You are on page 1of 20

JIEP-Vol.

14, No 2 November 2014


ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

KAJIAN OPERASIONAL TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)


DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN
(Studi Kasus Desa Watukarung Kecamatan Pringkuku Kabupaten
Pacitan)

EkiSyafruddin1, Ghozali Maskie2, Yogi Pasca Pratama3

1.Alumni FakultasEkonomidanBisnisUniversitasBrawijaya
2.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
3.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret

Email:ikiengkik@gmail.com, ghozali@yahoo.com, yogipasca@gmail.com

Abstract

This study is motivated by great marine potential, but the condition of the fishing community
is generally poor. This is a potential obstacle for fishing communities to encourage the
dynamics of development in their region. Sub-district Pringkuku in 2008 has a total of 529
fishermen with 62.94 percent in the poor category.

The purpose of this study is (1) to know the operational of Fish Auction Site (TPI) of
Watukarung Village and (2) to know how the operation of Fish Auction Site (TPI) in
improving the prosperity of local fishermen community. This study uses descriptive and
qualitative methods. Methods of data collection by interviewing and documenting
information from 11 informants who have roles in different economic interactions.

The results of this study are (1) the operational of the fishermen depends on the interaction
of the fishermen and the fisherman who are tied up with a unique profit-sharing system that
is understood and obeyed by all parties, (2) The fish auction place (TPI) All stakeholders in
TPI also influence the formation of the price of catch with auction system.

Keywords: coastal, fish auction place, auction, welfare


JEL Classifications: D44, 017, Q22

1. PENDAHULUAN fisik serta sarana prasarana penangka-


Berbagai hasil penelitian ten- pan ikan yang masih konvensional.
tang kehidupan sosial ekonomi ma- Menurut Martadiningrat (20-
syarakat nelayan telah mengungkap- 08), setidaknya terdapat 14,58 juta a-
kan bahwa sebagian besar dari mere- tau sekitar 90% dari 16,2 juta nelayan
ka, khususnya yang tergolong nelayan Indonesia hidup di bawah garis ke-
buruh atau nelayan-nelayan kecil, hi- miskinan. Ini terutama karena belum
dup dalam ‘kubangan’ kemiskinan. profesionalnya pengelolaan kelautan,
Kemampuan untuk memenuhi kebu- selain belum berubahnya pola pikir
tuhan dasar minimal sehari-hari sangat nelayan. Menjadi ironis melihat po-
terbatas (Kusnadi, 2002). Nelayan ke- tensi hasil laut yang besar, tetapi ne-
cil/miskin adalah orang yang mata layan berada pada taraf hidup yang
pencahariannya melakukan penangka- rendah bahkan keterbatasan dalam
pan ikan sebagai mata pencaharian u- memenuhi kebutuhan sehari-hari.
tama dengan mengandalkan kekuatan

38
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Kondisi ekonomi masyarakat Ngadirojo 326.213 264.089 222.100 307.616


Sudimoro 75.965 217.908 101.030 118.661
nelayan Kabupaten Pacitan umumnya Jumlah 1.559.549 1.871.600 3.114.661 3.438.472
hampir sama dengan masyarakat di Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan
daerah lain, hampir sepertiga dari total Kabupaten Pacitan, 2008
nelayan yang ada masuk dalam ka-
tegori miskin. Seperti pada tabel be- Berdasarkan tabel 2 di atas,
rikut: jumlah produksi dari tahun 2005-2008
di Kabupaten Pacitan terus mengalami
Tabel 1: Jumlah dan Presentase Nelayan peningkatan signifikan, termasuk pada
Miskin Pesisir di Kabupaten Pacitan Tahun
2008 Kecamatan Pringkuku. Produktivitas
Total Nelayan perikanan akan mempengaruhi kegia-
Kecamatan %
Nelayan Miskin tan perekonomian masayarakat nela-
Donorojo - - - yan. Jika produktivitas tinggi, penda-
Pringkuku 529 333 62,94 patan nelayan akan meningkat. Se-
Pacitan 1.427 169 11,84
baliknya jika produktivitas turun, pen-
Kebonagung 742 148 19,94
Tulakan 164 31 18,90 dapatan masyarakat nelayan akan me-
Ngadirojo 447 151 33,78 nurun.
Sudimoro 270 70 25,92
Jumlah 3.579 902 25,20 Tabel 3: Pendapatan Rata-rata Nelayan per
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Bulan di Kabupaten Pacitan Tahun 2005-2008
Kabupaten Pacitan, 2008 Pendapatan (Rp)
Kecamatan
2005 2006 2007 2008
Donorojo 31.546 47.371 211.130 14.308
Berdasarkan Tabel 1 di atas, Pringkuku 247.838 394.533 417.812 705.957
terdapat total 3.579 nelayan dimana Pacitan 454.486 377.584 1.195.913 1.990.067
902 di antaranya termasuk nelayan Kebonagung 236.094 458.981 224.879 133.300
Tulakan 320.632 1.069.139 440.159 833.633
miskin atau 25,20 % dari total ne- Ngadirojo 527.814 467.719 393.353 802.875
layan. Kecamatan Pringkuku merupa- Sudimoro 203.487 644.053 296.229 512.732
kan daerah dengan nelayan miskin ter- Jumlah 288.843 494.197 454.211 713.267
banyak yaitu 62,94% dari total ne- Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan
kabupaten Pacitan, 2008
layan yang ada. Penentuan kategori
miskin berdasarkan Dinas kelautan Secara umum pendapatan ne-
dan Perikanan Kabupaten Pacitan (20- layan Kabupaten Pacitan juga me-
08) yang menjelasan bahwa nelayan ngalami peningkatan cukup signifikan,
miskin adalah nelayan dengan pen- termasuk Kecamatan Pringkuku. Hal
dapatan per kapita setara dengan 320 ini wajar jika melihat produksi ne-
kg beras/tahun. layan pada wilayah tersebut meng-
Dengan sumberdaya seluas 4 alami peningkatan pada periode yang
mil laut mencapai 523,82 km2, pan- sama. Akan tetapi apabila lebih di-
jang pantai mencapai 70,709 km, Ka- cermati, kondisi ini justru menjadi fe-
bupaten Pacitan memiliki potensi laut nomena yang sangat ironis. Saat kon-
yang besar untuk dimanfaatkan. Hal disi produktivitas hasil tangkapan dan
tersebut dipejelas dengan produksi ta- pendapatan rata-rata nelayan menga-
ngkapan nelayan pada tabel berikut: lami peningkatan, justru 62,94% ma-
Tabel 2: Jumlah Produksi Tangkap di syarakat nelayan di Kecamatan Pri-
Kabupaten Pacitan Tahun 2005-2008 ngkuku masih tergolong nelayan mis-
Kecamatan
Jumlah Produksi (Kg) kin.
2005 2006 2007 2008 Pendapatan nelayan disamping
Donorojo 5.365 1.748 32.803 1.533
Pringkuku 212.115 308.484 326.685 374.561 ditentukan oleh hasil ikan yang di-
Pacitan 645.363 489.827 2.155.665 2.434.137 tangkap juga ditentukan oleh pemba-
Kebonagung 242.216 430.186 210.771 84.779 gian hasil dengan juragan. Mengenai
Tulakan 52.312 159.358 65.607 117.185

39
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

bagi hasil disesuaikan dengan tugas domulyo). Kecamatan Sudimoro di


masing-masing nelayan buruh. Namun Pantai Karangturi (Desa Sumberejo).
umumnya, yang terjadi dibanyak ka- Namun kebijakan pembangu-
sus adalah pembagian pembagian pen- nan di sektor kelautan dan perikanan
dapatan yang tidak adil. Model pem- belum berhasil menyelesaikan perma-
bagiannya adalah 50% untuk juragan salahan kemiskinan nelayan secara
dan 50% untuk nelayan tetapi pem- mendasar. Antara lain, prasarana pela-
bagian ini setelah dipotong biaya pro- buhan perikanan dan tempat pelela-
duksi. Akibatnya, nelayan mendapat ngan ikan di berbagai wilayah belum
beban ganda yaitu pendapatan yang le- memberikan kontribusi memuaskan
bih kecil dari yang semsetinya dida- dalam peningkatan kesejaheraan nela-
patkan dan nelayan mengeluarkan bi- yan (DKP RI dalam Siswanto, 2008).
aya non teknis yaitu waktu dan fisik. Dalam hal ini peneliti ingin mengkaji
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) lebih dalam lagi mengenai “Operasio-
menjadi sarana transaksi hasil-hasil la- nal Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Hu-
ut. Harga ikan yang dijual di TPI u- bungannya dalam Meningkatkan Pen-
mumnya lebih tinggi dibandingkan di- dapatan Rumah Tangga Nelayan dan
jual di laut lepas maupun di luar TPI. Tercapainya Kesejahteraan Masyara-
Sayangnya, tidak semua transaksi ya- kat Nelayan” dengan mengambil ka-
ng dilakukan di TPI bersifat kontan, sus di Desa Watukarung, Kecamatan
terkadang nelayan harus menunggu du Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa
sampai tiga hari untuk menerima pem- Timur.
bayaran karena tidak semua pembeli Rumusan Masalah
membawa uang yang cukup. Kondisi Berdasarkan latar belakang di
tersebut mendorong nelayan-nelayan atas, peneliti memfokuskan pada per-
kecil untuk menjual hasil tangkapan masalahan seputar: (1) bagaimana op-
diluar TPI karena terdesak untuk se- erasional TPI Desa Watukarung? (2)
gera memiliki dana segar guna menu- Bagaimana operasional TPI hubung-
tup biaya melaut serta mencukupi ke- annya dengan peningkatan pendapatan
butuhan hidup. nelayan setempat?
Meskipun demikian, sebenar- Tujuan Penelitian
nya TPI memegang peranan penting Tujuan penelitian yang ingin
dalam pemasaran hasil perikanan. Ke- dicapai oleh peneliti adalah untuk
untungan lain adalah TPI bisa mem- mengetahui bagaimana operasional
bantu mengarahkan kehidupan nela- kerja yang ada di TPI, dan hu-
yan dengan keajiban simpanan untuk bungannya dalam mengurangi tingkat
tiap penjualan, hanya saja ini tergan- kemiskinan nelayan, khususnya di De-
tung bagaimana TPI menggarahkan- sa Watukarung, Kecamatan Pringku-
nya agar simpanan itu bermanfaat bagi ku, Kabupaten Pacitan.
para nelayan (Mubyarto, 1984).
Kabupaten pacitan meliliki 6 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN
tempat TPI sebagai tempat pendaratan HIPOTESIS
ikan. Kecamatan Pacitan memiliki dua Definisi Nelayan Tradisional
tempat yaitu di Pantai Teleng Ria dan Nelayan merupakan kelompok
Pantai Tamperan (Kelurahan Sido- masyarakat yang mata pencahariannya
harjo). Kecamatan Pringkuku di Pantai sebagian besar bersumber dari akti-
Watukarung (Desa Watukarung). Ke- vitas menangkap ikan dan hasil laut
camatan Kebonagung di Pantai Wa- lainnya. Selanjutnya menurut Kusnadi
waran (Desa Sidomulyo). Kecamatan (2003) nelayan tradisional adalah ne-
Ngadirojo di Pantai Tawang (Desa Si- layan yang memanfaatkan sumber da-

40
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

ya perikanan dengan peralatan tang- perti pakaian, energi, dan tempat be-
kap tradisional, modal usaha kecil, dan rnaung (UNDP, 2000).
organisasi penangkapan sederhana. Smith dan Anderson dalam Di-
Ciri-ciri usaha nelayan tradisional me- annugraha (2008) yang mengadakan
lipui teknologi yang digunakan seder- kajian pembangunan perikanan di ber-
hana dengan ukuran perahu yang ke- bagai negara Asia serta melakukannya
cil, daya jelajah terbatas, daya muat di negara-negara Eropa dan Amerika
perahu sedikit, daya jangkau alat tang- Utara tiba pada kesimpulan bahwa
kap terbatas, dan perahu dilajukan kekauan aset perikanan (fixity and ri-
dengan mesin ber-PK kecil. Ciri lain gidity of fishing assets) adalah alasan
seperti besaran modal usaha terbatas, utama kenapa nelayan tetap tinggal
jumlah anggota penangkapan antara 2- atau bergelut dengan kemiskinan dan
3 orang dengan pembagian peran ko- sepertinya tidak ada upaya mereka un-
lektif (nonspesifik), dan orientasi eko- tuk keluar dari kemiskinan itu. Keka-
nominya untuk memenuhi kebutuhan kuan asset tersebut karena sifat aset
sehari-hari. perikanan yang sulit untuk dilikuidasi
Secara sosial ekonomi, tingkat atau diubah bentuk dan fungsinya. Ak-
kehidupan nelayan tradisional tidak ibatnya saat produktivitas aset rendah,
banyak berubah. Hal yang sama atau nelayan tidak mampu untuk mengalih-
bahkan lebih buruk terjadi juga ada fungsikan atau melikuidasi asset ter-
nelayan buruh yang bekerja pada ne- sebut.
layan tradisional atau nelayan dengan Pengertian Pasar Tradisional
alat modern. Karena tingkat sosial ek- Pasar Tradisional menurut Sis-
onomi dan kesejahteraan hidup yang wanto (2008) adalah pasar dimana pr-
rendah, dalam struktur masyarakat ne- oses transaksinya hanya menjangkau
layan maka nelayan buruh merupakan komunitas terbatas, memungkinkan
lapisan sosial yang paling miskin setiap pelakunya (penjual dan pem-
(Kusnadi, 2002). beli) saling mengenal sehingga men-
Definisi Kemiskinan jadi pasar personal. Konsekuensinya,
Rumah tangga miskin ditentu- membuat biaya transaksi menajdi ren-
kan berdasarkan sejumlah variabel ya- dah karena partisipan saling mengenal
ng berkaitan dengan masalah kemiski- dan ada rasa saling percaya.
nan. Penentuan kriteria rumah tangga Pasar tradisional dapat dibeda-
miskin berdasarkan empat variabel u- kan menjadi tiga jenis, yaitu pasar
tama, yaitu: sandang, pangan, papan, regular, pasar ireguler, dan pasar ko-
dan lainnya. moditas khusus. Penjelasan ringkas
United Nation Development masing-masing dalam paragraf beri-
Program (UNDP) meninjau kemiski- kut.
nan dari dua sisi, yaitu pendapatan dan Pasar regular menetap dan bu-
kualitas manusia. Dilihat dari sisi pen- ka setiap hari atau pada hari tertentu
dapatan, kemiskinan ekstrim atau ke- mengikuti kalender tradisional. Pasar
miskinan absolut adalah kekurangan ini menjadi tempat perolehan kebu-
pendapatan untuk pemenuhan kebutu- tuhan sehari-hari dan dikelola oleh
han dasar atau kebituhan minimal ka- masyarakat sendiri atau pemerintah
lori yang diperlukan. Dari sisi kualitas lokal dengan struktur yang longgar a-
manusia, kemiskinan secara umum, tau ketat. Komoditas yang dijual
atau sering disebut kemiskinan relatif beragam, utamanya komoditas setem-
adalah kekurangan pendapatan untuk pat.
memenuhi kenutuhan non-pangan, se- Pasar ireguler buka tidak te-
ratur, hanya mengikuti peristiwa ter-

41
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

tentu. Pasar ini menawarkan komodi- hasil berupa uang atau material
tas yang terbatas sesuai peristiwa yang lainnya yang dicapai dari penggu-
ada dan pedagang kecil dapat ber- naan kekayaan atau jasa manusia.
partisipasi di dalamnya. Tempat pasar Pendapatan menurut definisi ini
tradisional ireguler biasanya di tanah meliputi, pertama, disposable per-
lapang atau di pingir jalan besar yang sonal income atau pendapatan pe-
menghubungkan ibu kota kecamatan. rseorangan yang tersedia untuk
Pasar tradisional khusus men- konsumsi atau investasi. Kedua,
jual komoditas tertentu, misalnya he- national income atau pendapatan
wan ternak, ikan. Pasar ini buka tidak nasional yaitu pendapatan total
setiap hari atau pada hari tertenu se- semua faktor-faktor produksi ya-
suai kesepakatan pedagang, pemerin- ng sedang berlangsung. Ketiga,
tah dan mempertimbangkan jumlah psychic income atau pendapatan
komoditas yang diperjualbelikan. Pa- psikis yaitu jumlah kepuasan pri-
sar ini dengan mudah dijumpai di badi yang diberikan oleh suatu
Jawa Timur benda atau jasa kepada pemilik
Teori Pendapatan atau pihak-pihak yang menerima-
Menurut BPS, diperinci sebagai be- nya.
rikut: (Sumardi dan Ever, 1982) 2) Bila dalam arti pembukauan, pen-
1) Pendapatan berupa uang adalah dapatan adalah sehubungan luas,
sebagai penghasilan berupa uan yaitu pada umumnya pendapatan
yan sifatnya regular dan yang bi- sebuah perusahaan atau indiviu.
asanya diterima sebagai alas jasa Pendapatan berdasarkan ari pem-
atau kontraprestasi yaitu yang me- bukuan meliputi, pertama, earned
liputi pendapatan: gaji dan upah, income atau pendapatan yang di-
usaha sendiri, hasil investasi, keu- capai sebagai imbalan atau jasa
ntungan sosial dari kerja sosial. yang diselenggarakan atau seba-
2) Pendapatan berupa barang adalah gai hasil perniagaan. Kedua, Un-
sebagian penghasilan yang sifat- earned income atau pendapatan
nya regular dan biasa diterima se- yang dicapai tanpa bekerja, yaitu
bagai balas jasa akan tetapi tidak pendapatan rente tanah, bunga
selalu berbentuk balasa jasa yang modal, pembayaran deviden atau
diterimakan. Barang dan jasa ya- berbentuk apapun juga yangl bu-
ng diperoleh dinilai dengan harga kan merupakan balas jasa lang-
pasar sekalipun tidak disertai de- sung. Ketiga, acured income atau
ngan transaksi uang. Pendapatan pendapatan yang bertambah tetapi
ini meliputi: bagian pembayaran belum terealisasi, pendapatan ya-
upah atau gaji yang berbentuk ba- ng dicapai dalam jangka waktu te-
rang/jasa dan barang yang dipro- rtentu akan tetapi pendapatan ter-
duksi dan dikonsumsi di rumah. sebut belum diterima dalam ben-
3) Penerimaan yang bukan pendapa- tuk uang tunai.
tan yaitu: penerimaan yang beru- Definisi pendapatan diatas
pa pengambilan tabungan, penju- adalah pendapatan yang merupakan
alan barang-barang yang dipakai, hasil dari suatu pengorbanan attau jasa
pinjaman uang, kiriman uang, ha- yang dikeluarkan oleh seseorang atau
diah dan warisan. badan hukum tertentu. Jadi pendapa-
Menurut Winardi (1989) didefinisikan tan adalah penghasilan dalam bentuk
sebagai berikut: barang atau uang yang sifatnya regular
1) Pendapatan seperti yang diguna- sebagai balasa jasa.
kan dalam ilmu ekonomi adalah Teori Kelembagaan

42
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Menurut Yustika (2008), pem- Gambar 1: Fungsi Ideal Kelembagaan


bentukan organisasi (pasar tradisional) Pelelangan Ikan
dapat dipetakan menjadi tiga tipe: Perangkat Pengelolaan
perikanan:
1) Pasar yang dibentuk oleh gabu- - Memonitoring dinamika
ngan dua aturan, aturan formal harga lelang
dan informal. Dimana terbentuk- - Memonitoring dinamika
volume lelang
nya organisasi (pasar tradisional) - Menyusun input
dikarenakan adanya kesepakatan kebijakan pengelolaan
informal dan terlegitimasi oleh a- perikanan Bentuk,
turan formal, masyarakatlah yang Penyediaan ikan segar: struktur dan
Fungsi TPI - Menjamin Pasokan ikan mekanisme
membutuhkan ruang. Namun da- berkualitas
kelembagaan
lam pembentukan ruang tersebut - Menjamin kualitas ikan
diperlukan eranan dari pihak lain - Menjamin distribusi ikan
berkualitas
untuk melegitimasi kesepakatan
informal yang terbentuk sebelum- Pembentukan Harga:
nya - Menjamin harga yang
2) Pasar non regulasi. Pada tipe ini optimal
- Menjamin harga yang
hampir mirip dengan tipe per- efisien
tama, yakni masyarakatlah yang - Menjamin informasi yang
membutuhkan organisasi untuk simetris
mencapai tujuannya. Tetapi yang
Transparan,
membedakan dalam membentuk adil dan efektif
ruang tersebut tidak diperlukan Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan
peranan dari pihak-pihak lain. Provinsi Jawa Timur
3) Pasar yang terbentuk murni oleh
aturan formal. Dalam konteks ini, Pemberdayaan Nelayan
berarti terbentuknya organisasi Program pemberdayaan ma-
(pasar tradisional) karena adanya syarakat adalah program pelibatan dan
aturan formal yang mengharuskan peningkatan partisipasi masyarakat,
organisasi berdiri. Lebih lanjut, program yang berpangkal dan berbasis
negara/pemerintah sebagai pem- masyarakat karena sesuai dengan ke-
buat aturan formal, dengan ber- butuhan dan aspirasi mereka, program
pijak pada pertimbangan-pertim- yang berasal dari bawah yang berarti
bangan di internal pemerintah se- bahwa masyarakatlah yang mengu-
ndiri, memutuskan untuk mendi- sulkan, serta program yang bersifat
rikan pasar tradisional di suatu advokasi karena peran orang luar ha-
wilayah tertentu guna mendapat- nya sebatas mendampingi dan mem-
kan keuntungan demi kepenti- berikan alternatif pemecahan masalah
ngannya sendiri, yaitu memak- kepada masyarakat (Nikijuluw, 2001).
simalkan pendapatan asli daerah- Pendekatan pemberdayaan ma-
nya, dengan dalih tercapainya tu- syarakat dalam pembangunan meng-
juan masyarakat. andung arti bahwa manusia ditempat-
kan pada posisi pelaku dan penerima
manfaat dari proses mencari solusi dan
meraih hasil pembangunan. Dengan
demikian maka masyarakat harus ma-
mpu meningkatkan kualitas keman-
dirian mengatasi masalah yang di-
hadapi (Karsidi, 2002).

43
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Pada dasarnya pemberdayaan Gambar 2: Mekanisme Pelelangan di TPI


masyarakat nelayan bertujuan untuk Ikan dibongkar, Ikan Karcis ikan (berat
mencapai kesejahteraan sosial-ekono- diseleksi, jenis ditimbang dan jenis, harga
dan mutu, oleh juru ikan, nama
mi dan hal ini menjadi basis memba- dikemas dalam bakul/juragan)
timbang
ngun pondasi civil-society di kawasan keranjang
pesisir. Pemberdayaan masyarakat ne-
Ikan Karcis lelang
layan merupakan proses sosial yang dilelang (berat dan jenis,
cukup panjang untuk mencapai tujuan. oleh juru harga ikan, nama
Di samping proses sosial, pember- lelang bakul/juragan)
dayaan adalah strategi, sarana, fasi-
litas, media, atau instrument untuk Juru tulis Juru tulis
bakul/juragan nelayan/juragan
mengantarkan masyarakat menuju ke- mengisi buku Bakul/ Nelaya mengisi buku
berdayaan di berbagai bidang kehi- bakul pedaga n/jurag nelayan
dupan. ng an
Konsep Pelelangan
- Menerima kepada - Membayar
Dalam teori ekonomi pelela- bakul (+) 2,5% dari
Kasir Kasir kepada nelayan (-)
ngan (auctions) adalah salah satu me- harga ikan 2,5% dari harga
bakul nelayan
kanisme pembentukan harga yang di- - Diberi nota ikan
penjualan - Diberi nota
tujukan untuk mendapatkan tingkat penjualan
harga yang paling efisien bagi pembeli Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan, Jawa
maupun penjual. Timur, 2008
Lelang merupakan salah satu
alat pembentuk harga dengan mem- Pelelangan yang efektif me-
pertemukan penjual dan pembeli. Da- merlukan pengeloalaan yang baik, tra-
lam konteks ini, penjual dan pembeli nsparan, dan memiliki keinginan un-
langsung bertransaksi untuk mencapai tuk menjaga mutu produk yang di-
harga keseimbangan. Salah satu pro- lelang. Semakin efektif dan efisien pe-
duk yang sering dijual dengan me- lelangan ikan, semakin besar kemung-
kanisme lelang adalah produk-produk kinan diperoleh harga yang optimal.
perikanan sehingga dikenal dengan is- Berdasarkan Dinas Kelautan
tilah pelelangan ikan. dan Perikanan (2007), TPI dikatakan
Salah satu kunci dalam pe- berhasil dalam melakukan pengeloaan
lelangan adalah bahwa informasi ber- dapat dilihat melalui empat aspek ya-
sifat asimetris. Dalam hal ini ada dua ng akan dipaparkan secara ringkas pa-
model informasi, yaitu pertama, model da paragraf berikut.
nilai privat (private-value model) di Pembentukan Harga. Harga
mana masing-masing peserta lelang yang terbentuk di TPI dapat mem-
paham berapa nilai untuk barang yang berikan keuntungan yang proporsional
dilelang. Kedua adalah model nilai baik di pihak produsen ikan maupun
umum (common-value model) yang konsumen. Bagi nelayan dan pembu-
berlawanan dengan model sebelum- didaya untung jika harga yang ter-
nya, semua peserta lelang memiliki pr- bentuk di atas (+10%) dari biaya ope-
oksi yang sama terhadap nilai se- rasi melaut atau produksi budidaya,
benarnaya dari barang (ikan) yang sedangkan untuk pengolah, pengecer
dilelang, namun harga sesungguhnya dan eksportis bisa mendapatkan keun-
(actual price) tetap bersifat pribadi tungan bersih (+10%) dalam usaha-
masing-masing peserta lelang. (Depar- nya.
temen Kelautan dan Perikanan, 2007). Jumlah dan mutu ikan yang di-
Mekanisme Pelelangan di TPI lelang. Aspek ini menunjukkan adanya
peningkatan dari waktu ke waktu. Ini

44
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

mengindikasikan pelayanan yang di- penelitian yang dilakukan dengan me-


berikan oleh TPI kepada stakeholders lukiskan keadaan obyek atau per-
semakin baik dan professional. soalan yang tidak dimaksudkan untuk
Pengembangan Pelayanan. Pe- mengambil atau menarik kesimpulan
ran lembaga pengelola TPI tidak ha- yang berlaku umum. Penelitian des-
nya pada penyelenggaraan pelelangan kriptif merupakan penelitian yang di-
saja, tetapi juga mampu memfasilitasi maksudkan untuk mengumpulkan in-
kebutuhan yang diperlukan oleh stake- formasi mengenai status atau gejala
holders terkait untuk mendukung ke- yang ada, yaitu keadaan atau gejala
lancaran lelang. menurut apa adanya pada saat pene-
Pengembangan kerja sama an- litian dilakukan. Nasir (1998) meleng-
tar lembaga dalam rangka pengem- kapinya dengan menyatakan bahwa
bangan pelayanan. Lembaga TPI dapat penelitian deskriptif merupakan suatu
bekerjasama dengan lembaga keuan- metode dalam suatu kelompok ma-
gan (Bank, BPR), perusahaan trans- nusia, suatu obyek, suatu kondisi pada
portasi, lembaga pengkajian mutu dan masa sekarang. Tujuannya adalah me-
lain sebagainya. Untuk peningkatan mbuat deskripsi, gambaran atau luki-
penjualan ikan di TPI, lembaga penge- san secara sistematis, faktual dan a-
lola TPI dapat menjalin kerjasama de- kurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
ngan konsumen besar seperti hotel, serta hubungan antara fenomena yang
restoran, catering, dan lembaga lain diselidiki. Pendekatan yang digunakan
yang ada di masing-masing daerah. dalam kajian ini adalah kualitatif, ya-
ng mana berupaya menyajikan dunia
3. METODE PENELITIAN sosial, dan perspektifnya di dalam du-
Pendekatan Penelitian nia, dari segi konsep, perilaku, per-
Pada suatu penelitian agar sepsi, dan persoalan tentang manusia
dapat mencapai tujuan yang tepat dan yang diteliti.
keakuratan suatu penelitian maka di- Lokasi Penelitian
perlukan suatu metode yang berisi ca- Lokasi penelitian berada di Desa Wat-
ra-cara yang digunakan secara siste- ukarung Kecamatan Pringkuku, Kabu-
matis dengan prosedur yang harus di- paten dengan alasan sebagai berikut i-
lalui agar mencapai tujuan yang dii- ni:
nginkan. Hal ini sesuai dengan pen- 1) Desa Watukarung memiliki peran
dapat Suparmoko (1984) yang me- strategis karena merupakan wila-
nyatakan bahwa penelitian yang baik yah pesisir dan laut di Desa Wa-
adalah suatu penelitian yang meng- tukarung, yang mana Kecamatan
hasilkan kesimpulan melalui prosedur Pringkuku merupakan daerah ya-
yang sistematis dengan melakukan pe- ng sangat produktif akan produksi
mbuktian yang cukup meyakinkan. tangkap selama tahun 2005-2008
Sehubungan dengan pendapat terse- sehingga pendapatan perkapita
but, maka kajian ini menggunakan daerah tersebut terus meningkat
metode deskriptif dengan pendekatan dibandingkan dengan Kecamatan
kualitatif, yaitu dengan melakukan pe- lain di Kabupaten Pacitan.
nggambaran dan menguraikan keada- 2) Nelayan di Kecamatan Pringkuku
an dengan sebenarnya yang terjadi merupakan nelayan dengan ting-
berdasarkan fakta-fakta yang ada serta kat kemiskinan paling tinggi di-
berusaha mencari jalan pemecahan- bandingkan dengan kecamatan la-
nya. innya di Kabupaten Pacitan, di-
Arikunto (1992) mengungkap- tambah dengan konsentrasi nela-
kan bahwa penelitian deskriptif adalah

45
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

yan mayoritas berada di Desa Wa- man dalam penelitian ini adalah
tukarung. orang-orang yang dipastikan me-
3) Di Desa Wtukarung terdapat Te- ngetahui seluk beluk tentang du-
mpat Pelelangan Ikan (TPI) yang nia nelayan dan Tempat Pelela-
sangat membantu interaksi ekono- ngan Ikan Desa Watukarung.
mi para nelayan. Dalam penentuan informan ku-
Teknik Pengumpulan Data nci, peneliti tidak meminta reko-
Teknik pengumpulan data dibagi da- mendasi dari pihak manapun, te-
lam beberapa bagian, antara lain: tapi berdasarkan pengamatan la-
1) Kehadiran Peneliti ngsung oleh peneliti. Di saat tiba
Peneliti berperan sebagai ins- di lokasi, peneliti mengamati ba-
trumen penelitian. Peneliti seka- nyak warga yang sedang ber-
ligus merupakan perencana, pe- kumpul di sebuah warung, pene-
laksana pengumpulan data, ana- liti lansung melakkan interaksi
lisis, penafsir data, dan pada akh- dengan pemilik warung, Pak Pri
irnya menjadi pelapor hasil pe- (49 tahun), yang pada akhirnya
nelitiannya. Instrumen selain ma- diputuskan menjadi informan ku-
nusia dapat pula digunakan, tetapi nci dengan pertimbangan interaksi
fungsinya terbatas sebagai pen- ekonominya yaitu selain pemilik
dukung tugas peneliti. Penulis da- warung, juragan kapal, dan me-
lam penelitian dibantu oleh tim miliki dua orang anak buah, serta
penerjemah yang berisi dua orang lokasi warung yang berhadapan
(Sdr. Fandi dan Sdr. Nanung), da- langsung dengan Tempat Pelela-
lam hal ini membantu mener- ngan Ikan Desa Watukarung. Per-
jemahkan kosakata lokal yang ti- timbangan selanjutnya, warung
dak dipahami peneliti. Peneliti tersebut merupakan tempat yang
mengumpulkan data di lokasi pe- sering digunakan para nelayan se-
nelitian dengan menggunakan ca- bagai tempat berkumpul pada sore
tatan-catatan dan foto-foto agar hari sebelum berangkat melaut.
data yang telah diperoleh dapat Informan kunci tersebut memberi-
didokumentasikan. Kehadiran pe- kan rekomendasi informan yang
neliti di lokasi penelitian diketa- akan diuangkapkan dalam tabel
hui statusnya sebagai peneliti oleh berikut ini:
nelayan setempat. Untuk meng-
hindari terjadinya perilaku oleh Tabel Informan Penelitian
No Nama Umur Lama Keterang
para nelayan, peneliti berusaha (Tahun) Menjadi an
menjalin hubungan keakraban de- Nelayan
ngan para nelayan. (Tahun)
2) Sumber Data 1. Pak Pri 49 27 Juragan
Pencatatan sumber data utama 1 kapal,
pemilik
dari orang-orang yang diamati da- warung
lam penelitian ini dicatat melalui 2. Mbah 60 10 Juragan
catatan tertulis dan dengan pe- Gun 2 kapal
ngambilan foto. Pencatatan sum- 3. Mas 28 6 Nelayan
ber data utama melalui wawan- Sugeng buruh
cara atau pengamatan berperan- Pak Pri
4. Pak 48 25 Nelayan
serta merupakan hasil usaha ga- Prapto buruh
bungan dari kegiatan melihat, me- Pak Pri
ndengar, dan bertanya. Adapun 5. Mas 24 1 Nelayan
yang menjadi subyek dan infor- Sholeh buruh

46
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Mbah an Pasar
Gun Dersono,
6. Pak Budi 46 23 Nelayan Pringkuk
buruh u,
Mbah Pacitan
Gun Sumber: Data lapang diolah, 2008
7. Pak 46 - Asal
Wandi Pacitan;
Bakul
Proses pengumpulan data dilakukan
besar; dengan beberapa tahap yang diuraikan
pelaku sebagai berikut:
ekspor; 1) Tahap Memasuki Lokasi Peneliti-
area an (getting in)
pemasar
an
Peneliti melakukan penelitian pe-
Pacitan ndahuluan di Desa Wtukarung un-
& tuk mengetahui situasi dan kon-
Surabay disi awal Desa Wtukarug baik ya-
a ng berhubungan dengan sumber
8. Pak Fery 40 - Asal
daya alam maupun sumber daya
Pacitan;
Bakul manusianya. Langkah selanjutnya
besar; adalah melengkapi syarat-syarat
pelaku yang bersifat administratif seperti
ekspor; surat ijin penelitian dengan tem-
area
busan Dinas Kelautan dan Peri-
pemasar
an kanan Kabupaten Pacitan.
Pacitan 2) Tahap ketika berada di lokasi (ge-
& tting along)
Surabay Peneliti menuju lokasi penelitian
a
dan memberitahukan maksud dan
9. Pak Topo 48 - Asal
Dersono; tujuan dari kedatangan peneliti.
Bakul Peneliti tidak mengatur jadwal pe-
kecil; nelitian kepada semua informan,
area tetapi dengan menunggu informan
pemasar yang telah direkomendasikan me-
an Pasar
Dersono, nyelesaikan pekerjaannya, teruta-
Pringkuk ma kesemua informan senantiasa
u, menuju TPI Desa Watukarung un-
Pacitan tuk melakukan transaksi jual/beli.
10. Pak Badri 50 - Asal 3) Tahap pengumpulan data (logging
Dersono;
Bakul the data)
kecil; Pengumpulan data dan informasi
area dilakukan di saat para informan
pemasar melakukan transaksi di TPI yaitu
an Pasar di pagi dan sore hari sebelum ne-
Dersono,
Pringkuk layan pergi melaut. Dalam ke-
u, giatan ini peneliti berusaha mem-
Pacitan bangun komunikasi yang akrab,
11. Pak 42 - Asal ramah, dan dalam suasana keke-
Teguh Pringkuk luargaan. Dengan adanya sikap
u; Bakul
kecil;
yang dibangun tersebut, diharap-
area kan informan lebih terbuka dan
pemasar antusias dalam memberikan data

47
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

dan informasi kepada peneliti. Pr- kapan sehari-hari, berjalan


oses pengumpulan data dilakukan dalam tempo yang lama, se-
dengan beberapa teknik yang da- ringkali dilanjutkan pada ke-
pat diuraikan sebagai berikut: sempatan/hari yang lain.
a. Pengamatan berperanserta Teknik Analisa Data
Peneliti malakukan pengama- Analisis data dalam penelitian
tan berperanserta, yaitu selain kualitatif dilakukan pada saat pengum-
sebagai pengamat, peneliti pulan data berlangsung, dan setelah
sekaligus menjadi bagian dari selesai proses pengumpulan data pada
kelompok yang diamati. Se- periode tertentu. Pada saat wawancara,
bagai pengamat, peneliti ber- peneliti telah melakukan analisis ter-
peranserta dalam kehidupan hadap jawaban informan. Miles dan
sehari-hari informan pada si- Hubberman (1984) dalam Sugiyono
tuasi yang diinginkan agar (2005) mengemukakan bahwa aktivi-
dapat memahami, sehingga tas dalam analisis data kualitatif di-
jelas tidak pada keseluruhan lakukan secara interaktif dan ber-
peristiwa peneliti perlu untuk langsung secara terus menerus sampai
berperanserta. Pengamatan tuntas, hingga datanya sudah jenuh.
berperanserta pada penelitian Aktivitas dalam analisis data berupa
ini dilakukan dengan cara m- data reduction, data display, dan con-
engikuti setiap proses pele- clusion drawing/ verification.
langan yang terjadi di TPI. Pengecekan Keabsahan Temuan
Peneliti mengamati segala se- Triangulasi adalah teknik pe-
suatu yang dilakukan oleh se- meriksaan keabsahan data yang me-
mua pihak yang bertransaksi manfaatkan sesuatu yang lain di luar
di TPI, apa yang mereka ker- data itu untuk keperluan pengecekan
jakan, dan bagaimana meng- atau sebagai pembanding terhadap
erjakannya. Di sela-sela pe- data itu (Moleong, 2004). Dalam pe-
ngamatan, peneliti mencatat nelitian ini, peneliti menggunakan tria-
peristiwa yang terjadi, catatan ngulasi sumber dan triangulasi meto-
tersebut kemudian disempur- de.
nakan menjadi catatan lapa- 1) Triangulasi dengan Sumber
ngan. Data yang diperoleh dari beberapa
b. Wawancara mendalam (inde- informan akan dibandingkan sehi-
pth interview) ngga data benar-benar valid. Tria-
Penelitian ini menggunakan ngulasi sumber yang digunakan
teknik wawancara tidak ter- dalam penelitian ini adalah de-
struktur, karena dengan me- ngan cara memanfaatkan bebe-
tode ini peneliti lebih leluasa rapa sumber data yang diprediksi
dalam menyampaikan perta- mengetahui data tentang operasi-
nyaan tentang bagaimana pa- onal TPI. Sumber data tersebut
ndangan, sikap, keyakinan, a- adalah enam orang nelayan yang
tau keterangan lain yang ter- terdiri dari dua nelayan juragan
kait dengan penelitian. Infor- dan empat nelayan buruh, empat
man diberikan kebebasan me- orang bakul dan kecil serta pe-
nguraikan jawabannya serta tugas TPI. Dalam hal ini peneliti
mengungkapkan pandangan- membandingkan wawancara dan
nya sendiri tanpa harus di- pengamatan data sejenis dari sum-
paksa. Pelaksanaan tanya ja- ber-sumber data tersebut.
wab ‘mengalir’ seperti perca- 2) Triangulasi dengan Metode

48
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Patton dalam Moleong (2006) strategis dikarenakan adanya Tempat


mengungkapkan dua strategi tria- Pelelangan Ikan satu-satunya di Keca-
ngulasi dengan metode, yaitu (a) matan Pringkuku di mana sebagai pu-
pengecekan derajat kepercayaan sat kegiatan ekonomi nelayan setem-
penemuan hasil penelitian bebe- pat berlangsung.
rapa teknik pengumpulan data dan Desa Watukarung berjarak 18
(b) pengecekan derajat keperca- km dari ibukota kecamatan terdekat,
yaan beberapa sumber data de- yaitu Kecamatan Pringkuku, serta ber-
ngan metode yang sama. Dalam jarak 40 km dari ibukota kabupaten
penelitian ini untuk memperoleh Pacitan. Secara geografis terletak di
data tentang operasional TPI, pe- kawasan pesisir yang berbatasan lang-
neliti menggunakan metode wa- sung dengan Samudera Indonesia. Se-
wancara berperanserta dan wa- cara administratif terbagi menjadi 7
wancara mendalam, dan untuk dusun dengan pembagian 7 Rukun
keperluan pengecekan data, pene- Warga dan 12 Rukun Tetangga. Jalan
liti juga menggunakan metode yang ada merupakan jalan kabupaten
tersebut. Data sejenis yang dipe- dengan aspal yang baik.
roleh dari hasil pengamatan akan Penduduk Desa Watukarung
diuji dengan wawancara begitu pada tahun 2008 sebanyak 1.376 jiwa
juga sebaliknya. sedangkan pada tahun sebelumnya
sebanyak 1.373 jiwa. Mata pencaha-
4. ANALISIS DATA DAN PEM- rian penduduk Desa Watukarung ter-
BAHASAN banyak adalah petani dan sisanya se-
Keadaan Umum Wilayah bagai Pegawai Negeri Sipil dan ne-
Desa Watukarung termasuk layan.
dalam wilayah Kecamatan Pringkuku Karakteristik Nelayan
Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Ti- Nelayan Kecamatan Pringkuku
mur. Dengan wilayah laut yang cukup bisa diklasifikasikan berdasarkan alat
luas, dengan kewenangan laut (batas 4 tangkap maupun jenis perahu yang di-
mil) seluas 116,89 km2. Kondisi laut gunakan. Jika berdasarkan alat tang-
yang bervariasi sebagai habitat ber- kap terdapat 223 nelayan yang meng-
bagai jenis ikan serta garis pantai yang gunakan jaring 16 krendet, dan 103
panjang, keragaman jenis ikan yang menggunakan alat tangkap pancing.
ditangkap dari wilayah laut Desa Wa- Pancing digunakan pada saat musim
tukarung cukup besar. Jenis tersebut paceklik di mana nelayan tidak me-
antara lain bawal, tongkol, layur, laut, sehingga lebih memilih untuk
kuwe, kurau, kakap, kembung, le- memancing di tepian pantai Watu-
muru, julung-julung, cucut, remang, karung.
lobster, teri, tengiri, tiga waja, ma- Menurut data Dinas Perikanan
nyung, pari, dan ubur-ubur. Di sam- dan Kelautan Kabupaten Pacitan pada
ping itu, Desa Watukarung juga ber- tahun 2007 terdapat dua jenis perahu,
potensi sebagai produksi tangkapan i- yaitu perahu bermesin dengan jumlah
kan hias yang merupakan usaha tang- 103 buah dan perahu tak bermesin
kap sampingan para nelayan yang di- sejumlah 5 buah. Perahu bermesin ini
lakukan secara tradisional. Rumput la- terbuat dari bahan fiber yang dapat
ut alami terdapat di Desa Watukarung menampung ikan kurang dari 1 ton
seluas 10.000 m2 dan terumbu karang hasil tangkapan.
juga tumbuh yang sangat penting bagi Potensi Perikanan Laut
keseimbangan ekosistem laut. Desa ini Jenis ikan tangkap di perairan
juga memiliki posisi dan peran yang Desa Watukarung yang dominan ada-

49
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

lah lobster, bawal, tengiri, kakap, dan 7) Desa Klesem, Kecamatan Kebon-
layur. agung
Tabel Potensi Perikanan di Wilayah TPI 8) Desa Katipugal, Kecamatan Ke-
Watukarung tahun 2008 bonagung
No Bulan Produksi Nilai (Rp)
. (kg)
9) Bagelon, Desa Plumbungan, Ke-
1. Januari 1.476 54.991.000 camatan Kebonagung
2. Februari 994 25.127.000 10) Pancer Wetan, Desa Kembang,
3. Maret 3.727 43.018.000 Kecamatan Pacitan
4. April 3.551 340.790.000 11) Desa Watukarung, Kecamatan Pr-
5. Mei 12.427 70.898.000 ingkuku
6. Juni 36.898 214.898.000
12) Srau, Desa Candi, Kecamatan Pri-
7. Juli 4.204 128.870.000
8. Agustus 30.741 212.112.900
ngkuku
9. September 48.338 882.168.500 13) Teleng, Kelurahan Sidoarjo, Ke-
10.Oktober 2.691 173.301.500 camatan Pacitan
11.November 5.506 317.502.000 14) Tamperan, Kelurahan Sidoarjo,
12.Desember 1.113 69.558.000 Kecamatan Pacitan
Jumlah 151.667 2.533.236.300 Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pacitan, 2008
sebagai sarana untuk pemasaran hasil
tangkapan nelayan terdapat di enam
Produksi ikan nelayan Desa tempat pendaratan ikan, yaitu:
Watukarung mengalami peningkatan 1) Kecamatan Pacitan sebanyak dua
pada rentang bulan April-November, TPI di Pantai Teleng Ria dan Pan-
disebut musim ikan atau biasa disebut tai Temperan di Kelurahan Sido-
musim panen ikan. Panjangnya ren- arjo
tang waktu musim ikan mengakibat- 2) Kecamatan Pringkuku di Pantai
kan total produksi Kecamatan Pring- Watukarung Desa Watukarung
kuku naik. Sebaliknya antara bulan 3) Kecamatan Kebonagung di Pantai
Desember-Maret merupakan musim Wawaran Desa Sidomulyo
paceklik bagi nelayan, yang mana 4) Kecamatan Ngadirojo di Pantai
pada rentang bulan tersebut keba- Tawang Desa Sidomulyo
nyakan nelayan Desa Watukarung ti- 5) Kecamatan Sudimoro di Pantai
dak pergi melaut. Karangturi, Ngobyok Desa Suko-
Tempat Pelelangan Ikan di Pacitan rejo
Kabupaten Pacitan memiliki Produksi Nelayan
beberapa lokasi pendaratan ikan yang Intisari pembahasan mengenai produk-
tersebar di enam kecamatan yang ter- si nelayan disajikan dalam tabel be-
diri dari: rikut ini:
1) Karangturi, Ngobyok, Desa Suko-
Tabel Pembahasan Produksi Nelayan
rejo Kecamatan Sudimoro No. Komponen Analisa
2) Centakan, Desa Pager Kidul Ke- 1 Operasional Beban ekonomi yang
camatan Sudimoro ditanggng pemilik perahu
3) Kamal Tuo, Segara Anakan, Ta- cukup besar, seperti biaya
wang Desa Sidomulyo, Kecama- operasional, biaya
pemeliharaan alat tangkap.
tan Ngadirojo Secara umum, pemilik
4) Godeg, Desa Jetak, Kecamatan perahu/juragan memiliki
Tulakan kemampuan ekonomi yang
5) Wawaran, Desa Sidomulyo, Ke- hampir sama dengan nelayan
camatan Kebonagung buruh
2 Sistem bagi Sistem bagi hasil tidak
6) Desa Kalipelus, Kecamatan Ke- hasil sepenuhnya berdasarkan
bonagung

50
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

perhitungan ekonomi, itu, ikan juga cenderung untuk turun


perhitungan sosial lebih ke dasar laut untuk menghindari sinar
dominan, dengan harapan
pendapatan yang diperoleh
bulan yang terang. Pada masa bulan
bisa membantu kehidupan purnama dimanfaatkan nelayan untuk
nelayan secara kolektif. memperbaiki alat tangkap yang rusak
Aspek solidaritas menjadi dan berlubang. Keberadaan ikan di
pertimbangan utama perairan panti pesisir berkaitan dengan
3 Kekerabatan Nelayan buruh yang menjadi
kondisi musim setiap tahunnya. Mu-
awak perahu kebanyakan
berasal dari tetangga sekitar, sim kemarau berlangsng pada bulan
motifnya adalah saling Mei-November, sedangkan musim pe-
membantu ekonomi sesama nghujan berlangsung pada bulan De-
Sumber: Data lapang diolah, 2008 sember-April. Sehingga musim ikan
berlangsung secara efektif hanya se-
Nelayan yang menggunakan lama lima bulan saja, pada kisaran
motor tempel (perahu dengan mesin) bulan Mei sampai September. Tanda-
berangkat melaut pada sore hari, tanda akan datangnya musim ikan a-
sekitar 18.00 WIB, biasanya dengan dalah jika di daerah pesisir sudah tu-
membawa dua sampai tiga awak ka- run hujan sekitar satu minggu ber-
pal. Nelayan ini harus menempuh per- turut-turut.
jalanan 3 jam dari pantai untuk men- Apabila di perairan pantai pe-
capai jarak 3-4 mil, dilanjutkan de- sisir sedang tidak musim ikan atau
ngan memantau keberadaan ikan. Ne- tidak mendatangkan penghasilan yang
layan yang relatif cepat menemukan baik, nelayan akan melakukan migrasi
posisi ikan dalam jumlah yang cukup musiman ke berbagai daerah lain un-
segera pulang dan tiba di pantai pukul tuk mencari ikan. Darah tujuan mi-
06.00 WIB, sedangkan nelayan yang grasi paling timur bagi nelayan Desa
terlambat dalam mensurvei dan me- Watukarung adalah perairan Desa
nangkap akan tiba di pantai pada Wawaran Kecamatan Kebonagung
kisaran 08.00-10.00 WIB. Nelayan di Kabupaten Pacitan sedangkan titik pe-
lokasi studi mengidentifikasikan da- rairan yang paling barat adalah We-
erah penangkapan ikan di sepanjang diombo Kabupaten Wonosari. Ketika
perairan pesisir Watukarung dengan migrasi ke daerah-daerah tersebut me-
istilah “kidul karang” dan “lor ka- reka membawa perahu masing-ma-
rang”, penentuan batas ini dikare- sing. Keputusan untuk tidak bermi-
nakan terdapat sebuah karang besar di grasi ke daerah yang lebih jauh karena
dasar laut yang membujur dari barat resiko biaya yang akan ditanggung
ke timur, dengan menggunakan istilah juga akan semakin besar.
tersebut, nelayan lebih mudah mene- Kegiatan perikanan sangat pa-
mukan daerah obyek penangkapan. dat modal seperti yang diungkapkan
Waktu melaut tidak sepanjang De Jonge dalam Kusnadi (2000), mo-
tahun hanya seputar masa musim ikan. dal yang besar itu diutamakan untuk
Sepanjang musim ikan yang biasanya membeli sarana produksi seperti pe-
bertepatan dengan musim kemarau, rahu, jaring, dan mesin. Sumber-sum-
nelayan hanya bisa melaut dalam 18 ber permodalan bagi nelayan adalah
hari dalam satu bulannya di luar saat tabungan dan harta benda milik pri-
bulan purnama. Menurut nelayan, pan- badi, pinjaman dari kerabat/tetangga,
tulan sinar bulan purnama menyilau- dan tengkulak. Masalah penyediaan
kan pandangan di laut sehingga sulit fasilitas modal sering menjadi kendala
membedakan antara pantulan sekum- bagi nelayan untuk menjaga konsis-
pulan ikan dengan ombak. Disamping tensi atau kelangsungan usaha peker-

51
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

jaan yang dilakukannya. Kesulitan bungan yang berlandaskan kekeluar-


memenuhi kebutuhan modal lebih gaan antara nelayan juragan dengan
sering dirasakan oleh nelayan-nelayan nelayan buruh, bukan hanya ber-
kecil yang-karena berbagai keterbata- dasarkan keuntungan semata. Terdapat
sannya- tidak memiliki akses kepada hubungan yang saling membutuhkan
sumber-sumber modal yang tersedia. antara satu dengan yang lainnya. Ke-
Tabungan biasanya digunakan adaan seperti ini menguntungkan ke-
oleh nelayan untuk menutupi keku- dua belah pihak yang berinteraksi, ti-
rangan kebutuhan di saat musim pa- dak ada pihak yang merasa ditindas a-
ceklik tiba. Nelayan Desa Watukarung taupun dirugikan.
pada umumnya telah memiliki ke- Interaksi masyarakat nelayan
sadaran yang tinggi untuk menyi- di Desa Watukarung mengenal sistem
sihkan sebagian pendapatannya untuk bagi hasil. Sistem bagi hasil ini adalah
ditabung, yang akan digunakan di saat sistem pembagian yang mengatur pe-
musim paceklik tiba. Di samping un- mbagian hasil tangkapan antara ne-
tuk membeli sarana produksi dan layan juragan dan nelayan buruh ber-
biaya peralatan habis pakai, per- dasarkan norma yang berlaku. Sistem
sediaan modal juga diperlukan untuk bagi hasil yang berlaku berlaku secara
membiayai kebutuhan operasi perahu umum dan serupa antara satu kapal
setiap melaut. Termasuk kebutuhan dengan kapal yang lain. Pada umum-
harian antara lain membeli Bahan nya sistem bagi hasil nelayan Desa
Bakar Minyak baik untuk mesin pe- Watukarung adalah sistem “bagi dua”
rahu maupun sebagai sumber pene- dengan perincian satu bagian untuk
rangan di saat melaut. Biaya opera- nelayan jurgan/pemilik kapal dan satu
sional sekali melaut berkisar Rp. bagian lainnya untuk nelayan yang
100.000,-. beroperasi. Pemeliharaan dan kerusa-
Prinsip profit oriented tidak kan perahu, jaring, mesin, kebutuhan
dominan dalam interaksi hubungan bahan bakar, dan bekal ketika melaut
kerja antara nelayan juragan dan bu- sepenuhnya menjadi tanggungan nela-
ruh. Orientasi kekeluargaan lebih diu- yan juragan. Nelayan buruh tidak di-
tamakan daripada prinsip optimalisasi bebani tanggung jawab apapun kecuali
keuntungan. Perasaan senasib seper- mengoperasikan perahu. Menurut ne-
tinya membuat para nelayan juragan layan, apabila hasil tangkapan banyak,
tidak begitu memikirkan keuntungan sistem bagi hasil sangat menguntung-
pribadi. Meskipun tidak memperoleh kan nelayan juragan. Sebaliknya, jika
keuntungan, beberapa nelayan juragan hasil tangkapan sedikit maka nelayan
akan memutuskan untuk tetap melaut juragan akan menanggung kerugian
untuk mempertahankan nelayan buruh yang cukup besar.
yang kebanyakan adalah tetangga se- Hasil tangkapan nelayan ditun-
kitar agar tetap bersedia bekerja pada jang oleh pasar untuk mendukung ke-
nelayan juragan. Nelayan buruh se- giatan perdagangan ikan, pasar yang
benarnya memiliki daya tawar yang berada di Kecamatan Pringkuku antara
tinggi, di samping memang ada per- lain Pasar Desa Dersono, Pasar di
saingan antar juragan untuk mem- Desa Candi, dan Pasar Ngadirejan.
pertahankan masing-masing buruhnya Ketiga pasar tersebut merupakan tem-
agar tidak pindah ke kapal yang lain, pat pemasaran hasil-hasil ikan di Tem-
alasan jumlah nelayan buruh yang pat Pelelangan Ikan (TPI) terutama ya-
relatif sedikit cukup kuat menjadikan ng dilakukan oleh bakul-bakul kecil.
alasan perilaku nelayan juragan. Se- Desa Watukarung menjadi tempat
hingga di lokasi studi terjadi hu- pendistribusian produksi ikan ke ber-

52
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

bagai tempat, baik untuk kebutuhan hasil tangkapan; hasil


konsumsi masyarakat lokal maupun imbalan bisa dikonsumsi
pribadi atau dijual
konsumsi masyarakat di luar lokasi
3. Transaksi di TPI
studi. Apabila dibandingkan dengan  Lokasi di dalam TPI
Di dalam TPI
pasar di daerah Kecamatan Pringkuku,  Pihak: Nelayan dan Bakul
Pasar Baleharjo di Kecamatan Pacitan  Jumlah Tangkapan:
adalah tempat yang potensial untk me- Banyak
masarkan ikan. Dalam hal ini bakul-  Proses: Lelang
bakul kecil masih memegang peranan  Waktu: Setelah Kapal
Berlabuh
yang penting sebagai ‘ujung tombak’
Di Luar TPI Lokasi di luar TPI
pemasaran ikan untuk konsumsi lokal.  Pihak: Nelayan dan
Sebagian besar dari mereka berasal Wisatawan
dari desa-desa sekitar Desa Watu-  Jumlah Tangkapan:
karung, baik Desa Dersono maupun Sedikit
Desa Pringkuk. Berbeda dengan pe-  Proses: Jual Beli
rilaku para bakul kecil, bakul besar  Waktu: Setiap Waktu
4. Indikator Keberhasilan TPI
bisa menjual ikannya sampai ke luar Pembentukan Harga ditentukan oleh
daerah, misalnya ke daerah Malang Harga perolehan hasil tangkapan
dan Surabaya, yang mana untuk ko- Persaingan antar bakul
moditas tertentu seperti lobster dija- Permasalahan overfishing
dikan komoditas ekspor. Jumlah dan Musim ikan semakin
Operasional Tempat Pelelangan Mutu Hasil panjang, jummlah
Tangkapan tangkapan meningkat
Ikan (TPI)
 Mutu lobster diakui,
Intisari pembahasan Tempat ekspor tinggi
Pelelangan Ikan (TPI) dapat dilihat da- Pengembangan Nelayan lebih
ri tabel berikut ini: Nelayan mengutamakan harga yang
terbentuk dibandingkan
No. Komponen Hasil Analisa dengan pelayanan
1. Fungsi TPI Sebagai perangkat terhadap konsumen
pemasaran hasil perikanan Bakul ingin aturan yang
di daerah pesisir, tidak memihak dalam TPI,
pelelangan ikan artinya semua berhak
diharapkan dapat mengikuti proses lelang
membentuk harga ikan Pengembangan Belum ada kerjasama
secara transparan Kerjasama terkait upaya peningkatan
2. Pihak-Pihak yang Berperan di TPI Antar pelayanan
Pemda Menentukan aturan main Lembaga
pelelangan di TPI Sumber: Data lapang diolah, 2008
Nelayan Menjual hasil tangkapan
di TPI, serta Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
mengharapkan harga merupakan salah satu ‘ujung tombak’
tertinggi
pemasaran hasil tangkapan di daerah
Bakul Besar Membeli hasil tangkapan
di TPI untuk dijual pesisir yang berfungsi sebagai inst-
kembali; membeli hasil itusi/ lembaga pembentuk harga, yang
tangkapan untuk diekspor diharapkan dapat memuaskan pelaku
Bakul Kecil Membeli hasil tangkapan utama pelelangan yaitu pembeli (ba-
di TPI dalam kapasitas kul) dan penjual (nelayan). Untuk itu
kecil; membeli hasil
tangkapan untuk dijual di peningkatan kualitas proses dan im-
pasar-pasar sekitar plementasi pelelangan ikan perlu di-
Kuli Angkut Membantu nelayan lakukan secara berkelanjutan. Sebagai
Kapal mengangkat kapal yang perangkat pemasaran hasil tangkapan
berlabuh dengan imbalan di daerah pesisir, pelelangan dapat

53
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

membentuk harga secara transparan dapatan yang diterima nelayan ju-


sesuai dengan permintaan dan pena- ragan maupun nelayan buruh.
waran sehingga mampu menjamin pe- 3) Bakul Besar
ningkatan pendapatan baik dari sisi Bakul besar adalah bakul yang
penyedia ikan maupun di sisi pembeli. membeli ikan hasil tangkapan ne-
Nelayan yang berasal dari desa layan dalam jumlah yang relatif
tetangga seperti Desa Dersono, Jlu- banyak. Bakul besar berasal dari
bang, Candi, pada umumnya menjual luar lokasi studi, tetapi rata-rata
hasil tangkapan mereka di TPI Desa berasal dari Kecamatan Pacitan.
Watukarung. Karena selain lebih de- Mereka memasarkan hasil tangka-
kat, juga kebanyakan kapal mereka pan selain di Pacitan juga ke da-
juga disandarkan di pantai Watu- erah lainnya seperti Surabaya dan
karung. Komoditas yang dominan di juga sebagai pelaku ekspor. De-
TPI Watukarung yang diperdagangkan ngan danya TPI, bakul besar akan
adalah lobster, bawal, tengiri,kakap, mendapatkan harga yang efisien
tongkol, dan layur. Operasi TPI ber- dengan sistem lelang yang tidak
langsung sekitar empat jam sejak pe- berpihak.
rahu yang pertama mendarat. 4) Bakul Kecil
Interaksi yang terjadi di TPI Merupakan pedagang yang hanya
menunjukkan saling ketergantungan mampu membeli ikan kurang le-
yang cukup tinggi di antara pihak-pi- bih tiga hingga empat keranjang,
hak yang berkepentingan. Untuk lebih sekitar 20-30 kilogram. Bakul ke-
memahami pelelangan ikan khususnya cil akan menjual ikan di pasar-
di TPI Desa Watukarung, perlu di- pasar di Kecamatan Pringkuku,
ketahui terlebih dahulu pelaku yang Pasar Ngadirejan, Pasar Candi,
berkepentingan di dalamnya yang a- atau pasar di Kecamatan Pacitan.
kan dijelaskan sebagai berikut: Jumlah bakul kecil lebih banyak
1) Pemerintah Daerah (Pemda) dari bakul besar. Bakul kecil pada
Pemerintah Daerah Kabupaten umumnya merupakan penduduk
Pacitan melalui Dinas Perikanan sekitar Desa Watukarung atau ada
dan Kelautan adalah pengelola beberapa bakul kecil yang berasal
TPI Watukarung. Dinas Perikanan dari desa sekitar Desa Watuka-
dan Kelautan menentukan aturan rung
main pelelangan di TPI dengan 5) Kuli Angkut kapal
sistem sebagai berikut: (1) standar Kuli angkut kapal akan muncul
harga ikan sesuai jenis dan mu- hanya di musim ikan tiba. Mereka
tunya, (2) sistem pelelangan ikan, akan menunggu kapal yang men-
(3) pihak-pihak yang berhubu- darat di tepi pantai sehabis me-
ngan/membeli ikan ke nelayan, laut, kemudian menawarkan jasa
juragan, dan pengurus TPI. mengangkat kapal menuju tepian.
2) Nelayan Kuli angkut biasanya mendapat-
Nelayan menangkap ikan di laut kan satu hingga dua ekor ikan
kemudian menjual hasil tangka- untuk setiap kapal yang mereka
pannya di TPI. Ramai tidaknya angkat. Di saat musim ikan jum-
TPI sangat bergantung pada hasil lahnya bisa mencapai ratusan,
tangkapan nelayan, semakin ra- kebanyakan kuli angkut kapal be-
mai TPI semakin besar pula tran- rasal dari luar Desa Watukarung,
saksi yang terjadi di TPI. Be- bahkan ada yang berasal dari luar
sarnya transaksi menentukan pen- kecamatan. Ikan yang diperoleh
bisa dikonsumsi pribadi, tetapi ke-

54
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

banyakan dijual kembali di TPI, kecil. Nelayan dan bakul-bakul kecil


dijual kepada bakul-bakul kecil, bertindak sebagai penjual dan wisa-
atau dijual di pasar-pasar tradisi- tawan sebagai pembeli. Dalam tran-
onal saksi perdagangan ini posisi tawar ne-
Pasang surut kegiatan transaksi layan dan wisatawan relatif sama, wi-
TPI sangat bergantung pada pasang satawan tidak lebih dominan atas ne-
surut harga dan jumlah hasil tangka- layan, vice versa. Waktu transaksi ti-
pan yang diperoleh nelayan pasca me- dak terbatas, bisa sore hari setelah ne-
laut. TPI akan tampak ramai dengan layan memancing atau di saat para ne-
interaksi ekonomi di saat musim ikan, layan pulang melaut di pagi hari.
dan tampak sepi dari berbagai macam Harga di TPI juga ditentukan
kegiatan di saat paceklik. Transaksi oleh persaingan antar bakul. Misalnya
penjualan hasil tangkapan dapat dila- untuk komoditas lobster, harga dida-
kukan oleh beberapa puihak, baik sarkan atas ukuran lobster. Bakul yang
bakul besar, bakul kecil, maupun wi- ingin membeli biasanya menulis di pa-
satawan yang berkunjung ke Pantai pan yang telah disediakan di TPI.
Watukarung. Lobster dengan berat di bawah 100
Terdapat dua transaksi yang gram harganya sangat rendah berkisar
terjadi di TPI, transaksi di dalam dan Rp. 45.000,-, sedangkan untuk menca-
transaksi di luar TPI. Tipe pertama pai harga maksimal di harga Rp.
yaitu transaksi di dalamTPI, yang ma- 100.000,- - Rp. 130.000,- berat yang
na penjualan yang terjadi akan didata dibutuhkan minimal 200 gram/ekor.
oleh TPI. Pihak-pihak yang terlibat Bakul yang memiliki informasi harga
transaksi adalah nelayan, baik juragan yang menguntungkan akan menulis di
maupun buruh dengan bakul besar ma- dinding harga yang mereka tawarkan,
upun bakul kecil. Ada juga kuli ang- apabila terdapat bakul yang menawar
kut kapal yang menjual ikan hasil lebih tinggi maka bakul pertama akan
imbalan walau jumlahnya tidak ba- menghapus penawaran yang telah ada
nyak. Waktu terjadinya transaksi u- dan menggantinya dengan penawaran
mumnya adalah setelah kapal berlabuh yang baru. Persaingan seperti ini me-
yaitu setelah hasil tangkapan dibawa nguntungkan nelayan, yang akan men-
turun dari kapal menuju TPI dan di- dapatkan harga yang maksimal seiring
timbang. Sebelum ditimbang, hasil ta- dengan persaingan di saat penawaran
ngkapan akan dipilih (disortir) ber- harga hasil tangkapan.
dasarkan ukuran ikan. Tidak ada uku- Musim ikan juga membawa
ran yang pasti dalam menentukan uku- dampak ikutan. Tangkapan yang me-
ran ikan, hanya berdasarkan pengama- limpah dimanfaatkan oleh bakul untuk
tan panca indra nelayan saja. Bakul menentukan harga ikan. Dengan ala-
lebih dominan dalam transaksi di da- san karena kekurangan es (untuk men-
lam TPI, tetapi bakul tidak bisa ber- dinginkan ikan agar awet) maka bakul
tindak sewenang-wenang dalam me- akan membeli ikan dalam jumlah se-
mutuskan harga, karena terdapat per- dikit, yang mana bakul berharap ne-
saingan antar bakul. Terutama untuk layan menjual hasil tangkapannya ya-
jenis ikan tertentu tidak semua bakul ng melimpah dan tidak terserap pasar
dapat mengikuti lelang karena tujuan dengan harga yang rendah. Hegemoni
pemasaran yang berbeda. bakul di saat musim ikan sangat te-
Tipe kedua adalah transaksi di rasa, karena nelayan rata-rata tidak
luar TPI. Ciri yang utama adalah pen- memiliki tempat penyimanan ikan un-
jualan tidak didata oleh TPI dan jum- tuk memperpanjang masa kedaluarsa
lah yang diperdagangkan kapasitasnya ikan, di samping itu nelayan dituntut

55
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

untuk mendapatkan pendapatan seti- nal nelayan tergantung pada interaksi


daknya untuk menutupi biaya opera- nelayan juragan dan nelayan buruh ya-
sional dalam melaut. ng diikat dengan sistem bagi hasil ya-
Keterbatasan kemampuan nela- ng khas dan dipahami serta ditaati
yan tradisional Desa Watukarung dari oleh semua pihak yang terlibat dalam
berbagai aspek merupakan hambatan interaksinya. Simpulan kedua, Tempat
potensial untuk meningkatkan kese- Pelelangan Ikan (TPI) sudah berjalan
jahteraan dan mengatasi kemiskinan. sesuai dengan fungsinya yang menja-
Jumlah nelayan tradisional yang besar dikan semua stakeholder dalam TPI
merupakan kelompok sasaran program turut mempengaruhi pembentukan ha-
pemberdayaan demi meningkatkan ke- rga hasil tangkapan dengan sistem le-
sejahteraan. Dalam melaksanakan pro- lang yang efisien dan terbuka serta ti-
gram pemberdayaan, menempatkan dak memihak.
TPI dan rumah tangga nelayan sebagai Saran dalam kajian ini adalah
basis pemberdayaan merupakan pili- perlu adanya proses monitoring dan e-
han yang tepat karena relevan dengan valuasi terhadap sistem lelang di TPA,
karakteristik usaha perikanan tradisi- sehingga tidak ada moral hazard dan
onal. Dengan aturan main yang jelas, asymetric information pada semua sta-
di tengah dominasi baku, TPI diha- keholder yang terlibat. Saran berikut-
rapkan mampu memberikan ‘jalan te- nya adalah perlu pemberdayaan ma-
ngah’ bagi siapapun yang memiliki syarakat nelayan yang bersifat holistik
kepentingan di TPI. terutama untuk menghadapi musim
Penetapan sistem lelang yang paceklik dan isu overfishing agar tetap
adil tanpa intervensi pihak manapun selaras dengan ekosistem pesisir dan
akan menciptakan harga yang me- kesejahteraan masyarakat nelayan se-
nguntungkan kedua belah pihak. Ne- cara luas.
layan sangat berharap hasil tangkapan- Kajian ini juga mengungkap-
nya akan dihargai dengan harga yang kan implikasi terungkapnya gugus pe-
sesuai, pendapatan yang diperoleh di- ran stakeholder baik di dalam maupun
pergunakan untuk memenuhi kebu- di luar TPI, sehingga dapat diketahui
tuhan sehari-hari, sebagian ditabung, bagaimana skema yang saling mem-
dan dipergunakan melunasi hutang un- pengaruhi antar agen juga antar agen
tuk bekal melaut. Dengan sistem bagi dengan pasar. Implikasi berikutnya a-
hasil “bagi dua” baik nelayan juragan dalah, baik musim ikan dan musim
dan buruh mendapat keuntungan yang paceklik diketahui memberikan dam-
menurut mereka sudah cukup untuk pak bagi kesejahteraan masyarakat ne-
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan layan dan struktur kelembagaan antar
untuk keperluan di masa yang akan agen di pasar juga bergeser.
datang. Batasan kajian ini adalah hasil
Keberhasilan institusi TPI da- kajian ini tidak dapat digeneralisir,
lam menjalankan tugas dan fungsinya bersifat unik, dan daerah yang berbeda
tentu akan berdampak secara langsung juga akan menciptakan temuan yang
terhadap pengurangan kemiskinan dan berbeda dari kajian ini. Kajian ini juga
peningkatan kesejahteraan masyarakat memiliki sifat sempit tapi mendalam,
nelayan. sehingga kajian yang sama dan di
lokasi yang sama tetapi dengan waktu
5. KESIMPULAN, IMPLIKASI, yang berbeda juga akan ditemukan da-
SARAN, DAN BATASAN ta yang berbeda, karena pola temuan
Kesimpulan kajian ini terdiri pada kajian ini mendasarkan pada data
dari dua. Simpulan pertama, operasio- dan penuturan informan pada saat

56
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

penelitian berlangsung, dan jawaban Martadiningrat, Yussuf Solichien.


informan di masa yang akan datang (2008). Pola Pikir Tidak Berubah, 90
dimungkinkan berubah seiring dengan Persen Nelayan di Bawah Garis
perubahan sosial dan ekonomi yang Kemiskinan. IndonesiaOntime.com,
sifatnya dinamis. diakses pada tanggal 4 April 2009.
Mubyarto, dkk. (1984). Nelayan dan
DAFTAR PUSTAKA Kemiskinan, Studi Ekonomi
BPS. (2008). Data Biro Pusat Statistik Antropologi di Dua Desa Pantai.
per Maret 2008. Jakarta: CV Rajawali.

Departemen Kelautan dan Perikanan. Nikijuluw, Victor P.H. (2001).


(2007). Pedoman Kelembagaan Populsi dan Sosial Ekonomi
Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan. Masyarakat Pesisir serta Strategi
Jakarta. Pemberdayaan Mereka dalam Konteks
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Dinas Kelautan dan Perikanan Secara Terpadu. Makalah pada
Provinsi Jawa Timur. (2007). pelatihan Pengelolaan Pesisir Terpadu.
Operasional Pelelangan Ikan. Jawa Proyek pesisir, Pusat Kajian
Timur. Sumberdaya Pesisir dan Lautan,
Institut Pertanian Bogor (IPB), Hotel
Dinas Kelautan dan Perikanan Permata, Bogor, 29 Oktober 2001.
Kabupaten Pacitan. (2008). Profil
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumardi, Mulyanto dan Hans-Dieter
Pacitan. Pacitan. Ever. (1982). Sumber Pendapatan
Kebutuhan Pokok dan Perilaku
____. (2008). Profil Kemiskinan Menyimpang. Jakarta: CV. Rajawali.
Nelayan di Kabupaten Pacitan.
Pacitan. Siswanto, Budi. (2008). Nelayan dan
Politik Peirkanan. Surabaya: Papyrus.
Diannugraha. (2008). Pemberdayaan
Nelayan dalam Upaya Mengurangi _____. (2008). Kemiskinan dan
Kemiskinan di Kalangan Nelayan Perlawanan Kaum Nelayan.
Indonesia. Diakses pada tanggal 5 Surabaya: Laksbang Mediatama.
Juni 2009.
UNDP. (2010). Overcoming Human
Karsidi, Ravik. (2002). Pemberdayaan Proverty. United Nations
Masyarakat Petani dan Nelayan Development Programme, Poverty
Kecil. Makalah pada Semiloka Report .
Pemberdayaan Masyarakat di Jawa
Tengah dalam rangka Pelaksanaan Winardi. (1989). Pengantar Ekonomi
Otoda, Badan Pemberdayaan Mikro, Teori Harga. Bandung:
Masyarakat Jateng, Semarang 4-6 Mandar Maju.
Juni. Yustika, Ahmad Erani. (2008).
Kusnadi. (2002). Konflik Sosial Ekonomi Kelembagaan Definisi,
Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Teori, dan Strategi. Malang:
Sumber Daya Perikanan. Yogyakarta: Bayumedia Publishing.
LKIS.
____. (2003). Akar Kemiskinan
Nelayan. Yogyakarta: LKIS.

57

You might also like