You are on page 1of 8

Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611

Volume 3 Nomor 1 Halaman 293-300 April 2018 e-ISSN 2623-1980

IDENTIFIKASI KARAKTER LANSEKAP DAN AKTIVITAS ANTROPOGENIK


DALAM UPAYA KONSERVASI KERANG KAPAH (Polymesoda erosa) DI PESISIR
PANTAI DESA TABANIO

Identification of Landscape Characteristic and Anthropogenic Activity to


Support the Conservation of Shellfish on the Shores of Tabanio Village

Anang Kadarsah *, Krisdianto


Program Studi Biologi FMIPA ULM, Jl. A. Yani km 35,8, Banjarbaru, Indonesia
*Surel: anangkadarsah@unlam.ac.id

Abstract
Landscape character and anthropogenic activity are two important factors that influence the conservation of shellfish
(Polymesoda erosa) as food chain feeder filters and drivers of the economic system on the coast. The purpose of this
research is to identify the character of landscape and anthropogenic activity on the conservation of shellfish in the coast
of Tabanio Village, Takisung District, Tanah Laut Regency. The results showed that there are 7 types of landscape in
Coastal Village of Tabanio Village covering settlement, rice field, plantation, grave, sleep field, office, and other public
infrastructure. The largest use of landscaping is dominated by rice fields (34 percent), sleeping land (33 percent) and
settlements (29 percent), while the smallest use is grave (0.2 percent). There are five types of anthropogenic activities
that threaten the conservation of shellfish in Tabanio Village : (1) Wild hunting of wildlife, (2) Incorporating exotic species
of plants and animals into the area, (3) Damaging, picking, cutting and destroying plants and animals in and from the
region, (4) and animals in the area, and (5) Change the landscape that interfere with the life of plants and animals. The
two most frequent activities of the people in Tabanio Village are destruction, harvesting, felling, and destruction of plants
and animals in and from the region (87.7 percent) and poaching of wild animals (81 percent). While the lowest activity is
making a hole that disrupts plants and animals in the region (37 percent). The average acquisition of the entire
population of Tabanio Village from the hunting of shellfish per year is 3960 kg and the selling price of Rp5,000 per
kilogram then the gross revenue is Rp19.800.000.

Keywords: landscape, activity, anthropogenic, shellfish, coastal

1. PENDAHULUAN (https://infotanahlaut.com/kecamatan-takisung-
ditetapkan-zona-wisata-mangrove/).
Pantai Desa Tabanio, Kecamatan Takisung Berdasarkan data Direktorat Jenderal
merupakan salah satu kawasan pesisir yang berada Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2014),
di sekitar muara Sungai Barito yang mengalami keberadaan 150 ha hutan mangrove Desa Tabanio
tekanan hebat akibat aktivitas antropogenik dan ternyata bisa turut menunjang aktivitas denyut
perubahan lansekap. Penelitian terdahulu ekonomi desa khususnya karena keberadaan
menunjukkan kerusakan vegetasi pesisir khususnya kerang kepah (Polymesoda erosa) sebagai filter
mangrove yang paling parah umumnya ditemukan feeder rantai makanan dan penggerak sistem
di sekitar muara sungai pesisir Kalimantan Selatan ekonomi di pesisir pantai desa. Morton (1984),
seperti tergusurnya permukiman, kebun dan tambak mengatakan bahwa ekosistem mangrove yang
serta kerusakan bahu jalan propinsi antar dicirikan dengan tingginya keanekaragaman hayati,
kabupaten oleh abrasi pantai (Iriadenta 2001). di antaranya kelompok kekerangan dari famili
Meskipun beberapa wilayah pesisir di desa ini Corbiculidae yang berasosiasi dengan mangrove
mengalami kerusakan namun masih dapat dijumpai seperti Polymesoda erosa, Polymesoda expansa
beberapa bagian hutan mangrove yang relatif dan Polymesoda bengalensis.
terjaga. Dengan alasan demikian desa ini Kepunahan kerang kepah akibat eksploitasi
kemudian dijadikan pilot project pengembangan berlebihan dan perubahan lansekap adalah
wisata mangrove bersama desa Pagatan Besar dan ancaman nyata di depan mata. Jika terus dibiarkan,
Desa Takisung sejak tahun 2015 oleh Kementerian aktivitas pengambilan kerang bakau oleh
Perikanan dan Kelautan RI masyarakat akan semakin tidak terkendali dan daya
dukung lingkungan pantai semakin buruk. Salah

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


293
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 293-300 April 2018 e-ISSN 2623-1980

satu indikator yang bisa digunakan untuk Alat-alat yang digunakan antara lain GPS,
mengetahui seberapa jauh daya dukung lingkungan buku catatan, alat perekam suara, dan kamera
desa terhadap eksistensi kerang kepah P. erosa digital, sedangkan bahannya adalah data
lansekap, aktivitas antropogenik terkait konservasi
adalah dengan mengetahui karakter lansekap dan kerang kepah, analisis nilai ekonomi dan
aktivitas antopogenik dalam menjaga keberlanjutan pengelolaan kerang kepah di Desa Tabanio.
sistem ekologi dan ekonomi di pesisir pantai. Pengambilan data dilakukan melalui survey
Sejauh ini informasi mengenai pengaruh data potensi desa, lansekap, dan pengamatan
karakter lansekap dan kegiatan antropogenik aktivitas antropogenik serta analisis ekonomi
terhadap konservasi kerang kepah (Polymesoda kerang kepah. Survey profil desa meliputi batas
erosa) di Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah wilayah, luas wilayah, jumlah penduduk,
Laut belum terdokumentasi dengan baik. Padahal perbandingan jenis kelamin, dan mata
pencaharian. Survei lansekap meliputi jenis
informasi ini sangat diperlukan mewujudkan lansekap, luas lansekap dan jumlah koridor di
melestarikan biodiversitas berbasis pendekatan setiap lansekap. Survey aktivitas antropogenik
coarse filter yakni menjaga keseluruhan biomassa dikaitkan dengan konservasi kerang kepah.
yang jumlahnya luar biasa - jutaan spesies - dari secara deskriptif. Pengaruh perbedaan lansekap
keanekaragaman hayati yang ada (Vold dan Buffet, dan aktivitas antropogenik terhadap nilai ekonomi
2008). Informasi ini juga diperlukan sebagai modal kerang kepah dihitung menggunakan korelasi
dasar meningkatkan ketahanan di pesisir pantai Pearson pada tingkat kepercayaan 95%.
terhadap gangguan dan ancaman pasokan pangan,
kestabilan politik dan budaya (Kuspriyangga, 2011). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas 3.1. Profil Desa Tabanio
maka tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
karakter lansekap dan kegiatan antropogenik yang Desa Tabanio berbatasan dengan Desa Sungai
berpengaruh terhadap upaya konservasi kerang Bakau / Raden, Kecamatan Kurau di utara, (2) Desa
kepah (Polymesoda erosa) khususnya di pesisir Pagatan Besar, Kecamatan Takisung di selatan, (3)
pantai Desa Tabanio, Kecamatan Takisung, Desa Ujung Batu / Panjaratan, Kecamatan Pelaihari
Kabupaten Tanah Laut. di timur, dan (4) Laut Jawa di barat (Direktorat
Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa:
2. METODE Desa Tabanio, 2014). Potensi pariwisata desa ini
berupa pasir pantai
Penelitian dilaksanakan di Desa Tabanio, (https://kalsel.antaranews.com/berita/46932/bupati-
Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut. hadiri-peringatan-nuzulul-quran-desa-tabanio).
Secara geografis dan astronomis desa ini terletak Jumlah penduduk Desa Tabanio pada tahun
pada lintang 114°44’25,9” Bujur Timur 2014 3.986 orang. Jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan adalah 2.057 dan 1.929 orang (Gambar
3°26’52,0” Lintang Selatan (Gambar 1). Penelitian
2). Jumlah penduduk laki-laki di Desa Tabanio
ini berlangsung tiga bulan (Agustus - Oktober 2016).
terbanyak dijumpai pada usia dewasa atau 21 - 30
tahun (33,7%), sedangkan jumlah terbesar
perempuan pada usia remaja (11 - 20 tahun)
32,5%.
Kecamatan Takisung

Desa Tabanio

Gambar 1. Lokasi penelitian berada di Desa Tabanio,


Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


294
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 293-300 April 2018 e-ISSN 2623-1980

Gambar 2. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki berpotensi besar dalam produktifitas dan kreatifitas
dengan perempuan di Desa Tabanio (https://www.indonesia-
investments.com/id/budaya/penduduk/item67?).
Pengembangan sumber daya manusia adalah 3.2. Karakter Lansekap Desa Tabanio
kunci untuk mencapai kualitas kehidupan manusia
yang lebih baik. Salah satu cara untuk Data dari Direktorat Jenderal Pemberdayaan
meningkatkan kualitas hidup manusia adalah Masyarakat dan Desa: Desa Tabanio (2014)
dengan melibatkan masyarakat di bidang diketahui luas total wilayah Desa Tabanio adalah
pendidikan, baik pendidikan formal maupun 2.355 ha. Sebanyak tujuh jenis lansekap ekosistem
informal. Diharapkan setiap keluarga dapat ditemukan di Desa Tabanio antara lain :
mengambil keuntungan dari adanya pendidikan pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan,
formal juga memiliki preferensi yang baik untuk lahan tidur, perkantoran, dan prasarana umum
melibatkan anak-anak mereka untuk menempuh lainnya. Tipe penggunaan lahan di Desa Tabanio
pendidikan formal guna memperluas pengetahuan juga terbagi menjadi dua bagian yakni lahan kering
dan pikiran mereka (Suryani, Amanah, dan dan lahan basah. Lahan kering terdiri dari
Kusumastuti, 2004). tegal/ladang, pemukiman, dan pekarangan
Gambar 5 menunjukkan perbandingan tingkat sedangkan lahan basah terdiri dari sawah tadah
pendidikan berdasarkan perbedaan jenis kelamin di hujan, sawah irigasi setengah teknis, rawa dan
Desa Tabanio Kecamatan Takisung. Mayoritas gambut. Persentase luas lahan kering dan lahan
penduduk (44,38%) dalam usia sekolah (6 - 25 basah di Desa Tabanio adalah 30,4% dan 69,6%.
tahun) menyelesaikan pendidikan SD/sederajat Permukiman mendominasi seluruh lahan
dengan rasio perempuan dan laki-laki 24,21% dan kering (93,9%) di Desa Tabanio, sisanya adalah
20,17%. Tingkat pendidikan yang paling sedikit tegal/ladang 3,19% dan pekarangan 3,72%
ditempuh adalah D-3/sederajat (0,81%) dengan (Gambar 4). Permukiman dikenali dari bentuk kotak-
rasio perempuan dan laki-laki 0,34% dan 0,47%. kotak sederhana yang saling berdekatan dengan
ukuran relatif kecil. Warna yang terlihat berupa
putih, coklat cerah sampai coklat gelap. Pemukiman
umumnya terletak di pinggir jalan memanjang
mengikuti pola jalan. Sedangkan vegetasi biasanya
berwarna hijau muda sampai berwarna tua (Malik,
2011).
Menurut Yaherwandi, Manuwoto, Buchori,
Hidayat & Prasetyo (2007) pada lansekap pertanian
moderen akan ditemukan kondisi struktur spasial,
keanekaragaman habitat dan komposisi habitat
yang sangat bervariasi dari satu lanskap ke lanskap
yang lain. Lansekap pesisir adalah lingkungan yang
Gambar 3. Tingkat pendidikan berdasarkan jenis menjadikan air sebagai agen geomorfik utama. Air
kelamin di Desa Tabanio Kecamatan dalam bentuk ombak lembut atau kencang akan
Takisung
menabrak garis pantai. Angin juga bisa menjadi
agen geomorfik di lingkungan ini dan menciptakan
Data sensus penduduk tahun 2014 di Desa
banyak bentang alam pesisir seperti tebing, gua,
Tabanio menunjukkan penduduk berumur di bawah
pantai, bukit pasir, terumbu karang dan pulau-pulau
10 tahun berjumlah 18,09%, di bawah 20 tahun
(Education Services Australia, 2013).
sekitar 35,1%, dan di bawah 30 tahun sekitar
52,48%. Bila dibandingkan dengan proporsi
penduduk negara RI berdasarkan sensus pada
tahun 2010, sekitar 19% penduduk Indonesia
adalah anak yang umurnya di bawah 10 tahun,
sekitar 37% di bawah 20 tahun dan sekitar
setengah populasi Indonesia berusia di bawah 30
tahun. Angka-angka ini menunjukkan (dari
perspektif demografis) bahwa penduduk Desa
Tabanio di Kecamatan Takisung pada khususnya

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


295
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 293-300 April 2018 e-ISSN 2623-1980

pertambangan, dan polusi lingkungan. Kategori


Gambar 4. Penampakan struktur lansekap ekosistem kompetisi spesies eksotik meliputi pemasukkan
pesisir pantai di Desa Tabanio, Kecamatan spesies eksotik dengan berbagai cara,
Takisung (maps.google.com).
penghilangan sengaja spesies asli, dan penyebaran
spesies eksotik tidak terkendali. Sedangkan
3.3. Aktivitas Antropogenik dan Struktur kategori eksploitasi sumber daya hayati secara
Lansekap berlebihan diantaranya penangkapan komersial
atau perburuan yang berlebihan dan penggunaan
Gangguan secara luas didefinisikan sebagai alat tangkap atau berburu yang tidak sesuai aturan
peristiwa gangguan fisik (pengurangan atau (Sunaryo,Uji & Tihurua 2012).
penghapusan biomassa) serta perubahan Gambar 5 secara umum menampilkan data
ketersediaan sumber daya dan perubahan akibat aktivitas antropogenik yang paling sering dilakukan
kebakaran, pembalakan atau banjir (Hill, Tung & berdasarkan pada kategori mata pencaharian di
Leishman 2005). Gangguan akibat aktivitas Desa Tabanio. Kegiatan yang paling sering
antropogenik tidak hanya sekedar mengubah dilakukan adalah pencemaran lingkungan yang
jumlah barang dan layanan yang dihasilkan berupa pembuangan limbah ke lansekap (91,4%),
ekosistem, tetapi dalam jangka panjang mengubah dan aktivitas kehutanan terutama penebangan
sifat stabilitas dari sistem ekologi secara pohon mangrove (71,7%). Aktivitas pertanian
keseluruhan (O`neill 2001). Gangguan dapat seperti mengubah jalur air dan pembuatan tambak
bersifat lokal atau regional, namun dampak pengembangan perkotaan dan pertambangan
ekologisnya menyebar sampai tingkat global. adalah tiga kegiatan utama yang turut mengubah
Definisi gangguan antropogenik disesuaikan memberi kontribusi 26,9%. Pengembangan
dengan tujuan konservasi berbasis pendekatan perkotaan seperti konversi lahan pertanian menjadi
coarse filter yakni mengamati perubahan struktur pemukiman penduduk memberikan kontribusi
lansekap, dan praktek konservasi kerang kepah. 17,3% dan kontribusi kegiatan pertanian
Aktivitas antropogenik dan dampaknya terkait (pengubahan bentuk fisik tata ruang dan zonasi
dengan perubahan struktur lansekap dibagi menjadi yang ditetapkan) 15,9%.
tiga tema penting meliputi perusakan habitat,
kompetisi spesies eksotik, dan eksploitasi sumber
daya hayati secara berlebihan (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis-jenis aktivitas antropogenik dan


dampaknya terkait perubahan struktur
lansekap di Kecamatan Takisung

Jenis Gangguan Antropogenik


Perusakan habitat
1. Pertanian : Pengubahan jalur air dan pembuatan
tambak
2. Pengembangan perkotaan : Konversi lahan
pertanian menjadi pemukiman penduduk
3. Kehutanan : Penebangan pohon mangrove
4. Pertambangan : Perubahan fisik tata ruang dan Gambar 5. Jenis aktivitas antropogenik berdasarkan
zonasi yang ditetapkan perbedaan mata pencaharian di Desa
5. Polusi lingkungan : pencemaran . Tabanio, Kecamatan Takisung
Kompetisi spesies eksotik
1. Pemasukkan spesies eksotik dengan berbagai cara Secara umum aktivitas antropogenik akan
2. Penghilangan dengan sengaja spesies asli yang mengubah struktur dan fungsi ekosistem (Chapin III,
bernilai tinggi
3. Penyebaran spesies eksotik yang dibiarkan tanpa Matson, dan Mooney, 2002). Seperti halnya
upaya pengendalian penelitian Kadarsah dan Krisdianto (2016) di
Eksploitasi SDH secara berlebihan ekosistem sungai Riam Kanan yang menemukan
1. Penangkapan komersial yang berlebihan ada tiga jenis kegiatan antropogenik yang
2. Penggunaan alat tangkap atau berburu yang tidak
sesuai aturan
berpotensi mengganggu fungsi ekologi, yaitu
kegiatan rumah tangga, keramba jaring apung, dan
Kategori perusakan habitat meliputi sektor penambangan pasir. Gangguan karena aktivitas
pertanian, pengembangan perkotaan, kehutanan, antropogenik terhadap fungsi ekologi lebih sering

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


296
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 293-300 April 2018 e-ISSN 2623-1980

terjadi pada tepi sungai, dan berdasarkan waktunya Mengubah bentang alam yang mengganggu
gangguan tersebut lebih sering terjadi pada sore kehidupan tumbuhan dan satwa, 4). Membuat
hari. lubang yang mengganggu tumbuhan dan satwa
Adapun pada ekosistem mangrove, dalam kawasan, dan 5).Merusak, mengambil,
khususnya di pesisir pantai Desa Tabanio menebang, dan memusnahkan tumbuhan dan
gangguan yang sering dijumpai adalah penebangan satwa dalam dan dari kawasan
pohon yang memanfaatkan langsung sumber daya
hayati di dalam ekosistem mangrove. Penebangan Tabel 2. Jenis-jenis aktivitas antropogenik terkait
pohon tidak hanya berdampak terhadap kehilangan konservasi kerang kepah di Desa Tabanio
vegetasi di ekosistem mangrove namun dampak
Jenis Gangguan Antropogenik Skala
besar lain adalah alih fungsi lahan menjadi tambak
1. Perburuan liar terhadap satwa V
ikan/udang. Dampak negatif lanjutannya adalah 2. Memasukkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa IV
hilangnya berbagai layanan yang disediakan eksotik ke kawasan
ekosistem mangrove seperti : tempat penangkapan 3. Mengubah bentang alam yang mengganggu III
ikan secara langsung, sumber kayu bakar dan kehidupan tumbuhan dan satwa
4. Merusak, mengambil, menebang, dan
arang, sumber kayu bangunan, sumber bahan memusnahkan tumbuhan dan satwa dalam dan II
pangan, pakan ternak, bahan obat, bahan baku dari kawasan
industri, serta kepentingan pariwisata dan 5. Membuat lubang yang mengganggu tumbuhan
pendidikan (Setyawan dan Winarno, 2006). dan satwa dalam kawasan I
Keterangan: Skala gangguan menunjukkan urutan gangguan
dan aktivitas yang paling sering dilakukan oleh
3.4. Aktivitas Antropogenik dan Konservasi penduduk

Terkait konservasi biodiversitas pemerintah telah Merusak, mengambil, menebang, dan


mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik memusnahkan tumbuhan dan satwa dalam dan dari
Indonesia Nomor 68 Tahun 1998. Pada pasal 4 kawasan adalah aktivitas tertinggi yang dilakukan
disebutkan bahwa pengelolaan kawasan suaka penduduk Desa Tabanio (87,7%) (Gambar 6).
alam dan kawasan pelestarian alam dilakukan Aktivitas tertinggi kedua adalah perburuan terhadap
sesuai dengan fungsi kawasan yakni : 1). sebagai satwa (81%), dan aktivitas terendah ialah membuat
wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan; lubang yang mengganggu tumbuhan dan satwa
2). sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman dalam kawasan (37%).
jenis tumbuhan dan atau satwa beserta
ekosistemnya ; dan 3). untuk pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Sedangkan aktivitas yang dapat mengakibatkan
perubahan keutuhan kawasan diatur dalam pasal
19 ayat 2 : (1) melakukan perburuan terhadap
satwa yang berada di dalam kawasan; (2)
memasukkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa
bukan asli ke dalam kawasan; (3) memotong,
merusak, mengambil, menebang, dan
memusnahkan tumbuhan dan satwa dalam dan dari
kawasan; (4) menggali atau membuat lubang pada
tanah yang mengganggu kehidupan tumbuhan dan
satwa dalam kawasan, atau (5) mengubah bentang Gambar 6. Aktivitas antropogenik berdasarkan mata
alam kawasan yang atau mengganggu kehidupan pencaharian dan dampaknya terhadap
tumbuhan dan satwa. konservasi biodiversitas di Desa Tabanio.
Peraturan diatas menjadi landasan penting
untuk menentukan jenis-jenis gangguan dan Dominansi mata pencaharian penduduk
dampak yang timbul terhadap konservasi sebagai nelayan (47,2 %) dan petani (24,5%)
biodiversitas di Desa Tabanio Kecamatan Takisung diduga memberikan pengaruh yang kuat terhadap
berdasarkan urutan skala gangguan (Tabel 2). aktivitas antropogenik yang terjadi antara Desa
Gangguan yang dimaksud meliputi: 1) Perburuan Tabanio. Dalam peraturan Undang-Undang
liar terhadap satwa, 2) Memasukkan jenis-jenis Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 tentang
tumbuhan dan satwa eksotik ke kawasan, 3). perlindungan dan pemberdayaan nelayan, pembudi

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


297
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 293-300 April 2018 e-ISSN 2623-1980

daya ikan, dan petambak garam disebutkan Selain dijual mental, kerang kepah secara
mengenai perbedaan antara nelayan dengan buruh tradisional digunakan penduduk Desa Tabanio
nelayan. Nelayan adalah setiap orang yang mata sebagai makanan yang mengandung protein tinggi
pencahariannya melakukan penangkapan ikan dan bisa disantap bersama nasi sebagai makan
sedangkan nelayan buruh adalah nelayan yang pokok. Diketahui kandungan nutrisi pada semua
menyediakan tenaganya yang turut serta dalam kelompok (% berat kering) kerang kira-kira sebagai
usaha penangkapan ikan. berikut : kadar air 14 – 16 %, kadar abu 9 – 55 %,
kadar Lemak 6.2 – 6.8 %, serat kasar 0.03 – 0.04
3.5. Nilai Ekonomi Kerang Kepah %, protein kasar 50 – 55 %, karbohidrat 2.36 – 4.95
% dan serat memberikan energi sebesar 69 – 88
Penghitungan potensi ekonomi kerang kepah di kkal/100 gram daging (Khasanah, 2010).
Desa Tabanio diketahui berdasarkan hasil Salahsatu jenis olahan yang banyak dimakan
wawancara dari 10 responden yang bermata oleh penduduk lokal adalah gangan kepah.
pencaharian sebagai nelayan dan petani (Gambar Makanan ini dibuat dengan cara merebus terlebih
7). Hasil perhitungan menunjukkan rerata jumlah dahulu kerang di dalam panci sesuai kebutuhan. Air
kerang kepah hasil perburuan selama tiga bulan rebusan pertama dibuang karena biasanya
terakhir adalah 13 - 22 kg per bulan. Perolehan ini mengandung banyak pasir. Kerang itu selanjutnya
secara umum dipengaruhi oleh kondisi pasang atau dimasak kembali dengan menambahkan bawang
surut permukaan air laut. merah, bawang putih, garam serta gula. Kemudian
disajikan dalam piring dan disantap bersama nasi
atau langsung dimakan sebagai camilan seperti
terlihat pada Gambar 8.

Gambar 7. Penghitungan hasil perburuan kerang kepah


di Desa Tabanio (selama periode Agustus -
Oktober 2017).
Gambar 8. Salah satu teknik memasak kerang kepah
Dilihat dari mata pencaharian, nelayan secara tradisional di Desa Tabanio adalah
menduduki peringkat pertama (57,7%), peringkat dibuat menjadi gangan kerang (koleksi
kedua adalah petani (30%) dan terakhir adalah pribadi, 2017).
buruh tani (12,3%) dari jumlah total populasi 1351
penduduk yang terlibat aktif dalam perburuan Kemudian untuk meningkatkan rasa ketiak
kerang kepah di pesisir pantai Tabanio. Hasil makan kerang berikut ini adalah enam tips yang
perhitungan menunjukkan bahwa perolehan kerang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi kerang :
kepah dari hasil perburuan berada pada kisaran 312 1). Memasak kerang atau tiram hingga benar-benar
- 348 kg per bulan atau nilai rerata 330 kg per matang dengan cara merebusnya terlebih dahulu,
bulan. Jika dihitung dalam satu tahun maka kisaran untuk mematikan bakteri dan virus. 2). Membeli
perolehan perburuan kerang kepah adalah 3.744 - kerang yang dijual di supermarket atau penjual yang
4.176 kg per tahun atau rerata sekitar 3960 kg per terpercaya, yang berani memastikan jika kerang
tahun. Harga jual per satuan kilogram kerang mereka berasal dari daerah yang jauh dari polusi.
mentah sampai tingkat konsumen adalah Rp5.000. 3). Merebus kerang terlebih dahulu sebelum
Dengan demikian kisaran nilai ekonomi kerang dimasak dengan cara ditumis, dipanggang, atau
kepah pendapatan kotor hasil perburuan di pesisisr digoreng. 4). Membersihkan dengan menggunakan
pantai Tabanio setiap tahun sebelum dikurangi air mengalir hingga benar-benar bersih sebelum
biaya pembelian kantong plastik dan transportasi diolah. 5). Menghindari membeli kerang yang sudah
adalah Rp18.720.000 - 20.220.00 dengan rerata berbau seperti bau logam atau bahan kimia,
pendapatan sebesar Rp19.800.000. termasuk kerang yang sudah berlendir dan
mengeluarkan aroma tak enak. 6). Ibu hamil

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


298
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 293-300 April 2018 e-ISSN 2623-1980

sebaiknya tidak mengkonsumsi kerang, apalagi 4. Program pendampingan masyarakat untuk


tidak tahu bagaimana cara mengolahnya, karena meningkatkan ketrampilan.
kerang paling cepat menyerap limbah atau polutan
seperti merkuri yang dapat membahayakan 4. SIMPULAN
kesehatan dan keselamatan janin
(http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/nutrisi- Lima jenis aktivitas antropogenik yang mengancam
resiko-dan-manfaat-kerang.html). upaya konservasi kerang kepah di Desa Tabanio
adalah (1) Perburuan liar terhadap satwa, (2)
3.6. Konsep Pengelolaan Kerang Kepah Memasukkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa
eksotik ke kawasan, (3) Merusak, mengambil,
Terkait dengan struktur lansekap dan aktivitas menebang, dan memusnahkan tumbuhan dan
antropogenik maka konsep pengelolaan sumber satwa dalam dan dari kawasan, (4) Membuat
daya hayati pada dasarnya harus berdasarkan lubang yang mengganggu tumbuhan dan satwa
antara prinsip keberlanjutan (sustainability), dalam kawasan, dan (5) Mengubah bentang alam
keseimbangan antara faktor ekonomi dan ekologi, yang mengganggu kehidupan tumbuhan dan satwa.
dan kearifan lokal (Yuniati, 2011). Dalam kasus Dua aktivitas tertinggi yang sering dilakukan
pengelolaan kerang kepah, prinsip-prinsip di atas penduduk di Desa Tabanio adalah merusak,
dapat diadopsi dalam lima kegiatan pokok yaitu : 1). mengambil, menebang, dan memusnahkan
Pengelolaan pakan, 2). Pengelolaan kerang, 3). tumbuhan dan satwa dalam dan dari ukawasan
Pengelolaan hama penyakit, 4). Pengelolaan (87,7%) dan perburuan liar terhadap satwa (81%).
lingkungan, dan 5). Panen lestari (Tabel 3). Aktivitas terendah adalah membuat lubang yang
mengganggu tumbuhan dan satwa dalam kawasan
Tabel 3. Kriteria kegiatan konservasi kerang kepah (37%).
terkait struktur lansekap dan aktivitas Rata-rata perolehan seluruh penduduk Desa
antropogenik di Desa Tabanio Tabanio dari hasil perburuan kerang kepah per
tahun adalah 3.960 kg dan dengan harga jual
No. Kriteria kegiatan Penjelasan
1. Pengelolaan pakan Menyediakan kebutuhan pakan
Rp5.000 per kilogram maka pendapatan kotor yang
alami bagi kerang diperoleh adalah Rp19.800.000.
2. Pengelolaan kerang Memilah kerang ukuran dewasa Diperlukan program pendampingan
dan siap konsumsi masyarakat untuk meningkatkan ketrampilan
Mengembalikan hasil tangkapan nelayan dan petani dalam upaya meningkatkan
kerang yang berukuran kecil
3. Pengelolaan hama Membiarkan musuh alami keberhasilan konservasi dan pengelolaan kerang
penyakit pemangsa kerang kepah tetap kepah di Desa Tabanio Kecamatan Takisung.
hidup
4. Pengelolaan Mengurangi pencemaran ke 5. UCAPAN TERIMA KASIH
lingkungan habitat kerang, menjaga
ekosistem mangrove
5. Pengelolaan panen Pengaturan musim dan waktu Terima kasih disampaikan kepada Ketua LPPM
lestari untuk penangkapan kerang kepah ULM yang memberikan kesempatan dan juga
pendanaan penelitian ini melalui jalur PNBP.
Dalam hal ini upaya pengelolaan sumberdaya Penghargaan disampaikan kepada mahasiswa
kerang kepah di Pesisir Pantai Tabanio dapat Biologi FMIPA (Holi, Jung, Ade, dan Hakim) yang
mengadopsi konsep Co-management yang membantu pengumpulan data di lapangan.
diusulkan oleh Dewi (2010) berdasarkan hasil
penelitiannya mengenai kerang simping di Jawa 6. DAFTAR PUSTAKA
Tengah, yaitu:
1. Mengarahkan perubahan ukuran mata jaring Chapin III FS, Matson PA, Mooney HA. 2002. Principles
(mesh size) bagian kantong (cod end) dari 2 cm of Terrestrial Ecosystem Ecology. Springer, Tokyo.
Dewi DANN. 2010. Analisis Bioekonomi untuk
menjadi 5 cm dan dengan penambahan BED.
Pengelolaan Sumberdaya Kerang Simping
2. Diversifikasi alat tangkap yang memiliki (Amusium plueronectes) di Kabupaten Batang,
selektivitas tinggi dan tidak menguras habis Jawa Tengah. Tesis (Tidak Dipublikasikan).
sumberdaya, Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi
3. Pengaturan musim penangkapan Kerang Kepah, Pembangunan. Program Pasca Sarjana Universitas
dan Diponegoro, Semarang.

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


299
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 293-300 April 2018 e-ISSN 2623-1980

http://eprints.undip.ac.id/23800/1/Dian_Ayunita_Nu Khasanah F. 2010. Kandungan Nutrisi Kerang Totok


graheni_Nurmala_Dewi.pdf (Polymesoda erosa) pada Variasi Ukuran Panjang
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Yang Berbeda di Perairan Pulau Gombol, Cilacap.
Desa: Desa Tabanio. 2014. Profil Desa Tabanio Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Ilmu Kelautan
Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut Universitas Diponegoro, Semarang.
Provinsi Kalimantan Selatan. Departemen Dalam Malik M. 2011. Evaluasi Komposisi dan Struktur Vegetasi
Negeri, Jakarta. Mangrove di Kawasan Pesisir Kecamatan Tugu
Education Services Australia. 2013. Landscapes and Kota Semarang. Skripsi (Tidak Dipublikasikan).
Landforms. Core units: Exemplars – Year 8. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Illustration 1: Landscape and landforms of Wilsons Negeri Semarang, Semarang.
Promontory. http://lib.unnes.ac.id/8010/1/10536.pdf.
http://www.geogspace.edu.au/verve/_resources/2.3 O`neill RV. 2001. It is time to burry ecosystem concepts?
.4.2_1_Landscapes_landforms_pdf.pdf. (with full military honors, of course). Ecology,
Hill SJ, Tung PJ, Leishman MR. 2005. Relationships 82(12), 3275-3284.
Between Anthropogenic Disturbance, Soil Suryani N, Amanah S, Kusumastuti YI. 2004. Analisis
Properties and Plant Invasion in Endangered pendidikan formal anak pada keluarga nelayan di
Cumberland Plain Woodland, Australia. Austral Desa Karangjaladri, Kecamatan Parigi, Kabupaten
Ecology, 30, 775 –788. Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Buletin Ekonomi
Iriadenta E. 2001. Strategi Implementasi Perencanaan Perikanan, 5(2), 33-43
Dan Pengelolaan Kawasan Pesisir Kalimantan Vold T, Buffett DA. (eds.). 2008. Ecological Concepts,
Selatan Secara Terpadu. Ziraa’ah, 2, 56–62 Principles and Applications to Conservation, BC. 36
Kadarsah A, Krisdianto. 2016. Identification and pp. Available at: www.biodiversitybc.org.
Characterization of Anthropogenic Activities and Its Yuniati W. 2011. Sekolah Lapang Pengelolaan Bambu
Effect on Wetlands Ecological Functions: MAP‐Indonesia di Sulawesi Selatan. Mangrove
Simulation Case of Riam Kanan River in Banjar Journal MAP Indonesia, Februari 2011. http://blue-
District. Paper presented at International forests.org/wp/wp-content/uploads/2015/04/2010-
Conference of the Society for Indonesian Mangrove-Journal-SL-bambu-article.pdf.
Biodiversity (ICB). May 29, 2019. Padjadjaran
University, Bandung.

-----

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


300

You might also like