You are on page 1of 8

MAKALAH

DAKWAH DI ERA DIGITAL

Dosen pengampu:Mohammad Alawi M,Sos

Disusun Oleh:

Winda Sari (210301107)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022/2023
Kata pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang mana Allah SWT telah memberikan nikmat
iman,nikmat islam, nikmat kesehatan dan juga selalu memberikan keberkahan dan rahmat
kepada kami.Tak lupa juga untuk memberikan shalawat serta salam yang selalu tercurahkan
dalam setiap doa kepada junjungan nabi kita, yakni nabi Muhammad SAW,yang mana nabi
Muhammad SAW telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang
benderang sepeti halnya sekaran ini.
Berkat limpahan dan rahmat beliau, kami bisa menuntaskan tugas makalah ini yang bertujuan
untuk menyelesaikan kewajiban tugas mata kuliah Manajemen dakwah.Pada isi makalah ini akan
diuraikan pembahasan tentang Dakwah di era digital.Dalam pembentukan materi atau tugas
ini,tidak sedikit halangan yang dihadapi.
Dibuatnya makalah ini supaya pembaca bisa memperluas atau menambahkan wawasan ilmu
mengenai maanusia dalam perspektif islam,yang kami sediakan ini berlandasan peninjauan dari
berbagai macam sumber refrensi,sumber informsi,dan berita.Semoga adanya makalah ini bisa
memberikan wawasan lebi luas lagi dan juga menjadi sebuah sumbangan pemikiran kepada para
pembaca.
Kami menyadari bahwa isi atau kata dari makalah ini masi banyak kekurangan-kekurangan dan
jauh dari kata sempuna.Maka dari itu,kepada bapak dosen pengampu Mohammad alawi
M,Sos,kami meminta kritik dan sarannya guna untuk memperbaiki pembuatan makalah di masa
yang akan datang.Selain dari bapak dosen,kamipun mengharapkan adanya kritikan dan saran dari
pembaca makalah.
Demikian yang dapat saya sampaikan.Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
kita semua

Mataram,13 November 2022


DAFTAR ISI

A. Dakwah di era digital...................................................................................


B. Peluang tantangan dakwah..........................................................................
1. Peluang dakwah...............................................................................
2. Tantangan dakwah...........................................................................

C.Solusi dalam menghadapi tantangan dakwah di era digital.........................


PEMBAHASAN

A.Dakwah di era digital

Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, cara berdakwah pun mengalami
perkembangan dan perubahan. Dakwah tidak lagi dilakukan secara sederhana hanya sebatas
dalam mimbar, namun pada generasi milenial ini mulai memanfaatkan kemajuan media
teknologi yang disebut media digital. Hal ini dilakukan agar dalam menyampaikan pesan dakwah
tetap menarik, efektif, dan efisien sehingga para mad’u akan terus tertarik untuk selalu
mendengarkan ceramah agar kembali ke jalan yang benar dan diridhai oleh Allah SWT. Selain
offline dakwah juga bisa dilakukan secara online. Seperti yang kita ketahui, sekarang dakwah
dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas digital seperti melalui radio, televisi, telepon,
internet, dan media sosial. Disini peran seorang da’i sangat penting yakni harus pintar dalam
memanfaatkan perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang ada
khususnya media sosial seperti Youtube, Instagram, Facebook, Twitter, WhatsApp dan
sebagainya. Para da’i dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif untuk selalu mengkreasikan bentuk
dakwah sehingga tidak terkesan monoton dan ketinggalan zaman. Untuk itu, cara berdakwah
generasi milenial ini harus dikemas melalui konten-konten yang menarik dan kekinian, tidak
selalu berupa tulisan, namun juga bisa dikemas dalam bentuk vlog, infografis, video, dan poster
yang kemudian disebarluaskan melalui media sosial agar pesan dakwah dapat tersampaikan
makin meluas. Hal tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang bagi seorang da’i untuk
memaksimalkan perkembangan teknologi yang pesat ini dengan membuat sesuatu yang lebih
bermanfaat.

B.Peluang dan tantangan dakwah

1. Peluang Dakwah

Pada saat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan transformasi dengan
berbagai dampak negatifnya saat ini, tampaknya kita semua terpanggil untuk melakukan dakwah,
yaitu mengajak atau menyeru untuk melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran, merubah
umat dari satu situasi kepada situasi lain yang lebih baik dalam segala bidang, merealisasi ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari bagi seorang pribadi, keluarga, kelompok atau massa serta
bagi kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan
bangsa dan umat manusia. Identifikasi Parker (1973), sebagaimana dikutip oleh Agoeng
Noegroho, memperhatikan beberapa dampak teknologi komunikasi, antara lain: Terjadinya
monopoli dalam pengelolaan, penyediaan dan pemanfaatan informasi, tidak meratanya distribusi
informasi, kurangnya isi pesan yang bersifat edukatif, terjadinya polusi informasi, terjadinya
inflasi terhadap privacy, timbulnya permasalahan yang berkaitan dengan hak cipta (Agoeng
Noegroho, 2010: 37). Peradaban informasi yang mendominasi dunia modem dalam beberapa
dekade terakhir ini, telah membawa dampak global dalam berbagai sektor kehidupan manusia,
baik itu dampak positifnya dan terlebih lagi dampak negatifnya, hampir semuanya dapat
dikaitkan secara langsung ataupun tidak langsung dengan agama, terutama peluang sekaligus
tantangan dakwah. Segi positif dari peradaban informasi ini yang merupakan peluang dakwah,
antara lain dapat dijadikan saebagai media dakwah, bahkan oleh pihak agamawan, tidak
terkecuali Islam telah dijadikan untuk mendukung dalam mengembangkan agama mereka, baik
yang menyangkut institusi dan kelemahan, maupun yang berkaitan dengan upaya
mendinamiskan ajaran-ajarannya. Dalam konteks yang terakhir ini, sejauh yang penulis ketahui,
banyak temuan IPTEK yang telah dan akan sangat menolong para da’i untuk memberi
interpretasi kontemporer terhadap teks-teks ajaran Islam itu sendiri. Banyak hal yang selama ini
tampak samar bagi para ulama, akhimya menjadi terungkap maksud dan kandungannya berkat
temuan IPTEK.

Teknologi Informasi secara tidak langsung berpengaruh luas dalam mengubah kontrol sosial. Hal
ini dapat dilihat bagaimana media dapat menghaluskan paksaan, sehingga tampak sebagai
bujukan (Wiliam L. Rivers dkk, 2004: 39). Seperti telah disinggung bahwa peradaban informasi
menjadikan agama semakin transparan baik dari segi doktrin dan ajaran-ajaran, maupun dari segi
kegiatan dan program- program yang dilahirkan oleh setiap agama, bukan saja Islam. Dengan
demikian, transparannya agama-agama tersebut, maka terjadi komversi agama (pindah agama) di
kalangan masyarakat merupakan hal yang sangat niscaya, terutama masyarakat yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kebebasan dan rasionalitas. Di sinilah sebenarnya peluang dakwah Islam untuk
tampil memainkan peranannya di dalam menggunakan dakwah Islam untuk tampil memainkan
peranannya di dalam menggunakan sarana teknologi komunikasi informasi sebagai media
dakwah yang efektif agar tidak kalah bersaing dan terjadi pindah agama (keluar dari Islam)
hanya karena iming-iming untuk kebutuhan sesaat. Di sisi lain, seperti yang telah diprediksikan
oleh para futurulog bahwa abad ke-21 sebagai abad kebangkitan agama, dalam abad ini akan
terjadi semacam respiritualisasi di kalangan musyarakat modem. Mereka yang tadinya
mengalami kegersangan jiwa akibat kekosongan spiritualitas mulai berusaha mencari hal-hal
yang dapat mendatangkan kepuasan dan kebahagiaan bathiniyah. Kepuasan bathiniyah itu
tentunya lebih potensial diperoleh pada spiritualitas agama. Seiring dengan gejala respritualisasi
yang sudah mulai tampak sekarang, terjadi pula semacam revivalisasi dan resurgensi
agamaagama besar di dunia. Apabila agama telah menemukan kembali daya vitalitas dalam
mengatur kehidupan manusia sebagai akibat dari peranperan yang dimainkan oleh dakwah dalam
memanfaatkan berbagai peluang, maka hal tersebut tidak saja menguntungkan agama tertentu,
tetapi juga memberi dampak positif terhadap semua agama,'apalagi Islam yang secara esensial
fundamental adalah sebagai agama Rahmatan lil alamin.

2.Tantangan dakwah

Dalam perkembangannya, teknologi bukan saja dimanfaatkan untuk menciptakan kenyamanan


agar manusia bisa hidup lebih senang dan tidak ditundukkan oleh kemauan-kemauan alam, akan
tetapi pada kenyataannya perkembangan teknologi sebagaimana yang kita saksikan dewasa ini
sudah sedemikian jauh, sehingga terasa adanya kecenderungan, bukan teknologi itu yang tunduk
dan mengabdi pada manusia, melainkan manusialah yang mengikuti perkembangan teknologi
yang telah lepas kendali (Rusydy Hamka & Rafiq (Ed), 1989: 14). Maka tidak berlebihan kalau
Dr. Rollo May mengatakan bahwa abad ke-XX adalah abad kecemasan (the age of anxiety).
Sedangkan kecemasan menurut Dr. F.W. Bawengan, bukan saja merupakan gejala psikologis an
sich, melainkan merupakan penyakit yang menghinggapi manusia di abad modem ini.
Selebihnya, kecemasan itu juga merupakan penyebab timbulnya berbagai penyakit yang
dinamakan psychosomatik. Itulah sebabnya, di sela gemuruhnya mesin industri, banyak orang
yang kebingungan, mencari ketenteraman untuk melarikan diri dari kecemasan yang mencekam,
sementara itu merajalela pula kriminalitas dan bentrokan- bentrokan (Endang Basri Ananda,
1977: 14). Budaya materialisme mendominasi hampir seluruh masyarakat dunia dewasa ini,
termasuk masyarakat Timur yang religious. Tergusurnya nilai-nilai moral agama dm semakin
hilangnya fungsi dari agama itu sendiri merupakan akibat lain dari budaya materialis yang
melihat segala sesuatu melalui proses kalkulasi pengukuran dan kontrol. Disfungsi agama dalam
kehidupan sosial masyarakat seiring dengan munculnya faham sekularisme tampak di mana-
mana, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak disadari paham ini tentu mempengaruhi
sikap, pola pikir dan cara pandang masyarakat, termasuk mereka yang telah menganut agama
tertentu secara formal. Di hampir semua negara, agama benar-benar hanya menempati posisi
marginal dan amal disfungsional, termasuk dalam bidang sosial ekonomi, budaya, pendidikan,
politik dan sebagainya. Mengganasnya alkoholisme dan morfinisme, seperti akstasi dan
sebagainya, yang mematikan generasi masyarakat dan merajalelanya sadisme, pemerkosaan dan
kriminalitas lainnya merupakan turunan dari eliminasi nilai-nilai moral keagamaan. Dalam
masyarakat industri yang mendewakan sains dan teknologi, dakwah menghadapi lawan yang
tanggung, kecuali jika ilmu dan teknologi itu penuh dengan muatan agama dengan bobot yang
tinggi, karena upaya untuk memberikan muatan agama terhadap sains dan teknologi itu, dengan
sendirinya memerlukan manusia dengan kekuatan penalaran dan iman yang kokoh dalam jumlah
yang besar. Namun harus dipahami bahwa di sinilah letaknya kelemahan pokok umat Islam
Indonesia, yaitu rendahnya penguasaan terhadap ilmu dan teknologi. Di samping itu, masyarakat
industri dan masyarakat informasi memerlukan padat modal, untuk membiayai berbagai produksi
dalam semua bidang, termasuk media massa (pers, film, radio dan televisi). Dalam hal ini, umat
Islam juga mengalami kelemahan yang parah. Karena mayoritas dari kalangan kita tergolong
masih berada di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan yang bersifat struktural itu telah
membuahkan kelemahan dalam bidang pendidikan sehingga kemampuan profesional untuk
menggunakan media massa dan teknologi canggih lainnya untuk berdakwah, juga mengalami
nasib yang menyedihkan Inilah antara lain segi-segi yang kurang menguntungkan dari peradaban
modem yang menjadi tantangan dakwah sekaligus tantangan kita kaum agamawan untuk
kemudian mencari alternatif-alternatif pemecahannya. Tantangan-tantangan tersebut walaupun
pada umumnya bersifat global, namun tetap relevan untuk dilihat dari prespektif dakwah Islam di
masa kini dan di masa depan, sebab kita benar-benar telah memasuki era globalisasi dan
transformasi informasi dengan berbagai trend dan dampak yang ditimbulkan-nya.
C.Solusi dalam menhadapi dakwah digital

Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada manusia untuk memperbaiki diri dengan berbuat
kebaikan dan mencegah kemungkaran sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Jika dilihat
dari sudut pandang yang lain, dakwah berarti segala sesuatu atau upaya yang dikerjakan oleh
setiap umat muslim baik itu melalui lisan seseorang ataupun perbuatan. Dengan itu, siapa pun
dirinya jika ia beragama Islam, dia adalah Da’i. Dan apapun yang dikerjakan olehnya merupakan
satu contoh dari sekian banyak cara merealisasikan dakwah.

Pada masa sekarang ini dengan didukung oleh semakin canggihnya teknologi informasi yang
berkembang, menjadikan dakwah bisa dikerjakan dengan lebih efisien dan khalayak yang
dijangkau juga lebih luas. Ke depan, dakwah tidak hanya disampaikan pada masjid-masjid atau
majelis ta’lim tertentu, namun dengan adanya media-media dakwah yang baru kita bisa
mendengarkan pengajian melalui daring, membuat konten dakwah audio visual, dan
mengunggahnya di kanal youtube, dan mungkin juga menjadikan akun media sosial kita sebagai
lahan untuk berdakwah. Karena dakwah merupakan kegiatan yang universal, di era digital ini
dakwah dituntut untuk bisa menjangkau semua segi kehidupan dan menyentuh semua lapisan di
masyarakat.

Bila kita amati lebih luas lagi, dakwah Islam di era digital ini memiliki tantangan dan kendala
yang semakin kompleks. Hal itu terjadi karena realitas sosial yang ada sekarang semakin
beragam, dengan itu kesenjangan di masyarakat tidak lagi bisa dihindarkan. Ironinya hal tersebut
telah menjadi sekat-sekat sosio-kultural bangsa dan mengaburkan batas-batas yang sebelumnya
sudah ada.

Berbagai masalah tersebut, meliputi: pertama, terbentuknya budaya dan gaya hidup yang
seragam, seperti pada menu makanan, busana dan selera memilih hiburan. Kedua mengutip Mike
Featherstone, merebaknya konsumtivisme yang memberi dampak kemiskinan spiritual dan
falsafah hidup hedonistik. Ketiga semakin intens dan masifnya infiltrasi budaya asing yang
bertentangan dengan identitas kepribadian bangsa dan moral agama.

Tantangan dakwah beraneka ragam bentuknya, selama ini kita hanya mengenal dalam bentuk
klasik; penolakan, cibiran, cacian, bahkan teror. Kini ada tantangan baru dalam dakwah.
Berdakwah di era sekarang ini bukanlah hal yang mudah namun tidak juga sulit. Seorang Da’i
dituntut untuk peka terhadap lingkungan dan inovatif terhadap cara ia menghadapi zaman yang
cepat sekali berubah. Karena pada hakekatnya dakwah itu berarti mengajak sehingga ia harus
mengerti kondisi seseorang yang diajak.

Dakwah saat ini juga membutuhkan materi yang simpel, efektif, tidak bertele-tele, sederhana dan
tidak terkesan menggurui, sesekali Da’i bisa berimprofisasi dengan menambahkan humor agar
ceramahnya tetap menarik dan tidak membosankan. Bukan hanya ceramah yang bersifat verbal
namun dibutuhkan inovasi bagi seorang Da’i untuk menyikapi perubahan perilaku di masyarakat
saat ini. Jangan sampai sesuatu yang disampaikan oleh Da’i malah menimbulkan masalah atau
pemantik dari timbulnya kebencian dan perpecahan. Ini merupakan sebagian gambaran
problematika tantangan dakwah saat ini khususnya di era teknologi dan komunikasi yang mau
tidak mau harus kita hadapi dan merupakan tanggung jawab untuk Islam ke depan.

Beberapa solusi untuk dakwah di era digital untuk pendakwah:

1. Pendakwah harus baper (bawa perasaan). Maksudnya mesti membawa perasaan atau
melibatkan hati kecilnya sebelum berceramah. Pendakwah harus merasa-rasakan betul,
apakah yang disampaikannya pantas. Bapernya pun bukan baper biasa, tapi baper ilmiah.
2. Memakan konten dari banyak sumber. Jika pendakwah hanya mengkonsumsi konten
yang diterbitkan satu golongan saja, ia bisa dirasuki kecintaan luar biasa pada A dan
kebencian berbahaya pada B. Hal sama juga bisa terjadi pada siapapun yang mendengar
satu pendakwah saja.
3. Punya akun resmi, di situ setiap video diunggah utuh. Sehingga jika ada potongan video
yang dirasa kurang pas, masyarakat bisa merujuk ke video utuh di akun resmi tersebut.
4. Hati-hati dengan politik dalam negeri dan luar negeri. Jangan diperalat partai politik
dalam negeri atau Anda bekerja untuk kepentingan negara lain. Mari kita
mengarusutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan golongan apalagi pribadi.
5. Dakwah di era digital itu kerja tim. Penceramah seperti frontman, di belakang mereka
harus ada litbang, tim teknis, dan lain-lain. Produksi konten berdasarkan riset, dan
sebarkan sesuai target. Resapi respons masyarakat di kolom komentar medsos,
pemberitaan media, masukan para pakar, dll. Tim ini juga harus mampu membedakan
hater, lover dan yang objektif. Medsos itu intinya; produksi, distribusi dan interaksi.
Konten ceramah akan abadi di internet, karenanya produksi harus benar-benar serius,
sebagaimana media mainstream memproduksi konten. Waspadai juga akun palsu
pengadudomba antar umat beragama di internet.

You might also like