dipatuhi, Hikmah Tasyri’ : ian gue eaatan pernikahan sebagai ikatan untuk selama-lamanya yang tidak cnclshpebgeete ge ee oleh orang yang suka mencarikelezstan, ibenci Allah (alias talak). Dengan pernikahan, semua yang ada pada perempuan menjadi halal bagi seorang lelaki, tetapi dalam batas-batas yang telah ditentukan Allah. Maka, jika ada seseorang datang hendak merombak apa yang telah dihalalkan Allah sehingga yang halal itu menjadi haram, berarti dia telah berbuat dosa besar dan melanggar ketentuan-ketentuan Allah. Justru itu, ia akan dihukum dengan berat sekali. Zhihar, misalnya, akibat melakukan zhihar ini ia dikenakan hukuman kafarat yang di dalamnya terkandung faidah yang besar sekali bagi masyarakat, yaitu berupa pembebasan hamba sahaya. Dan, ini merupakan salah satu cara pembebasan perhambaan itu. Jika biaya untuk membeli seorang hamba itu tidak terjangkau, maka dia diharuskan puasa dua bulan berturut-turut. Sedangkan, puasa ini adalah tempat latihan moral yang paling baik. Dengan berpuasa, jiwa bisa terdidik dan kebengkokan bisa diluruskan kembali, Ini berlaku apabila orang tersebut sehat wal afiat. Akan tetapi, Allah Swt. tidak akan memberi beban seseorang kecuali menurut kemampuannya. Oleh Karena itu, orang yang sedang sakit dan tidak bisa berpuasa, Se a makan 60 orang miskin. Begitulah, masalah kafarat ini situasinya bisa alae 7 al kepentingan pribadi dan kepentingan sosia sale balasan bagi orang yang mengharamkan sesuatu yang, halal. Hendaklah i j ij hukuman yang cukup menjerakan ini. seorang Mukmin dapat mengambil pelajaran dari hukuman ya! a onaanctome

You might also like