You are on page 1of 15

Vol. 2 No.

2 Tahun 2021
http://jurnal.staiddimakassar.ac.id/index.
php/adrsb
Hal. 64-78

HMI sebagai Organisasi Perkaderan dalam


Mewujudkan Pemimpin Good Governance
Abd. Rahman
HMI Cabang Palu, Universitas Tadulako
*Correspondence author: rahmandattebasa03@gmail.com

Abstract. Leadership with regard to someone influencing other people’s behavior for a
purpose With power, a leader can influence the behavior of others for a purpose. Power
can be divided into five, namely: (1) power expertise (expert power); (2) legitimate
power (legitimate power); (3) reference power (referent power); (4) reward power; (5)
coercive power. Basically, it becomes an absolute that humans were created by Allah
SWT on the surface of the earth to devote themselves solely to their presence as stated
in the Koran that humans were created as “khalifa fil ard” (leaders on earth). In the
course of human history in the field of leadership, many phenomena have occurred in
the dynamics of this journey. Where than the existence of ideal leadership is very
coveted in every society. It becomes a logical consequence of how the ideal leadership
and a good and responsible leader can be realized. So it is very much needed the
candradimuka creater (appropriately galvanizing) a leader who is critical and can answer
the challenges of changing times by him the Islamic Student Association (HMI) is here to
then become an answer as a complete cadre organization from formal and informal
cadre levels.
Keywords: HMI, Organization, Cadre, Good Governance Leader

Abstrak. Kepemimpinan (leadership) berkenaan dengan seseorang memengaruhi


perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Dengan kekuasaan, pemimpin dapat
memengaruhi perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Kekuasaan dapat dibagi menjadi
lima, yaitu: (1) kekuasaan keahlian (expert power); (2) kekuasaan legitimasi (legitimate
power); (3) kekuasaan referensi (referent power); (4) kekuasaan penghargaan (reward
power); (5) kekuasaan paksaan (coercive power). Pada dasarnya, menjadi suatu
kemutlakan bahwa manusia diciptakan Allah SWT di permukaan bumi untuk
mengabdikan diri semata mata kehadiratnya seperti yang termaktub di dalam Al-Quran
bahwa manusia diciptakan sebagai “khalifa fil ard” (pemimpin dimuka bumi). Dalam
rentetan perjalanan sejarah manusia dibidang kepemimpinan, banyak fenomena yang
terjadi di dalam dinamika perjalanan tersebut. Dimana kemudian keberadaan
kepemimpinan yang ideal sangat didamba-dambakan disetiap kalangan masyarakat.
Kata Kunci: HMI, Organisasi, Perkaderan, Pemimpin Good Governance

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 |1


PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna dimuka bumi ini. Maka
konsekuensi tersebut manusia harus bertanggung jawab atas segala kehendak yang
diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dimuka bumi. Sebagaimana firman Allah di dalam
Al-Qur’an: “Sesungguhnya kami telah menawarkan amanah (yaitu menjalankan perintah-
perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan meninggalkan segala larangan-nya) kepada
seluruh langit dan bumi serta gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul
amanah itu dan mereka khawatir akan menghianatinya,dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu banyak berbuat dzalim dan amat bodoh.” (Q.s Al-
Ahzab : 72). Dari penjelasan ayat Al-Qur’an diatas jelas bahwa manusia harus
menanggung tanggung jawab sebagaimana dijelaskan didalam Al-Qur’an dan termaktub
juga didalam maqaddimah konstitusi HMI bahwa fitrah manusia yang sesungguhnya
adalah sebagai “khalifa fil ard” (pemimpin dimuka bumi) untuk bagaimana kemudian
selalu mengabdikan diri semata-mata kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai
hamba yang beriman dan bertakwa.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an: “dan orang-orang beriman,
lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf mencegah dari yang mungkar,
mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.”
(Q.s At-Taubah : 17). Ayat ini menjelaskan bahwa orang mukmin baik pria maupun wanita
saling menjadi pembela di antara mereka. Hakikatnya semua manusia adalah pemimpin
dan semua pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban setelahnya, maka kemudian
seorang manusia dituntut untuk meningkatkan kapasitas hidup dan integritas dalam
dirinya sebagai seorang wakil (khalifah) Allah Subhanahu Wa Ta’ala di bumi. Karena
setiap orang dilahirkan sebagai pemimpin, tapi kepemimpinan itu baru berupa potensi.
Jelas bahwa tanggung jawab manusia adalah untuk mencari segala sesuatu yang Allah
Subahanahu Wa Ta’ala telah disediakan di muka bumi.
Menurut Robert N. Lussier and Christopher F. Achua, 2010:6. Kepemimpinan juga
dimaknai sebagai proses memengaruhi tidak hanya dari pemimpin kepada pengikut atau
satu arah melainkan timbal balik atau dua arah. Pengikut yang baik juga dapat saja

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 |2


memunculkan kepemimpinan dengan mengikuti kepemimpinan yang ada dan pada
derajat tertentu memberikan umpan balik kepada pemimpin. Pengaruh adalah proses
pemimpin mengkomunikasikan gagasan, memperoleh penerimaan atas gagasan dan
memotivasi pengikut untu fk mendukung serta melaksanakan gagasan tersebut lewat
“perubahan”.
Menurut Maxwell (1995:1), Kepemimpinan adalah pengaruh yang tidak lebih dan
tidak kurang. Maka sepanjang rentetan sejarah manusia, komunikasi adalah hal yang
terpenting dalam menjalankan kehidupan manusia sebagai mahluk individu dan mahluk
sosial didalam masyarakat, karena pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa ada
manusia lain untuk bagaimana kemudian terjadinya interaksi sosial antara manusia di
dalam masyarat.
Kepemimpinan yang baik berakar dari seorang pemimpin yang baik dengan
tunjangan kualitas diri yang ia miliki. Pembentukan dan pengembangan kualitas
kepribadian seorang pemimpin dilihat dari bagaimana proses yang telah dilakukan.
Diperjelas dalam teori kepemimpinan “ Big Bang”, yang berpendirian bahwa situasi
(keadaan) secara langsung akan membentuk kapasitas dan integritas pemimpin. Maka
pola pembentukan kualitas seorang pemimpin di butuhkan wadah yang berfungsi
sebagai organisasi pembelajaran (Learning Organizational) untuk menciptakan pemimpin
yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.
Pemimpin Good Governance adalah sosok pemimpin yang memiliki menejemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab serta terlindungi dari perbuatan
korupsi dan lainnya. Maka menjadi kemutlakan yang hakiki didalam kehidupan
bermasyarakat logisnya mendambakan seorang pemimpin yang seperti itu. Maka
jelaslah untuk menciptakan yang ideal seperti penjelasan diatas, maka sangat
dibutuhkan penempahan dan pembinaan yang berlangsung di tempat yang menjanjikan.
Yang kemudian dapat menjadikan seorang pemimpin yang bertanggung jawab terhadap
umat dan bangsa.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi perkaderan yang mempunyai
corak yang jelas, yaitu ke-indonesiaan dan ke-islaman yang menjadi wadah
penggodokan dan pembinaan para pemimpin yang berintegritas dan berkualitas serta

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 |3


memiliki loyalitas dan bertanggung jawab atas keputusan yang di ambilnya (Good
Governance). Karena HMI adalah kawah candradimuka, maksudnya kawah
candradimuka yaitu tempat Jabang Tetuka, putra sang Bima ditempa dan di gembleng
menjadi Gathutkaca yang perkasa.
Maka kemudian ini menjadi wadah yang tepat dan baik untuk membentuk
pemimpin Good Governance sesuai dengan fungsi HMI adalah sebagai ‘Learning
Organizational’ untuk terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan
islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana termaktub dalam pasal 4 anggaran dasar HMI.
Yang kemudian menjadi konsekuensi Himpunan Mahasiswa Islam baik secara logis
maupun historis untuk selalu mengabdikan diri kehadirat-nya sebagai panduan utuh
tentang tanggung jawab sebagai “khalifa fil ard” (pemimpin dimuka bumi).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun data yang
digunakan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari informan atau objek yang
diteliti.
2. Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer yang diperoleh dari
buku, skripsi, dokumen, jurnal, majalah, maupun referensi yang relevan dengan
penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sejarah Perjalanan Kepemimpinan Dalam Islam
Sejarah masa kejayaan islam tidak terlepas dari peran seorang pemimpin. Konteks
kejayaan adalah suatu moment dimana suatau organisasi atau kelompok mendapatkan
apa yang mereka inginkan dalam proses menjalankan kelompok tersebut. Hal itu jelas
terlihat dari rentetan pencapaian yang terlintas sepanjang sejarah kepemimpinan dalam
islam itu sendiri. Banyak dinamika yang terjadi dari zaman pemerintahan para nabi dan
rasul serta sampai kepada masa pemerintahan khulafaur Rasyidin sampai kepada masa
pemerintahan sahabat-sahabat nabi Muhammad Saw. Sebagai beberapa contoh yang

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 |4


bisa kita lihat tentang bagaimana pemimpin pada saat itu adalah bagaimana kemudian
mereka menjalankan pemerintahan dengan baik dari segi perencanaan sampai dengan
pelaksanaan suatu proses pemerintahan.
Hal ini yang harus dijadikan bahan rekonstruksi masa pemerintahan hari ini dan
mendatang. Rekonstruksi adalah proses perbaikan dengan melihat perjalanan historis
(sejarah) untuk mendapatkan hasil yang membaik di masa depan. Maka sangatlah
penting bagaimana kemudian seorang pemimpin harus memiliki kualitas yang baik
dalam menjalankan roda kepemimpinan di dalam masyarakat yang dimana bisa menjadi
pengaruh baik dalam kelompoknya dengan cara memberikan kebijakan dan keputusan
yang logis saat menjalankan pemerintahan yang ada di dalam masyarakat.
Maka HMI hadir menuangkan pemikirannya dalam kelangsungan pemimpin yang
ideal dengan bagaimana kemudian sadar akan fungsi dan perannya seabagai organisasi
perkaderan menampakan wajah keislaman kemudian dapat melahirkan pemimpin yang
sadar akan fungsi dan perannya serta hak dan tanggung jawabnya sebagai “khalifa fil
ard”. Dengan cara menyediakan wadah atau tempat penggemblengan para anggota
untuk menjadi pemimpin yang ideal untuk umat dan bangsa dengan melalui jenjang-
jenjang perkaderan di HMI.
Konsep Pemimpin, Memimpin dan Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu hal yang selalu menarik dan tidak akan pernah
berhenti untuk dibahas. Karena kepemimpinan akan terus dibicarakan dari generasi ke
generasi guna mencari formulasi kepemimpinan yang actual dan ideal yang tepat untuk
diterapkan di dalam masyarakat. Hal ini menjadi klasifikasi bahwa paradigm
kepemimpinan adalah sesuatu yang sangat dinamis dan mempunyai kedudukan tinggi.
Olehnya kepemimpinan ada karena menjadi konsekuensi logis dari kebudayaan yang
sistematis dalam masyarakatyang terlahir sebagai individu yang mempunyai
ketergantungan social (zoon politicon) dan yang sangat tinngi untuk memenuhi
kebutuhan dirinya (homo sapiens).
Istilah dari kata pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal
dari kata “pimpin”. Namun kemudian ketiga kata tersebut di pakai dalam konteks yang
berbeda-beda. “Pemimpin” adalah suatu peran tertentu dalam suatu system, karena
seseorang dalam peran formalnya belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 |5


dan belum tentu dapat memimpin. Adapun istilah “kepemimpinan” pada berhubungan
dengan proses keterampilan, kecakapan, dan tingkat pemberian pengaruh yang dimiliki
seseorang. Sedangkan istilah “Memimpin” digunakan dalam konteks hasil penggunaan
peran seseorang yang berkaitan dengan kemampuannya memengaruhi orang lain
dengan cara yang benar. Maka dari penjelasan diatas dapat diklasifikasikan hal yang
harus dipenuhi oleh setiap individu dalam memimpin. (1) seorang pemimpin adalah yang
memilki kepribadian baik dan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala; (2) memiliki
kapasitas dan integritas diri; (3) jujur dan bertanggung jawab.
Klasifikasi diatas akan menimbulkan argumentasi atau yang kongkrit bagaimana
cara menciptakan pemimpinan yang ideal yang menjadi harapan masyarakat. Kondisi
kepemimpinan sekarang tidak bisa menutup mata di kalangan masyarakat, baik
masyarakat terpelajar maupun masyarakat awam. Banyak fenomena yang menunjukan
bagaimana kondisi kepemimpinan yang jauh di luar konteks Good Governance. Good
Governance adalah suatu penyelenggaraan menejemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab serta sejalan dengan system dan prinsip demokrasi, serta menjadi
pemimpin yang tercegah dari perbuatan korupsi. Pada dasarnya Good Governance
adalah suatu dasar dalam pencapaian keputusan bersama dengan landasan
pertanggung jawaban secara bersama sebagai suatu konsekuensi dalam suatu
kepemimpinan.
Kondisi kepemimpinan sekarang bila dianalogikan seperti tumbuhan yang tidak
pernah disiram sekian lamanya, layu dan tak berdaya yang tinggal menunggu ajalnya.
Maka sangat diperlukan adanya (Revolusi) untuk sistem kepemimpinan. Dari kondisi
tersebut Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) lahir dengan dasar dan landasan yang
sangat jelas seperti yang termaktub dalam buku “Bintang Arasy” bahwa HMI memiliki
ideology yang kemudian akan pijakan dasar untuk membentuk manusia yang paripurna
“Insan Kamil”. Perlu dipahami didalam HMI mempunyai wadah perkaderan yang sesuai
untuk menciptakan anggota menjadi bertanggung jawab mewujudkan masyarakat adil
makmur yang di ridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dilakukan dengan ikhtiar
melalui jenjang-jenjang training yang bertingkat untuk bagaimana kemudian
membentuk integritas dan kapasitas seorang manusia.
Pola Perkaderan HMI

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 |6


Himpunan Mahasiswa Islam secara historis telah menumpahkan semangat juang
di tanah Indonesia. Himpunan yang berdiri pada hari Rabu Pon 1878 tahun Saka atau
tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947 M. Dengan latar
belakang (1) Kondisi umat muslim; (2) Kondisi mahasiswa Indonesia; (3) kondisi bangsa
Indonesia. Jadi tidak perlu diragukan lagi tentang kontribusi dan garis terjangnya HMI
selama sejak berdirinya. Baik dari fase konsolidasi dan berdirinya HMI, sampai dengan
fase pengembangan organisasi telah melewati banyak dinamika organisasi daik dari
hanya memegang toad an bersuara tentang keadilan sampai dengan menjadi pasukan
corps Mahasiswa yang harus membantu pemerintah guna bersama-sama memegang
sanjata menumpaskan PKI di madiun yang telah menitipkan dendam PKI terhadap HMI
sampai sekarang.
Himpunan Mahasiswa Islam adalah pembaharu dan menjadi harapan masyarakat
Indonesia kata bung tomo waktu itu pada tanggal 6 Februari 1948 pada Dies Natalis HMI
yang pertama. Menjadi konsekuensi logis bagi HMI untuk bagaimana bisa terus eksis
dan memberikan kontribusinya untuk bangsa dan Negara melalui panggung-panggung
kepemimpinan yang menjadi tempat strategis untuk melakukan perubahan di negeri ini.
HMI yang kemudian sadar akan tujuannya “Terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi, yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat
adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala”. Menjadi konsekuensi logis untuk
bagaimana kemudian menciptakan pemimpin Good Governance yang mengemban
tugas sebagai wakil (khalifa) Allah dimuka bumi. Secara logis dibutuhkan tempat
pembelajaran (Learning Organizational) dalam hal tersebut, maka HMI hadir menjawab
segala sesuatu tentang proses perkaderan yang menjadi kunci kepemimpinan yang ideal
sesuai dengan fungsi HMI dalam Pasal 8 (fungsi) “HMI berfungsi sebagai organisasi
kader”.
Jenjang perkaderan di HMI adalah proses pengkualitas diri dan integritas seorang
kader untuk menjadi pemimpinan good governance untuk umat dan bangsa. Sangat
jelas terkatub dalam buku “Pemimpin ADILUHUNG Genealogi Kepemimpinan
Kontemporer (Berliana Kartakusumah)”.
Terbentuknya seorang pemimpin bukan lahir dari proses yang bersifat instan.
Kepemimpinan dan proses menjadi pemimpin merupakan hasil dari pembentukan dan

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 |7


membutuhkan waktu yang panjang. Pola perkaderan adalah cara untuk mendidik kader
itu sendiri, sehingga HMI hadir sebagai organisasi pembelajaran.
Perkaderan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh organisasi secara sadar dan
pelaksanaannya secara sistematis serta selaras dengan pedoman perkaderan HMI.
Dalam Himpunan Mahasiswa Islam pola perkaderan jenjang awal (Basic Training) atau
jenjang perkaderan formal adalah proses penempahan etika dan moral kepada anggota
untuk bagaimana mendapatkan kualitas diri dan integritas kepribadian yang baik,
seperti termaktub dalam pasal 5 anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Moralitas
adalah nilai yang bermula dari kebudayaan yang menjadi landasan dan aspek penting
yang kemudian menciptakan tata values (nilai—nilai) guna mengatur manusia
berkehidupan.
Kawah candradimuka selanjutnya adalah bagaimana HMI menfasilitasi dan
mewadahi intelektual dari kader itu dengan menciptakan berbagai perkaderan-
perkaderan diluar perkaderan secara formal. Seperti lembaga minat bakat baik dari sisi
intelektual maupun implementasi dari kreativitas kader itu sendiri. Inilah yang membuat
kader yang ditempah di HMI memiliki kapasitas moral yang baik sebagai calon pemimpin
masa depan yang bisa bertanggung jawab dan tidak melakukan tindakan yang tidak baik
seperti korupsi serta memiliki kapasitas iman, ilmu dan amal.
Tidak terlepas dalam jenjang perkaderan Basic Training, HMI melakukan
penguatan-penguatan mental kepada kader untuk bagaimana siap tahan banting
dengan dinamika kepemimpinan mendatang adalah proses yang disediakan Himpunan
Mahasiswa Islam. Kader yang ditempah dengan proses yang tidak biasa mulai dari
proses Recrutment Screning, Training, pengkualitasan sampai dengan proses
pengabdian terhadap umat dan bangsa. Inilah yang kemudian yang menjadi perhatian
bersama, bahwa Himpunan Mahasiswa Islam adalah wadah yang komplit untuk
bagaimana penggemblengan seorang calon pemimpin yang berlandaskan corak ke-
islaman dan ke-umatan dengan sisi historis yang meyakinkan khalayak ramai.
Dan puncak pola perkaderan HMI adalah bagaimana kemudian terciptanya proses
kepemimpinan yang baik dengan keberadaan pemimpin good governance (pemimpin
yang solid dan bertanggung jawab atas prinsip demokrasi) yang sadar akan fungsi dan
perannya serta hak dan tanggung jawabnya sebagai kader umat dan kader bangsa,

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 |8


untuk mewujudkan tujuan “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang
berfaskan islam, dam bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah Subahanahu Wa Ta’ala”. Yang menjadi konsekunesi sebagai hamba yang
bertakwa dan beriman memangku tanggung jawab sebagai pemimpin di muka bumi ini
(khalifa fil ard).
HMI akan selalu sadar akan fungsi sebagai organisasi perkaderan untuk
kelangsungan ummat dan bangsa dan HMI akan selalu hadir dari generasi ke generasi
untuk kemudian menjadi wadah dan Rahim yang melahirkan pemimpin Good
Governance yang di damba-dambakan masyarakat di seluruh dunia.
Implementasi Mission HMI
Sejatinya setiap organisasi memiliki sebuah tujuan yang secara fundamental yang
harus diemban oleh para anggotanya demi terwujudnya tujuan tersebut. Mission
memiliki arti adalah tugas yang diemban dan jika kita tarik kedalam konteks HMI, Mission
HMI adalah tugas yang diemban oleh kader HMI. Secara fundamental HMI memiliki dua
tujuan awal yakni Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia, dan yang kedua
ialah Menegakan Ajaran-ajaran Islam. Dua tujuan ini pada hakikatnya harus diwujudkan
oleh para kader HMI.
Seperti sudah disebutkan diatas bahwa tujuan yang jelas dibutuhkan oleh suatu
organisasi hingga pada akhirnya usaha untuk mewujudkannya bisa dilakukan secara
teratur. Suatu motivasi dasar merupakan elemen penting dalam pembentukan tujuan
sebuah organisasi maka dari itu status dan fungsi menjadi komponennya. HMI
menjadikan Islam sebagai sumber nilai, motivasi dan inspirasi bahwa HMI adalah
organisasi mahasiswa dan berfungsi sebagai organisasi kader yang mana berperan
sebagai organisasi perjuangan yang bersifat Independen.
Minimnya SDM intelektual yang memiliki keselarasan antara duniawi dan ukhrowi,
iman dan ilmu, individu dan masyarakat. Menjadikan bahan evaluasi untuk dapat
menciptakan intelaktual muda dimasa mendatang yang dapat memenuhi kriteria
tersebut. Maka dari itu sesuai dengan AD HMI Pasal 4 HMI memiliki tujuan yaitu
“Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, Yang Bernafaskan Islam dan
Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang Diridhoi Allah
Subhanahu Wa Ta’ala”.

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 |9


Pada hakekatnya dengan dirumuskannya tujuan HMI maka secara pengertian HMI
bukan sekedar organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif namun sebaliknya
secara kualitatif HMI merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide.
Memimpin dan membimbing anggotanya untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara
perjuangan yang benar dan efektif.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “man of future” insan pelopor yaitu
insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli
dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari
ilmu perjuangan secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Tipe ideal
dari hasil perkaderan HMI adalah “Man of Inovator” (Duta-duta pembantu). Penyuara
dari lima kalitas Insan Cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga kualitas
insan cita, yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan cita.
Ketiga insan kualitas pengabdi merupakan insan islam yang terrefleksi dalam sikap
senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Lalu bagaimana upaya HMI dalam membangun bangsa dan Negara ini? HMI
mempunyai peran dan berpartisipasi aktif, konstruktif bersama-sama pemerintah
Indonesia menciptakan kondisi yang kondusif dalam semua aspek kehidupan bangsa.
HMI harus bekerja sama dengan pemerintah, dan berani mengambil sikap kooperatif
dan kritis terhadap pemerintah dalam melayani rakyatnya. Kebijaksanaan harus sesuai
dengan ajaran islam (yang komperhensif, dinamis, progresif dan adil) yang memihak
kepada kepentingan rakyat menyerukan dan amal ma’ruf nahi munkar. HMI juga harus
berpartispasi aktif dalam meningkatkan harkat martabat peradaban bangsa Indonesia
dalam bidang pendidikan, ekonomi, kebudayaan sosial politis dan dimensi lainnya untuk
mencapai amanat pancasila dan UUD 1945, yakni masyarakat adil dan makmur.
Selanjutnya adalah sesuai dengan sifat Independensi HMI, yang merupakan sifat
organisasi, maka implementasinya perlu diwujudkan dalam bentuk sikap-sikap sebagai
penjabaran yaitu (1) cenderung pada kebenaran (hanief); (2) bebas, merdeka dan
terbuka; (3) objektif rasional dan kritis; (4) progresif dan dinamis; (5) demokratis, jujur
dan adil. Dalam aktualisasi perannya, HMI akan tetap setia pada khittah dan karakternya
sebagai organisasi mahasiswa yang independen. Independensi inilah yang menjadi nilai

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 | 10


moral bagi HMI dalam menjalankan misi organisasi. Independensi organisatoris akan
mencegah HMI menjadi underbouw dari organisasi politik manapun juga. Sedangkan
independensi etis akan menuntun HMI untuk tetap setia dalam memperjuangkan
kebenaran. Bagi HMI, kekuasaan politik bukanlah wilayah yang haram, politik justru
mulia apabila di jalankan diatas etika dan bertujuan untuk menegakkan nilai-nilai
kebenaran dan keadilan. Sebaliknya, HMI akan tampil kedepan menentang kekuasaan
yang korup dan menyeleweng. Hal ini dibuktikan ketika HMI terlibat aktif dalam merintis
dan menegakkan orde baru. Demikian juga pada saat sekarang dan masa mendatang,
kritik ini tidak boleh mengurangi rasa percaya diri HMI untuk tetap melakukan Amar
Makruf Nahi Munkar.
Hal demikian adalah konsekuensi HMI sabagai komunitas intelektual muda,
intelektual adalah kaum bebas dan independen, tetapi sekaligus bertanggung jawab
pada lingkungannya, pada masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam hal ini HMI akan
tetap merawat sikap kritisnya yang bersifat konstruktif dan proaktif. HMI akan
menghindarkan diri dan melawan sikap-sikap apriori, reaktif dan destruktif. Sekaligus
HMI berpandangan bahwa perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar, oleh karena
itu pembaruan menjadi keniscayaan. Tetapi perbedaan pendapat dan proses pembaruan
harus tetap dibingkai oleh kesadaran dan kultur taat asas. Inilah Visi kedepan HMI untuk
tetap berjalan di atas rel harapan yang pernah dilontarkan Jendral Soedirman, agar HMI
benar-benar mampu menjadi (H)arapan (M)asyarakat (I)ndonesia. Perjuangan
membangun bangsa ini harus tetap dilaksanakan atas landasan konstitusional, di dalam
kerangka acuan yang telah disepakati bersama.
Oleh karena itu, HMI denga komitmen keumatan dan kebangsaan atau Keislaman
Indonesiaan memiliiki tanggung jawab untuk selalu menjaga dan memelihara keutuhan
bangsa dan Negara ini, sebagaimana tujuan pertama didirikannya HMI 5 Februari 1947
yakni, (1) Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia; (2) Menegakkan Mengembangkan Ajaran Agama Islam. Salah satu
penghambat kemajuan bangsa adalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan
kesenjangan sosial.
Maka, HMI sebagai salah satu wadah perjuangan harus mampu merespon
kompleksitas permasalahan bangsa dan lebih solutif. Dengan Insan Penciptanya HMI

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 | 11


menjadi Garda terdepan memimpin dengan cerdas dan strategis, dengan tekat
mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

KESIMPULAN
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi perkaderan sesuai yang
termaktub dalam pasal 8 (fungsi) “HMI berfungsi sebagai organisasi Kader”. Pencetusan
kader dilakukan dengan melalui berbagai macam pola perkaderan yang tersistematis
dan dengan sadar dan tidak bertentangan dengan pedoma perkaderan HMI.
Jenjang perkaderan baik secara formal dan informal serta perkaderan yang
bersifat pembentukan etika dan inteletual adalah cara untuk menciptakan kader yang
jadi pemimpin yang siap mengabdikan dirinya kepada ummat dan bangsa demi
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai
tugas dan tanggung jawab seabagai “khalifa fil ard” (pemimpin dimuka bumi) yang
berkewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-nya.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memberikan pengaruh yang baik
pula yaitu pemimpin yang bersifat Good Governance. Maka HMI adalah wadah
candradimuka untuk pembentukan kader sesuai dengan ideologinya yaitu NDP (Nilai-
nilai Dasar Perjuangan) yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits yang menjadi dasar
serta landasan bentuk pengabdian Himpunan Mahasiswa Islam kepada ummat Muslim,
dan Ummat manusia serta bangsa dan Negara tercinta Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Ambri, H. (2016). kepimpinan yang efektif, 3(1), 77 - 82. doi:23554118
daswati. (2012, februari). implementasi peran kepimpinan dengan gaya kepimpinan
menuju kesuksesan organisasi, 4(1), 183 - 798. doi:14113341
hasdiansyah, a. (2017, agustus). peran kader himpunan mahasiswa islam dalam
membangun tradisi ilmiah didalam kampus, 2(2), 116 - 113. doi:24491717
solikin, a., Fatchorahaman, H. M., & Supardi. (2017). pemimpin yang melayani dalam
membangun bagsa yang mandiri, 90 - 103.
Syarufudin, E. (2004, desember). teori kepimpinan, 21(102), 459 - 477.

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 | 12


yudiaatmaja, f. (2013, agustus). kepimpinan kosep teori dan karekternya, 12(2), 29 -38.
doi:14128683
Arni, N., & Nur, A. (2021). Resistensi Perempuan terhadap Kuasa di Balik Kasus
Perampasan Ruang Hidup: Studi Ekofeminisme. Najwa: Jurnal Muslimah dan Studi
Gender, 1(1), 60-72.
Aziz, M. Imam (ed). 2001. Galaksi Simulacra: Esai-Esai Jean Baudrillard. Yogyakarta: LKiS.
Baudrillard, Jean. 1988. The Ecstasy of Communication (Terjemahan Jimmy Firdaus).
Yogyakarta: Kreasi Wacana
Herima, H. B. (2018). Hiperrealitas Pengguna Instagram di Lingkungan Fisip Universitas
Maritim Raja Ali Haji. Hiperrealitas Pengguna Instagram.
Holmes, D. 2012. Teori Komunikasi. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Maryani dan Ahmadi. 2010. Komunikasi Virtual: Teori dan Praktek. Bandung: Ihsan Press.
Nurhadi, Zikri Fachrul. 2017. Teori Komunikasi Kontemporer. Jakarta: Prenada Media
Group. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial.
Piliang, Yasraf Amir. 1999. Hiper-realitas Kebudayaan.
Qashmal, Zaim. 2015. Hubungan Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap
Pembentukan Citra Diri. Bandung: Perpustakaan Universitas Islam Bandung
Baudrillard, Jean. 1983. Simulations. Translated by Paul Foss, Paul Paton, and Philip
Beitchman. Printed in tech United States of America
Castells, M. 2004. The Network Society A Cross cultural Perspective. Cheltenham, Uk
Northampton, MA, USA : Edward Elgar Publishing, Inc.
Nur, A. (2021). Fundamentalisme, Radikalisme dan Gerakan Islam di Indonesia: Kajian
Kritis Pemikiran Islam. Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 2(1), 28-36.
Nur, A. (2020). Sastra Populer dan Kekalahan Diskursus Kemasyarakatan.
Nur, A. (2020). Mistisisme tradisi mappadendang di Desa Allamungeng Patue,
Kabupaten Bone. Jurnal Khitah: Kajian Islam, Budaya dan Humaniora, 1(1), 1-16.
Peristiwati, Maria. Hiperealitas Online Shop Dan Tindakan Konsumtif Melalui Jejaring
Sosial Online (Studi Aktivitas Belanja Online Mahasiswi Melalui Facebook). Journal
Piliang, Yasraf. 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studie Atas Matinya Makna.
Yogyakarta : Jalasutra

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 | 13


Przybylski, dkk. 2013. Motivational, emotional, and behavioral corelates offear offmising
out. Computers in human behavior, 1841-1848
Trisilowaty, Dessy. Eksistensi Dan Identitas Di Media Baru. Jurnal Komunikasi Universitas
Trunojoyo Madura DOI:http://dx.doi.org/10.21107/ilkom.v11i1.2837
Wahyudi, Hendro Setya dan Mita Puspita Sukmasari. 2018. Teknologi dan Kehidupan
masyarakat. Jurnal Analisa Sosiologi, 3(1)
DOI:https://doi.org/10.20961/jas/v3i1.17444
Yanti Dwi Astuti. Dari Simulasi Realitas Sosial Hingga Hiper-Realitas Visual:Tinjauan
Komunikasi Virtual Melalui Sosial Media Di Cyberspace. Jurnal Ilmu Komunikasi Uin
Sunan Kalijaga
Yusuf, Ahmad. (2018). Hiperealitas Simulakra Media Sosial Studi Pada Mahasiswa KPI IAIN
Purwokerto Pengguna Instagram . Purwokerto; Skripsi
Nur, A. (2020). Paradigma Masyarakat dan Keredupan Masa Depan Pendidikan di Desa
(Potret Pendidikan Masyarakat Desa Allamungeng Patue, Kabupaten Bone,
Sulawesi Selatan).
Nur, A. (2021). Fundamentalisme, Radikalisme dan Gerakan Islam di Indonesia: Kajian
Kritis Pemikiran Islam. Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 2(1), 28-36.
Hanapi, S. R. R., & Nur, A. (2020). Budaya Konsumerisme dan Kehidupan Modern;
Menelaah Gaya Hidup Kader Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Gowa
Raya. Jurnal Khitah: Kajian Islam, Budaya dan Humaniora, 1(1), 42-49.
Makmur, Z., Arsyam, M., & Alwi, A. M. S. (2020). Strategi Komunikasi Pembelajaran Di
Rumah Dalam Lingkungan Keluarga Masa Pandemi. KOMUNIDA: Media
Komunikasi dan Dakwah, 10(02), 231-241.
Makmur, Z., Arsyam, M., & Delukman, D. (2021). The Final Destination's uncomfortable
vision to the environmental ethics. Journal of Advanced English Studies, 4(2), 76-
82.
Nur, A. (2020). Interelasi Masyarakat Adat Kajang dan Pola Kehidupan Modern.
Nur, A. (2021). The Culture Reproduction In the Charles Dickens’ Novel “Great
Expectations” (Pierre-Felix Bourdieu Theory). International Journal of Cultural and
Art Studies, 5(1), 10-20. https://doi.org/10.32734/ijcas.v5i1.4866

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 | 14


Nur, A. (2021, December). GHAZWUL FIKR AND CAPITALISM SPECTRUM: ISLAMIC
STUDENTS ON OLIGARCHY SHADES. In Proceedings of the International
Conference on Social and Islamic Studies (SIS) 2021.
Nur, A. (2020). Mistisisme tradisi mappadendang di Desa Allamungeng Patue,
Kabupaten Bone. Jurnal Khitah: Kajian Islam, Budaya dan Humaniora, 1(1), 1-16.
Nur, A., & Makmur, Z. (2020). Implementasi Gagasan Keindonesiaan Himpunan
Mahasiswa Islam; Mewujudkan Konsep Masyarakat Madani Indonesian Discourse
Implementation of Islamic Student Association; Realizing Civil Society
Concept. Jurnal Khitah, 1(1).
Syam, M. T., Makmur, Z., & Nur, A. (2020). Social Distance Into Factual Information
Distance about COVID-19 in Indonesia Whatsapp Groups. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 18(3), 269-279

Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 2(2), 2021 | 15

You might also like