Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Mangrove ecosystem in some regions of the Bintan Bay has suffered damage due to development of
human settlements, developing of land transport infrastructure, and also logging by the community.
The aim of this study was to assess the level of damage, factors affecting the damage, and to calculate
the estimated value of claims for damaged mangrove ecosystem in the Bintan Bay, Bintan District. The
results showed that mangrove vegetation in Bintan Bay consists of 16 species. Based on the analysis of
standard criteria and guidelines for mangrove destruction KEPMENLH 201, 2004, the quality of
mangroves in Bintan Bay was considered in a good criteria (very dense and medium) and damaged
criteria (rare). The observation of satellite images from 1990 to 2013 showed that mangrove area
decreased by 501.39 hectares or 27.1%. Contributing factor due to the decrease of mangrove trees
was to fuel the manufacture of charcoal, construction of infrastructures such as roads, ports of fishing
boats and also the establishment of the fish pond. Based on rehabilitation application scenario for 15
years, the total area of compensated mangrove due to its damage was 1091.727 hectares with
rehabilitation cost of about Rp 30.372.391.000,00. Meanwhile, for 30 years scenario rehabilitation,
the total damage mangrove area that should be compensated was 1743.406 hectares.
ABSTRAK
Ekosistem mangrove di Teluk Bintan dibeberapa kawasan telah mengalami kerusakan akibat terjadi-
nya pengembangan pemukiman masyarakat, pengembangan infrastruktur transportasi darat, serta pem-
balakan oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji tingkat kerusakan, faktor pe-
nyebab kerusakan dan menghitung estimasi nilai klaim kerusakan ekosistem mangrove di Teluk
Bintan, Kabupaten Bintan. Hasil penelitian menunjukkan vegetasi mangrove di Teluk Bintan terdiri
dari 16 spesies. Berdasarkan hasil analisis kriteria baku dan pedoman kerusakan mangrove
KEPMENLH 201 tahun 2004, mangrove di Teluk Bintan masuk dalam kriteria baik (sangat padat dan
sedang) dan kriteria rusak (jarang). Hasil pengamatan citra satelit dari tahun 1990 hingga 2013 luasan
mangrove mengalami penurunan sebesar 501,39 hektar atau 27,1%. Faktor penyebabnya karena terjadi
penebangan pohon mangrove untuk bahan bakar pembuatan genteng, pembangunan infrakstruktur
seperti jalan raya, pelabuhan tangkahan perahu nelayan serta adanya pembuatan tambak. Berdasarkan
penerapan skenario rehabilitasi selama 15 tahun maka luas mangrove yang harus dikompensasi akibat
kerusakan yang terjadi adalah seluas 1091,73 hektar dengan biaya rehabilitasi sebesar Rp 30.
372.391.000,00. Sedangkan skenario rehabilitasi selama 30 tahun maka luas mangrove yang harus
dikompensasi seluas 1743,41 hektar.
Kata kunci: Teluk Bintan, ekosistem mangrove, estimasi nilai klaim kerusakan
116 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Winarno et al.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 117
Tingkat Kerusakan dan Estimasi Nilai . . .
118 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Winarno et al.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 119
Tingkat Kerusakan dan Estimasi Nilai . . .
yang pernah dilakukan oleh BPDAS Tan- Avicennia alba, Avicennia lanata, Brugueira
jungpinang. Biaya yang dibutuhkan dalam cylindrica, Brugueira gymnorhiza, Excoeca-
skala proyek rehabilitasi per hektar selama 3 ria agallocha, Lumnitzera littorea, Lumnit-
tahun adalah Rp 27.820.500. Biaya ini meru- zera racemose, Nypah, Rhizopora apicullata,
pakan merupakan jumlah total dari biaya ta- Rhizopora mucronata, Scyphiphora hydro-
hun berjalan, biaya tahun pertama dan biaya phyllacea, Sonneratia ovata, Xylocarpus gra-
tahun kedua. Rumus yang digunakan untuk natum dan Xylocarpus mollucensis.
mengetahui biaya rehabilitasi total adalah se- Hasil pengamatan dilokasi penelitian,
bagai berikut (Wahyuni, 2010). penyebaran jenis mangrove terlihat lebih ber-
variasi. Hal ini terlihat dari ditemukannya
TBR = BR0 x LAR …………………. (10) perbedaan jumlah jenis disetiap stasiun pe-
ngamatan. Stasiun 1, 2 dan 11 ditemukan 8
dimana: TBR=total biaya rehabilitasi (Rp), jenis mangrove dengan komposisi yang ber-
BR0=biaya rehabilitasi berdasarkan tahun pe- beda. Stasiun 7, 8 dan 10 ditemukan 7 jenis
netapan biaya rehabilitasi (Rp/hektar), LAR mangrove sedangkan stasiun 3 dan 10 ter- -
=luas area yang akan direhabilitasi (hektar). pat 10 jenis mangrove. Stasiun yang sedikit
ditemukan jenis mangrove adalah stasiun 6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu hanya di dominasi oleh Rhizopora dan
Xylocarpus. Jenis mangrove yang didominasi
3.1. Kondisi Ekosistem Mangrove oleh famili Rhizophoraceae. Hal ini disebab-
Ekosistem mangrove dilokasi peneli- kan karena sebagaian besar substrat pada
tian merupakan komunitas yang tumbuh se- lokasi penelitian didominasi oleh substrat
cara alami. Berdasarkan hasil pengamatan berlumpur dan lumpur berpasir yang me-
dan identifikasi mangrove di lokasi peneli- mungkinkan jenis mangrove tersebut tum-
tian, didapatkan kondisi vegetasi mangrove buh optimal. Komposisi jenis mangrove yang
di Teluk Bintan terdiri dari 16 spesies, yaitu tersebar pada lokasi penelitian selengkapnya
Acanthus ilicifolius, Acanthus ebracteatus, disajikan pada Gambar 2.
120 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Winarno et al.
Dari hasil analisis menunjukkan bah- nakan untuk mengungkapkan dominasi dan
wa Rhizophora apiculata, Xylocarpus grana- keberhasilan ekologisnya dalam suatu
tum dan Scyphiphora hydrophyllacea memi- ekosistem.
liki kerapatan relatif yang paling tinggi. Ke-
rapatan vegetasi mangrove dalam suatu eko- 3.2. Tingkat Kerusakan Perubahan Lua-
sistem memberikan perlindungan terhadap san Ekosistem Mangrove di Teluk
biota yang menempati tempat ini dari faktor Bintan
alam dan hewan predator. Nilai frekuensi re- Berdasarkan hasil analisis kriteria
latif jenis yang paling mendominasi adalah baku dan pedoman kerusakan mangrove
Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum, KEPMENLH 201 tahun 2004, mangrove di
Scyphiphora hydrophyllacea, Brugueira Teluk Bintan masuk dalam kriteria baik
gymnorhiza dan Excoearia agallocha. Hal ini (sangat padat dan sedang) dan kriteria rusak
menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut yang (jarang). Hal ini didasarkan oleh jumlah ke-
memiliki kemampuan adaptasi yang baik ter- rapatan pohon/hektar hasil pengamatan di-
hadap kondisi lingkungan. Simbala (2007) setiap stasiun pengamatan. Hasil kerapatan
menyatakan bahwa jenis yang memiliki nilai mangrove di lokasi penelitian tersaji pada
frekuensi dan nilai kerapatan tertinggi meru- Gambar 3.
pakan kategori jenis yang memiliki kemam- Jumlah fase pohon yang banyak pada
puan adaptasi yang baik terhadap kondisi stasiun yang kategori baik (stasiun 1, 3, 7)
lingkungan. dan stasiun kategori sedang (stasiun 6, 8, 10,
Hasil analisis menunjukkan bahwa in- 11) disebabkan karena tingkat eksploitasi
deks nilai penting dilokasi penelitian didomi- oleh masyarakat sekitar masih sedikit dan ka-
nasi oleh jenis Rhizophora apiculata, Xylo- rena lokasinya yang tidak berdekatan lang-
carpus granatum dan Scyphiphora hydro- sung dengan pemukiman penduduk sekitar-
phyllacea dengan perbedaan nilai setiap sta- nya, mengakibatkan penduduk lebih memilih
siun. Pada stasiun IV didominasi oleh jenis untuk memanfaatkan mangrove yang berada
Scyphiphora hydrophyllacea dengan nilai lebih dekat dengan pemukimannnya. Selain
INP 83,61 %. Mangrove jenis Xylocarpus itu, pada stasiun tersebut kondisi lingkungan
granatum mendominasi pada stasiun I, II, V, dalam kondisi yang ideal untuk tumbuh dan
VI, IX dan XI, dimana paling tinggi nilai INP berkembangnya mangrove sehingga kerapat-
distasiun VI yaitu 150,86 % dan paling ren- an pohon padat. Stasiun penelitian yang ma-
dah di stasiun IX dengan 49,92%. Sedang- suk dalam kategori rusak (jarang) terdapat
kan pada stasiun III, VII, VIII dan X di- pada stasiun 2, 5, 4, dan 9. Berdasarkan hasil
dominasi oleh jenis Rhizophora apiculate, wawancara dengan responden, berkurangnya
dengan nilai paling tinggi distasiun VIII yaitu jumlah pohon pada stasiun tersebut karena
91,17 % dan nilai paling rendah distasiun III sebagian besar masyarakat pada umumnya
yaitu 59,14 %. Menurut (Bengen, 2002), lebih cenderung memanfaatkan mangrove
tingkat dominasi (INP) antara 0-300 menun- pada lokasi ini untuk diambil kayunya seba-
jukkan keterwakilan jenis mangrove yang gai kayu bakar/kayu untuk bangunan.
berperan dalam ekosistem, sehingga jika INP Hasil penelitian menunjukkan bahwa
300 berarti mengrove memiliki peran yang tingginya tingkat kerapatan vegetasi mang-
penting dalam lingkungan pesisir. rove pada fase anakan dan fase semai, hal ini
Nfotabong-Atheull and Din (2013), berpen- merupakan sumberdaya yang cukup potensial
dapat bahwa indeks nilai penting dipakai untuk menutupi rendahnya tingkat kerapatan
untuk menyatakan tingkat penguasaan suatu vegetasi mangrove pada fase pohon di be-
jenis terhadap jenis-jenis lain dalam suatu berapa lokasi penelitian. Banyaknya jumlah
komunitas, ditambahkan oleh Nabi and Rao anakan dan semai yang ditemukan menun-
(2012), bahwa indeks nilai penting digu- jukan bahwa substrat yang ada pada setiap
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 121
Tingkat Kerusakan dan Estimasi Nilai . . .
stasiun masih cukup subur dan daerahnya se- mangrove terdapat dilihat pada Tabel 2 dan
cara alami masih terlindung,sehingga ke- Gambar 3.
mampuan mangrove untuk tumbuh kembali Kerusakan ekosistem mangrove ber-
cukup tinggi dapat dilihat dari jumlah anak- pengaruh terhadap luasan mangrove saat ini.
kan dan semaian. Jenis mangrove yang pa- Hasil analisis luasan mangrove dari tahun
ling tinggi individunya adalah jenis Rhizo- 1990 hingga tahun 2013 luasan mangrove
phora apiculate, Scyphiphora hydrophyl- berkurang sekitar 501,39 hektar. Berdasarkan
lacea dan Xylocarpus granatum, karena pada hasil wawancara dengan responden, penye-
lokasi penelitian, umumnya didominasi oleh bab berkurangnya vegetasi mangrove karena
jenis substrat pasir berlumpur. Sehingga ke- terjadi penebangan pohon mangrove untuk
dua jenis mangrove ini mempunyai kemam- bahan bakar pembuatan genteng dan pemba-
puan yang tinggi untuk beradaptasi dengan ngunan infrakstruktur seperti jalan raya, pe-
lingkungannnya. Tingginya tingkat kerapatan labuhan tangkahan untuk nelayan serta ada-
vegetasi mangrove pada fase anakan dan fase nya pembuatan tambak . Kecamatan Teluk
semai berpengaruh terhadap fungsi ekologis Bintan merupakan wilayah pesisir barat Ka-
(fungsi fisik dan biologi) vegetasi mangrove bupaten Bintan yang pada tahun 2011 telah
sehingga pengelolaan vegetasi mangrove fase dilakukannya pembangunan jalan raya dan
anakan dan fase semai dengan baik dalam jembatan untuk menghubungkan ke wilayah
jangka waktu tertentu, akan berdampak ke- Kecamatan Tanjung Uban. Dampak dari
pada tingginya tingkat kerapatan fase pohon pembangunan tersebut adalah berkurangnya
di ekosistem Teluk Bintan. pohon mangrove terutama di lokasi yang
Analisis perubahan tutupan mangrove terdapat sungainya seperti sungai Kangboy,
pada penelitian ini dilakukan pada tiga tahun sungai Bintan, sungai Tanah Merah, sungai
pengamatan, yaitu tahun 1990, 2003, dan Ekang Anculai. Selain itu, di beberapa lokasi
2013. Informasi luas dan perubahan luasan seperti kampung Beloreng, Bengko, Gun
122 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Winarno et al.
tung, Keter Tengah dan Pulau Ladi dibangun nario, yaitu pertama menggunakan waktu re-
pelabuhan tangkahan nelayan, yang pemba- habilitasi selama 15 tahun (3 tahun dengan
ngunanya di aliran sungai kecil tempat mang- penanaman dan 12 tahun mangrove tumbuh
rove tumbuh. Walaupun tidak sigfinikan secara alami). Hal ini berdasarkan PERMEN
tetapi pembangunan tersebut menjadi faktor HUT P.9/Menhut-II/2013, bahwa rehabilitasi
pengurangn luasan mangrove. Sesuai dengan hutan mangrove dilakukan melalui tahapan:
pendapat Hossain et al. (2009); Polidoro et tahun pertama penanaman, tahun kedua pe-
al. (2010); Spalding et al. (2010) bahwa an- meliharaan I dan tahun ketiga pemeliharaan
caman utama untuk semua jenis mangrove II. Skenario kedua, waktu rehabilitasi 30 ta-
adalah perusakan habitat dan pengalihan dae- hun, dimana mangrove tumbuh secara alami,
rah mangrove untuk pertanian, pembangu- dengan asumsi secara langsung tidak mem-
nan infrastruktur perkotaan dan pesisir. Pe- butuhkan biaya rehabilitasi. Lewis (2010),
nebangan kayu mangrove juga masih terjadi, berpendapat bahwa hutan mangrove dapat
kayu mangrove yang diambil adalah jenis memulihkan diri sendiri tanpa upaya penana-
Rhizopora sp. dan Xylocarpus sp. Kayu jenis man yaitu melalui suksesi sekunder/secara
ini digunakan untuk bahan bakar pembuatan alami pada periode 15 hingga 30 tahun. Nilai
genteng yang di wilayah Kabupaten Bintan. keseluruhan yang harus dikompensasi dan
Pembuatan tambak di Desa Tanah Merah biaya rehabilitasi dengan penerapan skenario
yang tidak memperhatikan konsep silvofi- dilihat pada Tabel 3.
shery berperan terhadap pengurangan luasan Luas ekosistem yang menurun harus
mangrove. Kegiatan pembangunan tambak dikompensasi dengan penanaman mangrove
udang memicu terjadinya laju degradasi hu- agar kembali mendekatai kondisi baseline
tan mangrove yang mengakibatkan terjadi- besarnya dipengaruhi oleh skenario yang te-
nya perubahan fungsi hutan mangrove. (Du- lah dibuat sebelumnya. Berdasarkan data dari
ke et al. (2007); Giri et al. (2007); Gui- injury yang terjadi di Teluk Bintan kurun
maraes et al. (2010); Nfotabong-Atheull et waktu 1990-2013 yaitu sebesar 501,39 hektar
al. (2013), menyatakan bahwa laju kerusakan dari kondisi baseline (awal) 1847.43 hektar.
hutan mangrove yang tinggi di negara ber- Hasil perhitungan menggunakan software
kembang tidak hanya karena bencana alam, Habitat Equivalency Analysis 2.61 bahwa ke-
tetapi juga konversi menjadi tambak udang seluruhan luas yang harus di kompensasi
dan pemanenan produk kayu. Gambar 4 be- dengan penerapan skenario memperlihatkan
rikut ini menunjukkan perubahan luasan nilai yang berbeda. Jika suku bunga 7,5%
mangrove di Teluk Bintan disetiap tahun dan waktu yang dibutuhkan untuk rehabi-
pengamatan. litasi selama 15 tahun maka luas mangrove
yang harus dikompensasi seluas 1.091,727
3.3. Kompensasi Kerusakan dan Biaya hektar. Rehabilitasi selama 15 tahun maka
Rehabilitasi Ekosistem Mangrove luas mangrove yang harus dikompensasi
Perhitungan besarnya luas ekosistem seluas 1.743,406 hektar. Viehman et al.
mangrove yang harus dikompensasi dalam (2009) menyatakan bahwa cepat dan efektif-
penelitian ini akan dilakukan dengan 2 ske- nya rehabilitasi dimaksudkan untuk mengu-
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 123
Tingkat Kerusakan dan Estimasi Nilai . . .
Tabel 3. Luas yang harus dikompensasi dan biaya rehabilitasi ekosistem mangrove.
rangi hilangnya sumberdaya alam dan jasa waktu, oleh karenanya area yang lebih dari
ketika terjadi kerusakan hingga kembali ke kompensasi diperlukan untuk menyeimbang-
kondisi awal. kan hilangnya layanan sumberdaya.
Luas area yang harus di kompensasi Kompensasi kerusakan dapat dilaku-
hasil penerapan HEA menunjukkan nilai kan dengan rehabilitasi, yaitu upaya untuk
yang lebih besar dari total luas mangrove mengembalikan dan memulihkan fungsi hu-
yang rusak. Hal ini menunjukkan adanya tan mangrove mendekati kondisi baseline.
akumulatif jasa ekologi yang hilang dan di- Cacela et al. (2005) menyatakan bahwa skala
kompensasi yaitu semenjak terjadinya injury rehabilitasi/restorasi menggunakan HEA
hingga mampu mendekati kondisi baseline memperkirakan pengaruh dari manfaat reha-
(awal). Besarnya luas yang harus dikom- bilitasi tersebut agar setara dengan kerugian
pensasi menggambarkan jasa ekologi selama akibat degradasi habitat. Ditambahkan oleh
terjadinya injury tidak dapat dirasakan kare- Dunford et al. (2004) bahwa kompensasi
na hilang untuk sementara akibat injury dengan rehabilitasi memberikan keuntungan
tersebut. Kohler and Dodge (2006), berpen- agar jasa layanan sumberdaya alam yang me
dapat kompensasi menyediakan layanan yang ngalami degradasi kembali ke kondisi jasa la-
diperoleh hanya sebagian karena terbatas yanan awal sebelum adanya degradasi. Reha-
124 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Winarno et al.
bilitasi tersebut membutuhkan biaya dalam MENLH 201 tahun 2004, mangrove di Teluk
pelaksanaanya dan tergantung komponen Bintan masuk dalam kriteria baik (sangat
yang terdapat di dalam rehabilitasi tersebut. padat dan sedang) dan kriteria rusak (jarang).
Biaya yang dibutuhkan dalam skala proyek Faktor penyebab kerusakan mangrove adalah
rehabilitasi per hektar adalah Rp 27.820.500, penebangan pohon mangrove untuk bahan
sehingga dalam upaya rehabilitasi mangrove bakar pembuatan genteng dan pembangunan
seluas 1.091,727 biaya yang dibutuhkan se- infrakstruktur seperti jalan raya, pelabuhan
besar Rp 30.372.391.000. Skenario rehabili- tangkahan perahu untuk nelayan serta adanya
tasi selama 30 tahun diasumsikan secara pembuatan tambak udang. Rehabilitasi se-
langsung tidak membutuhkan biaya, karena lama 15 tahun maka luas mangrove yang ha-
mangrove dalam jangka waktu tersebut akan rus dikompensasi seluas 1.091,727 hektar.
kembali ke kondisi awal atau secara alami Rehabilitasi selama 30 tahun maka luas
melakukan suksesi sekunder. Untuk menjaga mangrove yang harus dikompensasi seluas 1.
keberlangsungan proses rehabilitasi peran 743,406. Rehabilitasi selama 15 tahun
masyarakat setempat menjadi sangat penting dengan 3 tahun melakukan penanamam biaya
karena secara langsung atau tidak langsung yang dibutuhkan sebesar Rp 30.372.391.000.
masyarakat akan mendapatkan manfaat dari Skenario rehabilitasi selama 30 tahun di-
ekosistem mangrove tersebut. asumsikan secara langsung tidak membutuh-
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kan biaya, karena mangrove dalam jangka
dibeberapa lokasi mangrove di Teluk Bintan waktu tersebut akan kembali ke kondisi awal
telah mengalami kerusakan, oleh karena itu atau secara alami melakukan suksesi sekun-
diperlukannya strategi pengelolaan ekosistem der. Namun demikian, untuk menjaga keber-
mangrove. Rumusan kebijakan yang diba- langsungan proses rehabilitasi peran masya-
ngun harus mempertimbangkan berbagai fak- rakat setempat menjadi sangat penting karena
tor seperti ekologi, ekonomi dan sosial buda- secara langsung atau tidak langsung masya-
ya. Hal ini disebabkan karena mangrove me- rakat akan mendapatkan manfaat dari eko-
rupakan komponen utama yang melindungi sistem mangrove tersebut.
pesisir tropis serta mempunyai peranan fisik,
kimia dan biologi yang sangat penting. Stra- UCAPAN TERIMA KASIH
tegi yang bisa diterapkan adalah konservasi
dan rehabilitasi kawasan yang rusak. Kegia- Penulis mengucapkan banyak terima
tan yang bisa lakukan diantaranya dengan kasih kepada para reviewer yang telah
menyusun rencana teknis rehabilitasi kawa- banyak memberikan komentar dan masukan
san mangrove dan mengembangkan pembi- untuk memperbaiki kualitas peper ini.
bitan mangrove. Selain itu, monitoring dan
evaluasi rehabilitasi mangrove diperlukan DAFTAR PUSTAKA
agar program yang dilakukan dapat berjalan
dengan baik untuk kelestarian mangrove. Barbier, E.B., E.W. Koch, B.R. Silliman,
Ngololo et al. (2015), menyatakan upaya pe- S.D. Hacker, E. Wolanski, J. Prima-
mulihan mangrove merupakan solusi parsial, vera, E.F. Granek, S. Polasky, S. As-
diperlukan perlindungan dan konservasi ter- wani, L.A. Cramer, D.M. Stoms, C.J.
hadap ekosistem yang tersisa agar tidak se- Kennedy, D. Bael, C.V. Kappel,
makin banyak yang hilang. G.M.E. Perillo, and D.J. Reed. 2008.
Coastal ecosystem based management
IV. KESIMPULAN with nonlinear ecological functions
and values. J. Science, 319:321-323.
Berdasarkan hasil analisis kriteria Bengen. 2002. Pedoman teknis pengenalan
baku dan pedoman kerusakan mangrove KEP dan pengelolaan ekosistem mangrove.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 125
Tingkat Kerusakan dan Estimasi Nilai . . .
126 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Winarno et al.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 127
Tingkat Kerusakan dan Estimasi Nilai . . .
128 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81