Professional Documents
Culture Documents
Abdul Wahab Rokan
Abdul Wahab Rokan
Biografi
Syeikh Abdul Wahab Rokan lahir 10 Rabiulakhir 1242 H/11 November 1826 M di
Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Nagari Tinggi, Kabupaten Kampar,
Riau dengan nama Abu Qosim, setelah menunaikan ibadah haji ia berganti nama
menjadi Haji Abdul Wahab. Sedangkan tambahan nama Rokan menunjukkan bahwa ia
berasal dari wilayah Sungai Rokan. Ia lahir dari keluarga bangsawan yang
berpendidikan, taat beragama dan sangat dihormati. Ayahnya bernama Abdul Manaf
bin Muhammad Yasin bin Tuanku Abdullah Tambusai, seorang ulama terkemuka di
kampungnya, sedangkan buyutnya bernama Tuanku Tambusai, seorang ulama dan
pejuang yang masih keturunan keluarga Kerajaan Islam Siak Seri Inderapura. Ibunya
bernama Arbaiyah binti Dagi yang masih keturunan Kesultanan Langkat, Sumatera
Utara.
Pendidikan
Syeikh Abdul Wahab pertama kali mendapatkan pendidikan al-Quran langsung dari
ayahnya, namun setelah ayahnya meninggal ia melanjutkan belajarnya kepada Tuanku
Muhammad Shaleh Tambusai dan Tuanku Haji Abdul Halim Tambusai. Setelah belajar
kepada kedua gurunya tersebut, Syeikh Abdul Wahab telah mampu berkembang pesat
dalam menguasai ilmu bahasa Arab dan fikih, sehingga ia dijuluki "Faqih (ahli ilmu fikih)
Muhammad" oleh gurunya.
Syeikh Abdul Wahab juga belajar kepada Syeikh Muhammad Yusuf di Semenanjung
Melayu selama dua tahun. Pada tahun 1863, ia melanjutkan menunaikan ibadah haji ke
Mekah sekaligus melanjutkan memperdalam ilmu-ilmu keislaman di sana. Selama
enam tahun (1863-1869) ia bermukim dan belajar kepada ulama-ulama terkenal di
Mekah.
Syeikh Abdul Wahab sempat mendirikan organisasi perjuangan Islam dengan dibantu
oleh para ulama lain seperti Haji Abdullah Muthalib Mufti dan Sultan Zainal Abidin.
Namun, karena dirasa organisasi tersebut membahayakan, maka Pemerintah Hindia
Belanda menangkapya dan mengasingkannya ke Madiun, Jawa Timur, serta
membubarkan organisasi tersebut. Pemerintah Hindia Belanda terus mencurigai setiap
tindakan Syeikh Abdul Wahab, sehingga ia memutuskan untuk pindah ke Kampung
Kualuh, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Di sana ia membangun lagi sebuah
perkampungan dan di sana pula ia mulai memiliki santri.
Pada tahun 1879, Syeikh Abdul Wahab mendapatkan wakaf sebidang tanah yang
terletak di wilayah Langkat dari Sultan Langkat, yaitu Sultan Musa al-Muazzam Syah.
Pada tahun 1883, Syeikh Abdul Wahab beserta para santrinya kemudian membangun
sebuah perkampungan baru lengkap dengan masjid dan pesantren. Perkampungan
tersebut semakin berkembang dan diberi nama Kampung Babussalam (Pintu
Keselamatan) dan masyarakat umum sering menyebutnya Bassilam. Demikian pula
nama pesantren dan masjidnya serta kegiatan tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang
dipimpin oleh Syeikh Abdul Wahab kemudian dikenal dengan sebutan Suluk Bassilam.
Karya
Tidak banyak diketahui hasil penulisan Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan.
Setakat ini yang dapat dikesan ialah: