Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PENGAMPU :
20410411
FAKULTAS HUKUM
In Indonesia, there is diversity such as culture, customs, religion, etc. Apart from this,
Indonesia has so many natural resources and human resources. In this case, the human
resources are employment in Indonesia. Employment is all matters relating to the workforce
before, during, and after the work period. Manpower is every person who is able to do work
to produce goods and/or services both to meet their own needs and for the community.
Protection of workers is the most important thing in employment. The initial step of a work
agreement made by the entrepreneur and the employer, the implementation of rights and
obligations becomes the fulcrum. The issuance of Law No. 13 of 2003 concerning Manpower
states that employment is everything related to labor both before, during and after the work
period. The need for worker protection is to get a job and a decent living without
discrimination against race, sex and gender. The same applies to persons with disabilities and
the obligation to provide rights and obligations in the form of legal protection for workers.
Employment problems can arise due to several factors such as education, job opportunities
and relatively low economic growth. This is experienced by many countries including
Indonesia, because until now there are still many unemployed or more precisely people who
cannot work because of the lack of job opportunities.
1
Pasal 1 Undang-undang republik indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
2 www.dslalawfirm.com/uu-ketenagakerjaan/
3
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4 Ejournal.Sthb.ac.id/index.php/jwy
Perlindungan terhadap tenaga kerja dapat dikupas tuntang dalam Undang-Undang
No.13 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan dengan segala klasifikasi dan detail terhadap
pengusaha maupun tenaga kerja.
Perlu diketahui secara umum bahwa tenaga kerja dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok yaitu:
Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
5 www.dslalawfirm.com/uu-ketenagakerjaan/
6 Mukmin Zakie-NAKER
7 www.dslalawfirm.com/uu-ketenagakerjaan/
Peran tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai
berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu, kepada tenaga kerja perlu
diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan, sehingga pada
gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas nasional. Peran serta tenaga kerja tersebut
menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pelaksanaan pembangunan
nasional, baik sebagai pelaku pembangunan maupun sebagai tujuan pembangunan.
Pembangunan tenaga kerja berperan meningkatkan produktivitas nasional dan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karenanya, tenaga kerja harus diberdayakan supaya mereka memiliki nilai
lebih dalam arti lebih mampu, lebih terampil dan lebih berkualitas, agar dapat berdaya guna
secara optimal dalam pembangunan nasional dan mampu bersaing dalam era global.
Kemampuan, keterampilan dan keahlian tenaga kerja perlu terus ditingkatkan melalui
perencanan dan program ketenagakerjaan termasuk pelatihan, pemagangan dan pelayanan
penempatan tenaga kerja. Berdasarkan uraian di atas, maka titik pandang terhadap pekerja
merupakan penentu paradigma politik hukum ketenagakerjaan, yaitu mencakup pandangan
tentang manusia dan kerja, relasi antara manifestasi kerja (tenaga) dengan upah, dan hak
dasar pekerja. Agenda politik hukum ketenagakerjaan ini akan dioperasionalkan apabila
terdapat suatu kondisi yang mendukungnya, baik secara sistemik maupun kulturnya yang di
dalamnya diperlukan suatu tindakan yang aktual, yaitu membangun kekuatan pekerja,
hubungan sosial pekerja dengan produksinya, perlindungan pekerja dengan produksinya, dan
kesejahteraan spiritual pekerja. Implementasi dari agenda tersebut titik tekannya bukan hanya
sekedar instrumen tetapi akses, mendorong kuantitatif mendidik kualitatif, dan membangun
sistem.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dibuatnya penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
METODE PENELITIAN
Selama ini persoalan ketenagakerjaan sangat ditentukan oleh sistem ekonomi dunia,
sehingga mempengaruhi arah kebijakan hukum ketenagakerjaan yang melahirkan tipe hukum
ketenagakerjaan seperti yang dikemukakan oleh Tamara Lothion yang membedakan tipe
hukum ketenagakerjaan ke dalam tipe kontratualis dan korporatis.
Hal ini semakin mendapatkan dasar pembenaran, jika dihubungkan dengan sistem
hukum yang dianut Indonesia sejak awal kemerdekaan berdasarkan asas konkordansi (dari
hukum Belanda) yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental (Civil Law).11
Tipe korporatis digunakan, karena model hubungan kerja yang hendak ditumbuhkan
adalah harmoni model, yaitu:12
8 Ujang Charda S., Mengenal Hukum Ketenagakerjaan Indonesia : Sejarah, Teori & Praktiknya di Indonesia,
Fakultas Hukum UNSUB, Subang, 2014, hlm. 25
9 Abdul jalil,teologi Buruh,LKIS Yogyakarta,Yogyakarta,2008.hlm.v-vi.
10 Ujang Charda S., ”Reorientasi Reformasi Model Hukum Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Pemerintah’’Jurnal
Tipe kontraktualis ini merupakan konsep kapitalis yang menghendaki agar negara
tidak terlalu ikut mencampuri persoalan pekerja dengan pengusaha, melainkan diserahkan
kepada mekanisme pasar dengan sistem flexible worker, tetapi kembali kepada tujuan hukum
ketenagakerjaan serta peran pemerintah masih sangat dibutuhkan dan meniadakan campur
tangan negara bukan solusi yang benar-benar tepat.15 Untuk itu, antara peran pasar dan
campur tangan negara maupun antara pembangunan ekonomi dengan pendekatan pasar dan
normatif (konstitusional) harus saling melengkapi, dikarenakan menjalankan pembangunan
ekonomi dalam kevakuman politik adalah hal yang mustahil, karena:16
Perlindungan hukum bagi tenaga kerja merupakan perwujudan dari usaha untuk
memajukan kesejateraan umum, tetapi dasar filosofi yang ditetapkan oleh pembuat Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 ini, ternyata tidak konsisten. Hal ini tampak dalam rumusan
konsiderans menimbang huruf d Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 sebagai berikut:
“Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar
pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan kerja serta perlakuan tanpa diskriminasi
atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/ buruh dan keluarganya dengan
tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha”.
16 Ibid., Hlm,11-12.
menunjukkan adanya pertentangan norma antara konsiderans menimbang huruf a, huruf b,
dan huruf c dengan konsiderans huruf d Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003. Lebih
lanjut, dasar filosofi yang ada pada konsiderans menimbang huruf a, huruf b, dan huruf c
tersebut tidak diterapkan dalam pasal-pasal Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,
khususnya hanya membatasi pekerja yang bekerja pada pengusaha saja, bukan pekerja yang
bekerja pada pemberi kerja. Ini berarti substansi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
hanya menitikberatkan pada pengaturan hubungan kerja di sektor formal.
17
Ujang Charda S., Mengenal ... Op. Cit., hlm. 26-27.
18
Ujang Charda S., Mengenal ... Op. Cit., hlm. 26-27.
e. Menciptakan hubungan yang harmonis dan terpadu antara pelaku proses produksi
barang dan jasa dalam mewujudkan hubungan industrial Pancasila.
f. Mewujudkan kondisi yang harmonis dan dinamis dalam hubungan kerja yang
meliputi terjaminnya hak pengusaha dan pekerja.
g. Memberikan perlindungan tenaga kerja yang meliputi keselamatan dan kesehatan
kerja, pengupahan, jamsostek, serta syarat kerja. Dalam pembangunan
ketenagakerjaan,pemerintah menetapkan kebijakan dan menyusun perencanaan
tenaga kerja.
19
Pasal 7 ayat (2) dan penjelasannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
20
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
2. PERAN UU KETENAGAKERJAAN DALAM PERLINDUNGAN HUKUM
KEPADA BURUH DI INDONESIA
21
Hari Supriyanto, Perubahan Hukum Privat ke Hukum Publik, Studi Hukum Perburuhan di Indonesia,
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2004, hal.19.
22
Abdul Khakim, Op.Cit., hal. 61
23
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan PascaReformasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 11
Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Pekerja Di Indonesia antara lain
yaitu sebagai berikut :
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Philipus M Hadjon bahwa: “hukum perburuhan
merupakan disiplin fungsional karena memiliki karakter campuran yaitu hukum publik dan
hukum privat”. Karakter hukum privat mengingat dasar dari hubungan hukum yang
dilakukan oleh pemberi kerja dengan pekerja adalah perjanjian kerja. Sementara mempunyai
karakter hukum publik karena hubungan hukum yang dilakukan oleh pemberi kerja dengan
pekerja harus diatur dan diawasi atau difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka pemberian
jaminan perlindungan hukum bagi pekerja.24
24
Philipus M Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Surabaya: UGM Press, 2005, hal. 41.
25
Abdul Hakim, Op.Cit., hal. 123.
26
Nyoman Serikat Putra Jaya, Beberapa Pemikiran ke Arah Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2008, hal. 52.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, kesimpulan dalam paper ini yaitu pertama,
dasar filosofi yang ditetapkan oleh pembuat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 ini,
ternyata tidak konsisten. Hal ini tampak dalam rumusan konsiderans menimbang huruf d
Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 sebagai berikut: “Perlindungan terhadap tenaga
kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan
kesempatan kerja serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan
kesejahteraan pekerja/ buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan
kemajuan dunia usaha”. Konsiderans menimbang huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tersebut, membatasi pengertian tenaga kerja hanya mencakup pekerja saja bukan tenaga
kerja, hal ini menunjukkan adanya pertentangan norma antara konsiderans menimbang huruf
a, huruf b, dan huruf c dengan konsiderans huruf d Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Kedua, pembangunan ketenagakerjaan ini dilaksanakan untuk mewujudkan manusia dan
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan merata, baik materiil maupun
spirituil.
Kedua, Untuk mewujudkan hubungan kerja yang adil bagi para pihak, dibutuhkan
intervensi pemerintah dengan membuat regulasi yang lebih memadai, pengawasan dan
penegakan hukum lebih ditingkatkan. Perlindungan hukum diberikan bagi pekerja/buruh
untuk mendapatkan hak- haknya. Hendaklah pemerintah memperhatikan kepentingan semua
pihak yang terlibat dalam ketenagakerjaan secara seimbang agar dapat memberikan
perlindungan yang adil, sehingga hubungan ketenagakerjaan dapat terpelihara dan berjalan
dengan baik.
Ketiga, jika terdapat masalah atau perselisihan di dalam ketenagakerjaan maka harus
di selesaikan dengan adil dan baik. Para pihak yang berselisih dalam hubungan
ketenagakerjaan harus memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya dengan baik dan
benar sesuai peraturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ujang Charda S., Mengenal Hukum Ketenagakerjaan Indonesia : Sejarah, Teori & Praktiknya
di Indonesia, Fakultas Hukum UNSUB, Subang, 2014, hlm. 25
Ujang Charda S., ”Reorientasi Reformasi Model Hukum Ketenagakerjaan dalam Kebijakan
Pemerintah’’Jurnal ilmu hukum syiar hukum,Vol.XIV No. 1,Fakultas Hukum
UNISBA,Bandung,Maret 2012,hlm.9.
Ibid., Hlm,11-12.
Hari Supriyanto, Perubahan Hukum Privat ke Hukum Publik, Studi Hukum Perburuhan di
Indonesia, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2004, hal.19.
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan PascaReformasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal.
11.
Philipus M Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Surabaya: UGM Press,
2005, hal. 41.
Nyoman Serikat Putra Jaya, Beberapa Pemikiran ke Arah Pengembangan Hukum Pidana,
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008, hal. 52.
Jurnal
Ejournal.Sthb.ac.id/index.php/jwy
Internet
https://www.dslalawfirm.com/uu-ketenagakerjaan/
https://kemenperin.go.id/kompetensi/UU_13_2003.pdf
Mukmin Zakie-NAKER