You are on page 1of 19

HADITS TENTANG NILAI KEPEDULIAN SOSIAL YANG DITANAMKAN

DALAM PENDIDIKAN ISLAM

KELOMPOK 7

Kharisma Widuri (11810122527)

kharismawiduri75@gmail.com

Nurwasilah Siregar (11810120728)

nurwasilahsiregar@gmail.com

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Abstrak : Pendidikan dalam arti luas diartikan sebagai proses dengan metode-
metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan islam adalah bimbingan
terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah
mengarahkan, melatih, mengasuh, mengawasi berlakunya semua ajaran islam.
Sedangkan Sosial di artikan sebagai acuan dalam berinteraksi antara manusia
dengan masyarakat yang berfungsi untuk mengatur tindakan yang dimunculkan oleh
individu di masyarakat. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hadits
tentang nilai kepedulian social,hadits tentang meringankan beban orang lain, dan
hadits tentang menutup aib orang lain. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik observasi, dan dokumentasi. Untuk teknik analisis data saya menggunakan
teknik analisis deskriptif. Kesimpulannya adalah manusia tidak bisa hidup seorang
diri karena manusia adalah  makhluk social, dan sesama muslim harus saling
membantu dan menolong dalam kesulitan agar selalu memperhatikan kesusahan-
kesusahan saudara-saudaranya. Selain memiliki hubungan dengan penciptanya, juga
memiliki hubungan dengan sesama makhluk, sehingga dalam agama islam di ajarkan
bagaimana cara untuk menjaga hubungan tersebut, kita dianjurkan untuk
melapangkan orang lain, meringankan penderitaan orang lain,menyayangi,dan
menutup aibnya, secara tidak langsung kita telah melindungi saudara kita dari mara
bahaya.
Kata kunci : Hadits,kepedulian social,pendidikan islam

1
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah swt. yang diciptakan sebagai makhluk


yang bersosial, yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Oleh karna itu
selain kita disuruh berubudiyah kepada Allah, juga disuruh untuk menjaga hubungan
dan hak antar sesama muslim. Hubungan sesama manusia antara lain adalah jangan
saling menghasud, mengadu  domba, dan lain-lain. Sebagaimana yang tertera dalam
hadits nabi:

Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda : Jangan saling


menghasud, saling menipu, saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah
dari sebagian dari kalian membeli barang yang telah di beli orang lain. Jadilah
hamba-hamba Allah yang bersaudara. Orang muslim adalah saudara bagi orang
muslim yang lain, maka jangan berlaku aniaya kepadanya, jangan
menelantarkannya, jangan membohonginya, dan jangan merendahkannya. Taqwa itu
disini (beliau menunjuk ke dadanya dan mengulanginya sampai tiga kali). Cukuplah
sesorang di katakan jelek apabila dia merendahkan saudaranya yang muslim, darah,
harta, kehormatan setiap muslim adalah haram bagi muslim lain.  (H.R Muslim)

Jika semua umat muslim bisa menjalani semua apa yang terkandung dalam
hadits di atas niscaya ukhwah islam antara umat muslim akan semakin erat, semakin
kuat, dan semakin dalam yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa kasih sayang
antara umat muslim. Begitulah islam mengajari kita untuk menjaga hubungan sesama
manusia sebagai makhluk social. Dalam bermasyarakat perlu adanya kepedulian
antara manusia satu dengan manusia lainnya. Rasulullah pun mengajak umatnya
untuk peduli kepada sesama makhluk Allah, dan saling bergotong-royong untuk
saling membantu. Dan meringankan penderitaan orang lain sangat dianjurkan untuk
umat Rasulullah. Banyak yang belum mengetahui pentingnya memahami isi
kandungan hadist tentang kepedulian social ini, yang pada hakikatnya pandangan

2
Islam yang demikian sudah benar, tetapi kenyataannya sekarang masih banyak orang
yang kurang peduli terhadap permasalahan sosial ini sehingga tatanan sosial menjadi
kurang seimbang yang mengakibatnkan banyak terjadi kekacauan seperti pencurian,
perampokan, dan lain-lain. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai
kepedulian sosial dalam perspektif hadits Rasulullah SAW.

3
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepedulian Sosial


Kepedulian sosial adalah perasaan bertanggung jawab terhadap
kesulitan yang dihadapi orang lain di mana seseorang terdorong untuk
melakukan suatu kebaikan dalam rangka membantunya. Kepedulian sosial
dalam kehidupan bermasyarakat lebih umum diartikan sebagai perilaku baik
seseorang terhadap orang lain di sekitarnya. Kepedulian sosial dimulai dari
kemauan memberi, sebagaimana ajaran nabi Muhammad untuk mengasihi
yang kecil dan menghormati yang besar. Orang-orang kalangan atas
hendaknya mengasihi dan menyayangi orang-orang kalangan bawah,
sebaliknya kalangan bawah agar mampu memposisikan diri, menghormati,
dan memberikan hak kalangan atas.1
Rasa peduli dan sikap kepedulian seseorang dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan yang ada di sekelilingnya, dan kondisi lingkungan
terdekatlah yang sangat mempengaruhi tingkat kepedulian yang dimiliki
seseorang. Lingkungan terdekat itu adalah keluarga, teman-teman, dan
lingkungan tempat seseorang hidup dan tumbuh besar. Karena orang-orang
demikianlah seseorang dapat belajar banyak hal dan mendapat nilai-nilai
tentang kepedulian sosial yang harus ada dalam dirinya. Nilai-nilai yang
tertanam dari apa yang didapatkan itulah yang nantinya akan menjadi suara
hati dan mendorong dirinya untuk selalu membantu dan menjaga sesama. Dan
faktor paling utama adalah dari lingkungan keluarga yang sangat berpengaruh
besar untuk tingkat kepedulian sosial yang nantinya akan dimiliki seseorang.
Bagaimana cara kedua orang tua mengajarkan anaknya untuk memiliki jiwa
peduli, yang nantinya akan menjadikan seorang anak tersebut memiliki nilai
kepedulian sosial yang tinggi.

1
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123451327.pdf, Di akses pada
Minggu, 06 Desember 2020, Pukul 12:55

4
B. Hadist Meringankan Beban Orang Lain
1. Bunyi hadits dan terjemahan

، ‫سلِ ِم‬
ْ ‫أخو ال ُم‬ ْ ‫ «ال ُم‬:‫سلَّ َم‬
ُ ‫سلِ ُم‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ أنَّ َر‬،‫ض َي هللاُ َع ْن ُه َما‬
َ ِ‫سو َل هللا‬ ِ ‫َن ا ْب ِن ُع َم َر َر‬
ِ ‫ع‬
،ً‫سلِ ٍم ُك ْربَة‬
ْ ‫ َو َمنْ فَ َّر َج عَنْ ُم‬،‫اجتِ ِه‬
َ ‫ َكانَ هللاُ فِي َح‬،‫اج ِة أ ِخي ِه‬ ْ ُ‫ي‬  ُ‫الَ يَ ْظلِ ُمه‬ 
َ ‫ َمنْ َكانَ فِي َح‬. ُ‫سلِ ُمه‬
َ ً ‫سلِما‬
.»‫ستَ َرهُ هللاُ يَو َم القِيَا َم ِة‬ ْ ‫ستَ َر ُم‬
َ ْ‫ َو َمن‬،‫وم القِيَا َم ِة‬ ِ ‫فَ َّر َج هللاُ َع ْنهُ بِ َها ُك ْربَةً ِمنْ ُك َر‬ 
ِ َ‫ب ي‬
﴾‫ي‬ َ َّ‫سلِم وَأبُو دَا ُود َوالن‬
ّ ‫ساِئ ّي َوالت ِّْر ِم ِذ‬ ّ ‫﴿َأ ْخ َر َجهُ البُ َخا ِر‬ 
ْ ‫ي َو ُم‬
‫ا ْل ِم ْنبَ ِر‬ ‫ َعلَى‬ ‫ َوه َُو‬ ،‫قَا َل‬ ‫سلَّ َم‬ َ ‫ َو‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ‫هللا‬ ‫صلَّى‬ َ  ِ‫هللا‬ ‫س ْو َل‬ ُ ‫ َر‬  َّ‫َأن‬ ،‫ َع ْن ُه َما‬ ُ‫هللا‬ ‫ض َي‬ ِ ‫ َر‬ ‫ ُع َم َر‬ ‫ا ْب ِن‬ ‫ث‬ُ ‫َح ِد ْي‬
ُ‫ا ْل ُم ْنفِقَة‬ ‫ ِه َي‬ ‫ا ْل ُع ْليَى‬ ‫ َفا ْليَ ُد‬ ،‫س ْفلَى‬ َّ ‫ال‬ ‫ َو َذ َك َر‬ 
ُّ ‫ال‬ ‫ا ْليَ ِد‬  َ‫ ِّمن‬ ‫ َخ ْي ٌر‬ ‫ا ْل ُع ْليَى‬ ‫اَ ْليَ ُد‬ :َ‫ َوا ْل َمسَْئلَة‬  َ‫ َوالتَّ َع ُّفف‬ َ‫ص َدقَة‬
) - ‫غنى‬ ‫ظهر‬ ‫عن‬ ّ‫إال‬ ‫الصدقة‬ – 18 :‫الزكاة‬ ‫كتاب‬ 24 : ‫فى‬ ‫البخارى‬ ‫(أخرجه‬ ُ‫ساِئلَة‬
َّ ‫ال‬ ‫ ِه َي‬ ‫س ْفلَى‬
ُّ ‫ َوال‬ 
َّ ‫يُ ِح‬ ‫ َحتَّى‬ ‫َأ َح ُد ُك ْم‬  ُ‫الَيُْؤ ِمن‬ :‫قَا َل‬ ‫سلَّ َم‬
 ِ‫ب‬ َ ‫ َو‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ‫هللا‬ ‫صلَّى‬
َ  ‫النَّبِ ِّي‬ ‫ َع ِن‬ ُ‫ َع ْنه‬ ُ‫هللا‬ ‫ض َي‬ ٍ َ‫َأن‬  ْ‫عَن‬
ِ ‫ َر‬ ‫س‬
ِ ‫لِنَ ْف‬ ‫ َمايُ ِح ُّب‬ ‫َأل ِخ ْي ِه‬
(‫والنسائى‬ ‫وأحمد‬ ‫ومسلم‬ ‫البخارى‬ ‫ )رواه‬.‫س ِه‬

Terjemahan Hadist :
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar rađiyaLlāhu ‘anhuma, ia mengabarkan
bahwa Rasulullah şallaLlāhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan
tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan
saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang
menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah
menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari
qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan
menutup aibnya pada hari qiyamat”. (Şaĥīĥ al-Bukhāriy ĥadīś no. 2262)
Ibnu Umar ra. Berkata, “Ketika Nabi saw. Berkhotbah di atas mimbar
dan menyebut sedekah dan minta-minta, beliau bersabda, ”Tangan yang
di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah, tangan yang di atas
memberi dan tangan yang di bawah menerima.”2

2
Ibnu Hajar AL Asqolani, Al Hafizd, Terjemah Bulughul Maram, Ter. Hamim Thohari Ibnu
M. Dailimi, (Beirut: Dar al Kotob al Ilmiyah, 2002), hlm.209

5
Anas ra. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda, “Tidaklah termasuk
beriman seseorang di antara kami sehingga mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari, Muslim,
Ahmad, dan Nasa’i)

2. Penjelasan Hadits
Hadits di atas mengajarkan kepada kita untuk selalu memperhatikan
sesama muslim dan memberikan pertolongan jika seorang mendapatkan
kesulitan.3 Melepaskan kesusahan orang lain sangat luas maknanya,
bergantung pada kesusahan yang sedang diderita oleh saudaranya seiman
tersebut. Jika saudaranya termasuk orang miskin, sedangkan dia termasuk
orang yang berkecukupan atau kaya, dia harus berusaha menolongnya
dengan cara memberikan pekerjaan atau bantuan sesuai kemampuanya;
jika saudaranya sakit, dia berusaha menolongnya, antara lain dengan
membantu memanggilkan dokter atau memberikan sebagian uangnya guna
meringankan biaya pengobatanya.
Orang muslim yang membantu meringankan atau melonggarkan
kesusahan saudaranya yang seiman berarti telah menolong hamba Allah
SWT. Allah pun akan memberikan pertolongan-Nya serta
menyelamatkannya dari berbagai kesusahan, baik di dunia maupun di
akhirat.
Begitu pula orang yang membantu kaum muslimin agar terlepas dari
berbagai cobaan dan bahaya, ia akan mendapat pahala yang lebih besar
dari Allah SWT. Dan Allah SWT pun akan melepaskannya dari berbagai
kesusahan yang akan dihadapinya, baik di dunia maupun di akhirat, pada
hari ketika harta benda, anak, maupun benda-benda yang selama ini
dibanggakan di dunia tidak lagi bermanfaat. Pada waktu itu hanya
pertolongan Allah saja yang akan menyelamatkan manusia. Berbahagialah
3
AsmoroToto, Menuju Muslim Kaffah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm.154

6
bagi mereka yang bersedia untuk melepaskan penderitaan sesama orang
mukmin kerena pada hari kiamat nanti, Allah akan menyelamatkannya.4
Adakalanya  suatu masalah sangat sulit untuk diatasi atau hanya dapat
diselesaikan oleh yang bersangkutan. Terhadap masalah seperti itu,
seorang mukmin ikut melonggarkannya atau memberikan pandangan dan
jalan keluar, meskipun dia sendiri tidak terlibat secara langsung. Bahkan,
hanya dengan mendengarkan curhat atau keluhannya saja sudah cukup
untuk mengurangi beban yang dihadapi olehnya.
Dengan demikian, melonggarkan kesusahan orang lain haruslah sesuai
dengan kemampuan saja dan bergantung pada kesusahan yang sedang
dialami oleh saudaranya seiman tersebut. Orang yang berusaha sekuat
tenaga untuk melonggarkan penderitaan saudaranya sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, dia akan mendapat pertolongan dari Allah
SWT, yaitu Allah akan melonggarkan berbagai kesusahannya, baik di
dunia maupun di akhirat.
Yang paling penting dalam melakukan perbuatan yang dianjurkan
syara’, seperti menolong atau melonggarkan kesusahan orang lain, adalah
tidak mengharapkan pamrih dari orang yang di tolong, melainkan ikhlas
adalah semata-mata menjalankan perintah Allah dan di dasari rasa iman
dan ingin mendapatkan ridho-Nya.
Sebenarnya, inti dari hadits di atas adalah agar umat islam memiliki
jiwa kepedulian yang tinggi dan kepekaan terhadap saudara-saudara
seimannya. Orang yang memiliki harta melebihi orang lain, hendaknya
tidak menjadikan sombong atau tinggi hati serta tidak mau menolong
orang yang sangat membutuhkan pertolongannya. Karena pada hakikatnya
Allah menciptakan manusia dengan kehidupan yang berbeda-beda itu
adalah untuk saling melengkapi satu sama lain.

4
Ibid., hlm.155

7
Jika dunia ini hanya di huni oleh orang yang kaya, siapa yang akan
menjadi petani atau mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh
orang yang miskin? Dengan demikian pada hakikatnya hidup di dunia ini
saling melengkapi, orang kaya tidak akan kaya jika tidak ada orang
miskin, semakin kaya seseorang, ia semakin membutuhkan orang miskin.
Rasulullah Bersabda: “Kalian ditolong dan diberi rejeki hanyalah
oleh kaum lemah di antara kalian.”(HR.Bukhori).
Peduli terhadap sesama tidak hanya dalam masalah materi saja, tetapi
dalam berbagai hal yang menyebabkan orang lain susah. Jika mampu,
setiap muslim harus berusaha untuk menolong sesama.

3. Nilai pendidikan
Dari hadits tersebut terdapat beberapa pesan dasar sebagai nilai
pendidikan di antaranya yaitu :
1) Barang siapa yang membantu seorang muslim dalam menyelesaikan
kesulitannya, maka akan dia dapatkan pada hari kiamat suatu
kemudahan dari kesulitan di hari yang sangat sulit tersebut.
2) Sesungguhnya pembalasan disisi Allah ta’ala sesuai dengan jenis
perbuatannya.
3) Berbuat baik kepada makhluk merupakan cara untuk mendapatkan
kecintaan Allah ta’ala.
4) Meluruskan niat dalam rangka mencari ilmu dan ikhlas di dalamnya
agar tidak menggugurkan pahala sehingga amal dan usahanya sia-sia.
5) Banyak sekali balasan dari Allah Swt, kepada orang yang senang
membantu sesama kaum muslim.
6) Bisa menambah kedekatan persaudaraan sesama muslim.

C. Hadits Menutupi Aib Orang Lain


1. Bunyi Hadits, terjemahan, dan penjelasan

8
Orang mukmin pun harus menutupi aib saudaranya, apalagi ia tahu
bahwa orang yang bersangkutan tidak akan senang apabila rahasianya
diketahui oleh orang lain.
ُ‫َم ْن َستَ َر ُم ْسلِ ًما َستَ َرهُ هللا‬

“Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan


menutupi aibnya.” (HR. Al-Bukhary no. 2442 dan Muslim no. 2580 dari
hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, serta Muslim no. 2699 dari hadits
Abu Hurairah radhiyallahu anhu).
Sumber Artikel: https://salafy.or.id/apa-makna-hadits-barangsiapa-
menutupi-aib-seorang-muslim-maka-allah-akan-menutup-aibnya/ |
Salafy.or.idRasulullah SAW bersabda: "Barang siapa menutupi aib
seorang Muslim, Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan
akhirat" (HR Ibnu Majah).
Namun, demikian juga aib tersebut berhubungan dengan kejahatan
yang telah dilakukannya, ia tidak boleh menutupinya. Jika itu dilakukan
berarti telah menolong orang lain dalam hal kejahatan, sehingga orang
tersebut terhindar dari hukuman. Menolong orang lain dalam kejahatan
berarti sama saja, ia telah melakukan kejahatan. Perbuatan itu sangat
dicekal dan tidak dibenarkan dalam Islam. Sebagaimana firman-Nya:5

ٓ
َ‫ى َواَل ٱ ْلقَ ٰلَِئ َد َوٓاَل َءٓا ِّمينَ ٱ ْلبَيْت‬ َ ‫ٱلش” ْه َر ٱ ْل َح” َرا َم َواَل ٱ ْل َه” ْد‬
َّ ‫ش” ٰ َٓعِئ َر ٱهَّلل ِ َواَل‬ ۟ ”ُ‫ٰيََٓأ ُّي َه””ا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
۟ ُّ‫”وا اَل تُ ِحل‬
َ ‫وا‬
‫”و ٍم َأن‬ ْ ”َ‫شنََٔـانُ ق‬َ ‫ُوا ۚ َواَل يَ ْج” ِر َمنَّ ُك ْم‬ ۟ ‫ٱص ”طَاد‬ ْ َ‫ض ” ٰ َونًا ۚ َوِإ َذا َحلَ ْلتُ ْم ف‬
ْ ‫ض ”اًل ِّمن َّربِّ ِه ْم َو ِر‬ ْ َ‫ٱ ْل َح” َرا َم يَ ْبتَ ُغ””ونَ ف‬
‫وا َعلَى ٱِإْل ْث ِم‬ ۟ ُ‫”و ٰى ۖ َواَل تَ َع””ا َون‬ َ ”‫وا َعلَى ٱ ْلبِ ” ِّر َوٱلتَّ ْق‬ ۟ ُ‫ُوا ۘ َوتَ َع””ا َون‬ ۟ ‫س ” ِج ِد ٱ ْل َح” َر ِام َأن تَ ْعتَ ”د‬ ْ ‫َن ٱ ْل َم‬
ِ ‫ص ”دُّو ُك ْم ع‬ َ
‫ش ِدي ُد ٱ ْل ِعقَاب‬ ۟ ُ‫َوٱ ْل ُع ْد ٰ َو ِن ۚ َوٱتَّق‬
َ َ ‫وا ٱهَّلل َ ۖ ِإنَّ ٱهَّلل‬
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

5
http://sarbinidamai.blogspot.com/2015/03/hadits-kepedulian-sosial.html di akses pada
Minggu, 25 Oktober 2020, Pukul 12:06

9
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Maidah: 2)

Dengan demikian, jika melihat seseorang akan melakukan kejahatan


atau dosa, maka setiap mukmin harus berusaha untuk mencegahnya dan
menasihatinya. Jika orang tersebut terlanjur melakukannya, maka suruhlah
untuk bertaubat, karena Allah swt. Maha Pengampun lagi Maha Penerima
Taubat. Tindakan tersebut merupakan pertolongan juga, karena berusaha
menyelamatkan seseorang dari adzab Allah swt.
Suatu kali, Rasulullah SAW bersama para sahabatnya menyantap
daging unta. Rupanya, salah seorang sahabat lepas angin. Kendati
demikian, tak ada di antara para sahabat yang berkomentar terhadap bau
tak sedap itu. Masing-masing hanya memperlihatkan wajah tak senang
karena ulah seorang sahabat yang tak diketahui itu.
Tak lama setelah itu, azan Maghrib pun berkumandang.6
Rasulullah SAW pun bersabda, “Siapa yang makan daging unta,
hendaklah ia berwudhu.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Mendengar sabda Beliau SAW, para sahabat yang ikut makan daging unta
pun semuanya berwudhu. Tentu saja, sahabat yang lepas angin tadi
terselamatkan aibnya. Tak ada yang tahu siapakah sahabat tersebut.
Betapa bijaknya Rasulullah SAW dalam menutupi aib para
sahabatnya. Dari Abu Barzah Al-Aslami, dia berkata, Rasululullah SAW
bersabda:7 "Wahai orang- orang yang beriman dengan lisannya, tapi
keimanannya belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian
mengumpat seorang Muslim dan jangan pula mencari-cari kesalahannya.
Sebab siapa saja yang mencari-cari kesalahan orang lain, maka Allah
6
https://republika.co.id/berita/q0sr8r313/betapa-bijaknya-rasulullah-saw-menutup-aib-
sahabatnya, Di akses pada Minggu, 6 Desember 2020, Pukul 09:56
7
https://www.republika.id/posts/172/menutupi-aib-sesama di akses pada Minggu, 25 Oktober
2020, Pukul 11:06

10
akan mencari-cari kesalahannya. Maka siapa saja yang Allah telah
mencari-cari kesalahannya, Allah tetap akan menampakan kesalahannya
meskipun ia ada di dalam rumahnya." (HR Abu Dawud).
Hadis Rasulullah ini memberikan peringatan kepada kita untuk
menjaga lisan. Tidak membicarakan kekurangan orang lain dan mencari-
cari kesalahannya. Islam adalah agama rahmat yang mengajarkan umatnya
untuk tidak mengumpat dan membuka aib sesama. Orang yang beriman
harus menjaga tutur kata dalam ucapan maupun sesuatu yang disampaikan
dalam tulisan.
Menggunjing termasuk dosa besar yang dilarang dalam Islam.
Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman yang artinya: "Wahai orang-
orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.
Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha penerima tobat,
Maha Penyayang" (QS al- Hujurat:12).
Kita harus sadar, manusia bukan malaikat yang terbebas dari dosa dan
bukan iblis yang sepenuhnya durhaka. Manusia bisa benar, juga bisa salah.
Tidak ada manusia yang sempurna dalam segalanya, selalu ada
kekurangan yang menyertainya.
Nabi bersabda: Setiap anak adam pernah berbuat salah dan sebaik-
baiknya yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya. (HR
Tirmidzi).
Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk manusia berbangga karena
melakukan kebaikan dan merendahkan orang yang pernah melakukan
kesalahan. Karena pada dasarnya, setiap orang memiliki cela yang masih
Allah tutupi.

11
Imam Ahmad bin Hambal ketika dipuji oleh seseorang dia berkata,
"Demi Allah, seandainya engkau mengetahui apa yang ada padaku
berupa dosa dan kesalahan, niscaya engkau taburkan tanah di atas
kepalaku. Dari pernyataan tersebut, kita bisa memahami bahwa setiap
manusia memiliki aib yang masih dijaga oleh Allah yang maha
penyayang. Dan kalau dibuka, keburukan akan tampak.”
Sebagai seorang Muslim, kita harus belajar menjaga kekurangan orang
lain. Renungi aib sendiri tanpa harus memikirkan kelemahan saudara
Muslim lainnya. Alangkah baiknya jika kita menutup rapat aib sesama dan
menjaga kehormatannya, karena orang yang menutupi aib saudaranya,
Allah akan menjaga aibnya.

2. Nilai pendidikan
Terdapat beberapa pelajaran serta manfaat yang mengandung nilai
pendidikan apabila kita menutup aib orang lain di antaranya yaitu :8
a.) Menutup aib orang lain akan ditutup aibnya oleh Allah di hari kiamat
dan di akhirat.
Seseorang selalu mendapat balasan sesuai dengan apa yang
dilakukannya, barangsiapa yang melakukan perbuatan baik seperti
ayat Alquran tentang membahagiakan orang lain, tentu diberi kebaikan
oleh orang lain, dan barangsiapa pulang berbuat buruk, cepat atau
lambat juga akan mendapat balasan keburukan yang serupa. Hal itu
pun sudah dijelaskan dalam hadis, salah satunya hadits berikut:
"Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang
muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan
(menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak titik barang siapa
8
https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/index.php/s13-berita/menutup-aib-sesama-itu-
wajib-hukumnya/ di akses pada Minggu, 25 Oktober 2020, pukul 12:25

12
yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di
dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di
dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutup (aib) seorang
muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia
dan akhirat. sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang
hamba yang selalu menolong saudaranya." (HR. Tirmidzi)
b.) Menutup aib orang lain hukumnya wajib
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : "Tidaklah
seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan
menutupi aibnya di hari kiamat kelak." (Shahih Muslim)
Menutup aib orang lain hukumnya wajib, sebagaimana
membuka aib orang lain adalah haram hukumnya. Sama halnya
manusia yang sesungguhnya juga memiliki banyak keburukan, namun
keburukan tersebut ditutup oleh Allah. Demikian pula hendaknya
manusia mesti memperlakukan sesamanya.
c.) Keuntungan menutup aib orang lain
Keutamaan menutup aib orang lain yang merupakan perbuatan
baik memiliki keuntungan seperti yang dijelaskan dalam hadis atau
sumber syariat Islam yang telah disebutkan di atas, yakni sebagai
berikut:
1. Allah akan menutupi aibnya di akhirat kelak
2. Allah juga menutupi aibnya di dunia. tidak hanya mendapat
keutamaan ketika di akhirat kelak ternyata keutamaan menutupi
aib orang lain juga akan diperoleh ketika ia masih hidup di dunia.
Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa menutupi aib seorang
muslim, maka Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia
dan di akhirat."(HR. Ibnu Majah)
d.) Mengingat aib diri sendiri lebih baik daripada membuka aib orang
lain. alangkah baiknya daripada membicarakan aib atau privasi orang

13
lain lebih baik kita memperbaiki diri kita sendiri sebagaimana tips
memperbaiki diri dalam Islam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
hadits: "seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila
melihat ibadahnya, dia segera memperbaikinya." (HR. Bukhari)
e.) Membuka aib orang lain sama dengan ghibah.
Pada dasarnya diharamkan bagi seorang muslim yang
mengungkapkan aib saudaranya karena ini termasuk ke dalam
perbuatan ghibah dalam Islam yaitu mengungkapkan aib saudaranya
sesama muslim pada saat orang itu tidak ada di hadapannya dan
saudaranya itu tidak menyukainya jika berita tersebut sampai
kepadanya tanpa adanya suatu keperluan.
f.) Kesalahan orang lain wajib dijadikan pelajaran bukan untuk diumbar-
umbar.
Yang harus kita ingat agar kita tidak membicarakan aib orang
lain adalah mungkin saja ini ujian yang Allah SWT berikan kepada
orang itu sehingga Allah SWT tampakkan kesalahan dan aib orang
tersebut agar bisa menjadi ujian juga bagi kita dengan harapan kita
dapat mengambil pelajaran dari apa yang tampak dari aib itu. Dengan
demikian kita semestinya menutup aib tersebut sehingga Allah SWT
akan memberi jaminan bahwa kita akan ditutup pula baik di dunia
maupun di akhirat. Seandainya dosa itu dapat mengeluarkan bau busuk
dan kita dapat mencium bau busuk tersebut, mungkin saja kita ini
lebih busuk baunya dibandingkan orang yang tampak aibnya itu.
g.) Membuka aib orang lain sama dengan memakan bangkai.
Tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal selalu saja
ada kekurangan. Boleh jadi yang indah dalam rupa, tapi ada
kekurangan dalam gaya bicara, bagus dalam penguasaan ilmu, tapi
tidak mampu menguasai emosi dan mudah tersinggung kuat di satu
sisi tapi lemah di sudut yang lain. Dari situlah kita harus dapat

14
mengukur timbangan penilaian terhadap seseorang apa kekurangan
dan kesalahannya dan mengapa bisa begitu serta seterusnya. Seperti
apapun orang yang sedang kita nilai keadilan tidak boleh dilupakan.
Walaupun terhadap orang yang tidak disukai, yakinlah kalau di balik
keburukan sifat seorang mukmin, pasti ada kebaikan di sisi yang lain.
Al-Qur’an dalam mencela orang-orang yang menampakkan
keburukan orang lain, menyatakan bahwa "Allah tidak menyukai
seseorang menampakan keburukan orang lain dengan ucapannya,
kecuali orang yang dianiaya." (QS.Al-Nisa : (4) :148)

D. Bentuk Kepedulian Sosial di Lingkungan Sekolah


Sekolah tidak hanya sebagai tempat untuk belajar meningkatkan
kemampuan intelektual, akan tetapi juga membantu anak untuk dapat
mengembangkan emosi, berbudaya, bermoral, bermasyarakat, dan
kemampuan fisiknya. Young Pai dalam Arif Rohman berpendapat bahwa
sekolah memiliki dua fungsi utama yaitu, sebagai instrumen untuk
mentransmisikan nilai-nilai sosial masyarakat (to transmit sociental values)
dan sebagai agen untuk transformasi social (to be the agent of social
transform). Sedangkan Abu Ahmadi & Uhbiyati menjelaskan bahwa, fungsi
sekolah sebagai lembaga sosial adalah membentuk manusia sosial yang dapat
bergaul dengan sesama manusia secara serasi walaupun terdapat unsur
perbedaan tingkat sosial ekonominya, perbedaan agama, ras, peradaban,
bahasa dan lain sebagainya. Menurut pernyataan diatas dapat dikatakan
bahwa, sekolah bukan hanya tempat untuk belajar meningkatkan kemampuan
intelektual, akan tetapi juga mengembangkan dan memperluas pengalaman
sosial anak agar dapat bergaul dengan orang lain di dalam masyarakat.
Diantara contoh bentuk kepedulian sosial di sekolah adalah :9
9
Abu Ahmadi & Uhbiyati. Sosiologi Pemahaman Sosial. (Jakarta : Prenada Media. 2004).h.
47

15
1. Membantu teman yang kesusahan dalam belajar.
2. Membantu mengajari pelajaran yang kita bisa kepada teman.
3. Meminjam kan alat tulis kepada yang membutuhkan.
4. Menjaga kebersihan sekolah semampu yang bisa kita lakukan.

Selain sebagai tempat mengembangkan dan memperluas pengalaman


sosial anak,sekolah dapat juga membantu memecahkan masalah-masalah
sosial. Seperti pendapat Ary H. Gunawan yang menyatakan bahwa, dengan
pendidikan diharapkan berbagai masalah sosial yang dihadapi siswa dapat
diatasi dengan pemikiran- pemikiran tingkat intelektual yang tinggi melalui
analisis akademis. Fuad Ihsan juga berpendapat bahwa, di sekolah tugas
pendidik adalah memperbaiki sikap siswa yang cenderung kurang dalam
pergaulannya dan mengarahkannya pada pergaulan sosial.

Di sekolah, anak dapat berinteraksi dengan guru beserta bahan- bahan


pendidikan dan pengajaran, teman-teman peserta didik lainnya, serta pegawai-
pegawai tata usaha. Selain itu, siswa memperoleh pendidikan formal di
sekolah berupa pembentukan nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan dan sikap
terhadap bidang studi/mata pelajaran.

Berinteraksi dan bergaul dengan orang lain dapat ditunjukkan dengan


berbagai cara, salah satunya adalah dengan menunjukkan sikap peduli
terhadap sesama. Di dalam lingkup persekolahan, sikap kepedulian siswa
dapat ditunjukkan melalui peduli terhadap siswa lain, guru, dan lingkungan
yang berada di sekitar sekolah.

Rasa peduli sosial di lingkungan sekolah dapat ditunjukkan dengan


perilaku saling membantu, saling menyapa, dan saling menghormati antar
warga sekolah. Perilaku ini tidak sebatas pada siswa dengan siswa, atau guru
dengan guru, melainkan harus ditunjukkan oleh semua warga sekolah yang
termasuk di dalamnya.

16
E. Upaya Meningkatkan Kepedulian Sosial di Sekolah
Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan memiliki potensi untuk
memberikan pendidikan nilai kepedulian sosial melalui guru dan seluruh
penyangga kepentingan sekolah. Penanaman nilai dapat diintegrasikan pada
setiap mata pelajaran supaya nilai benarbenar terinternalisasi pada siswa.
Guru menjadi faktor utama dalam pengintegrasian nilai-nilai di
sekolah. Selain itu sekolah juga memiliki berbagai macam kegiatan baik yang
berhubungan dengan di dalam maupun di luar sekolah dengan melibatkan
warga sekitar yang dapat menumbuhkan sikap kepedulian sosial, misalnya
kegiatan pesantren kilat, infak, kerja bakti dengan warga sekitar sekolah dan
lain-lain yang merupakan wadah bagi siswa ntuk meningkatkan rasa
kepedulian, baik sesama warga sekolah maupun masyarakat luas.10
Kegiatan dengan melibatkan pihak luar sekolah ini sesuai dengan yang
dikatakan Maman Rachman bahwa sekolah perlumengadakan hubungan baik
dan kerjasama dengan komunitas lingkungan sekitar. Masyarakat diharapkan
dapat membantu dan bekerjasama dengan sekolah agar program sekolah dapat
berjalan dengan lancar dan oleh sebab itu hubungan yang saling
menguntungkan antara sekolah dan masyarakat perlu dibina secara harmonis.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Islam, manusia tidak bisa hidup seorang diri karena manusia
mempunyai sifat bersosialisasi di dalam masyarakat. Sesama muslim harus
saling membantu dan menolong dalam kesulitan agar selalu memperhatikan
kesusahan-kesusahan saudara-saudaranya.
Manusia adalah  makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian atau makhluk
yang saling ketergantungan dengan yang lain, selain memiliki hubungan
dengan penciptanya, juga memiliki hubungan dengan sesama makhluk,
sehingga dalam agama islam di ajarkan bagaimana cara untuk menjaga
10
Piotr Stompka, Sosiologi Pemahaman Sosial. (Jakarta : Prenada Media. 2004)hlm. 193

17
hubungan tersebut, kita dianjurkan untuk melapangkan orang lain, sayang
memberi satu sama lainnya, meringankan penderitaan orang
lain,menyayangi,dan menutup aibnya, secara tidak langsung kita telah
melindungi saudara kita dari mara bahaya.

B. Saran

Demikianlah makalah ini saya buat, semoga dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan mengenai hadits kepedulian social yang di tanamkan di pendidikan
islam, semoga dapat memberikan khasanah keilmuan yang baru pada masing-masing
pembacanya. Saya sarankan agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah
wawasan Anda. Saya mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan baik
dalam segi tulisan, tanda baca, maupun kesalahan lainnya. Oleh karena itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kebaikan
dan kemajuan saya dan kita semua.

18
DAFTAR PUSTAKA

AL Asqolani,Ibnu Hajar, 2002.  Al Hafizd, Terjemah Bulughul Maram, Ter. Hamim
Thohari Ibnu M. Dailimi, Beirut: Dar al Kotob al Ilmiyah.
Abu Ahmadi & Uhbiyati. 2004.Sosiologi Pemahaman Sosial.Jakarta : Prenada Media

Toto, Asmoro, 2000.  Menuju Muslim Kaffah, Jakarta: Gema Insani Press.

Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, 1993. Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT. Karya Toha
Putra.
Piotr Stompka.2004. Sosiologi Pemahaman Sosial. Jakarta : Prenada Media
http://sarbinidamai.blogspot.com/2015/03/hadits-kepedulian-sosial.html
https://www.republika.id/posts/172/menutupi-aib-sesama
https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/index.php/s13-berita/menutup-aib-
sesama-itu-wajib-hukumnya/
https://republika.co.id/berita/q0sr8r313/betapa-bijaknya-rasulullah-saw-menutup-aib-
sahabatnya
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123451327.pdf

19

You might also like