You are on page 1of 10

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN


PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG

Laporan Kasus : Tuberkulosis Okular sebagai Penyebab Uveitis


Intermediet: Serial Kasus
Penyaji : Sarah Riskita
Pembimbing : Elfa Ali Idrus, dr., Sp.M

Telah ditinjau dan disetujui oleh


Pembimbing

Elfa Ali Idrus, dr., Sp.M


Ocular Tuberculosis as a cause of Intermediate Uveitis: A Case Series
Sarah Riskita1, Elfa Ali Idrus1,2
1
Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine, Padjadjaran University Bandung, Indonesia
2
Indonesia National Eye Centre, Cicendo Eye Hospital, Bandung, Indonesia

Abstract: Mycobacterium tuberculosis, an acid-fast, obligate aerobic bacteria, is the


source of the infectious illness tuberculosis. Although extrapulmonary organs like the
eyes can become infected, lungs are the primary target of tuberculosis. Ocular
tuberculosis is the infection of Mycobacterium Tuberculosis in the eye. Ocular
Tuberculosis diagnosis and treatment is still highly difficult and varied.
Purpose: To report two cases with ocular tuberculosis as a cause of intermediate uveitis.
Case Series: Case I. A 45-years-old woman came with a chief complaint of floaters since
one year ago on both eyes. Examination of both eyes revealed positive snowball,
snowbank, and vitreous cell with positive IGRA test. The patient was diagnosed with
Uveitis Intermediate ec Tuberculosis ocular ODS + Secondary Glaucoma ODS. She was
given pharmacological therapy. Case II. A 53-years-old woman came with a chief
complaint blurred vision on right eye since one month ago. Examination on right eye
revealed vitreous cell with positive IGRA test. The patient was diagnosed with Uveitis
Intermediate ec Tuberculosis ocular ODS. She was given pharmacological therapy.
Discussion: In Indonesia, infectious uveitis is the most frequent kind of uveitis, with
tuberculosis being one of the most common etiologies. The diagnosis of ocular
tuberculosis is varied and challenging to confirm.
Conclusion: The main goals of uveitis treatment are to reduce inflammation, fix
structural damage, and avoid complications. Treatment plan can be determined with the
use of an accurate diagnostic to ascertain the underlying etiology of infection and
inflammation.
Keywords: tuberculosis ocular, intermediate uveitis, uveitis

Pendahuluan penglihatan dan kualitas hidup


1-3
seseorang.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit Tidak ada data pasti mengenai TB
menular yang disebabkan oleh okular dan penyebab uveitis di
Mycobacterium tuberculosis, yaitu Indonesia. Indonesia merupakan negara
bakteri aerob obligat tahan asam. Secara dengan tingkat prevalensi TB yang
primer penyakit tuberkulosis menyerang tinggi. Menurut World Health
organ paru-paru, tetapi dapat Organization (WHO) sepertiga
menginfeksi organ extrapulmonal seperti penduduk dunia, yaitu lebih dari dua
mata. Infeksi M. Tuberculosis pada mata miliar orang diperkirakan terinfeksi
disebut tuberkulosis okular dapat bakteri M. Tuberculosis. Prevalensi TB
melibatkan bagian mata superfisial, okular di India mencapai 0.4-9.8%, di
intraokular, maupun struktur di sekitar Thailand 2.2%, sementara di Filipina
mata, dengan atau tanpa keterlibatan mencapai angka 6,8% dari total seluruh
sistemik. Tuberkulosis okular dapat populasi.1-3
menyebabkan penurunan fungsi

1
2

Di Indonesia, uveitis infeksius tidak ada. Riwayat keluarga dengan


merupakan tipe uveitis yang sering tanda dan gejala yang sama juga
ditemukan dan etiologi terbanyak disangkal. Riwayat pengobatan yang
disebabkan oleh toksoplasmosis dan TB. digunakan dari rumah sakit sebelumnya
Penegakan diagnosis TB okular masih adalah Prednisolon asetat 1xODS,
sangat beragam dan menjadi Timolol 2xODS, Atropin sulfat,
problematika. Pengambilan spesimen Metilprednisolon, Asetazolamid,
yang sulit, terbatasnya alat diagnostik di Latanoprost dan Potasium klorida.
beberapa daerah, dan beragamnya Pemeriksaan tanda vital pasien
riwayat, tanda dan gejala yang dialami menunjukan hasil dalam batas normal.
pasien membuat diagnosa TB okular Status generalis pasien dalam batas
tidak dapat terkonfirmasi. Mayoritas normal. Kedudukan bola mata
kasus yang dilaporkan sebagai TB okular orthotropia dengan pergerakan bola mata
merupakan probable/presumed case.2-4 baik ke segala arah. Tajam penglihatan
Tujuan dari laporan kasus ini adalah mata kanan adalah 0,5 pinhole tetap dan
untuk menyajikan serial kasus pada mata kiri 0,8 pinhole tetap. Tekanan
pasien dengan tuberkulosis okular intraokular mata kanan 17 mmHg dan
sebagai penyebab dari uveitis mata kiri 16 mmHg diukur
intermediet. menggunakan tonometri non kontak.
Pemeriksaan slit lamp pada mata kanan
menunjukkan palpebra dan konjungtiva
Laporan Kasus tenang. Pemeriksaan kornea ditemukan
jernih dengan uji fluoresens negatif.
Kasus I Kedalaman bilik mata depan Van Herick
Pasien wanita berusia 45 tahun datang ke grade II dengan flare dan cell negatif.
bagian Infeksi dan Imunologi PMN RS Pupil bulat, tidak ada sinekia pada iris,
Mata Nasional Cicendo dengan keluhan dan lensa jernih. Pada pemeriksaan
utama terdapat bayangan seperti benang funduskopi didapatkan papil bulat, batas
beterbangan yang bertambah banyak tegas, retina flat, snowbank positif.
sejak 1 tahun yang lalu. Pasien Pemeriksaan slit lamp pada mata kiri
sebelumnya dirujuk dari rumah sakit di menunjukkan palpebra dan konjungtiva
Garut dengan diagnosa uveitis tenang. Pemeriksaan kornea ditemukan
intermediet ODS dan glaukoma jernih dengan uji fluoresens negatif.
sekunder ODS. Saat pemeriksaan, pasien Kedalaman bilik mata depan Van Herick
menyampaikan penglihatan buram pada grade II dengan flare dan cell +/-. Pupil
mata dirasakan sejak tahun terakhir dan bulat, tidak ada sinekia pada iris, dan
muncul gejala yang sama pada mata kiri lensa jernih. Pada pemeriksaan
dalam 6 bulan terakhir. Keluhan tidak funduskopi didapatkan papil bulat, batas
disertai dengan mata merah, nyeri pada tegas, retina flat, snowbank positif.
mata, berair, fotofobia, atau sensasi Pasien di diagnosis dengan uveitis
benda asing. intermediet ODS dengan glaukoma
Pasien tidak memiliki riwayat nyeri sekunder ODS. Pasien diberikan terapi
ataupun bengkak pada persendian. air mata buatan dan timolol pada kedua
Riwayat penyakit lain seperti batuk mata. Pemeriksaan tambahan yang
lama, pengobatan tuberkulosis, riwayat disarankan adalah rontgen toraks, tes
darah tinggi dan diabetes melitus juga interferon gamma release assay (IGRA),
3

dan tes profil antibodi anti-nuklir dalam batas normal. Status generalis
(ANA). Pasien kemudian disarankan pasien dalam batas normal. Kedudukan
untuk kontrol 2 minggu kemudian dan bola mata orthotropia dengan pergerakan
membawa hasil. bola mata baik ke segala arah. Tajam
Pada pemeriksaan follow up dua penglihatan mata kanan adalah 0,4 dan
minggu setelah pasien pertama kali mata kiri 0,63. Tekanan intraokular mata
datang dan seluruh pemeriksaan kanan 16 mmHg dan mata kiri 21 mmHg
penunjang selesai dilakukan. Keluhan diukur menggunakan tonometri non
terdapat bayangan seperti benang kontak. Pemeriksaan slit lamp pada mata
beterbangan masih ada. Pemeriksaan kanan menunjukkan palpebra dan
tanda vital pasien menunjukan hasil konjungtiva tenang. Pemeriksaan kornea

Gambar 1. Pemeriksaan anterior saat pemeriksaan pada mata kanan ditemukan vitreous cell
(A) dan dilihat dengan magnifikasi yang lebih besar (B), serta tampak snowball pada pemeriksaan
funduskopi, yaitu akumulasi sel pada vitreous yang berwarna putih kekuningan (C)
4

ditemukan jernih dengan uji fluoresens


negatif. Kedalaman bilik mata depan Pasien wanita berusia 53 tahun datang ke
Van Herick grade II dengan flare dan bagian Infeksi dan Imunologi PMN RS
cell negatif. Pupil bulat dan tidak ada Mata Nasional Cicendo dengan keluhan
sinekia pada iris. Lensa jernih dan utama mata kanan buram seperti ada
ditemukan vitreous cell positif. Pada asap sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
pemeriksaan funduskopi didapatkan tidak disertai dengan mata merah, nyeri
papil bulat, batas tegas, retina flat, pada mata, berair, fotofobia, atau sensasi
snowbank ++, snowball ++. benda asing. Pasien tidak memiliki
Pemeriksaan slit lamp pada mata kiri riwayat nyeri ataupun bengkak pada
menunjukkan palpebra dan konjungtiva persendian. Riwayat penyakit lain
tenang. Pemeriksaan kornea ditemukan seperti batuk lama, pengobatan
jernih dengan uji fluoresens negatif. tuberkulosis, riwayat darah tinggi dan
Kedalaman bilik mata depan Van Herick diabetes melitus tidak ada. Riwayat
grade II dengan flare dan cell negatif. keluarga dengan tanda dan gejala yang
Pupil bulat dan tidak ada sinekia pada sama juga disangkal.
iris. Lensa jernih dan ditemukan vitreous Pasien membawa hasil rontgen toraks
cell positif. Pada pemeriksaan dengan hasil dalam batas normal
funduskopi didapatkan papil bulat, batas sementara hasil TB IGRA memiliki hasil
tegas, retina flat, snowbank ++, snowball positif. Pemeriksaan tanda vital pasien
++. Pemeriksaan tambahan yang menunjukan hasil dalam batas normal.
dilakukan memiliki hasil dalam batas Status generalis pasien dalam batas
normal pada rontgen toraks dan tes normal. Kedudukan bola mata
ANA, sementara tes IGRA memiliki orthotropia dengan pergerakan bola mata
hasil positif. Sehingga pasien di baik ke segala arah. Tajam penglihatan
diagnosa dengan uveitis intermediet dan mata kanan adalah 0,08 dan mata kiri
glaukoma sekunder pada mata kanan dan 0,16. Tekanan intraokular mata kanan 14
kiri dengan suspek tuberkulosis okular. mmHg dan mata kiri 15 mmHg diukur
Pasien dirujuk ke balai paru untuk menggunakan tonometri non kontak.
mendapatkan pengobatan tuberkulosis Pemeriksaan slit lamp pada mata kanan
dan diberikan obat Prednisolon asetat 6x, menunjukkan palpebra dan konjungtiva
Siklopentolat hidroklodida 3x, Timolol tenang. Pemeriksaan kornea ditemukan
2x, dan air mata buatan yang digunakan jernih dengan uji fluoresens negatif.
untuk mata kanan dan kiri. Pasien Kedalaman bilik mata depan Van Herick
dijadwalkan untuk follow up dua minggu grade III dengan flare dan cell +/-. Pupil
kemudian. Prognosis pasien ad vitam bulat dilatasi farmakologis dan tidak ada
dubia ad bonam, ad functionam dubia, sinekia pada iris. Lensa agak keruh dan
dan ad sanationam dubia ditemukan vitreous cell positif. Pada
pemeriksaan funduskopi didapatkan
papil bulat, batas tegas, retina flat.
Kasus II
5

Gambar 2. Pemeriksaan segmen anterior saat pemeriksaan pada mata kanan tampak pupil bulat,
dilatasi farmakologis dan tidak ada sinekia pada iris (A) serta pada pemeriksaan funduskopi
didapatkan papil bulat dengan batas yang tegas (B) vitreous cell didapatkan hasil positif (C)

Pemeriksaan slit lamp pada mata kiri tapering off, Siklopentolat hidroklorida
menunjukkan palpebra dan konjungtiva 3x pada mata kanan. Pasien dikonsulkan
tenang. Pemeriksaan kornea ditemukan ke puskesmas untuk pemberian obat anti
jernih dengan uji fluoresens negatif. tuberkulosis selama 9 bulan. Pasien
Kedalaman bilik mata depan Van Herick kemudian disarankan untuk kontrol dua
grade III dengan flare dan cell negatif. minggu untuk melihat perkembangan
Pupil bulat, tidak ada sinekia pada iris. penyakitnya.
Lensa agak keruh dan tidak ditemukan Pada pemeriksaan follow up dua
vitreous cell. Pada pemeriksaan minggu, keluhan buram pada mata kanan
funduskopi didapatkan papil bulat, batas mulai berkurang. Pemeriksaan tanda
tegas, retina flat. vital pasien menunjukan hasil dalam
Pasien di diagnosis dengan uveitis batas normal. Status generalis pasien
intermediet dan suspek tuberkulosis dalam batas normal. Kedudukan bola
okular mata kanan. Pasien diberikan mata orthotropia dengan pergerakan bola
terapi air mata buatan, Prednisolon asetat mata baik ke segala arah. Tajam
penglihatan mata kanan adalah 0,125 dan
6

Tabel 1. Perbandingan pada kedua pasien


Pasien 1 Pasien 2
Usia, jenis kelamin 45 tahun, perempuan 53 tahun, perempuan
Tajam penglihatan VOD 0,5 dan VOS 0,8 VOD 0,08 dan VOS 0,16
Tanda dan gejala Floaters, snowball, snowbank, Vitreous cell
vitreous cell
Tanda, gejala, dan riwayat Tidak ada tanda, gejala, dan Tidak ada tanda, gejala, dan
kontak TB pulmonal kontak dengan pasien TB + kontak dengan pasien TB +
Rontgen toraks Dalam batas normal Dalam batas normal
IGRA Positif Positif
Pengobatan Tetes mata steroid, sikloplegik, Tetes mata steroid,
timolol, air mata buatan, dan sikloplegik, air mata buatan,
OAT dan OAT
Prognosis Ad vitam dubia ad bonam, ad Ad vitam dubia ad bonam, ad
functionam dubia, dan ad functionam dubia, dan ad
sanationam dubia sanationam dubia

mata kiri 0,63. Tekanan intraokular mata pengobatan tuberkulosis bulan pertama
kanan 16 mmHg dan mata kiri 17 mmHg dan diberikan obat untuk keluhan
diukur menggunakan tonometri non matanya, yaitu Prednisolon asetat
kontak. Pemeriksaan slit lamp pada mata 1x/alternate, Siklopentolat hidroklorida
kanan menunjukkan palpebra dan 3x, dan air mata buatan yang digunakan
konjungtiva tenang. Pemeriksaan kornea untuk mata kanan. Pasien dijadwalkan
ditemukan jernih dengan uji fluoresens untuk follow up dua minggu kemudian.
negatif. Kedalaman bilik mata depan Prognosis pasien ad vitam dubia ad
Van Herick grade III dengan flare dan bonam, ad functionam dubia, dan ad
cell +/-. Pupil bulat, dilatasi sanationam dubia
farmakologis dan tidak ada sinekia pada
iris. Lensa agak keruh dan ditemukan
vitreous cell positif. Pada pemeriksaan Diskusi
funduskopi didapatkan papil bulat, batas
tegas, retina flat. Uveitis adalah kelainan okular yang
Pemeriksaan slit lamp pada mata kiri disebabkan oleh infeksi, inflamasi,
menunjukkan palpebra dan konjungtiva maupun idiopatik. Penyebab kebutaan di
tenang. Pemeriksaan kornea ditemukan dunia tertinggi disebabkan oleh uveitis.
jernih dengan uji fluoresens negatif. Menentukan penyebab pasti dari uveitis
Kedalaman bilik mata depan Van Herick pada setiap pasien sangat esensial untuk
grade III dengan flare dan cell +/-. Pupil menentukan tatalaksana yang tepat.
bulat dan tidak ada sinekia pada iris. Tuberkulosis merupakan salah satu
Lensa agak keruh dan tidak ditemukan penyebab terjadinya uveitis.
vitreous cell. Pada pemeriksaan Tuberkulosis menjadi penyebab 10%
funduskopi didapatkan papil bulat, batas dari seluruh kejadian uveitis.1,5-7
tegas, retina flat. Pada laporan kasus ini kedua pasien
Pasien didiagnosis dengan uveitis wanita berusia sekitar 40-50 tahun tanpa
intermediet dan tuberkulosis okular pada tanda, gejala dan kontak dengan pasien
mata kanan. Pasien sedang dalam tuberkulosis pulmonal. Menurut
7

Akmaljon, riwayat TB paru atau planitis, vitritis, vitreous snowballs, dan


ekstraparu tidak ada pada mayoritas snowbanking. Jika tidak diatasi akan
pasien yang menderita penyakit TB menimbulkan katarak komplikata,
okular. Sekitar 60% pasien dengan tekanan intraokular tinggi, edema
tuberkulosis ekstra paru tidak memiliki makula cystoid, dan neovaskularisasi
tanda-tanda tuberkulosis paru, dan hasil retina perifer. Pada uveitis posterior
rontgen toraks menunjukan dalam batas dapat timbul koroiditis, tuberkel,
normal pada kasus tuberkulosis tuberkuloma atau abses subretina dengan
asimtomatik. Tidak adanya tuberkulosis gambaran khas koroiditis
1,6,8,13
paru yang nyata secara klinis tidak dapat serpiginosa.
menyingkirkan kemungkinan Pemeriksaan penunjang yang
tuberkulosis okular. Pada beberapa studi, dilakukan pada kedua pasien
standar penegakan diagnosis untuk menunjukan hasil rontgen toraks dalam
dugaan uveitis tuberkulosis adalah batas normal dan hasil tes IGRA
relokasi dari daerah endemik menunjukan hasil positif. Pemeriksaan
tuberkulosis atau tempat tinggal, tanda- gold standard pada TB okular yaitu
tanda oftalmologis dan klinis, dan dengan ditemukannya M. tuberculosis
riwayat kontak dengan pasien pada cairan intraokular. Menurut Ratna,
1,2,3
tuberkulosis. di India pasien dengan uveitis dan hasil
Gejala yang dimiliki kedua pasien IGRA positif memiliki hasil PCR positif
berupa penglihatan buram. Floaters tanpa gejala infeksi TB sistemik. Kultur
dirasakan pada pasien II. Keluhan terjadi dan PCR dari cairan intraokular sering
secara bilateral pada pasien I dan menunjukan hasil negatif karena
unilateral pada pasien II. Pada sedikitnya konsentrasi dan volume
pemeriksaan dengan slitlamp pasien I bakteri yang diambil. Diagnosis
didapatkan snowbank, snowball, dan tuberkulosis okular hanya merupakan
vitreous cell. Sementara pasien II dugaan di hampir semua kasus yang
didapatkan vitreous cel positif. dilaporkan.1,2,3
Manifestasi uveitis dapat terjadi pada Tatalaksana yang diberikan pada
bagian anterior, intermediet, posterior, kedua pasien adalah tetes mata steroid,
dan panuveitis. Gambaran uveitis sikloplegik, dan air mata buatan. Obat
anterior pada tuberkulosis bervariasi dari tetes mata timolol diberikan sebagai
granulomatosa hingga non tambahan untuk pasien I. Obat anti
granulomatosa. Uveitis granulomatosa tuberkulosis diberikan kepada kedua
dideskripsikan dengan adanya presipitat pasien karena memiliki hasil IGRA
keratik, nodul di tepi iris (nodul Koeppe) positif, yang sebelumnya sudah
dan di permukaan iris (nodul Busacca), dikonsulkan ke balai paru/puskesmas
serta sinekia posterior.1,7,13 setempat. Tatalaksana tuberkulosis
Tuberkulosis bertanggung jawab pada okular sebaiknya dilakukan secara
hampir setengah dari seluruh kasus multidisiplin, tidak hanya melibatkan
uveitis intermediet pada negara endemis. dokter spesialis mata, tetapi juga dokter
Badan vitreus dapat menjadi lokasi spesialis penyakit dalam atau spesialis
utama terjadinya peradangan. Pada paru.
uveitis intermediet yang disebabkan oleh Menurut Katherine, kortikosteroid
tuberkulosis, tanda dan gejala dapat sistemik diberikan bersama obat anti
berupa peradangan kronis dengan pars tuberkulosis (OAT) sebagai tatalaksana
8

lini pertama untuk mengurangi inflamasi yang tidak terkontrol dan efek
kerusakan jaringan mata akibat samping dari terapi yang diberikan.
inflamasi. Regime yang diberikan adalah Diagnosis yang tepat untuk menentukan
isoniazid, rifampisin, ethambutol, dan etiologi yang mendasari terjadinya
pirazinamid. Pemberian OAT dilakukan infeksi dan inflamasi dapat membantu
selama 6 bulan. Menurut Ilaria, penentuan terapi yang akan diberikan.
walaupun peran OAT dalam Penyakit yang mendasari uveitis harus
penyembuhan TB okular masih diatasi secara komprehensif untuk
kontroversial tetapi pemberian OAT mencegah perburukan dan komplikasi.
dapat mengurangi tingkat rekurensi pada
pasien. Meta analisis dari 28 studi
mengevaluasi efek dari OAT terhadap Referensi
efek okular dari 1,917 pasien dengan
hasil 84% pasien tidak mengalami 1. Rapuano CJ, Stout JT, McCannel CA.
rekurensi saat follow up.7,8,10,12 Uveitis and Ocular Inflammation.
Dalam mengurangi inflamasi Dalam: Basic and clinical science
kortikosteroid topikal merupakan terapi course. San Fransisco: American
pilihan. Injeksi kortikosteroid periokular Academy of Ophthalmology; 2021.
diberikan pada beberapa kasus untuk hlm. 67–239.
menghindari efek samping dari 2. La Distia Nora, R., Sitompul, R.,
penggunaan kortikosteroid jangka Bakker, M., Susiyanti, M., Edwar, L.,
panjang. Obat anti inflamasi non steroid Sjamsoe, S., Singh, G., van Hagen,
(NSAID) digunakan untuk mengurangi M. P., & Rothova, A. (2017,
inflamasi dan nyeri. Sikloplegik dapat November 3). Tuberculosis and other
diberikan untuk mencegah terjadinya causes of uveitis in
sinekia posterior.1,6-8 Indonesia. Eye, 32(3), 546–554.
Prognosis pada kedua pasien adalah https://doi.org/10.1038/eye.2017.231
quo ad vitam dubia ad bonam karena 3. Abdisamadov, A., & Tursunov, O.
tidak mengancam jiwa. Quo ad (2020, September). Ocular
functionam dubia karena walaupun tuberculosis epidemiology, clinic
pasien sudah dalam pengobatan, fungsi features and diagnosis: A brief
dari tajam penglihatan belum normal review. Tuberculosis, 124, 101963.
kembali. Quo ad sanationam dubia https://doi.org/10.1016/j.tube.2020.1
karena penyakit TB okular dapat 01963
sewaktu-waktu kambuh kembali dan 4. Singh, R. K., Bewtra, C., & Kher, P.
pasien tetap disarankan untuk kontrol (2021, December 22). A review on
rutin untuk melihat perkembangan dari Ocular Tuberculosis: Epidemiology,
penyakitnya. Clinical Features and
Treatment. Journal of
Pharmaceutical Research
Simpulan International, 471–477.
https://doi.org/10.9734/jpri/2021/v33
Prinsip penatalaksanaan uveitis adalah i60b34642
untuk menekan reaksi inflamasi, 5. Jabs D. Classification Criteria for
memperbaiki kerusakan struktur, dan Tubercular Uveitis. (2021b,
mencegah komplikasi dari reaksi August). American Journal of
9

Ophthalmology, 228, 142–151. 10. Gupta, V., Testi, I., Agrawal, R.,
https://doi.org/10.1016/j.ajo.2021.03. Mehta, S., Basu, S., Nguyen, Q., &
040 Pavesio, C. (2020). Ocular
6. Whitcup S, Sen H. Whitcup and tuberculosis: Where are we
Nussenblatt's Uveitis, E-Book. today? Indian Journal of
Philadelphia: Elsevier; 2021. hlm 29- Ophthalmology, 68(9), 1808.
121. https://doi.org/10.4103/ijo.ijo_1451_
7. Papaliodis G. Uveitis: A Practical 20
Guide to the Diagnosis and Treatment 11. Betzler, B. K., Gupta, V., & Agrawal,
of Intraocular Inflammation. Cham: R. (2021, January 11). Clinics of
Springer; 2017. hlm 107-15. ocular tuberculosis: A
8. Kon, O. M., Beare, N., Connell, D., review. Clinical &Amp;
Damato, E., Gorsuch, T., Hagan, G., Experimental Ophthalmology, 49(2),
Perrin, F., Petrushkin, H., Potter, J., 146–160.
Sethi, C., & Stanford, M. (2022, https://doi.org/10.1111/ceo.13847
March). BTS clinical statement for 12. Shirley, K., Dowlut, S., Silvestri, J.,
the diagnosis and management of Pavesio, C., & Foot, B. (2020,
ocular tuberculosis. BMJ Open January 2). Presumed ocular
Respiratory Research, 9(1), e001225. tuberculosis in the United Kingdom: a
https://doi.org/10.1136/bmjresp- British Ophthalmological
2022-001225 Surveillance Unit (BOSU)
9. Gupta, A., Sharma, A., Bansal, R., & study. Eye, 34(10), 1835–1841.
Sharma, K. (2014, October 14). https://doi.org/10.1038/s41433-019-
Classification of Intraocular 0748-9
Tuberculosis. Ocular Immunology 13. Gupta A, Gupta V, Herbort CP,
and Inflammation, 23(1), 7–13. Khairallah M. Uveitis Text and
https://doi.org/10.3109/09273948.20 Imaging. New Delhi: Jaypee Brothers
14.967358 Medical Publishers; 2009. hlm. 563–
78.

You might also like