You are on page 1of 3

Abdul Wahab Rokan 

atau dikenal dengan sebutan Syeikh Abdul Wahab Rokan al-


Khalidi an-Naqsyabandi adalah seorang ulama ahli fikih, seorang sufi, sekaligus
mursyid (pembimbing rohani) Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Riau dan
Sumatera Timur pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Ia juga merupakan pendiri
Pondok Pesantren Babussalam di Pekanbaru, Riau.

Biografi

Syeikh Abdul Wahab Rokan lahir 10 Rabiulakhir 1242 H/11 November 1826 M di
Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Nagari Tinggi, Kabupaten Kampar,
Riau dengan nama Abu Qosim, setelah menunaikan ibadah haji ia berganti nama
menjadi Haji Abdul Wahab. Sedangkan tambahan nama Rokan menunjukkan bahwa ia
berasal dari wilayah Sungai Rokan. Ia lahir dari keluarga bangsawan yang
berpendidikan, taat beragama dan sangat dihormati. Ayahnya bernama Abdul Manaf
bin Muhammad Yasin bin Tuanku Abdullah Tambusai, seorang ulama terkemuka di
kampungnya, sedangkan buyutnya bernama Tuanku Tambusai, seorang ulama dan
pejuang yang masih keturunan keluarga Kerajaan Islam Siak Seri Inderapura. Ibunya
bernama Arbaiyah binti Dagi yang masih keturunan Kesultanan Langkat, Sumatera
Utara.

Pendidikan

Syeikh Abdul Wahab pertama kali mendapatkan pendidikan al-Quran langsung dari
ayahnya, namun setelah ayahnya meninggal ia melanjutkan belajarnya kepada Tuanku
Muhammad Shaleh Tambusai dan Tuanku Haji Abdul Halim Tambusai. Setelah belajar
kepada kedua gurunya tersebut, Syeikh Abdul Wahab telah mampu berkembang pesat
dalam menguasai ilmu bahasa Arab dan fikih, sehingga ia dijuluki "Faqih (ahli ilmu fikih)
Muhammad" oleh gurunya.

Syeikh Abdul Wahab juga belajar kepada Syeikh Muhammad Yusuf di Semenanjung
Melayu selama dua tahun. Pada tahun 1863, ia melanjutkan menunaikan ibadah haji ke
Mekah sekaligus melanjutkan memperdalam ilmu-ilmu keislaman di sana. Selama
enam tahun (1863-1869) ia bermukim dan belajar kepada ulama-ulama terkenal di
Mekah.

Guru-guru Syeikh Abdul Wahab ketika belajar di Mekah:

 Syeikh Saidi Syarif Dahlan (mufti mazhab Syafi'i)


 Syeikh Hasbullah (ulama Indonesia yang mengajar di Masjidil Haram)
 Syeikh Muhammad Yunus Abdurrahman Batu Bara (ulama Indonesia asal tanah
Batak)
 Syeikh Sulaiman Zuhdi di Jabal Abu Qubais, Mekah
 Syeikh Sulaiman Zuhdi inilah yang kemudian memberi ijazah (pegesahan) dan
membaiat Syeikh Abdul Wahab untuk mengamalkan dan menyiarkan Tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah di tanah kelahirannya. Syeikh Sulaiman Zuhdi pula yang
memberikan gelar Al-Khalidi An-Naqsyabandi di belakang nama Abdul Wahab Rokan.

Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah

Sepulang dari Mekah, Syeikh Abdul Wahab mendirikan perkampungan di sekitar


Sungai Rokan yang ia beri nama Tanjung Masjid (Kampung Masjid). Ia menyebarkan
tarekatnya tidak hanya sebatas di kampungnya saja, namun juga meliputi wilayah Riau,
Tapanuli Selatan, Sumatera Timur, bahkan sampai ke Semenanjung Melayu. Pada
tahun 1874, Syeikh Abdul Wahab pindah ke Dumai (Pantai Timur Riau) dan
mengembangkan perkampungan baru di sana. Namun ia tidak lama menetap di Dumai,
ia kembali ke tanah kelahirannya di Rantau Binuang Sakti untuk mengembangkan
tarekatnya di sana.

Syeikh Abdul Wahab sempat mendirikan organisasi perjuangan Islam dengan dibantu
oleh para ulama lain seperti Haji Abdullah Muthalib Mufti dan Sultan Zainal Abidin.
Namun, karena dirasa organisasi tersebut membahayakan, maka Pemerintah Hindia
Belanda menangkapya dan mengasingkannya ke Madiun, Jawa Timur, serta
membubarkan organisasi tersebut. Pemerintah Hindia Belanda terus mencurigai setiap
tindakan Syeikh Abdul Wahab, sehingga ia memutuskan untuk pindah ke Kampung
Kualuh, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Di sana ia membangun lagi sebuah
perkampungan dan di sana pula ia mulai memiliki santri.

Pada tahun 1879, Syeikh Abdul Wahab mendapatkan wakaf sebidang tanah yang
terletak di wilayah Langkat dari Sultan Langkat, yaitu Sultan Musa al-Muazzam Syah.
Pada tahun 1883, Syeikh Abdul Wahab beserta para santrinya kemudian membangun
sebuah perkampungan baru lengkap dengan masjid dan pesantren. Perkampungan
tersebut semakin berkembang dan diberi nama Kampung Babussalam (Pintu
Keselamatan) dan masyarakat umum sering menyebutnya Bassilam. Demikian pula
nama pesantren dan masjidnya serta kegiatan tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang
dipimpin oleh Syeikh Abdul Wahab kemudian dikenal dengan sebutan Suluk Bassilam.

Karya

Tidak banyak diketahui hasil penulisan Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan.
Setakat ini yang dapat dikesan ialah:

1. Munajat, merupakan kumpulan puji-pujian dan pelbagai doa.


2. Syair Burung Garuda, merupakan pendidikan dan bimbingan remaja.
3. Wasiat, merupakan pelajaran adab murid terhadap guru, akhlak, dan 41 jenis
wasiat.
Wafat
Syeikh Abdul Wahab Rokan Wafat di Babussalam, Langkat, pada hari Jum'at, 21
Jumadil awal 1345 H/26 Disember 1926 M.

You might also like