Professional Documents
Culture Documents
Makalah MD Winda
Makalah MD Winda
Disusun Oleh:
2022/2023
Kata pengantar
Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, cara berdakwah pun mengalami
perkembangan dan perubahan. Dakwah tidak lagi dilakukan secara sederhana hanya sebatas
dalam mimbar, namun pada generasi milenial ini mulai memanfaatkan kemajuan media
teknologi yang disebut media digital. Hal ini dilakukan agar dalam menyampaikan pesan dakwah
tetap menarik, efektif, dan efisien sehingga para mad’u akan terus tertarik untuk selalu
mendengarkan ceramah agar kembali ke jalan yang benar dan diridhai oleh Allah SWT. Selain
offline dakwah juga bisa dilakukan secara online. Seperti yang kita ketahui, sekarang dakwah
dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas digital seperti melalui radio, televisi, telepon,
internet, dan media sosial. Disini peran seorang da’i sangat penting yakni harus pintar dalam
memanfaatkan perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang ada
khususnya media sosial seperti Youtube, Instagram, Facebook, Twitter, WhatsApp dan
sebagainya. Para da’i dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif untuk selalu mengkreasikan bentuk
dakwah sehingga tidak terkesan monoton dan ketinggalan zaman. Untuk itu, cara berdakwah
generasi milenial ini harus dikemas melalui konten-konten yang menarik dan kekinian, tidak
selalu berupa tulisan, namun juga bisa dikemas dalam bentuk vlog, infografis, video, dan poster
yang kemudian disebarluaskan melalui media sosial agar pesan dakwah dapat tersampaikan
makin meluas. Hal tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang bagi seorang da’i untuk
memaksimalkan perkembangan teknologi yang pesat ini dengan membuat sesuatu yang lebih
bermanfaat.
1. Peluang Dakwah
Pada saat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan transformasi dengan
berbagai dampak negatifnya saat ini, tampaknya kita semua terpanggil untuk melakukan dakwah,
yaitu mengajak atau menyeru untuk melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran, merubah
umat dari satu situasi kepada situasi lain yang lebih baik dalam segala bidang, merealisasi ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari bagi seorang pribadi, keluarga, kelompok atau massa serta
bagi kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan
bangsa dan umat manusia. Identifikasi Parker (1973), sebagaimana dikutip oleh Agoeng
Noegroho, memperhatikan beberapa dampak teknologi komunikasi, antara lain: Terjadinya
monopoli dalam pengelolaan, penyediaan dan pemanfaatan informasi, tidak meratanya distribusi
informasi, kurangnya isi pesan yang bersifat edukatif, terjadinya polusi informasi, terjadinya
inflasi terhadap privacy, timbulnya permasalahan yang berkaitan dengan hak cipta (Agoeng
Noegroho, 2010: 37). Peradaban informasi yang mendominasi dunia modem dalam beberapa
dekade terakhir ini, telah membawa dampak global dalam berbagai sektor kehidupan manusia,
baik itu dampak positifnya dan terlebih lagi dampak negatifnya, hampir semuanya dapat
dikaitkan secara langsung ataupun tidak langsung dengan agama, terutama peluang sekaligus
tantangan dakwah. Segi positif dari peradaban informasi ini yang merupakan peluang dakwah,
antara lain dapat dijadikan saebagai media dakwah, bahkan oleh pihak agamawan, tidak
terkecuali Islam telah dijadikan untuk mendukung dalam mengembangkan agama mereka, baik
yang menyangkut institusi dan kelemahan, maupun yang berkaitan dengan upaya
mendinamiskan ajaran-ajarannya. Dalam konteks yang terakhir ini, sejauh yang penulis ketahui,
banyak temuan IPTEK yang telah dan akan sangat menolong para da’i untuk memberi
interpretasi kontemporer terhadap teks-teks ajaran Islam itu sendiri. Banyak hal yang selama ini
tampak samar bagi para ulama, akhimya menjadi terungkap maksud dan kandungannya berkat
temuan IPTEK.
Teknologi Informasi secara tidak langsung berpengaruh luas dalam mengubah kontrol sosial. Hal
ini dapat dilihat bagaimana media dapat menghaluskan paksaan, sehingga tampak sebagai
bujukan (Wiliam L. Rivers dkk, 2004: 39). Seperti telah disinggung bahwa peradaban informasi
menjadikan agama semakin transparan baik dari segi doktrin dan ajaran-ajaran, maupun dari segi
kegiatan dan program- program yang dilahirkan oleh setiap agama, bukan saja Islam. Dengan
demikian, transparannya agama-agama tersebut, maka terjadi komversi agama (pindah agama) di
kalangan masyarakat merupakan hal yang sangat niscaya, terutama masyarakat yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kebebasan dan rasionalitas. Di sinilah sebenarnya peluang dakwah Islam untuk
tampil memainkan peranannya di dalam menggunakan dakwah Islam untuk tampil memainkan
peranannya di dalam menggunakan sarana teknologi komunikasi informasi sebagai media
dakwah yang efektif agar tidak kalah bersaing dan terjadi pindah agama (keluar dari Islam)
hanya karena iming-iming untuk kebutuhan sesaat. Di sisi lain, seperti yang telah diprediksikan
oleh para futurulog bahwa abad ke-21 sebagai abad kebangkitan agama, dalam abad ini akan
terjadi semacam respiritualisasi di kalangan musyarakat modem. Mereka yang tadinya
mengalami kegersangan jiwa akibat kekosongan spiritualitas mulai berusaha mencari hal-hal
yang dapat mendatangkan kepuasan dan kebahagiaan bathiniyah. Kepuasan bathiniyah itu
tentunya lebih potensial diperoleh pada spiritualitas agama. Seiring dengan gejala respritualisasi
yang sudah mulai tampak sekarang, terjadi pula semacam revivalisasi dan resurgensi
agamaagama besar di dunia. Apabila agama telah menemukan kembali daya vitalitas dalam
mengatur kehidupan manusia sebagai akibat dari peranperan yang dimainkan oleh dakwah dalam
memanfaatkan berbagai peluang, maka hal tersebut tidak saja menguntungkan agama tertentu,
tetapi juga memberi dampak positif terhadap semua agama,'apalagi Islam yang secara esensial
fundamental adalah sebagai agama Rahmatan lil alamin.
2.Tantangan dakwah
Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada manusia untuk memperbaiki diri dengan berbuat
kebaikan dan mencegah kemungkaran sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Jika dilihat
dari sudut pandang yang lain, dakwah berarti segala sesuatu atau upaya yang dikerjakan oleh
setiap umat muslim baik itu melalui lisan seseorang ataupun perbuatan. Dengan itu, siapa pun
dirinya jika ia beragama Islam, dia adalah Da’i. Dan apapun yang dikerjakan olehnya merupakan
satu contoh dari sekian banyak cara merealisasikan dakwah.
Pada masa sekarang ini dengan didukung oleh semakin canggihnya teknologi informasi yang
berkembang, menjadikan dakwah bisa dikerjakan dengan lebih efisien dan khalayak yang
dijangkau juga lebih luas. Ke depan, dakwah tidak hanya disampaikan pada masjid-masjid atau
majelis ta’lim tertentu, namun dengan adanya media-media dakwah yang baru kita bisa
mendengarkan pengajian melalui daring, membuat konten dakwah audio visual, dan
mengunggahnya di kanal youtube, dan mungkin juga menjadikan akun media sosial kita sebagai
lahan untuk berdakwah. Karena dakwah merupakan kegiatan yang universal, di era digital ini
dakwah dituntut untuk bisa menjangkau semua segi kehidupan dan menyentuh semua lapisan di
masyarakat.
Bila kita amati lebih luas lagi, dakwah Islam di era digital ini memiliki tantangan dan kendala
yang semakin kompleks. Hal itu terjadi karena realitas sosial yang ada sekarang semakin
beragam, dengan itu kesenjangan di masyarakat tidak lagi bisa dihindarkan. Ironinya hal tersebut
telah menjadi sekat-sekat sosio-kultural bangsa dan mengaburkan batas-batas yang sebelumnya
sudah ada.
Berbagai masalah tersebut, meliputi: pertama, terbentuknya budaya dan gaya hidup yang
seragam, seperti pada menu makanan, busana dan selera memilih hiburan. Kedua mengutip Mike
Featherstone, merebaknya konsumtivisme yang memberi dampak kemiskinan spiritual dan
falsafah hidup hedonistik. Ketiga semakin intens dan masifnya infiltrasi budaya asing yang
bertentangan dengan identitas kepribadian bangsa dan moral agama.
Tantangan dakwah beraneka ragam bentuknya, selama ini kita hanya mengenal dalam bentuk
klasik; penolakan, cibiran, cacian, bahkan teror. Kini ada tantangan baru dalam dakwah.
Berdakwah di era sekarang ini bukanlah hal yang mudah namun tidak juga sulit. Seorang Da’i
dituntut untuk peka terhadap lingkungan dan inovatif terhadap cara ia menghadapi zaman yang
cepat sekali berubah. Karena pada hakekatnya dakwah itu berarti mengajak sehingga ia harus
mengerti kondisi seseorang yang diajak.
Dakwah saat ini juga membutuhkan materi yang simpel, efektif, tidak bertele-tele, sederhana dan
tidak terkesan menggurui, sesekali Da’i bisa berimprofisasi dengan menambahkan humor agar
ceramahnya tetap menarik dan tidak membosankan. Bukan hanya ceramah yang bersifat verbal
namun dibutuhkan inovasi bagi seorang Da’i untuk menyikapi perubahan perilaku di masyarakat
saat ini. Jangan sampai sesuatu yang disampaikan oleh Da’i malah menimbulkan masalah atau
pemantik dari timbulnya kebencian dan perpecahan. Ini merupakan sebagian gambaran
problematika tantangan dakwah saat ini khususnya di era teknologi dan komunikasi yang mau
tidak mau harus kita hadapi dan merupakan tanggung jawab untuk Islam ke depan.
1. Pendakwah harus baper (bawa perasaan). Maksudnya mesti membawa perasaan atau
melibatkan hati kecilnya sebelum berceramah. Pendakwah harus merasa-rasakan betul,
apakah yang disampaikannya pantas. Bapernya pun bukan baper biasa, tapi baper ilmiah.
2. Memakan konten dari banyak sumber. Jika pendakwah hanya mengkonsumsi konten
yang diterbitkan satu golongan saja, ia bisa dirasuki kecintaan luar biasa pada A dan
kebencian berbahaya pada B. Hal sama juga bisa terjadi pada siapapun yang mendengar
satu pendakwah saja.
3. Punya akun resmi, di situ setiap video diunggah utuh. Sehingga jika ada potongan video
yang dirasa kurang pas, masyarakat bisa merujuk ke video utuh di akun resmi tersebut.
4. Hati-hati dengan politik dalam negeri dan luar negeri. Jangan diperalat partai politik
dalam negeri atau Anda bekerja untuk kepentingan negara lain. Mari kita
mengarusutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan golongan apalagi pribadi.
5. Dakwah di era digital itu kerja tim. Penceramah seperti frontman, di belakang mereka
harus ada litbang, tim teknis, dan lain-lain. Produksi konten berdasarkan riset, dan
sebarkan sesuai target. Resapi respons masyarakat di kolom komentar medsos,
pemberitaan media, masukan para pakar, dll. Tim ini juga harus mampu membedakan
hater, lover dan yang objektif. Medsos itu intinya; produksi, distribusi dan interaksi.
Konten ceramah akan abadi di internet, karenanya produksi harus benar-benar serius,
sebagaimana media mainstream memproduksi konten. Waspadai juga akun palsu
pengadudomba antar umat beragama di internet.