You are on page 1of 6

4.

Metode Kontemplatif

Metode ini memandang bahwa metode empiris dan rasional memiliki keterbatasan, sehingga
pengetahuan yang dihasilkan pun berbeda dan masing-masing bersifat temporal, maka untuk
menajamkan hasil dari kedua metode tersebut dibutuhkan penajaman kemampuan akal yang
disebut intuisi, pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi dapat diperoleh secara kontemplatif.

Metode kontemplatif dalam memperoleh pengetahuan bersifat sangat indivdualistik sebab


pengetahuan yang dihasilkannya tersebut adalah pengetahuan yang tercerahkan dari percikan
sinar pengetahuan Tuhan (al-h}ikmah al-Ila>hiyyah). Hariri Shrazi menerangkan bahwa intusi
(fitrah) bukan semata-mata kolam atau waduk yang menerima penegtahuan, akan tetapi
pengetahuan ini murni muncul dari dalam diri manusia itu sendiri dan bukan dari luar, maka
mata fitrahlah yang melihat pengetahuan itu dan kemudian lidahnya mengucapkan atau
menjelaskan pengetahuan tersebut.

Metode ini tidak hanya dipahami bahwa ilmu pengetahuan yang dihasilkannya bersifat mitologi-
spekulatif , tetapi dalam arti yang lebih luas dimana metode kontemplatif menuju kebenaran
pengetahuan secara epistemic dapat melalui beberapa tahapan yang didalmnya menjadikan
kesadaran empiric-rality dan cognitive-reasion sebagai tahapan awal dengan cara kerjanya yang
khas yaitu;

(a) empiris inderawi adalah sebagai jalan masuknya sensation dengan merasakan setiap bentuk
realitas yang dirasakan dan diamatinya, selanjutnya

(b) sensation yang masuk melalui pengamatan dan pengalaman tersebut dikumpulkan,
digabungkan, dipilah, dinalar dengan menggunakan kemampuan rasio melalui proses penilaian
terhadap obyek fisis yng diketahui melalui penginderaan dan atau pengalaman, tahapan ini
selanjutnya disebut dengan tahapan cognition, selanjutnya

(c) tahapan yang diberlakukan atas realitas yang telah dikognisikan dalam rasio tersebut
kemudian dikontemplasikan dengan eternal truth pada tahapan ini kemudian apa yang dilihat,
dirasa dan dipikirkan menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang disebut dengan intellection. Pada
tahapan yang terakhir ini the truth information (al-Khabar al-S}a>diq) dan otoritative
information (informasi otoritas) memiliki peranan penting untuk kemudian dilakukan dialektika
baik itu persifat tekstual, intertekstual, kontektual maupun interkontekstual yang dapat membatu
menghasilkan kesimpulan pada ranah truth knowledge.

5) Metode Ilmiah

Metode ini mengikuti prosedur-prosedur tertentu yang sudah pasti yang sudah digunakan dalam
usaha memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapi oleh seorang ilmuan. Unsur
pertama dalam metode ini, sejumlah pengamatan yang dipakai dasar untuk merumuskan
masalah. Bila ada suatu masalah dan sudah diajukan satu penyelesaian yang dimungkinkan,
maka penyelesaian yang diusulkan itu dinamakan “hipotesa”. Hipotesa adalah usulan
penyelesaian yang berupa saran daan sebagai konsekwensinya harrus dipandang bersifat
sementara dan difrivikasi. Didalam proses menemukan hipotesa dikatakan bahwa akal keluar
dari pengalaman, mencari satu bentuk, di dalamnya disusun fakta-fakta yang sudah diketahui
dalam suatu kerangka tertentu dengan harapan fakta-fakta tersebut cocok dengan hipotesa yang
disarankan tersebut. Maka metode penalaran yang bergerak dari suatu perangkat pengamatan
yang khusus kearah suatu pernyataan mengenai semua pengamatan yang sama jenisnya dikenal
dengan induksi. Jika hipotesa telah diusulkan, maka perlu diferivikasi atau perlu bahan-bahan
bukti. Sedangkan bahan bukti yang dapat memperkuat hipotesa berasal dari dua jurusan:

a. Bahan-bahan keterangan harus diketahui harus cocok dengan hipotesa tersebut.

b. Hipotesa itu harus meramalkan bahan-bahan keterangan yang dapat diamati, yang memang
demikian keadaannya. Proses yang terjadi yang menunjukkan bahwa bahan-bahan keterangan
yang diketahui itu cocok dengan hipotesa dapat dinamakan kalkulasi. Louis O. 14

Jadi, kajian terhadapa hipotesa dimulai dengan pengamatan yang dilakukan secara hati-hati,
sistematis, dan secara sengaja terhadap ramalan-ramalan yang disimpulkan dari hipotesa tertentu.
Jika mungkin seorang ilmuwan harus mempersiapkan segala hal bagi pengamatanpengamatan
yang dilakukannya . ia membuat alat-alat untuk mencoba menahan apa yang akan terjadia dan
tatkala terjadinya, dan memakai pesawat-pesawat pengukur untuk mencatat apa yang terjadi.
Dan ini dinamakan eksperimentasi. Ibid, 144-145

You might also like