You are on page 1of 17

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU USHUL FIQIH DARI AWAL SAMPAI


SEKARANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

USHUL FIQIH

DISUSUN OLEH KELOMPOK:1

APULINA BR GINTING 2122069

NELA YULINA 2122039

RODITA SAKINAH 2122053

Dosen Pengampu:

Hanif Aidhil Alwana S.H,M.H

PRODI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAAN

UIN.SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT.yang atas rahmatnya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.adapun
tema dari makalah ini adalah “Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih Dari Awal Sampai
Sekarang”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Ushul Fiqih yang telah memberikan tugas kepada
kami.kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.kami sadar makalah ini jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kami mengharapkan kritik yang dan saran yang
membangun.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A.Latar belakang.....................................................................................................
B.Rumusan Masalah................................................................................................
C.Tujuan Masalah....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAAN......................................................................................
A.Pengertian Ushul Fiqih........................................................................................
B.Sejarah Ushul Fiqih..............................................................................................
C.Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih.....................................................................
D.Periode Imam Mazhab.........................................................................................
E.Objek Kajian Ushul Fiqih....................................................................................
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................
A.Kesimpulan..........................................................................................................
B.Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ushul Fiqih adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang
menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara` mengenai perbuatan manusia
mengenai dalil-dalilnya yang terperinci. Ilmu Ushul Fiqih dan ilmu Fiqih adalah dua
hal yang tidak bisa dipisahkan ilmu Ushul Fiqih dapat di umpamakan seperti sebuah
pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu Ilmu Fiqih.

Sejarah Fiqih telah dimulai sejak diangkatnya Muhammad SAW menjadi nabi
dan rasul sampai wafatnya hal ini disebabkan segala persoalan yang dihadapi ketika
itu dijelaskan secara langsung oleh Rasulullah SAW. Akibatnya ijtihad yang masih
berada diantaranya benar atau salah tidak diperlukan. Akan tetapi, benih-benih kaidah
sebenarnya sudah ada semenjak masa nabi .

Fiqih diarahkan untuk memperbaiki akidah, karena akidah yang benar inilah yang
menjadi pondasi dalam hidup. Oleh karena itu, dapat kita pahami apabila Rasulullah
pada masa itu memulai dakwahnya dengan mengubah keyakinan masyarakat yang
musyrik menuju masyarakat yang berakidah tauhid, membersihkan hati dan
menghiasi diri dengan akhlak al-aklhlak al-karimah .
B.Rumusan Masalah

1.Bagaiman Sejarah Ilmu Ushul Fiqih?

2.Apa Pengertian Ushul Fiqih?

3.Bagaiman Perkembangan Ilmu Ushul Fiqih?

4.Bagaiman Periode Imam Mazhab Ilmu Ushul Fiqih ?

5.Apa Objek Kajian Ilmu Ushul Fiqih?

C.Tujuan Masalah

1.Agar Kita Mengetahui Bagaimana Sejarah Ilmu Ushul Fiqih

2.Untuk Mengetahui Pengertian Ushul Fiqih

3.Agar Kita Mengetahui Bagaiman Perkembangan Ilmu Ushul Fiqih

4.Agar Kita Mengetahui Bagaimana Periode Imam Mazhab Ilmu Ushul Fiqih

5.Agar Kita Mengetahui Objek Kajian Ilmu Ushul Fiqih


BAB III

PEMBAHASAN

A.Sejarah Ilmu Ushul Fiqih

Pada abad 1 Hijriyah ilmu Ushul Fiqih belum tumbuh menjadi satu disiplin
ilmu.kemunculanya terjadi pada abad II Hijriyah dengan kondisinya yang masih
bercampur dengan pembahasaan ilmu Ushul Fiqih.hal ini disebabkan karena
Rasulullah SAW dalam menetapkan hukum selalu mengandalkan turunnya wahyu
dan ilham dari ALLAH.

Sepeningalan Rasulullah SAW,para sahabat berfatwa dan memberikan


keputusan suatu masalah menurut nash yang mereka pahami melalui penguasannya
dalam bahasa arab mereka tidak memerlukan kaidah-kaidah bahasa.untuk
mengistibatkan suatu hukum suatu kejadian yang belum ada nasnya,mereka
mengunakan pengetahuan yang mendalam tentang cara-cara pembuatan undang-
undang yang diperolehnya selama mereka bergaul dengan Rasulullah SAW.mereka
menerapkan penghayatan terhadap Asbab Al-Nuzul dan Asbab Al-Wurud dan
memanfaatkan pengamatanya dari tujuan-tujuan syari dalam memberikan beban
hukum kepada mukalaf.

Dalam pertumbuhan pada tingkat pertama ilmu Ushul Fiqih belum merupakan
ilmu yang berdiri sendiri,melainkan iya masih berserak-serak dalam kitab-kitab fiqih
yang difungsikan oleh fuqaha sebagai argumentasi menetapkan hukum Fiqih serta
untuk menerangkan cara-cara mengambil hukum dari dalil-dalil yang dikemukakan.
Orang yang pertama-tama mengumpulkan tulisan Ushul Fiqih yang masih
bercampur dengan kodifikasi Fiqih islam menjadi suatu perangkat ilmu yang terpisah
lagi berdiri sendiri menurut Ibnu Nadim Abu Yusuf salah seorang murid Imam Abu
Hanifah.1

Adapun orang yang pertama mengodifikasi pembahasan dan kaidah-kaidah


ilmu Ushul Fiqih dalam suatu kitab yang sangat berharga dan dapat dikaji oleh
generasi sekarang ialah imam Muhammad Idris Al Syafi’I karya beliau yang
kemudian dituturkan kembali oleh muridnya Al-Rabi Al-Muradi,bernama Al-Risalah.

Di dalam bukunya ini beliau menguraikan al-Qur’an penjelasan sunnah


terhadap al-Qur`an dari hal ijtihad,qiyas dan sebagainya yang berhubungan dengan
dasar-dasar beristinbat.karena kitab tersebut merupakan kitab Ushul Fiqih yang
pertama dibukukan orang dan yang dapat sampai kepada kita,maka beliauah yang
terkenal sebagai perintis ilmu Ushul Fiqih .

B.Pengertian Ilmu Ushul Fiqih

Ushul fiqih berasa dari dua kata yaitu” ushul” dan “fiqih”. Kata Ushul adalah
bentuk jamak dari kata al-ashl yang mengandung arti sesuatu yang menjadi dasar
atau landasan bagi yang lain. Adapun kata al-fiqih sebahagi mana yang diuraikan
tersebut, berarti paham atau mengerti secara mendalam. Adapun secara istilah, ushul
fiqih sebagai mana dijelaskan oleh Muhammad al-Syaukani pengertian ilmu ushul
fiqih adalah mengetahui kaidah-kaidah yang dapat digunakan sebagai alat untuk
menggali (istimbat) hukum-hukum furu` dari dalil-dalilnya yang rinci dan jelas.

Selanjutnya defenisi Ushul Fiqih menurut Qutub Mustafa Sanu` dalam kitab
Mu`jam Mustalahat adalah kaidah-kaidah kulliyah yang digunakan oleh seorang
mujtahid untuk memahami nash al-kitab dan al-sunnah. Menurut ulama syafiyah yang

1
Djalil Basiq.2010.Ilmu ushul fiqih ,Jakarta:Kencana
diwakili oleh Abdullah bin Umar Al-Baidawi Ushul Fiqih adalah mengetahui dalil-
dalil Fiqih secara global dan cara penggunaannya serta mengetahui keadaan orang
yang mengguakannya (mujtahid). Menurut jumhur ulama yang terdiri dari ulama
Hanafiyah, Malikiyah, Hanabiyah mendefenisikan ushul fiqih adalah sejumlah kaidah
yang mengkaji dan membahas proses istimbat hukum-hukum syara` melalui dalil-
dalil yang terperinci. Menurut Abu Zahra ushul fiqih adalah pengetahuan tentang
kaidah yang menjelaskan kepada mujtahid tentang metode untuk mengambil hukum-
hukum suatu perbuatan dari dalil-dalil yang terperinci. Menurut Abu Wahab Khalaf
ushul fiqih adalah pengetahuan tentang kaidah dan penjabarannya yang dijadikan
pedoman dalam menetapkan hukum syari`at amaliyah mengenai perbuatan manusia
dimana kaidah itu bersumber dari dalil-dalil yang terperinci. Menurut Ali bin
Muhammad Al-Amidi ushul fiqih adalah dalil-dalil fiqih dari segi pertunjukannya
kepada hukum-hukum syara` serta bagaimana orang-orang kompoten menetapkan
hukum dari dalil-dalil secara global, bukan secara spesifik.

Defenisi diatas menyimpulkan bahwa ushul fiqih merupakan sarana atau alat
yang dapat digunakan untuk memahami nash al-Qur`an dan as-sunnah agar dapat
menghasilkan hukum-hukum syara`. Dengan kata lain, ushul fiqih merupakan
metodologi atau teori yang tidak hanya digunakan untuk memahami hukum-hukum
syara` saja, melainkan juga dapat berfungsi untuk menetapkan dan menghasilkan
hukum-hukum syara` yang bersifat furu`iyah.2

C. Periode Perkembangan Ilmu Ushul Fiqih

1. Periode Masa Rasulullah


Musthafa Said al-Khin memberikan argumentasi bahwa ushul fiqih
ada sebelum fiqih. Alasannya adalah bahwa ushul fiqih merupakan pondasi,
sedangkan fiqih adalah bangunan yang didirikan diatas pondasi. Karena
itulah sudah tentu ushul fiqih ada mendahukui fiqih (Muhammad Said al-

2
Masyithoh Dewi.2019.fiqih,Jakarta:Kementerian Agama Islam
Khin, 1994:122-123) kesimpulannya, tentu harus ada ushul fiqih sebelum
adanya fiqih.
Ketika seorang sahabat misalnya, dihadapkan terhadap persoalan
hukum, lalu ia mencari ayat al-Qur`an atau mencari jawaban dari Rasulullah,
maka hal itu bisa di pandang sebagai metode memecahkan hukum harus
dicari didalam Al-Qur`an atau bertanya kepada Rasulullah. Akan tetapi, cara
pemecahan demikian belum bisa dikatan seebagai sebuah bidang ilmu.
Pemecahan demikian adalah bentuk dasal ushul fiqih, yang masih perlu
pengembangan lebih lanjut untuk disebut sebagai ilmu ushul fiqih. Bentuk
dasar ushul fiqih demikian tentu telah ditemukan pada masa hidup Rasulullah
sendiri. Rasulullah dan para sahabat berijtihad dalam persoalan-persoalan
yang tidak ada pemecahan wahyunya. Ijtihad tersebut masih dilakukan
sahabat dalam bentuk sederhana tanpa persyaratan rumit seperti yang
dirumuskan para ulama dikemudian hari contoh ijtihad yang dilakukan oleh
para sahabat adalah ketika dua orang sahabat bepergian, kemudian tibalah
waktu shalat. Sayangnya mereka tidak mempunyai air untuk whudu.
Keduanya lalu bertayammum dengan debu yang suci dan melaksanakan
sholat sedangkan yang lain tidak. Kepada yang tidak mengulang Rasulullah
bersabda: “ engkau telah memenuhi sunnah dan shalatmu mencukupi.”
Kepada orang yang berwhudu dan mengulang shalatnya, Rasulullah
menyatakan: “ bagimu dua pahala.” (kisah diatas berasal dari hadis yang
diriwayatkan oleh imam Abu Daud dan al-Nasa`i dari Abu Sa`id al-Khudri).
Berbagai konsep ushul fiqih dapat ditemukan penggunaannya pada masa
Rasulullah.
2. Periode Masa Sahabat
Fiqih mulai dirumuskan pada periode sahabat, yaitu setelah wafatnya
Rasulullah. Sebab pada masa hidupnya Rasulullah semua persoalan hukum
yang timbulkan diserahkan kepaa beliau. Meskipun satu atau dua kasus
hukum yang timbul terkadang disiasati para sahabat beliau dengan ijtihad
tetapi hasil akhir dari ijtihad tersebut, dari segi tepat atau tidaknya ijtihad
mereka itu dikembalikan kepada Rasulullah. Hal ini karena Rasulullah adalah
satu-satunya pemegamg otoritas kebenaran agama melalui wahyu yang
diturunkan kepada beliau.

Pada periode sahabat dalam melakukan ijtihad untuk melahirkan


hukum, pada hakikatnya para sahabat menggunakan ushul fiqih sebagai alat
untuk berjihad. Hanya saja, ushul fiqh yang mereka gunakan baru dalam
bentuknya yang palig awal dan belum banyak terungkap dalam rumusan-
rumusan sebagaimana yang kita kenal sekarang. Para sahabat Rasulullah
selain karena kedekatan mereka kepada beliau sehingga mereka banyak
menimba pengalaman dari beliau dan memahami secara mendalam
pembentukan hukum islam (tasyri`) juga karena mereka sendiri memiliki
pengetahuan bahasa arab yang sangat baik.
Langkah-langkah yang ditempu para sahabat apabila menghadapi
persoalan hukum ialah, menelusuri ayat-ayat Al-qur`an yang berbicara
tentang masalah tersebut. Apabila tidak ditemukan hukumnya dalam Al-
Qur`an maka mereka mencarinya didalam sunnah, apabila didalam
sunnahpun tidak ditemukan, haruslah mereka berjihad tidak jarang jihad yang
mereka lakukan adalah dengan cara musyawarah. Ijtihad juga memecahkan
persoalan-persoalan hukum itu mereka lakukan secara sendiri-sendiri (ijtihad
fardhi). Hasil ijtihad ini kemudian dikenal dengan istilah ijtihad ash-shahabi
(ijtihad sahabat) atau fatwa ash-shahabi (fatwa sahabat) atau qaul ash-
shahabi (pendapat sahabat).
3. Periode Tabi`in
Para ahli hukum generasi tabi`in ini antara lain: Sa`id bin al-Musayyab
(15-94 H) sebagai mufti di madina. Sementara di irak tampil pula Al-Qamah
bin al-Qais (w.62 H) dan Ibrahim an-Nakha`i (w. 96 H),disamping para ahli
hukum yang lainnya. Dalam melakukan ijtihad sebagaimana generasi
sahabat, para ahli hukum generasi tabi`in juga menempuh langkah-langkah
yang sama dengan yang dilakukan para pendahulu meraka. Akan tetapi selain
merujuk Al-qur`an dan sunnah, mereka telah memiliki tambahan rujukan
hukum yang baru yaitu ijma` ash-shahabi, ijma` ahl al-madinah, fatwa ash-
shahabi, qiyas, dan mashlahah mursalah, yang telah dihasilkan oleh generasi
sahabat. Oleh karena itu sebagai ulama tabi`in ada yang menggunakan
metode qiyas dengan cara berusaha menemukan `illah hukum satu nashsh
dan kemudian menerapkannya pada kasus-kasus hukum yang tidak ada
nashsh-nya tetapi memiliki `illah yang sama. Sementara sebagian ulama
lainnya lebih cenderung memilih metode mashlahah, dengan cara melihat
dari segi kesesuaian tujuan hukum dengan kemaslahatan yang terdapat dalam
prinsip-prinsip syara`.
Perbedaan metode inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya dua aliran
besar dalam ilmu ushul fiqih dan fiqih, yaitu aliran mutakallimin atau asy-
syafiyyah yang dianut jumhur (mayoritas) ulama dan aliran fuqaha atau
hanafiyyah yang pada mulanya berkembang di Irak. 3

D. Periode Imam Mazhab dan Ilmu Ushul Fiqih

Pada masa imam mazhab inilah pemikiran hukum islam mengalami


dinamika yang sangat kaya dan disertai dengan perumusan ushul fiqih secara
metodologis. Artinya, ada kesadaran mengenai cara pemecahan hukum tertentu
sebagai metode khas. Berbagai perdebatan mengenai sumber hukum dan kaidah
hukum melahirkan berbagai ragam konsep ushul fiqih.

Imam Najmuddin al-Thufi pada peralihan abad ke-7 ke abad ke-8 hijriyah,
misalnya, menginventarisir Sembilan belas dalil hukum, baik yang disepakati
maupun yang dipertentangkan para ulama, yang masih dikenal pada masanya
kesembilan belas dalil hukum itu diantara lain:

3
Zulhamdi,Periodisasi Perkembangan Ushul Fiqih.Vol.Xi,No.2 Desember 2018
1. Al-Qur`an
2. Hadis
3. Ijma` ummat
4. Ijma` orang madina
5. Qiyas
6. Pendapat sahabat
7. Maslahah mursalah
8. Istishab
9. Bara`ah ashliyah
10. Adat/`uruf
11. Istiqra`(induksi)
12. Sad al-dzariah (tindakan preventif)
13. Istidlal
14. Istihsan
15. Mengambil yang lebih muda
16. Ishmah
17. Ijma` orang kufah
18. Ijma` sepuluh orang
19. Ijma` khulafa` yang empat (khulafa` rasyidin)
Perbedaan mengenai dalil hukum, baik tentang sunnah, amal ahli
madinah, istihsan, qiyas, maslahah mursalh, ijma`, ra`yu, mencapain
puncaknya ketika ada hadis Rasullullah diriwayatkan secara ahad
(diriwayatkan oleh satu atau beberapa orang tapi tidak mencapai derajat
pasti/mutawatir) bertentangan dengan ahli madinah, amal ahli madinanh
lah yang di gunakan. Alasannya adalah bahwa amalan orang madinah
adalah peninggalan para sahabat yang hidup di madinah dan mendapatkan
petunjuk dari Raulllullah.
Oleh karna itu Imam Malik pernah berkirim surat kepada Imam
kepada Imam al-laits, imam orang mesir, yang isinya mengajak imam
laits untuk mempergunkan mempergunakan amal madinah.akan tetapi
tawaran tersebut di tolak oleh imam laits karna ia lebih setuju
mengutamakan hadis meskipun hadis itu ahad.
Imam Syafi`i kemudian mengajukan sistematika dalil hukum yang
utama, yaitu :
1. Al-qur`an
2. Sunnah
3. Ijma`
4. Qiyas

Melalui sistematika tersebut imam Syafi`i menegaskan kembali al-Qur’an


sebagai sumber pertama sedangkan hadis sumber kedua. Karya imam Syafi`i adalah
al-risalah adalah kitab usul fiqih yang di tulis. Para ahli usul fiqih menganggap imam
Syafi`i sebagai bapak dan pendiiri ilmu usul fiqih. Setelah lahirnya kitab al risalah,
perdebatan mengenai aspek metodologis masih terjadi dan perbedaan pendapat masih
terjadi. 4

E. Objek Kajian Ushul Fiqih

Objek pembahasan ilmu ushul fikih adalah syariat yang bersifat kuli atau yang
menyangkut dali-dalil hukum.baik dalil-dalil hukum ini menyangkut dalil-dalil
hukum nash yang terdapat dalam al-qur’an dan al-hadis ataupun dalil-dalil yang
ijtihidiyah.

4
Zulhamdi,Periodisasi Perkembangan Ushul Fiqih,Vol.XI,no.2 Desember 2018
Dalil-dalil yang ada dalam al-Qur’an dan al-hadis kajianya berkaitan dengan berbagai
bentuk karakteristik lafadz nash yaitu:

1. .lafadz nash dari segi bentuknya.


2. . lafadz nash dari segi cakupan maknanya.
3. .lafadz nash dari dilalahnya.
4. .lafadz nash dari segi jelas dan tidak jelasnya serta macam-macam
tingkatanya.
5. .lafadz nash dari segi penggunanya.
6. .hukum syara dalam kaitanya dengan makna hukum,pembagin hukum
dan objek serta subjek hukum.

Dalil-dalil ijtihadiyah ini merupan dalil-dalil yang dirumuskan berdasarkan


ijtihad ulama.dalil-dalil tersebut seperti:

1. .al-ijmak
2. .al-qiyas
3. .al-istihsan
4. .al-maslaha mursalah
5. al-istishab
6. sadzudz dzari’ah
7. .al-urf
8. .syar’u man qablana
9. .mazhab sahabi5

5
Masyithoh Dewi.2019.Fiqih.Jakarta:Kementerian Agama Repblik Indonesia
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Ushul fiqih adalah ilmu yang mengkaji tentang dalil fiqih berupa kaidah untuk
mengetahui cara penggunanya,mengetahui keadaan orang yang menggunakanya
dengan tujuan mengeluarkan hukum amali dari dalil-dalil secara terperinci dan
jelas.objek pembahasaan mengkaji dalil yang masih bersifat umum dilihat dari
ketetapan hukum yang umum pula puncak tujuan mempelajarinya adalah untuk
memelihara agama islam dari penyimpangan dan penyalahgunaan dalil-dalil syara
hingga terhindar dari kecerobahan yang menyesatkan.

Sejarah perkembangan ilmu ushul fiqih terbagi kepada dua periode:pertama


periode ushul fiqih sebelum dibukukan meliputi masa sahabat,tabiin dan mujtahid
sebelum imam syafi sumber hukum pada masa sahabat meliputi al-qur’an dan hadis
tetapi ditamabah dengan ijtihad sahabat.kemudian masa tabiin ,tabi al-tabiin serta
imam-imam mujtahid .pada masa ini,istibat sudah mengalami perluasan dikarenakan
banyak kejadian yang muncul akibat bertambah meluasnya wilayah kekuasaan
sumber hukum yang digunakan meliputi:al-qur’an,sunah rasululah fatwa
sahabat ,ijma,qiyas,maslah mursalah masa sebelum masa syafi di kenal dua tokoh
utama yaitu: pertama imam Abu Hanifa al-Nu’man (w. 150 H), dasar istinbatnya
secara berurutan menggunakan al-Qur’an sunah, fatwa sahabat dan pendapat yang di
sepakati oleh para sahabat. Imam malik seperti halnya imam Abu Hanifah tidak
meninggalkan karyanya dalam bidang ushul fiqih. Kedua, periode pembukuan ushul
fiqih. Ilmu ushul fiqih tumbuh pada abad kedua hijrah yang dilatarbelakangi oleh
perdebatan sengit antara ahlul hadis dan ahlul al-ra’yi. Penghujung abad kedua dan
awal abad ketiga hijriah muncul Muhammad Bin Idris Al-Syafi`il (150 H-204 H)
yang membukukan ilmu Ushul Fiqih dengan karyanya yang bernama Al-Risalah.
Berbarangan masa keemasan Islam yang dimulai dari masa Harun Ar-Rasyid (145 H-
193 H), menurut Abdul Wahab Khallaf, beliau menyimpulkan bahwa Ilmu Ushul
Fiqih berkembang menjadi besar setelah mencapai pejalanan 200 tahun.

B. Saran

Agama islam adalah agama yang mempunyai toleransi yang tinggi dan hal ini
junga sampai berpengaruh pada ishu-ishu yang negative khususnya dalam hal
memahami isi Al-Qur’an, hal inilah yang akan mengakibatkan perdebatan yang
menimbulkan kesenjangan dalam hal ukhuwah islamiyah. Khusus terhadap penilaian
kritik, ahli piker islam maupun non islam hendaknya memiliki penyelidikan secara
seksama. Sehingga hasil pemikiran tersebut memberi kesimpulan yang sama, agar
tidak terjadi tumpang tindih pendapat.
DAFTAR PUSTAKA
Djalil Basiq.2010. Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta : Kencana
Dahlan Rahman. 2010. Ushul Fiqih, Jakarta : Amzah
Ismail Fakhrurrazi, Ilmu Fiqih Sejarah Tokoh Dan Mazhab Utama, Vol.01, No.01,
2022
Masyithoh Dewi. 2019. Fiqih, Jakarta : Kementrian Agama Republik Indonesia
Nurhayati. 2018. Fiqih dan Ushul Fiqih, Jakarta: Prenadamedia Group
Saputra Irwansyah, perkembangan Ushul Fiqih, Vol. 1, No. 1 Maret 2018
Syarifuddin Amir. 2008. Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana
Taupik Opik. 2014. Fiqih 4 Mazhab, Bandung: Khosim Al-Mansyur
Zulhamdi, Periodisasi Perkembangan Ushul Fiqih, (Jurnal Attakrir) Vol. XI, No:2
Desember 2018
Zarkasih Ahmad, Rumah Fiqih Indonesia, 5 July 2016

You might also like